Minggu, 11 Januari 2009

Lev Nikolaevich Tolstoy

Khoirul Rosyadi
http://www.jawapos.com/

Moskow, akhir Desember 2008. Salju menyergap kota. Cuaca bergerak di angka -10 derajat; dingin, putih, indah, sekaligus romantis. Di jantung kota, Jalan Ilva Tostowo, di atas tanah seluas kurang lebih tiga hektare, berdiri rumah kayu yang kokoh berwarna cokelat; begitu tua, sarat sejarah, dan kenangan. Di sanalah Lev Nikolaevich Tolstoy, pemikir, penulis besar yang pernah dimiliki Rusia tinggal bersama istri dan ke-13 anaknya.

Memasuki rumah itu adalah memasuki museum kenangan yang mengagungkan; rapi, dialogis, dan penuh dengan mimpi orang tua tentang masa depan anak-anaknya. Rumah Tolstoy adalah rumah yang penuh dengan artistik ruang dengan segala peran; tempat berteduh, berbincang, berkarya sekaligus membesarkan dan mewujudkan harapan-harapan akan masa mendatang. Dari rumah itu pula ketiga karya fenomenalnya terlahir; Perang dan Dunia, Anna Karenina, dan Hari Minggu. Melangkahkan kaki ke rumah itu, serasa Tolstoy hadir di depan pintu dan menyapa; ''Selamat datang kawan, selamat datang di rumah kami, nikmati apa yang ada.''

Aristokrat di Jalan Sunyi

Lahir di Kazan, daerah selatan Rusia, tahun 1828, Lev Nikolaevich Tolstoy hadir ke bumi saat rezim Tsar berkuasa Nikolai II. Terlahir dari orang tua kaya dan tuan tanah, Tolstoy akan menjalani hidup melanjutkan kemapanan orang tuanya; aristokrat, pemilik beribu tanah dan pekerja (baca: petani).

Namun, di usianya yang masih terlalu kecil, kurang dari 10 tahun, ia sudah ditinggalkan ibunya untuk selamanya. Tolstoy tidak bisa memahami mengapa ibu yang dicintainya mati begitu cepat. Saat itu ia masih kecil untuk bisa mengerti mengapa orang yang melahirkannya terlalu dini pergi dan tidak pernah kembali.

Tapi, waktu terus berjalan, Tolstoy tidak bisa terus meratapi akan kepergian sang bunda. Ibunya boleh meninggalkan dia selamanya, tapi masa depan hidupnya terus berlanjut. Tolstoy tidak bisa terus bertanya, mengapa ibunya mati saat dirinya belum cukup mengerti akan arti hidup dan mati. Dan, Tolstoy memutuskan ia harus bisa berlanjut dengan hidupnya meski tanpa ibu.

Maka, saat ia menginjak remaja, Tolstoy menggantungkan masa depannya lewat pendidikan. Dengan kekayaan yang dimiliki orang tuanya, Tolstoy memutuskan kuliah di universitas tempat kota yang melahirkannya, Kazan. Di kampus, awalnya, Tolstoy memilih belajar di departemen dan fakultas filosofi. Setelah menyelesaikan studi filsafatnya, Tolstoy meneruskan ke fakultas yuridiceskom (fakultas hukum).

Sesudah menyelesaikan proses pendidikan formalnya, Tolstoy memutuskan tidak bekerja di St. Piterburg, kota harapan saat itu. Ia memilih menjadi tuan tanah, melanjutkan kearistokratan orang tuanya. Ia kembali dan tinggal di desa orang tuanya di mana beribu hektare serta 330 petani sudah menunggunya. Di desa orang tuanya, Yasnaya Poliyana, Tolstoy menggarap dan memperkejakan ratusan petani.

Namun, pada akhirnya, Tolstoy memilih meninggalkan dunia tuan tanah yang penuh gemerlap harta benda dan membubarkan para petaninya. Ia memilih jalan sunyi yang jauh dari hiruk-pikuk duniawi. Tolstoy memilih jalan kepenulisan, jalan yang jauh dari tepuk tangan dan sanjungan. Jalan yang jauh dari kemegahan dan kemapanan.

