Siti Sa’adah
Koran Radar Mojokerto
Sinar matahari porak-porandakan kesejukan hari, terasa gerah, padahal sedang dikamar pondok, bagaimana kalau di dalam ruang kelasku yang sempit itu? Untuk tiga hari kedepan sekolahku memang pulang lebih awal, yaitu saat berl istirahat, karena setelah istirahat di pakai anak kelas tiga untuk try out, bulan-bulan ini kakak kelas tiga tampangnya seperti berubah, gak banyak omong. Tambah rajin beribadah, mereka tidak mau atau lebih tepatnya istirahat untuk begejekan, ngerumpi di tengah-tengah jam belajar, ah, UAN punya kekuatan magic untuk merubah perilaku orang yang biasa meremehkan waktu menjadi menghargainya.
“Weh..wajahmu kok pengap gitu, sudah ambil makan belum?” lamunanku buyar mendengar suara cempreng Rosy.
“Masih males” Jawabku asal.
“Ke perpust aja yuk!” Digaetnya tanganku, “Baiklah dari pada bengong di kamar.” Kubenahi jilbab dan sarungku, di dalam pondok sudah biasa santri putri memakai sarung dan tidak boleh melepas kerudung meski berada di dalam pondok, meski tidak dijilbabkan setidak nya disampir kan kepala menutupi rambut. “Sari kemana?”
“Sudah duluan”
Aku dan Rosy keluar komplek pondok, udara semakin kukuh gerahnya, perpustakaan berseberangan dengan pintu gerbang pondok putrid, aku dan Rosy berjalan melewati halaman sekolah.
Sepertinya perputakaan sedang ramai, banyak sandal dan sepatu berjajar rapi di rak samping pintu perpustakaan. Begitu kakiku melangkah masuk, kulitku seperti digerojok embun pagi, sejuk sekali, padahal tidak ada kipas angin apalagi AC. Aku tidak habis piker kenapa bias sesejuk ini, bentuk ruangnya sama denga kantor yang berada tpat disebelahnya, panas. Mulanya ruangan ini adalah ruang kelasku yang panas, karena perpustakaan yang lama sudah terasa sempit karena semakin bertambahnya koleksi buku, ruang kelas yang cukup luas ini tepat berada disamping kantor. Sekarang diperpustakaan dari pagi sampai siang pasti betah. Sekali lagi entah kenapa, padahal tidak ada pohon rindang didepannya. Atau karena cat merahmudanya dan karpet warna merahnya? Mungkin saja. Tapi bukankah merah malah mengesankan panas? Atau kaena buku-buku didalamnya yang menawarkan kesejukan hati? Buku-buku penuh ilmu yang mengumbar aura sejuknya?
Saat sedang mencari buku yang menarik hati, pandanganku terpaku pada sosok yang sedang asyik ngobrol dan bertukar senyum, deg! Rangga dan Dina! Astaghfirulloh, mereka berlindung di sela-sela rak buku, sehingga tidak terliha toleh penjaga yang duduk dekat pintu, jika terlihat pengurus pondok pasti keduanya akan kena ta’zir karena berkhalwat. Tetapi mengapa Dina begitu berani menerjang larangan yang telah ditetapkan Kyai? Kemudian Rangga juga, dia adalah teman sekelasku, sedang Dina adalah teman sekamar. Kami sama-sama kelas dua MA. Setahuku mereka juga tidak memiliki hubungan saudara yang memang biasanya diizinkan untuk bertemu.
“Ehm!” Rosy berdehem seperti kesulitan mengeluarkan dahak, dia tidak sedang sakit tenggorokan, pasti dibuat-buat, pasti karena melihat dua santri sedang berkhalwat. Kasihan sekali perpust ini, disediakan untuk menambah ilmu tetapi disalahgunakan untuk menambah dosa.
