Dewi Susme
Mentari masih tetap terlena di peraduannya saat terdengar suara musik lembut mengalun di sebuah taman di pinggiran kota. Suara Vatan, salah seorang mahasiswa dari Universitas di Malang, Jawa Timur terdengar begitu syahdu dan bikin merinding. Dia adalah seorang sastrawan yang selalu mengutarakan isi hatinya lewat deretan puisi yang begitu indah. Namun sosok puitis itu tidak seberuntung seperti remaja lainnya dalam urusan perciantaan karena dia harus menjalani hari-harinya dengan seorang pecandu narkoba. Vella namanya. Dan dia masih duduk di bangku SMA. Namun apalah arti sebuah cinta. Demi cinta, dia tabah menghadapi semua cobaan.
“Vell…udah berapa puluh kali aku harus bilang ke kamu. Please….tinggalin semua ini. Aku tuh sedih ngelihat kondisi kamu yang memperihatinkan kaya gini.”
“Aku nggak bisa Tan. Kamu juga pasti udah tau kan, kalau aku tu nggak akan pernah bisa ninggalin semua ini.”
“Kamu pasti bisa. Aku yakin itu. Aku sayang banget sama kamu. Makanya aku pengen kamu berubah. Itu barang haram dan Allah sangat membencinya.”
“Udah cukup….. Aku udah bosan dengerin ceramah kamu. Kalau emang kamu sayang sama aku, biarin aku kaya gini.” bentak Vella sembari pergi ninggalin Vatan.
Beberapa jam kemudian, terdengan bunyi telepon. Bunyi itu terasa nyaring di telinga. Cukup lama deringan itu mendenging.
Kring…kring…kring……
Suara telepon terdengar dari tengah. Dan beberapa saat kemudian Vatan pun segera mengangkatnya.
“Hallo,Assalamualaikum…”
“Waalaikum salam. Nak Vatan, ini Ibunya Vella.”
“Oo…ada apa Bu?”
“Gini Nak, tadi Vella pamitan sama Ibu. Katanya dia mau pergi. Kalau gak salah ke puncak bersama teman-temannya..Tapi perasaan Ibu gak enak. Ibu takut akan terjadi sesuatu pada Vella.”
“Ibu tenang dulu ya. Saya akan berusaha untuk mengajaknya pulang.”
“Terima kasih ya Nak Vatan.”
Vatan bingung harus berbuat apa. Akhirnya dia memutuskan untuk menyusul Vella ke puncak. Tepatnya di villa.
Dia mulai meluncurkan motor kesayangannya. Dan melaju begitu cepat. Sampai di sana, dia melihat Vella yang sedang asyik berpesta narkoba dengan teman-temannya.
“Vella…” panggil Vatan dengan wajah kesal.
“Ngapain kamu ke sini?”
“Aku mau ngajak kamu pulang.”
“Kalau aku gak mau?”
“Ya kamu harus mau dong Vell.” bentak Vatan.
“Kok kamu bentak-bentak aku kaya gini sih. Aku tuh paling benci kalau diatur-atur.”
“Oke! Kalau emang kamu gak mau pulang untukku, seenggaknya demi ibu kamu. Kasihan ibumu Vell. Selama ini ibu tu sedih mikirin kamu.”
“Udah ceramahnya? Kalau udah, kita pulang”.kata Vella jutek banget.
Tiada satu bintang pun yang berkelipan menghiasi langit akibat rintik hujan di malam itu. Rasa sakit hati dan kegelisahan pun datang pada Vatan layaknya guntur yang menyambar dan terlarut dalam gemuruh ombak laut yang menghampirinya.
“Ya Allah…ampunilah dosa-dosa hambamu ini. Salahkah hambamu ini yang mencintai dan menyayangi wanita seperti Vella. Sadarkanlah dan kembalikanlah dia ke jalanmu Ya Allah… Aku ingin membuatnya sadar akan dosa yang di perbuatnya selama ini. Kabulkanlah niat hambamu ini Ya Allah. Amiiin…” doa Vatan sehabis sholat pada malam itu. Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamarnya dan Vatan membukanya.