Maka, Tolstoy pun memutuskan pergi meninggalkan desanya menuju kota harapan baru, Rusia. Di sana, pada 1881, ia membeli tanah berukuran kurang lebih tiga hektare. Di atas tanah itu, Tolstoy mendirikan rumah dengan bangunan kayu bertingkat dua. Rumah dengan segala harapan; keluarga besar dengan segudang mimpi, dan tempat lahirnya karya-karya besarnya.

Rumah Penuh Inspirasi

''Aku akan bahagia, jika engkau bagus dalam pendidikanmu," seru Tolstoy terdengar samar dalam rekaman yang selalu diputar setiap ada tamu yang berkunjung ke rumah tuanya. Suara dengan Bahasa Rusia itu merupakan petuah sekaligus harapan Tolstoy terhadap anak-anaknya. Harapan tentang peradaban yang dibangun di atas dunia pendidikan.

Bagi Tolstoy, pendidikan anak adalah segalanya. Karena Tolstoy percaya bahwa pendidikan mampu mengubah dunia; menciptakan kebudayaan, mengukir sejarah, merekayasa dunia menjadi lebih adil dan manusiawi. Karena memang pendidikan memiliki segala hal untuk melakukan perubahan; konsep, gagasan, sistematika, dan kekuatan.

Untuk menciptakan pendidikan yang baik bagi anak-anak, Tolstoy berkeyakinan harus diawali dari lingkungan keluarga. Keluarga adalah institusi terkecil di mana seorang anak bisa memulai membangun mimpi-mimpi dan imajinanasinya. Keluarga yang kering hanya akan menciptakan ketumpulan imajinasi anak; ia hanya melahirkan anak yang gampang panik dan generasi penakut.

Karena itu, bagi Tolstoy, keluarga harus mampu menciptakan pendidikan yang baik bagi anak-anak yang hidup di dalamnya; ada ruang dialog, ada ruang kreatif, ada waktu bermimpi, dan imajinasi konstruktif yang harus terus dipelihara sampai mereka mampu memilih akan peradabannya sendiri.

Itulah kenapa di rumah tua Tolstoy begitu banyak ruang untuk ke-13 anaknya. Semua anaknya oleh Tolstoy diberi ruang sendiri untuk beristirahat dan beraktivitas. Tolstoy yakin anak juga harus memiliki ruang privasinya di mana orang lain, termasuk orang tuanya, tidak bisa menyentuhnya.

Tapi di balik ruang privasi itu, anak harus memiliki ruang dialog dengan yang lain. Ruang apresiasi untuk ekspresi eksistensi sosialnya; dengan orang di luar dirinya. Dalam konteks itulah, rumah besar Tolstoy menyediakan ruang belajar untuk ke-13 anaknya. Ruang yang juga tempat bermain itu berada di lantai satu; begitu luas, satu meja belajar besar, dan seperangkat permainan masih tersimpan rapi di sana.

Di samping ruang belajar, ruang sosial di rumah Tolstoy adalah ruang tamu dan ruang stalovaya (ruang makan besar). Di ruang tamu terhampar meja besar dengan landasan karpet merah. Di ruang lantai dua itu Tolstoy biasa menerima tamu dan memperkenalkan ke-13 anaknya kepada setiap tamu yang datang. Perjumpaan anak dengan ''orang lain'' adalah pertemuan sosial di mana anak diharapkan belajar dan memahami bahwa di luar diri dan keluarganya terdapat orang lain yang juga memiliki makna penting.

Sedangkan stalovoya bagi Tolstoy adalah tempat makan sekaligus dialog terbuka bagi dia dan semua anaknya. Tolstoy berkeyakinan bahwa makan bukan saja persoalan aktivitas pemenuhan terhadap kebutuhan lapar. Tapi makan juga bisa jadi sarana untuk berkomunikasi yang akrab untuk lebih saling mengenal kepribadian masing-masing anaknya.