“Eling-eling reek…nyebut-nyebuuut…” Rosy menggerutu disampingku, tepat di depan Dina dan Rangga yang duduk dibawah rak. Dina jadi salah tingkah, anak-anak lain yang sedang tenggelam dalam buku memandang Rosy, kemudian menekuni buku lagi, seperti tidak peduli.
“Ngawur kamu!” ku seret langkahnya menjauhi Dina.
“Ngawur gimana? Jelas ada dasarnya: Larangan berkhalwat/meeting dengan anak putra, yang ngawur itu Dina atau aku? Atau malah kamu yang menuduhku ngawur.” Rosy tidak terima dengan teguranku.
“Maksudku begini Ros…” belum selesai kalimatku, sudah diselanya.
“Berkhalwat bo! Menyirami benih maksiat, sama saja mendekati zi..” Rosy urung meneruskan kalimatnya. Dia tampak sewot denganku, tetapi tetap duduk disampingku.
“Maksudku negurnya dengan baik-baik, kasihan dia jadi malu ditatap teman-teman yang lain.”
“Biar kapok. Jera. Yang keterlaluan teman-teman juga, sudah tahu maksiat didekat mereka dibiarkan saja.” Aku diam saja, kubiarkan Rosy menggerutu disampingku. “Bukankah kalau ada kemungkaran kita harus meluruskan? Kalau tidak mampu dengan kekuasaan ya ucapan.
“Mungkin mereka meluruskan dengan hati” sahutku seketika.
“Dan aku gak mau imanku lemah dengan membatin saja.” Rosy tambah gondok. “Nanti kalau di ta’zir di pondok malah banyak lagi yang tau” Rosy menatap Dina yang beranjak keluar perpust dan menuju pondok.
“Sudahlah, jadi urung baca.” Pungkasnya sedikit lebih tenang.
***
Hawa pagi ini cerah, secerah mentari di hati kami, ya, sekarang hari jum’at, hari istimewa ditiap minggunya. Semua kegiatan rutin pondok dan sekolah libur. Namun ada agenda rutin tiap jum’at yaitu ro’an alias kerja bakti membersihkan pondok. Tapi masih dimulai nanti jam tujuh pagi. Saat aku selesai mandi, dipelataran pondok bergerumbul beberapa santri, sepertinya ada sesuatu yang heboh, beberapa santri putri keluar dari gerbang, berjajar di pinggir halaman sekolah. Bergegas aku mengikuti mereka. Para santri putri menatap satu sosok berkepala plontos, tertunduk malu, badannya tinggi kurus, aku belum bisa mengenalnya. Tiba-tiba Rosy sudah berdiri disampingku.
“Rangga” tuturnya tanpa kutanya.
“Peristiwa kemarin kamu laporkan pengurus?” tanyaku khawatir. Biasanya jika “hanya” meeting tidak dita’zir seperti ini, Rosy tidak menjawab, “Terus Dina bagaimana?”
“Tidak kok. Dina pulang dua hari lalu kan pulang, setelah kita pergoki, entah dia takut aku laporkan atau apa, yang pasti pengurus putra kemarin menangkap basah dia dengan Rangga di Plasa Teater.”
“Apa?! Bukannya Plasa buka hanya malam hari?” Pasti Dina berangkat dari rumah, sedangkan Rangga dari pondok dan sekarang Dina tidak berani kembali ke pondok. Pengurus putra biasanya ronda keluar pondok, memata-matai Plasa dekat pasar itu, entah mereka ikut nonton atau tidak, yang pasti sekarang ronda menangkap mangsa.
“Eh tau nggak film yang di putar waktu Rangga ditangkap?” seorang teman tiba-tiba ikut nimbrung, memancing rasa penasaranku.
“Bokep bo’!”
“Hayo kamu ikut nonton ya?” godaku.
“Ya enggak lah, aku kemarin izin ke pasar dan melihat poster film yang diputar malamnya.”