“Eh…elo Fan. Tumben banget elo ke sini?” tanya Vatan pada Tofan. Temannya.
“Gue pengen ngomong sama elo Tan” jawabnya.
“Ngomong apa sih? Kayaknya serius banget!”
“Gue perihatiin sama elo Tan. Cewek elo tuh gak ada baik-baiknya sama sekali. Tau gak? Kalau gue jadi elo, gue bakal ninggalin dia. Seorang pecandu.parah banget….”
“Makasih elo udah peduliin gue. Tapi gue gak bakalan ninggalin dia. Karena gue sayang banget sama dia. Satu hal yang harus elo tau, gue bukan cuma cinta sama dia. Tapi gue juga pengen ngerubah dia tuk ngejauhin hal-hal negatif itu.”
“Terserah elo Fan. Gue sebagai temen elo cuma bisa ngedukung. Gue gak mau elo larut dalam masalah kaya gini. Gue salut banget sama elo Tan!”
“Ini semua karena kekuatan cinta. Thank’s Fan!”
***
Sementara itu, di sudut kamar. Di atas sofa warna pink. Vella tampak berkali-kali mengusap air matanya. Dia tampak begitu sedih karena memikirkan Vatan. Sosok laki-laki yang selama enam bulan ini menemani hari-harinya tanpa menghiraukan siapa dia sabenarnya. Vella merasa dirinya sama sekali nggak pantas buwat Vatan. Vatan laki-laki yang baik dan tentunya sopan. Karena selama pacaran, dia sama sekali nggak menjamah Vella. Vatan bagitu menghargai Vella sebagai perempuan.
“Kenap kamu bisa mencintai wanita sepertiku Tan? Maafin aku. Aku nggak akan pernah bisa ninggalin obat-obatan itu.” isak Vella pelan sambil mengusap foto Vatan yang ada di tangannya.
***
BUBAR…!!
Meskipun hanya satu kata, tapi bisa membuat orang yang terjerat di dalamnya hancur. Sakit hati dan akhirnya frustasi.
Mungkin hal seperti itulah yang dirasakan oleh Vatan yang baru enam bulan menjalin kasih dengan Vella. Perjalanan cintanya kini kandas di tengah jalan. Vella memutuskan untuk berpisah dengan Vatan.
“Aku salah apa Vell ke kamu, sampai kamu mutusin aku tanpa sebab kaya gini?”
“Kamu nggak salah apa-apa ke aku. Justru aku yang banyak salah ke kamu. Aku minta maaf. Aku nggak bisa nurutin semua kainginan kamu. Aku nggak bisa ninggalin obat-obatan itu Tan.”
“Kamu pasti bisa Vell. Aku yakin itu. Kalau emang kamu mau barusaha.”
“Udah Tan. Aku nggak mau bahas soal ini lagi. Mulai sekarang kita udah nggak ada hubungan apa-apa lagi. Selamat tinggal!”
“Vell… tunggu Vell… Vella….” teriak Vatan. Namun Vella tidak menghiraukan dan terus berlari menjauhinya.
***
Setelah seminggu, Vella gak sama-sama lagi dengan Vatan. Kehidupan sehari-harinya makin parah. Dunia malam pun melekat pada dirinya. Akibat pergaulannya yang bebas dengan teman-temannya itu, Vella menjadi lupa akan Tuhannya. Ibu yang talah melahirkannya pun tak dapat mengurungkan niat anaknya itu. Dalam benaknya, cuma ada pesta dan pesta tiap malam. Tentu ada sebabnya, kenapa Vella sampai terjerumus dalam dunia narkoba. Penyebab utamanya yaitu kurangnya kasih sayang dari kedua orang tuanya. Sejak SMP, hampir tiap hari kedua orang tuanya selalu ada konflik. Beda pendapat. Dan sering terdendengar percek-cokkan di antara mereka. Semua itu berlangsung kurang lebih setengah tahun. Dan akhirnya perceraianlah yang terjadi. Ayahnya pergi tanpa jejak. Dan ibunya kerja siang malam tanpa memperhatikan putri semata wayangnya itu. Vella kurang akan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Sebab itulah ia menyalahgunakan kebebasannya. Dan memilih untuk terus mencari kesenangan di luar sebagai pelampiasan pengobat hati yang kesepian.
