Selasa, 05 Agustus 2008

BINGKAIAN CINTA

Dewi Susme

Mentari masih tetap terlena di peraduannya saat terdengar suara musik lembut mengalun di sebuah taman di pinggiran kota. Suara Vatan, salah seorang mahasiswa dari Universitas di Malang, Jawa Timur terdengar begitu syahdu dan bikin merinding. Dia adalah seorang sastrawan yang selalu mengutarakan isi hatinya lewat deretan puisi yang begitu indah. Namun sosok puitis itu tidak seberuntung seperti remaja lainnya dalam urusan perciantaan karena dia harus menjalani hari-harinya dengan seorang pecandu narkoba. Vella namanya. Dan dia masih duduk di bangku SMA. Namun apalah arti sebuah cinta. Demi cinta, dia tabah menghadapi semua cobaan.

“Vell…udah berapa puluh kali aku harus bilang ke kamu. Please….tinggalin semua ini. Aku tuh sedih ngelihat kondisi kamu yang memperihatinkan kaya gini.”
“Aku nggak bisa Tan. Kamu juga pasti udah tau kan, kalau aku tu nggak akan pernah bisa ninggalin semua ini.”

“Kamu pasti bisa. Aku yakin itu. Aku sayang banget sama kamu. Makanya aku pengen kamu berubah. Itu barang haram dan Allah sangat membencinya.”
“Udah cukup….. Aku udah bosan dengerin ceramah kamu. Kalau emang kamu sayang sama aku, biarin aku kaya gini.” bentak Vella sembari pergi ninggalin Vatan.
Beberapa jam kemudian, terdengan bunyi telepon. Bunyi itu terasa nyaring di telinga. Cukup lama deringan itu mendenging.
Kring…kring…kring……
Suara telepon terdengar dari tengah. Dan beberapa saat kemudian Vatan pun segera mengangkatnya.

“Hallo,Assalamualaikum…”
“Waalaikum salam. Nak Vatan, ini Ibunya Vella.”
“Oo…ada apa Bu?”
“Gini Nak, tadi Vella pamitan sama Ibu. Katanya dia mau pergi. Kalau gak salah ke puncak bersama teman-temannya..Tapi perasaan Ibu gak enak. Ibu takut akan terjadi sesuatu pada Vella.”
“Ibu tenang dulu ya. Saya akan berusaha untuk mengajaknya pulang.”
“Terima kasih ya Nak Vatan.”
Vatan bingung harus berbuat apa. Akhirnya dia memutuskan untuk menyusul Vella ke puncak. Tepatnya di villa.
Dia mulai meluncurkan motor kesayangannya. Dan melaju begitu cepat. Sampai di sana, dia melihat Vella yang sedang asyik berpesta narkoba dengan teman-temannya.

“Vella…” panggil Vatan dengan wajah kesal.
“Ngapain kamu ke sini?”
“Aku mau ngajak kamu pulang.”
“Kalau aku gak mau?”
“Ya kamu harus mau dong Vell.” bentak Vatan.
“Kok kamu bentak-bentak aku kaya gini sih. Aku tuh paling benci kalau diatur-atur.”
“Oke! Kalau emang kamu gak mau pulang untukku, seenggaknya demi ibu kamu. Kasihan ibumu Vell. Selama ini ibu tu sedih mikirin kamu.”
“Udah ceramahnya? Kalau udah, kita pulang”.kata Vella jutek banget.

Tiada satu bintang pun yang berkelipan menghiasi langit akibat rintik hujan di malam itu. Rasa sakit hati dan kegelisahan pun datang pada Vatan layaknya guntur yang menyambar dan terlarut dalam gemuruh ombak laut yang menghampirinya.
“Ya Allah…ampunilah dosa-dosa hambamu ini. Salahkah hambamu ini yang mencintai dan menyayangi wanita seperti Vella. Sadarkanlah dan kembalikanlah dia ke jalanmu Ya Allah… Aku ingin membuatnya sadar akan dosa yang di perbuatnya selama ini. Kabulkanlah niat hambamu ini Ya Allah. Amiiin…” doa Vatan sehabis sholat pada malam itu. Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamarnya dan Vatan membukanya.