Begitulah Tolstoy dalam memaknai rumah sebagai pendidikan awal bagi anak-anaknya. Rumah Tolstoy adalah rumah yang penuh inspirasi dalam berkarya dan membangun peradaban. Dari rumah tuanya Tolstoy telah dikenal dunia lewat ketiga karyanya. Dari rumah tuanya Tolstoy mengantarkan ke-13 anaknya mengukir dunia. Dari rumah tuanya Tolstoy telah menjadi inspirasi bagi peradaban dunia. Lantas, mampukah kita menjadikan rumah sebagai inspirasi bagi hidup dan mimpi anak-anak kita? (*)

*) Mahasiswa S-3 RUDN Moskow, Rusia, dan dosen Sosiologi Universitas Negeri Trunojoyo Madura.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Ginandjar Wiludjeng A. Junianto A. Kurnia A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.S Laksana A’yat Khalili Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Razak Abdul Rosyid Abdul Wahab Abdurrahman Wahid Abu Salman Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adam Chiefni Ade P. Nasution Adhitia Armitriant Adi Prasetyo Adrizas AF. Tuasikal Afriza Hanifa Afrizal Malna Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunyoto Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Baso Ahmad Faishal Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Naufel Ahmad Rofiq Ahmad S. Zahari Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ainul Fiah Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akhudiat Akmal Nasery Basral Alam Terkembang Alang Khoiruddin Alex R. Nainggolan Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Almania Rohmah Ami Herman Amien Wangsitalaja Aminah Aminullah HA.Noor Amir Sutaarga Anam Rahus Anata Siregar Andari Karina Anom Andina Dwifatma Andong Buku #3 Andre Mediansyah Andri Awan Anett Tapai Anggie Melianna Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Bae Anton Kurnia Anton Wahyudi Anwar Nuris Ardi Bramantyo Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arie Yani Arief Joko Wicaksono Arief Junianto Ariera Arif Bagus Prasetyo Aris Kurniawan Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Asmaul Fauziyah Asti Musman Atafras Awalludin GD Mualif Ayu Wulan Sari Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Bagus Takwin Bahrul Ulum A. Malik Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Beno Siang Pamungkas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Bernando J Sujibto Berthold Damshauser BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Camelia Mafaza Catatan Cerbung Cerpen Chairul Akhmad Chamim Kohari Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Zaini Ahmad D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Daisuke Miyoshi Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Danusantoso Dareen Tatour Darju Prasetya David Kuncara Denny Mizhar Denza Perdana Desi Sommalia Gustina Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewi Indah Sari Dewi Susme Dian Sukarno Didik Harianto Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jawa Timur Dipo Handoko Diyah Errita Damayanti Djoko Pitono Djoko Saryono Doddy Wisnu Pribadi Dody Kristianto Dody Yan Masfa Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi SS MHum Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Wiyana Dyah Ratna Meta Novia Dyah Sulistyorini Ecep Heryadi Eddy Pranata PNP Edeng Syamsul Ma’arif Eep Saefulloh Fatah EH Kartanegara Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendrawan Sofyan Eko Hendri Saiful Eko Windarto Elnisya Mahendra Elva Lestary Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Sulwesi Endo Suanda Eppril Wulaningtyas R Esai Evan Ys F. Moses F. Rahardi Fadlillah Malin Sutan Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fanny Chotimah Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Febby Fortinella Rusmoyo Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Gabriel Garcia Marquez Galang Ari P. Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gandra Gupta Ganug Nugroho Adi Gerson Poyk Ghassan Kanafani Gita Nuari Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunoto Saparie H.B. Jassin Habibullah Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Hardi Haris del Hakim Haris Saputra Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Aspahani Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana HE. Benyamine Hendra Junaedi Hendra Makmur Heri CS Heri Latief Heri Listianto Herman RN Herry Lamongan Heru CN Heru Nugroho Hikmat Gumelar HL Renjis Magalah Hudan Nur Hujuala Rika Ayu Huminca Sinaga IBM. Dharma Palguna Ibnu Wahyudi Ida Farida Idris Pasaribu Ignas Kleden Ignatius Haryanto Iksan Basoeky Ilham Khoiri Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Ira Puspitaningsih Irfan Budiman Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Zulkarnain Ismail Marzuki Iva Titin Shovia Iwan Kurniawan Jabbar Abdullah Jafar Fakhrurozi Jalan Raya Simo Sungelebak Jamal D. Rahman Jamal T. Suryanata Javed Paul Syatha Jayaning S.A JILFest 2008 Jody Setiawan Johan Edy Raharjo Johannes