***
Pada malam itu terdapat pesta narkoba di sebuah rumah milik salah satu teman Vella. Fani namanya. Mereka semua bersenang-senang malam itu. Tanpa di sadari oleh teman-temannya, Vella pingsan dan terjatuh di lantai. Sekujur tubuhnya dingin seperti es. Dan dari mulutnya keluar busa. Akhirnya, Fani, si pemilik rumah mengetahui kejadian itu.
“Vella…elo kenapa? Ayo bangun Vell. Kenapa elo bisa kaya gini?”
“Hey…… elo semua sini dong. Bantuin gue. Ni Vella pingsan.” himbau Fani lebih lanjut pada teman-temannya.
“Ya ampun…….! Ini sih udah kritis” ujar Leo.
“Udah dong! Cepetan angkat. Terus kita bawa ke rumah sakit.”
Mereka langsung membawa Vella ke rumah sakit. Dokter bilang kalau vella overdosis narkotika.
“Leo…gimana nih? Kita harus ngasih tau ibunya Vella.”
“Ya udah. Elo cepet hubungi ibunya. Dan gue akan nyoba hubungi Vatan.”
“Jangan! Elo nggak usah ngasih tau Vatan. Biarin aja dia nggak tau soal ini.” Fani mencegahnya karena dia pun ada feeling ke Vatan.
Ibunya Vella pun datang dan tidak bisa menahan air mata yang keluar membasahi pipinya.
“Nak….kenapa kamu bisa seperti ini? Maafin Ibu yang selama ini tidak bisa ngasih perhatian lebih ke kamu. Kamu anakku satu-satunya. Dan Ibu mohon jangan tinggalin Ibu Nak…..”
***
Dua hari kamudian, koran pagi memberitakan. Seorang pelajar bernama Vella, mantan kekasih dari seorang sastrawan telah tewas akibat overdosis narkotika bersama ibu kandungnya yang bunuh diri dengan menembakkan sebuah pistol ke arah kepalanya karena tidak sanggup kehilangan anaknya. Akhirnya ibu yang berusia empat puluhan itu tewas seketika akibat pelor yang menembus kepalanya.
Vatan sangat shock saat sekilas membaca koran yang memberitakan kejadian tragis yang menimpa dua orang yang sangat dia sayangi. Yaitu Vella dan ibunya. Yang lebih ia sesalkan, kenapa disaat Vella sekarat dia tidak ada di sampingnya. Dan yang tidak dia habis pikir, tidak satu pun orang yang ngasih tau soal kejadian itu kepadanya.
***
Hari mulai merayap senja. Bulan mulai menampakkan senyumnya. Vatan masih tetap duduk di sudut kota yang mulai meremang di selubungi gelap. Setia terhadap cinta tulus yang disandarkannya pada Vella. Menyongsong masa depan yang menyisakan nuansa muram di telan kelamnya malam.
Banyak orang yang salut terhadap Vatan yang benar-benar menghargai makna cinta. Walau harus menjalani hari-harinya dengan seorang pecandu berat dan sampai akhirnya meniggal, namun dia tetap tabah dan tetap bertahan karena cinta. Meski cintanya hanya terbingkai dalam hati. Berselimutkan kehampaan mimpi.
“Vella…. ku ikhlaskan dirimu untuk kembali ke Rahmatullah. Aku berjanji untuk tetap mencintaimu sampai mati. Biarkan cinta ini tetap terbingkai dalam hati. Karena cintaku putih. Seputih sinar mentari. Untukmu yang terkasih.”
Air mata pun menetes lirih. Membasahi kering pipi dalam permainan hari. Semua yang terjadi semata-mata karena takdir Ilahi.
