Jumat, 08 Oktober 2010

Selilit Penjara Suci

Siti Sa’adah
Koran Radar Mojokerto

Sinar matahari porak-porandakan kesejukan hari, terasa gerah, padahal sedang dikamar pondok, bagaimana kalau di dalam ruang kelasku yang sempit itu? Untuk tiga hari kedepan sekolahku memang pulang lebih awal, yaitu saat berl istirahat, karena setelah istirahat di pakai anak kelas tiga untuk try out, bulan-bulan ini kakak kelas tiga tampangnya seperti berubah, gak banyak omong. Tambah rajin beribadah, mereka tidak mau atau lebih tepatnya istirahat untuk begejekan, ngerumpi di tengah-tengah jam belajar, ah, UAN punya kekuatan magic untuk merubah perilaku orang yang biasa meremehkan waktu menjadi menghargainya.

“Weh..wajahmu kok pengap gitu, sudah ambil makan belum?” lamunanku buyar mendengar suara cempreng Rosy.

“Masih males” Jawabku asal.

“Ke perpust aja yuk!” Digaetnya tanganku, “Baiklah dari pada bengong di kamar.” Kubenahi jilbab dan sarungku, di dalam pondok sudah biasa santri putri memakai sarung dan tidak boleh melepas kerudung meski berada di dalam pondok, meski tidak dijilbabkan setidak nya disampir kan kepala menutupi rambut. “Sari kemana?”

“Sudah duluan”

Aku dan Rosy keluar komplek pondok, udara semakin kukuh gerahnya, perpustakaan berseberangan dengan pintu gerbang pondok putrid, aku dan Rosy berjalan melewati halaman sekolah.

Sepertinya perputakaan sedang ramai, banyak sandal dan sepatu berjajar rapi di rak samping pintu perpustakaan. Begitu kakiku melangkah masuk, kulitku seperti digerojok embun pagi, sejuk sekali, padahal tidak ada kipas angin apalagi AC. Aku tidak habis piker kenapa bias sesejuk ini, bentuk ruangnya sama denga kantor yang berada tpat disebelahnya, panas. Mulanya ruangan ini adalah ruang kelasku yang panas, karena perpustakaan yang lama sudah terasa sempit karena semakin bertambahnya koleksi buku, ruang kelas yang cukup luas ini tepat berada disamping kantor. Sekarang diperpustakaan dari pagi sampai siang pasti betah. Sekali lagi entah kenapa, padahal tidak ada pohon rindang didepannya. Atau karena cat merahmudanya dan karpet warna merahnya? Mungkin saja. Tapi bukankah merah malah mengesankan panas? Atau kaena buku-buku didalamnya yang menawarkan kesejukan hati? Buku-buku penuh ilmu yang mengumbar aura sejuknya?

Saat sedang mencari buku yang menarik hati, pandanganku terpaku pada sosok yang sedang asyik ngobrol dan bertukar senyum, deg! Rangga dan Dina! Astaghfirulloh, mereka berlindung di sela-sela rak buku, sehingga tidak terliha toleh penjaga yang duduk dekat pintu, jika terlihat pengurus pondok pasti keduanya akan kena ta’zir karena berkhalwat. Tetapi mengapa Dina begitu berani menerjang larangan yang telah ditetapkan Kyai? Kemudian Rangga juga, dia adalah teman sekelasku, sedang Dina adalah teman sekamar. Kami sama-sama kelas dua MA. Setahuku mereka juga tidak memiliki hubungan saudara yang memang biasanya diizinkan untuk bertemu.

“Ehm!” Rosy berdehem seperti kesulitan mengeluarkan dahak, dia tidak sedang sakit tenggorokan, pasti dibuat-buat, pasti karena melihat dua santri sedang berkhalwat. Kasihan sekali perpust ini, disediakan untuk menambah ilmu tetapi disalahgunakan untuk menambah dosa.

“Eling-eling reek…nyebut-nyebuuut…” Rosy menggerutu disampingku, tepat di depan Dina dan Rangga yang duduk dibawah rak. Dina jadi salah tingkah, anak-anak lain yang sedang tenggelam dalam buku memandang Rosy, kemudian menekuni buku lagi, seperti tidak peduli.

“Ngawur kamu!” ku seret langkahnya menjauhi Dina.

“Ngawur gimana? Jelas ada dasarnya: Larangan berkhalwat/meeting dengan anak putra, yang ngawur itu Dina atau aku? Atau malah kamu yang menuduhku ngawur.” Rosy tidak terima dengan teguranku.

“Maksudku begini Ros…” belum selesai kalimatku, sudah diselanya.

“Berkhalwat bo! Menyirami benih maksiat, sama saja mendekati zi..” Rosy urung meneruskan kalimatnya. Dia tampak sewot denganku, tetapi tetap duduk disampingku.