“Eh…elo Fan. Tumben banget elo ke sini?” tanya Vatan pada Tofan. Temannya.
“Gue pengen ngomong sama elo Tan” jawabnya.
“Ngomong apa sih? Kayaknya serius banget!”
“Gue perihatiin sama elo Tan. Cewek elo tuh gak ada baik-baiknya sama sekali. Tau gak? Kalau gue jadi elo, gue bakal ninggalin dia. Seorang pecandu.parah banget….”
“Makasih elo udah peduliin gue. Tapi gue gak bakalan ninggalin dia. Karena gue sayang banget sama dia. Satu hal yang harus elo tau, gue bukan cuma cinta sama dia. Tapi gue juga pengen ngerubah dia tuk ngejauhin hal-hal negatif itu.”
“Terserah elo Fan. Gue sebagai temen elo cuma bisa ngedukung. Gue gak mau elo larut dalam masalah kaya gini. Gue salut banget sama elo Tan!”
“Ini semua karena kekuatan cinta. Thank’s Fan!”
***

Sementara itu, di sudut kamar. Di atas sofa warna pink. Vella tampak berkali-kali mengusap air matanya. Dia tampak begitu sedih karena memikirkan Vatan. Sosok laki-laki yang selama enam bulan ini menemani hari-harinya tanpa menghiraukan siapa dia sabenarnya. Vella merasa dirinya sama sekali nggak pantas buwat Vatan. Vatan laki-laki yang baik dan tentunya sopan. Karena selama pacaran, dia sama sekali nggak menjamah Vella. Vatan bagitu menghargai Vella sebagai perempuan.
“Kenap kamu bisa mencintai wanita sepertiku Tan? Maafin aku. Aku nggak akan pernah bisa ninggalin obat-obatan itu.” isak Vella pelan sambil mengusap foto Vatan yang ada di tangannya.
***

BUBAR…!!
Meskipun hanya satu kata, tapi bisa membuat orang yang terjerat di dalamnya hancur. Sakit hati dan akhirnya frustasi.
Mungkin hal seperti itulah yang dirasakan oleh Vatan yang baru enam bulan menjalin kasih dengan Vella. Perjalanan cintanya kini kandas di tengah jalan. Vella memutuskan untuk berpisah dengan Vatan.
“Aku salah apa Vell ke kamu, sampai kamu mutusin aku tanpa sebab kaya gini?”
“Kamu nggak salah apa-apa ke aku. Justru aku yang banyak salah ke kamu. Aku minta maaf. Aku nggak bisa nurutin semua kainginan kamu. Aku nggak bisa ninggalin obat-obatan itu Tan.”

“Kamu pasti bisa Vell. Aku yakin itu. Kalau emang kamu mau barusaha.”
“Udah Tan. Aku nggak mau bahas soal ini lagi. Mulai sekarang kita udah nggak ada hubungan apa-apa lagi. Selamat tinggal!”
“Vell… tunggu Vell… Vella….” teriak Vatan. Namun Vella tidak menghiraukan dan terus berlari menjauhinya.
***

Setelah seminggu, Vella gak sama-sama lagi dengan Vatan. Kehidupan sehari-harinya makin parah. Dunia malam pun melekat pada dirinya. Akibat pergaulannya yang bebas dengan teman-temannya itu, Vella menjadi lupa akan Tuhannya. Ibu yang talah melahirkannya pun tak dapat mengurungkan niat anaknya itu. Dalam benaknya, cuma ada pesta dan pesta tiap malam. Tentu ada sebabnya, kenapa Vella sampai terjerumus dalam dunia narkoba. Penyebab utamanya yaitu kurangnya kasih sayang dari kedua orang tuanya. Sejak SMP, hampir tiap hari kedua orang tuanya selalu ada konflik. Beda pendapat. Dan sering terdendengar percek-cokkan di antara mereka. Semua itu berlangsung kurang lebih setengah tahun. Dan akhirnya perceraianlah yang terjadi. Ayahnya pergi tanpa jejak. Dan ibunya kerja siang malam tanpa memperhatikan putri semata wayangnya itu. Vella kurang akan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Sebab itulah ia menyalahgunakan kebebasannya. Dan memilih untuk terus mencari kesenangan di luar sebagai pelampiasan pengobat hati yang kesepian.
***