Aku tertegun memikirkan Plasa itu, masih dibangun setengah tahun yang lalu, dan keberadaannya meresahkan pondok. Mulanya hanya penyewaan play station, tetapi karena sepi akhirnya direhab menjadi bioskop, sebenarnya kurang tepat jika disebut bioskop, karena luasnya tidak seberapa, lebih tepatnya home teater karena berada didalam rumah pemiliknya.
Aku menelan ludah bersama mirisnya kenyataan, selama ini Rangga memang terkenal nakal, sering di ta’zir karena bolos mengaji, sekolah, sampai karena tidak ikut sholat berjamaah. Dan biasanya dihukum menyapu halaman pondok putra selama satu bulan setiap pagi dan sore. Tapi dia tidak jera. Sekarang lebih besar lagi kesalahan yang dilakukannya, menonton bioskop, apalagi bersama santri putri. Dina sendiri pendiam, nyaris pemalu, cukup pintar tetapi tidak heran jika sudah terkena rayuan Rangga yang meamang hobi menggoda santri putri.
Ketua pondok putra mendekati Rangga yang berdiri kaku tetap dengan kepala tertunduk. Betapa malunya di ta’zir, digunduli disaksikan seluruh santri putra dan putrid. Ketua pondok membuka penutup saluran pembuangan air, beberapa detik kemudian bau busuk menguar dan membuat para santri menutup hidung.
Cairan hitam, kental, pekat, diciduk dengan timba kemudian digerojokkan kepala Rangga. Rangga bergeming, tidak megap-megap, tampak menahan nafas, entah bagaimana rasanya, beberapa temanku yang tidak kuat mencium baunya langsung mual dan berlari masuk pondok. Aku begidik. Ketua pondok menciduk untuk kedua kalinya, celana panjangnya terciprati air kotor itu.
Rangga diguyur lagi sampai tiga kali, kemudian dijemur selama satu jam. Kerumunan santri buyar kembali ke kamar masing-masing. Semua terpekur membawa pelajaran dari pelanggaran berat yang dilakukan Rangga. Bagi kami ini pengalaman yang tidak terlupakan, apalagi bagi Rangga? Lantas bagaimana dengan Dina nanti begitu kembali ke pondok?
***
Sudah tiga minggu tidak ada kabar dari Dina, keluarganya dihubungi via telepon tidak bisa. Pengurus pondok putri memutuskan datang kerumahnya. Mencari kejelasan, sebenarnya apa yang terjadi.
Rosy yang pergi bersama satu pengurus, sepulang dari sana dia menuturkan Dina tidak akan kembali ke pondok, pindah sekolah ke Solo dan tinggal dirumah budhenya.
“Biar ada yang mengawasi karena saya mau pindah kerja ke luar jawa.” Tutur ibunya saat itu.
“Tapi mengapa mendadak Bu?” Rosy mencoba mengetahui alasan lain yang terkesan ditutup-tutupi.
“Oh tidak, sudah setahun lalu ini kami rencanakan, besoklah kalau begitu saya dan papanya datang ke pondok dan sekolah mengurus surat pindah…” Ibu Dina menuturkan dengan mantap.
Tapi rasa ingin tahu teman-teman belum terjawab, masih ada yang mengganjal. Menurutku sungguh tidak sopan jika keluar dari pondok sang santri tidak ikut sowan ke Kyai, lebih-lebih setelah ada kasus seperti ini. Tapi keputusan keluarga Dina tidak bisa di utak-atik lagi, Dina sudah berada di Solo.
Rosy dan teman pengurus pulang membawa seribu Tanya tanpa jawab, di benak kami ada apa dengan Dina, ah, mengapa kamu meninggalkan kami dengan cara seperti ini?!
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Ginandjar Wiludjeng
A. Junianto
A. Kurnia
A. Qorib Hidayatullah
A. Yusrianto Elga
A.S Laksana
A’yat Khalili
Aang Fatihul Islam
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi WM
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Malik
Abdul Razak
Abdul Rosyid
Abdul Wahab
Abdurrahman Wahid
Abu Salman
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Adam Chiefni
Ade P. Nasution
Adhitia Armitriant
Adi Prasetyo
Adrizas
AF. Tuasikal
Afriza Hanifa
Afrizal Malna
Agama Para Bajingan
Agnes Rita Sulistyawaty
Aguk Irawan M.N.