“Maksudku negurnya dengan baik-baik, kasihan dia jadi malu ditatap teman-teman yang lain.”

“Biar kapok. Jera. Yang keterlaluan teman-teman juga, sudah tahu maksiat didekat mereka dibiarkan saja.” Aku diam saja, kubiarkan Rosy menggerutu disampingku. “Bukankah kalau ada kemungkaran kita harus meluruskan? Kalau tidak mampu dengan kekuasaan ya ucapan.

“Mungkin mereka meluruskan dengan hati” sahutku seketika.

“Dan aku gak mau imanku lemah dengan membatin saja.” Rosy tambah gondok. “Nanti kalau di ta’zir di pondok malah banyak lagi yang tau” Rosy menatap Dina yang beranjak keluar perpust dan menuju pondok.

“Sudahlah, jadi urung baca.” Pungkasnya sedikit lebih tenang.
***

Hawa pagi ini cerah, secerah mentari di hati kami, ya, sekarang hari jum’at, hari istimewa ditiap minggunya. Semua kegiatan rutin pondok dan sekolah libur. Namun ada agenda rutin tiap jum’at yaitu ro’an alias kerja bakti membersihkan pondok. Tapi masih dimulai nanti jam tujuh pagi. Saat aku selesai mandi, dipelataran pondok bergerumbul beberapa santri, sepertinya ada sesuatu yang heboh, beberapa santri putri keluar dari gerbang, berjajar di pinggir halaman sekolah. Bergegas aku mengikuti mereka. Para santri putri menatap satu sosok berkepala plontos, tertunduk malu, badannya tinggi kurus, aku belum bisa mengenalnya. Tiba-tiba Rosy sudah berdiri disampingku.

“Rangga” tuturnya tanpa kutanya.

“Peristiwa kemarin kamu laporkan pengurus?” tanyaku khawatir. Biasanya jika “hanya” meeting tidak dita’zir seperti ini, Rosy tidak menjawab, “Terus Dina bagaimana?”

“Tidak kok. Dina pulang dua hari lalu kan pulang, setelah kita pergoki, entah dia takut aku laporkan atau apa, yang pasti pengurus putra kemarin menangkap basah dia dengan Rangga di Plasa Teater.”

“Apa?! Bukannya Plasa buka hanya malam hari?” Pasti Dina berangkat dari rumah, sedangkan Rangga dari pondok dan sekarang Dina tidak berani kembali ke pondok. Pengurus putra biasanya ronda keluar pondok, memata-matai Plasa dekat pasar itu, entah mereka ikut nonton atau tidak, yang pasti sekarang ronda menangkap mangsa.

“Eh tau nggak film yang di putar waktu Rangga ditangkap?” seorang teman tiba-tiba ikut nimbrung, memancing rasa penasaranku.

“Bokep bo’!”

“Hayo kamu ikut nonton ya?” godaku.

“Ya enggak lah, aku kemarin izin ke pasar dan melihat poster film yang diputar malamnya.”

Aku tertegun memikirkan Plasa itu, masih dibangun setengah tahun yang lalu, dan keberadaannya meresahkan pondok. Mulanya hanya penyewaan play station, tetapi karena sepi akhirnya direhab menjadi bioskop, sebenarnya kurang tepat jika disebut bioskop, karena luasnya tidak seberapa, lebih tepatnya home teater karena berada didalam rumah pemiliknya.

Aku menelan ludah bersama mirisnya kenyataan, selama ini Rangga memang terkenal nakal, sering di ta’zir karena bolos mengaji, sekolah, sampai karena tidak ikut sholat berjamaah. Dan biasanya dihukum menyapu halaman pondok putra selama satu bulan setiap pagi dan sore. Tapi dia tidak jera. Sekarang lebih besar lagi kesalahan yang dilakukannya, menonton bioskop, apalagi bersama santri putri. Dina sendiri pendiam, nyaris pemalu, cukup pintar tetapi tidak heran jika sudah terkena rayuan Rangga yang meamang hobi menggoda santri putri.

Ketua pondok putra mendekati Rangga yang berdiri kaku tetap dengan kepala tertunduk. Betapa malunya di ta’zir, digunduli disaksikan seluruh santri putra dan putrid. Ketua pondok membuka penutup saluran pembuangan air, beberapa detik kemudian bau busuk menguar dan membuat para santri menutup hidung.

Cairan hitam, kental, pekat, diciduk dengan timba kemudian digerojokkan kepala Rangga. Rangga bergeming, tidak megap-megap, tampak menahan nafas, entah bagaimana rasanya, beberapa temanku yang tidak kuat mencium baunya langsung mual dan berlari masuk pondok. Aku begidik. Ketua pondok menciduk untuk kedua kalinya, celana panjangnya terciprati air kotor itu.