Pada malam itu terdapat pesta narkoba di sebuah rumah milik salah satu teman Vella. Fani namanya. Mereka semua bersenang-senang malam itu. Tanpa di sadari oleh teman-temannya, Vella pingsan dan terjatuh di lantai. Sekujur tubuhnya dingin seperti es. Dan dari mulutnya keluar busa. Akhirnya, Fani, si pemilik rumah mengetahui kejadian itu.

“Vella…elo kenapa? Ayo bangun Vell. Kenapa elo bisa kaya gini?”
“Hey…… elo semua sini dong. Bantuin gue. Ni Vella pingsan.” himbau Fani lebih lanjut pada teman-temannya.
“Ya ampun…….! Ini sih udah kritis” ujar Leo.
“Udah dong! Cepetan angkat. Terus kita bawa ke rumah sakit.”
Mereka langsung membawa Vella ke rumah sakit. Dokter bilang kalau vella overdosis narkotika.

“Leo…gimana nih? Kita harus ngasih tau ibunya Vella.”
“Ya udah. Elo cepet hubungi ibunya. Dan gue akan nyoba hubungi Vatan.”
“Jangan! Elo nggak usah ngasih tau Vatan. Biarin aja dia nggak tau soal ini.” Fani mencegahnya karena dia pun ada feeling ke Vatan.

Ibunya Vella pun datang dan tidak bisa menahan air mata yang keluar membasahi pipinya.
“Nak….kenapa kamu bisa seperti ini? Maafin Ibu yang selama ini tidak bisa ngasih perhatian lebih ke kamu. Kamu anakku satu-satunya. Dan Ibu mohon jangan tinggalin Ibu Nak…..”
***

Dua hari kamudian, koran pagi memberitakan. Seorang pelajar bernama Vella, mantan kekasih dari seorang sastrawan telah tewas akibat overdosis narkotika bersama ibu kandungnya yang bunuh diri dengan menembakkan sebuah pistol ke arah kepalanya karena tidak sanggup kehilangan anaknya. Akhirnya ibu yang berusia empat puluhan itu tewas seketika akibat pelor yang menembus kepalanya.

Vatan sangat shock saat sekilas membaca koran yang memberitakan kejadian tragis yang menimpa dua orang yang sangat dia sayangi. Yaitu Vella dan ibunya. Yang lebih ia sesalkan, kenapa disaat Vella sekarat dia tidak ada di sampingnya. Dan yang tidak dia habis pikir, tidak satu pun orang yang ngasih tau soal kejadian itu kepadanya.
***

Hari mulai merayap senja. Bulan mulai menampakkan senyumnya. Vatan masih tetap duduk di sudut kota yang mulai meremang di selubungi gelap. Setia terhadap cinta tulus yang disandarkannya pada Vella. Menyongsong masa depan yang menyisakan nuansa muram di telan kelamnya malam.

Banyak orang yang salut terhadap Vatan yang benar-benar menghargai makna cinta. Walau harus menjalani hari-harinya dengan seorang pecandu berat dan sampai akhirnya meniggal, namun dia tetap tabah dan tetap bertahan karena cinta. Meski cintanya hanya terbingkai dalam hati. Berselimutkan kehampaan mimpi.