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Ahda Imran
Ahid Hidayat
Ahmad Baso
Ahmad Faishal
Ahmad Fatoni
Ahmad Hasan MS
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Khotim Muzakka
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Naufel
Ahmad Rofiq
Ahmad S. Zahari
Ahmad Syauqi Sumbawi
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ahsanu Nadia
Aini Aviena Violeta
Ainul Fiah
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Akhmad Sofyan Hadi
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Akmal Nasery Basral
Alam Terkembang
Alang Khoiruddin
Alex R. Nainggolan
Alfian Dippahatang
Ali Audah
Ali Mahmudi CH
Ali Rif’an
Almania Rohmah
Ami Herman
Amien Wangsitalaja
Aminah
Aminullah HA.Noor
Amir Sutaarga
Anam Rahus
Anata Siregar
Andari Karina Anom
Andina Dwifatma
Andong Buku #3
Andre Mediansyah
Andri Awan
Anett Tapai
Anggie Melianna
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anjrah Lelono Broto
Anton Bae
Anton Kurnia
Anton Wahyudi
Anwar Nuris
Ardi Bramantyo
Ardus M Sawega
Arie MP Tamba
Arie Yani
Arief Joko Wicaksono
Arief Junianto
Ariera
Arif Bagus Prasetyo
Aris Kurniawan
Arman A.Z.
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Sambodja
Asmaul Fauziyah
Asti Musman
Atafras
Awalludin GD Mualif
Ayu Wulan Sari
Aziz Abdul Gofar
Azizah Hefni
Bagus Takwin
Bahrul Ulum A. Malik
Balada
Bale Aksara
Balok Sf
Bambang Kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Beni Setia
Benny Arnas
Benny Benke
Beno Siang Pamungkas
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Berita Duka
Berita Koran
Bernando J Sujibto
Berthold Damshauser
BI Purwantari
Binhad Nurrohmat
Bobby Gunawan
Bonari Nabonenar
Brunel University London
Budaya
Budi Darma
Budi P. Hatees
Budiman S. Hartoyo
Burhanuddin Bella
Camelia Mafaza
Catatan
Cerbung
Cerpen
Chairul Akhmad
Chamim Kohari
Chavchay Syaifullah
Cover Buku
Cucuk Espe
D. Zaini Ahmad
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Dahta Gautama
Daisuke Miyoshi
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Danusantoso
Dareen Tatour
Darju Prasetya
David Kuncara
Denny Mizhar
Denza Perdana
Desi Sommalia Gustina
Desiana Medya A.L
Dewan Kesenian Lamongan (DKL)
Dewi Indah Sari
Dewi Susme
Dian Sukarno
Didik Harianto
Didik Kusbiantoro
Dina Jerphanion
Dina Oktaviani
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jawa Timur
Dipo Handoko
Diyah Errita Damayanti
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddy Wisnu Pribadi
Dody Kristianto
Dody Yan Masfa
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dr Junaidi SS MHum
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi Wiyana
Dyah Ratna Meta Novia
Dyah Sulistyorini
Ecep Heryadi
Eddy Pranata PNP
Edeng Syamsul Ma’arif
Eep Saefulloh Fatah
EH Kartanegara
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Hendrawan Sofyan
Eko Hendri Saiful
Eko Windarto
Elnisya Mahendra
Elva Lestary
Emha Ainun Nadjib
Emil WE
Endah Sulwesi
Endo Suanda
Eppril Wulaningtyas R
Esai
Evan Ys
F. Moses
F. Rahardi
Fadlillah Malin Sutan
Fahmi Faqih
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fajar Kurnianto
Fanani Rahman
Fanny Chotimah
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Febby Fortinella Rusmoyo
Felix K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Gabriel Garcia Marquez
Galang Ari P.