Rangga diguyur lagi sampai tiga kali, kemudian dijemur selama satu jam. Kerumunan santri buyar kembali ke kamar masing-masing. Semua terpekur membawa pelajaran dari pelanggaran berat yang dilakukan Rangga. Bagi kami ini pengalaman yang tidak terlupakan, apalagi bagi Rangga? Lantas bagaimana dengan Dina nanti begitu kembali ke pondok?
***

Sudah tiga minggu tidak ada kabar dari Dina, keluarganya dihubungi via telepon tidak bisa. Pengurus pondok putri memutuskan datang kerumahnya. Mencari kejelasan, sebenarnya apa yang terjadi.

Rosy yang pergi bersama satu pengurus, sepulang dari sana dia menuturkan Dina tidak akan kembali ke pondok, pindah sekolah ke Solo dan tinggal dirumah budhenya.

“Biar ada yang mengawasi karena saya mau pindah kerja ke luar jawa.” Tutur ibunya saat itu.

“Tapi mengapa mendadak Bu?” Rosy mencoba mengetahui alasan lain yang terkesan ditutup-tutupi.

“Oh tidak, sudah setahun lalu ini kami rencanakan, besoklah kalau begitu saya dan papanya datang ke pondok dan sekolah mengurus surat pindah…” Ibu Dina menuturkan dengan mantap.

Tapi rasa ingin tahu teman-teman belum terjawab, masih ada yang mengganjal. Menurutku sungguh tidak sopan jika keluar dari pondok sang santri tidak ikut sowan ke Kyai, lebih-lebih setelah ada kasus seperti ini. Tapi keputusan keluarga Dina tidak bisa di utak-atik lagi, Dina sudah berada di Solo.

Rosy dan teman pengurus pulang membawa seribu Tanya tanpa jawab, di benak kami ada apa dengan Dina, ah, mengapa kamu meninggalkan kami dengan cara seperti ini?!