“Vella…. ku ikhlaskan dirimu untuk kembali ke Rahmatullah. Aku berjanji untuk tetap mencintaimu sampai mati. Biarkan cinta ini tetap terbingkai dalam hati. Karena cintaku putih. Seputih sinar mentari. Untukmu yang terkasih.”

Air mata pun menetes lirih. Membasahi kering pipi dalam permainan hari. Semua yang terjadi semata-mata karena takdir Ilahi.
Cinta sejati memang tak harus memiliki. Namun tetap abadi selamanya dalam hati. Dalam hidup yang penuh misteri.**

Lamongan, 2008

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Ginandjar Wiludjeng A. Junianto A. Kurnia A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.S Laksana A’yat Khalili Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Razak Abdul Rosyid Abdul Wahab Abdurrahman Wahid Abu Salman Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adam Chiefni Ade P. Nasution Adhitia Armitriant Adi Prasetyo Adrizas AF. Tuasikal Afriza Hanifa Afrizal Malna Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunyoto Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Baso Ahmad Faishal Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Naufel Ahmad Rofiq Ahmad S. Zahari Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ainul Fiah Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akhudiat Akmal Nasery Basral Alam Terkembang Alang Khoiruddin Alex R. Nainggolan Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Almania Rohmah Ami Herman Amien Wangsitalaja Aminah Aminullah HA.Noor Amir Sutaarga Anam Rahus Anata Siregar Andari Karina Anom Andina Dwifatma Andong Buku #3 Andre Mediansyah Andri Awan Anett Tapai Anggie Melianna Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Bae Anton Kurnia Anton Wahyudi Anwar Nuris Ardi Bramantyo Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arie Yani Arief Joko Wicaksono Arief Junianto Ariera Arif Bagus Prasetyo Aris Kurniawan Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Asmaul Fauziyah Asti Musman Atafras Awalludin GD Mualif Ayu Wulan Sari Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Bagus Takwin Bahrul Ulum A. Malik Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Beno Siang Pamungkas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Bernando J Sujibto Berthold Damshauser BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Camelia Mafaza Catatan Cerbung Cerpen Chairul Akhmad Chamim Kohari Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Zaini Ahmad D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Daisuke Miyoshi Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Danusantoso Dareen Tatour Darju Prasetya David Kuncara Denny Mizhar Denza Perdana Desi Sommalia Gustina Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewi Indah Sari Dewi Susme Dian Sukarno Didik Harianto Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jawa Timur Dipo Handoko Diyah Errita Damayanti Djoko Pitono Djoko Saryono Doddy Wisnu Pribadi Dody Kristianto Dody Yan Masfa Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi SS MHum Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Wiyana Dyah Ratna Meta Novia Dyah Sulistyorini Ecep Heryadi Eddy Pranata PNP Edeng Syamsul Ma’arif Eep Saefulloh Fatah EH Kartanegara Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendrawan Sofyan Eko Hendri Saiful Eko Windarto Elnisya Mahendra Elva Lestary Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Sulwesi Endo Suanda Eppril Wulaningtyas R Esai Evan Ys F. Moses F. Rahardi Fadlillah Malin Sutan Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fanny Chotimah Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Febby Fortinella Rusmoyo Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Gabriel Garcia Marquez Galang Ari P. Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gandra Gupta Ganug Nugroho Adi Gerson Poyk Ghassan Kanafani Gita Nuari Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunoto Saparie H.B. Jassin Habibullah Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Hardi Haris del Hakim Haris Saputra Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Aspahani Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana HE. Benyamine Hendra Junaedi Hendra Makmur Heri CS Heri Latief Heri Listianto Herman RN Herry Lamongan Heru CN Heru Nugroho Hikmat Gumelar HL Renjis Magalah Hudan Nur Hujuala Rika Ayu Huminca Sinaga IBM. Dharma Palguna Ibnu Wahyudi Ida Farida Idris Pasaribu Ignas Kleden Ignatius Haryanto Iksan Basoeky Ilham Khoiri Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Ira Puspitaningsih Irfan Budiman Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Zulkarnain Ismail Marzuki Iva Titin Shovia Iwan Kurniawan Jabbar Abdullah Jafar Fakhrurozi Jalan Raya Simo Sungelebak Jamal D. Rahman Jamal T. Suryanata Javed Paul Syatha Jayaning S.A JILFest 2008 Jody Setiawan Johan Edy Raharjo Johannes Sugianto Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Juan