Galuh Tulus Utama
Gampang Prawoto
Gandra Gupta
Ganug Nugroho Adi
Gerson Poyk
Ghassan Kanafani
Gita Nuari
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunoto Saparie
H.B. Jassin
Habibullah
Hadi Napster
Hadriani Pudjiarti
Halim HD
Halimi Zuhdy
Hamberan Syahbana
Han Gagas
Hanibal W. Y. Wijayanta
Hardi
Haris del Hakim
Haris Saputra
Harri Ash Shiddiqie
Hartono Harimurti
Hary B Kori’un
Hasan Aspahani
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
HE. Benyamine
Hendra Junaedi
Hendra Makmur
Heri CS
Heri Latief
Heri Listianto
Herman RN
Herry Lamongan
Heru CN
Heru Nugroho
Hikmat Gumelar
HL Renjis Magalah
Hudan Nur
Hujuala Rika Ayu
Huminca Sinaga
IBM. Dharma Palguna
Ibnu Wahyudi
Ida Farida
Idris Pasaribu
Ignas Kleden
Ignatius Haryanto
Iksan Basoeky
Ilham Khoiri
Imam Cahyono
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Ira Puspitaningsih
Irfan Budiman
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Iskandar Zulkarnain
Ismail Marzuki
Iva Titin Shovia
Iwan Kurniawan
Jabbar Abdullah
Jafar Fakhrurozi
Jalan Raya Simo Sungelebak
Jamal D. Rahman
Jamal T. Suryanata
Javed Paul Syatha
Jayaning S.A
JILFest 2008
Jody Setiawan
Johan Edy Raharjo
Johannes Sugianto
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Jual Buku
Jual Buku Paket Hemat
Juan Kromen
Julika Hasanah
Jurnalisme Sastrawi
Jusuf AN
Juwairiyah Mawardy
Ka’bati
Karanggeneng
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Keith Foulcher
Kemah Budaya Panturan (KBP)
Khansa Arifah Adila
Khoirul Inayah
Khoirul Rosyadi
Khudori Husnan
Ki Ompong Sudarsono
Kirana Kejora
Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia
Korrie Layun Rampan
Kostela
Kritik Sastra
Kukuh S Wibowo
Kurnia Effendi
Kurniawan
Kuswaidi Syafi'ie
L.N. Idayanie
Laili Rahmawati
Lamongan
Lan Fang
Langgeng Widodo
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Lely Yuana
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember
Liestyo Ambarwati Khohar
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liza Wahyuninto
Lucia Idayanie
Lukman A Sya
Lutfiah
Lynglieastrid Isabellita
M Arman AZ
M Ismail
M Thobroni
M. Afifuddin
M. Arwan Hamidi
M. Lukluk Atsmara Anjaina
M. Lutfi
M. Luthfi Aziz
M. Nurdin
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.S. Nugroho
Mahendra Cipta
Mahmud Jauhari Ali
Mahmud Syaltut Usfa
Mahmudi Arif Dahlan
Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Martin Aleida
Maruli Tobing
Mas Ruscita
Mashuri
Masuki M. Astro
Matroni
Matroni Muserang
Media: Crayon on Paper
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Mia Arista
Mia El Zahra
Mikael Johani
Misbahus Surur
Misran
Mohamad Ali Hisyam
Mohammad Eri Irawan
Much. Khoiri
Muh. Muhlisin
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Aris
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Rain
Muhammad Taufiqurrohman
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun
Muhammadun AS
Muhidin M Dahlan
Mujtahid
Mujtahidin Billah
Mukti Sutarman Espe
Mulyadi SA
Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik
Munawir Aziz
Musfarayani
Musfi Efrizal
Nafisatul Husniah
Nandang Darana
Naskah Teater
Nelson Alwi
Ni Made Purnamasari
Nikmatus Sholikhah
Nina Herlina Lubis
Nina Susilo
Ning Elia
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel-novel berbahasa Jawa
Novelet
Nunuy Nurhayati
Nur Azizah
Nur Hamzah
Nur Kholiq
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurul Aini
Nurul Anam
Nurul Komariyah
Nuryana Asmaudi SA
Nyoman Tusthi Eddy
Obrolan
Okty Budiati
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Otto Sukatno CR
Oyos Saroso H.N.