Sugianto Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Juan Kromen Julika Hasanah Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Ka’bati Karanggeneng Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Keith Foulcher Kemah Budaya Panturan (KBP) Khansa Arifah Adila Khoirul Inayah Khoirul Rosyadi Khudori Husnan Ki Ompong Sudarsono Kirana Kejora Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kukuh S Wibowo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie L.N. Idayanie Laili Rahmawati Lamongan Lan Fang Langgeng Widodo Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lely Yuana Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Liestyo Ambarwati Khohar Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lucia Idayanie Lukman A Sya Lutfiah Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Ismail M Thobroni M. Afifuddin M. Arwan Hamidi M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Luthfi Aziz M. Nurdin M. Yoesoef M.D. Atmaja M.S. Nugroho Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahmud Syaltut Usfa Mahmudi Arif Dahlan Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Martin Aleida Maruli Tobing Mas Ruscita Mashuri Masuki M. Astro Matroni Matroni Muserang Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mia Arista Mia El Zahra Mikael Johani Misbahus Surur Misran Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan Much. Khoiri Muh. Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Aris Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun Muhammadun AS Muhidin M Dahlan Mujtahid Mujtahidin Billah Mukti Sutarman Espe Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik Munawir Aziz Musfarayani Musfi Efrizal Nafisatul Husniah Nandang Darana Naskah Teater Nelson Alwi Ni Made Purnamasari Nikmatus Sholikhah Nina Herlina Lubis Nina Susilo Ning Elia Noor H. Dee Noval Jubbek Novel-novel berbahasa Jawa Novelet Nunuy Nurhayati Nur Azizah Nur Hamzah Nur Kholiq Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Aini Nurul Anam Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Okty Budiati Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Otto Sukatno CR Oyos Saroso H.N. Pagan Press Pagelaran Musim Tandur Palupi Panca Astuti Parimono V / 40 Plandi Jombang Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Petrus Nandi Politik Politik Sastra Pradana Boy ZTF Pramoedya Ananta Toer Pramono Pringadi AS Prof Dr Fabiola D. Kurnia Prosa Puisi Puji Santosa Puji Tyasari Puput Amiranti N Purnawan Andra Purnawan Kristanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang Group PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Ng. Ronggowarsito Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Rahmat Kemat Hidayatullah Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rasanrasan Boengaketji Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Resensi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Ririe Rengganis Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rusmanadi S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saiful Amin Ghofur Saiful Anam Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman S. Yoga Samsudin Adlawi Samsul Anam Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang KSII Santi Puji Rahayu Sapardi Djoko Damono Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra dan Kuasa Simbolik Sastra Jawa Timur Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra Boenga Ketjil #33 Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Khoeriyah Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputra Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soegiharto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sri Weni Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudirman Sugi Lanus Sukron Ma’mun Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaf Anton Wr Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syarif Wadja Bae Sylvianita Widyawati TanahmeraH ArtSpace Tarmuzie (1961-2019) Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tia Setiadi Tirto Suwondo Tita Tjindarbumi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tosa Poetra Tri Nurdianingsih Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulul Azmiyati Umar Fauzi Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Usman Arrumy Utari Tri Prestianti Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W Haryanto W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wan Anwar Wawan Eko Yulianto Wawancara Wina Bojonegoro Wita Lestari Wong Wing King Wowok Hesti Prabowo Xu Xi (Sussy Komala) Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanusa Nugroho Yasraf Amir Piliang Yayat R. Cipasang Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopi Setia Umbara Yudhi Herwibowo Yudi Latif Yusri Fajar Yusuf Ariel Hakim Yuval Noah Harari Zacky Khairul Uman Zainuddin Sugendal Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zed Abidien Zehan Zareez Zhaenal Fanani Zubaidi Khan Zuniest