Kromen Julika Hasanah Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Ka’bati Karanggeneng Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Keith Foulcher Kemah Budaya Panturan (KBP) Khansa Arifah Adila Khoirul Inayah Khoirul Rosyadi Khudori Husnan Ki Ompong Sudarsono Kirana Kejora Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kukuh S Wibowo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie L.N. Idayanie Laili Rahmawati Lamongan Lan Fang Langgeng Widodo Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lely Yuana Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Liestyo Ambarwati Khohar Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lucia Idayanie Lukman A Sya Lutfiah Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Ismail M Thobroni M. Afifuddin M. Arwan Hamidi M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Luthfi Aziz M. Nurdin M. Yoesoef M.D. Atmaja M.S. Nugroho Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahmud Syaltut Usfa Mahmudi Arif Dahlan Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Martin Aleida Maruli Tobing Mas Ruscita Mashuri Masuki M. Astro Matroni Matroni Muserang Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mia Arista Mia El Zahra Mikael Johani Misbahus Surur Misran Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan Much. Khoiri Muh. Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Aris Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun Muhammadun AS Muhidin M Dahlan Mujtahid Mujtahidin Billah Mukti Sutarman Espe Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik Munawir Aziz Musfarayani Musfi Efrizal Nafisatul Husniah Nandang Darana Naskah Teater Nelson Alwi Ni Made Purnamasari Nikmatus Sholikhah Nina Herlina Lubis Nina Susilo Ning Elia Noor H. Dee Noval Jubbek Novel-novel berbahasa Jawa Novelet Nunuy Nurhayati Nur Azizah Nur Hamzah Nur Kholiq Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Aini Nurul Anam Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Okty Budiati Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Otto Sukatno CR Oyos Saroso H.N. Pagan Press Pagelaran Musim Tandur Palupi Panca Astuti Parimono V / 40 Plandi Jombang Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Petrus Nandi Politik Politik Sastra Pradana Boy ZTF Pramoedya Ananta Toer Pramono Pringadi AS Prof Dr Fabiola D. Kurnia Prosa Puisi Puji Santosa Puji Tyasari Puput Amiranti N Purnawan Andra Purnawan Kristanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang Group PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Ng. Ronggowarsito Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Rahmat Kemat Hidayatullah Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rasanrasan Boengaketji Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Resensi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Ririe Rengganis Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rusmanadi S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saiful Amin Ghofur Saiful Anam Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman S. Yoga Samsudin Adlawi Samsul Anam Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang KSII Santi Puji Rahayu Sapardi Djoko Damono Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra dan Kuasa Simbolik Sastra Jawa Timur Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra Boenga Ketjil #33 Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Khoeriyah Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputra Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soegiharto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sri Weni Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudirman Sugi Lanus Sukron Ma’mun Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaf Anton Wr Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syarif Wadja Bae Sylvianita Widyawati TanahmeraH ArtSpace Tarmuzie (1961-2019) Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tia Setiadi Tirto Suwondo Tita Tjindarbumi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tosa Poetra Tri Nurdianingsih Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulul Azmiyati Umar Fauzi Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Usman Arrumy Utari Tri Prestianti Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W Haryanto W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wan Anwar Wawan Eko Yulianto Wawancara Wina Bojonegoro Wita Lestari Wong Wing King Wowok Hesti Prabowo Xu Xi (Sussy Komala) Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanusa Nugroho Yasraf Amir Piliang Yayat R. Cipasang Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopi Setia Umbara Yudhi Herwibowo Yudi Latif Yusri Fajar Yusuf Ariel Hakim Yuval Noah Harari Zacky Khairul Uman Zainuddin Sugendal Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zed Abidien Zehan Zareez Zhaenal Fanani Zubaidi Khan Zuniest