Pagan Press
Pagelaran Musim Tandur
Palupi Panca Astuti
Parimono V / 40 Plandi Jombang
Pawang Surya Kencana
PDS H.B. Jassin
Petrus Nandi
Politik
Politik Sastra
Pradana Boy ZTF
Pramoedya Ananta Toer
Pramono
Pringadi AS
Prof Dr Fabiola D. Kurnia
Prosa
Puisi
Puji Santosa
Puji Tyasari
Puput Amiranti N
Purnawan Andra
Purnawan Kristanto
Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin
Pustaka Ilalang Group
PUstaka puJAngga
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R. Ng. Ronggowarsito
Rachmad Djoko Pradopo
Radhar Panca Dahana
Rahmat Kemat Hidayatullah
Rahmat Sularso Nh
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rasanrasan Boengaketji
Raudal Tanjung Banua
Redland Movie
Reiny Dwinanda
Resensi
Rialita Fithra Asmara
Ribut Wijoto
Riki Dhamparan Putra
Riki Utomi
Ririe Rengganis
Risang Anom Pujayanto
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Roso Titi Sarkoro
Rozi Kembara
Rukardi
Rumah Budaya Pantura (RBP)
Rusmanadi
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saiful Amin Ghofur
Saiful Anam
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Salman S. Yoga
Samsudin Adlawi
Samsul Anam
Sanggar Lukis Alam
Sanggar Pasir
Sanggar Rumah Ilalang KSII
Santi Puji Rahayu
Sapardi Djoko Damono
Saroni Asikin
Sartika Dian Nuraini
Sastra dan Kuasa Simbolik
Sastra Jawa Timur
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sayyid Fahmi Alathas
SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang
SelaSastra Boenga Ketjil
SelaSastra Boenga Ketjil #33
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Setia Naka Andrian
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sinopsis
Siti Khoeriyah
Siti Muyassarotul Hafidzoh
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputra
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Slamet Rahardjo Rais
Soegiharto
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Spectrum Center Press
Sri Weni
Sri Wintala Achmad
Suci Ayu Latifah
Sucipto Hadi Purnomo
Sudirman
Sugi Lanus
Sukron Ma’mun
Sulaiman Djaya
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Supriyadi
Surya Lesmana
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyanto
Syaf Anton Wr
Syaifuddin Gani
Syaiful Amin
Syarif Wadja Bae
Sylvianita Widyawati
TanahmeraH ArtSpace
Tarmuzie (1961-2019)
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Presetyo
Teguh Setiawan
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Tia Setiadi
Tirto Suwondo
Tita Tjindarbumi
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan
Tosa Poetra
Tri Nurdianingsih
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Ulul Azmiyati
Umar Fauzi
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Usman Arrumy
Utari Tri Prestianti
Viddy AD Daery
Virdika Rizky Utama
W Haryanto
W.S. Rendra
Wahyu Prasetya
Wan Anwar
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wina Bojonegoro
Wita Lestari
Wong Wing King
Wowok Hesti Prabowo
Xu Xi (Sussy Komala)
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yanusa Nugroho
Yasraf Amir Piliang
Yayat R. Cipasang
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yopi Setia Umbara
Yudhi Herwibowo
Yudi Latif
Yusri Fajar
Yusuf Ariel Hakim
Yuval Noah Harari
Zacky Khairul Uman
Zainuddin Sugendal
Zamakhsyari Abrar
Zawawi Se
Zed Abidien
Zehan Zareez
Zhaenal Fanani
Zubaidi Khan
Zuniest
Tidak ada komentar:
Posting Komentar