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Ginandjar Wiludjeng A. Junianto A. Kurnia A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.S Laksana A’yat Khalili Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Razak Abdul Rosyid Abdul Wahab Abdurrahman Wahid Abu Salman Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adam Chiefni Ade P. Nasution Adhitia Armitriant Adi Prasetyo Adrizas AF. Tuasikal Afriza Hanifa Afrizal Malna Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunyoto Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Baso Ahmad Faishal Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Naufel Ahmad Rofiq Ahmad S. Zahari Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ainul Fiah Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akhudiat Akmal Nasery Basral Alam Terkembang Alang Khoiruddin Alex R. Nainggolan Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Almania Rohmah Ami Herman Amien Wangsitalaja Aminah Aminullah HA.Noor Amir Sutaarga Anam Rahus Anata Siregar Andari Karina Anom Andina Dwifatma Andong Buku #3 Andre Mediansyah Andri Awan Anett Tapai Anggie Melianna Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Bae Anton Kurnia Anton Wahyudi Anwar Nuris Ardi Bramantyo Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arie Yani Arief Joko Wicaksono Arief Junianto Ariera Arif Bagus Prasetyo Aris Kurniawan Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Asmaul Fauziyah Asti Musman Atafras Awalludin GD Mualif Ayu Wulan Sari Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Bagus Takwin Bahrul Ulum A. Malik Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Beno Siang Pamungkas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Bernando J Sujibto Berthold Damshauser BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Camelia Mafaza Catatan Cerbung Cerpen Chairul Akhmad Chamim Kohari Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Zaini Ahmad D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Daisuke Miyoshi Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Danusantoso Dareen Tatour Darju Prasetya David Kuncara Denny Mizhar Denza Perdana Desi Sommalia Gustina Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewi Indah Sari Dewi Susme Dian Sukarno Didik Harianto Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jawa Timur Dipo Handoko Diyah Errita Damayanti Djoko Pitono Djoko Saryono Doddy Wisnu Pribadi Dody Kristianto Dody Yan Masfa Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi SS MHum Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Wiyana Dyah Ratna Meta Novia Dyah Sulistyorini Ecep Heryadi Eddy Pranata PNP Edeng Syamsul Ma’arif Eep Saefulloh Fatah EH Kartanegara Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendrawan Sofyan Eko Hendri Saiful Eko Windarto Elnisya Mahendra Elva Lestary Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Sulwesi Endo Suanda Eppril Wulaningtyas R Esai Evan Ys F. Moses F. Rahardi Fadlillah Malin Sutan Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fanny Chotimah Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Febby Fortinella Rusmoyo Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Gabriel Garcia Marquez Galang Ari P. Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gandra Gupta Ganug Nugroho Adi Gerson Poyk Ghassan Kanafani Gita Nuari Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunoto Saparie H.B. Jassin Habibullah Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Hardi Haris del Hakim Haris Saputra Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Aspahani Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana HE. Benyamine Hendra Junaedi Hendra Makmur Heri CS Heri Latief Heri Listianto Herman RN Herry Lamongan Heru CN Heru Nugroho Hikmat Gumelar HL Renjis Magalah Hudan Nur Hujuala Rika Ayu Huminca Sinaga IBM. Dharma Palguna Ibnu Wahyudi Ida Farida Idris Pasaribu Ignas Kleden Ignatius Haryanto Iksan Basoeky Ilham Khoiri Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Ira Puspitaningsih Irfan Budiman Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Zulkarnain Ismail Marzuki Iva Titin Shovia Iwan Kurniawan Jabbar Abdullah Jafar Fakhrurozi Jalan Raya Simo Sungelebak Jamal D. Rahman Jamal T. Suryanata Javed Paul Syatha Jayaning S.A JILFest 2008 Jody Setiawan Johan Edy Raharjo Johannes Sugianto Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Juan Kromen Julika Hasanah Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Ka’bati Karanggeneng Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Keith Foulcher Kemah Budaya Panturan (KBP) Khansa Arifah Adila Khoirul Inayah Khoirul Rosyadi Khudori Husnan Ki Ompong Sudarsono Kirana Kejora Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kukuh S Wibowo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie L.N. Idayanie Laili Rahmawati Lamongan Lan Fang Langgeng Widodo Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lely Yuana Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Liestyo Ambarwati Khohar Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lucia Idayanie Lukman A Sya Lutfiah Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Ismail M Thobroni M. Afifuddin M. Arwan Hamidi M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Luthfi Aziz M. Nurdin M. Yoesoef M.D. Atmaja M.S. Nugroho Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahmud Syaltut Usfa Mahmudi Arif Dahlan Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Martin Aleida Maruli Tobing Mas Ruscita Mashuri Masuki M. Astro Matroni Matroni Muserang Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mia Arista Mia El Zahra Mikael Johani Misbahus Surur Misran Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan Much. Khoiri Muh. Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Aris Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun Muhammadun AS Muhidin M Dahlan Mujtahid Mujtahidin Billah Mukti Sutarman Espe Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik Munawir Aziz Musfarayani Musfi Efrizal Nafisatul Husniah Nandang Darana Naskah Teater Nelson Alwi Ni Made Purnamasari Nikmatus Sholikhah Nina Herlina Lubis Nina Susilo Ning Elia Noor H. Dee Noval Jubbek Novel-novel berbahasa Jawa Novelet Nunuy Nurhayati Nur Azizah Nur Hamzah Nur Kholiq Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Aini Nurul Anam Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Okty Budiati Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Otto Sukatno CR Oyos Saroso H.N. Pagan Press Pagelaran Musim Tandur Palupi Panca Astuti Parimono V / 40 Plandi Jombang Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Petrus Nandi Politik Politik Sastra Pradana Boy ZTF Pramoedya Ananta Toer Pramono Pringadi AS Prof Dr Fabiola D. Kurnia Prosa Puisi Puji Santosa Puji Tyasari Puput Amiranti N Purnawan Andra Purnawan Kristanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang Group PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Ng. Ronggowarsito Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Rahmat Kemat Hidayatullah Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rasanrasan Boengaketji Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Resensi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Ririe Rengganis Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rusmanadi S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saiful Amin Ghofur Saiful Anam Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman S. Yoga Samsudin Adlawi Samsul Anam Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang KSII Santi Puji Rahayu Sapardi Djoko Damono Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra dan Kuasa Simbolik Sastra Jawa Timur Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra Boenga Ketjil #33 Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Khoeriyah Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputra Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soegiharto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sri Weni Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudirman Sugi Lanus Sukron Ma’mun Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaf Anton Wr Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syarif Wadja Bae Sylvianita Widyawati TanahmeraH ArtSpace Tarmuzie (1961-2019) Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tia Setiadi Tirto Suwondo Tita Tjindarbumi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tosa Poetra Tri Nurdianingsih Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulul Azmiyati Umar Fauzi Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Usman Arrumy Utari Tri Prestianti Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W Haryanto W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wan Anwar Wawan Eko Yulianto Wawancara Wina Bojonegoro Wita Lestari Wong Wing King Wowok Hesti Prabowo Xu Xi (Sussy Komala) Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanusa Nugroho Yasraf Amir Piliang Yayat R. Cipasang Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopi Setia Umbara Yudhi Herwibowo Yudi Latif Yusri Fajar Yusuf Ariel Hakim Yuval Noah Harari Zacky Khairul Uman Zainuddin Sugendal Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zed Abidien Zehan Zareez Zhaenal Fanani Zubaidi Khan Zuniest