Cinta sejati memang tak harus memiliki. Namun tetap abadi selamanya dalam hati. Dalam hidup yang penuh misteri.**
Lamongan, 2008
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Selasa, 05 Agustus 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Ginandjar Wiludjeng
A. Junianto
A. Kurnia
A. Qorib Hidayatullah
A. Yusrianto Elga
A.S Laksana
A’yat Khalili
Aang Fatihul Islam
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi WM
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Malik
Abdul Razak
Abdul Rosyid
Abdul Wahab
Abdurrahman Wahid
Abu Salman
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Adam Chiefni
Ade P. Nasution
Adhitia Armitriant
Adi Prasetyo
Adrizas
AF. Tuasikal
Afriza Hanifa
Afrizal Malna
Agama Para Bajingan
Agnes Rita Sulistyawaty
Aguk Irawan M.N.
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Ahda Imran
Ahid Hidayat
Ahmad Baso
Ahmad Faishal
Ahmad Fatoni
Ahmad Hasan MS
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Khotim Muzakka
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Naufel
Ahmad Rofiq
Ahmad S. Zahari
Ahmad Syauqi Sumbawi
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ahsanu Nadia
Aini Aviena Violeta
Ainul Fiah
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Akhmad Sofyan Hadi
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Akmal Nasery Basral
Alam Terkembang
Alang Khoiruddin
Alex R. Nainggolan
Alfian Dippahatang
Ali Audah
Ali Mahmudi CH
Ali Rif’an
Almania Rohmah
Ami Herman
Amien Wangsitalaja
Aminah
Aminullah HA.Noor
Amir Sutaarga
Anam Rahus
Anata Siregar
Andari Karina Anom
Andina Dwifatma
Andong Buku #3
Andre Mediansyah
Andri Awan
Anett Tapai
Anggie Melianna
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anjrah Lelono Broto
Anton Bae
Anton Kurnia
Anton Wahyudi
Anwar Nuris
Ardi Bramantyo
Ardus M Sawega
Arie MP Tamba
Arie Yani
Arief Joko Wicaksono
Arief Junianto
Ariera
Arif Bagus Prasetyo
Aris Kurniawan
Arman A.Z.
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Sambodja
Asmaul Fauziyah
Asti Musman
Atafras
Awalludin GD Mualif
Ayu Wulan Sari
Aziz Abdul Gofar
Azizah Hefni
Bagus Takwin
Bahrul Ulum A. Malik
Balada
Bale Aksara
Balok Sf
Bambang Kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Beni Setia
Benny Arnas
Benny Benke
Beno Siang Pamungkas
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Berita Duka
Berita Koran
Bernando J Sujibto
Berthold Damshauser
BI Purwantari
Binhad Nurrohmat
Bobby Gunawan
Bonari Nabonenar
Brunel University London
Budaya
Budi Darma
Budi P. Hatees
Budiman S. Hartoyo
Burhanuddin Bella
Camelia Mafaza
Catatan
Cerbung
Cerpen
Chairul Akhmad
Chamim Kohari
Chavchay Syaifullah
Cover Buku
Cucuk Espe
D. Zaini Ahmad
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Dahta Gautama
Daisuke Miyoshi
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Danusantoso
Dareen Tatour
Darju Prasetya
David Kuncara
Denny Mizhar
Denza Perdana
Desi Sommalia Gustina
Desiana Medya A.L
Dewan Kesenian Lamongan (DKL)
Dewi Indah Sari
Dewi Susme
Dian Sukarno
Didik Harianto
Didik Kusbiantoro
Dina Jerphanion
Dina Oktaviani
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jawa Timur
Dipo Handoko
Diyah Errita Damayanti
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddy Wisnu Pribadi
Dody Kristianto
Dody Yan Masfa
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dr Junaidi SS MHum
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi Wiyana
Dyah Ratna Meta Novia
Dyah Sulistyorini
Ecep Heryadi
Eddy Pranata PNP
Edeng Syamsul Ma’arif
Eep Saefulloh Fatah
EH Kartanegara
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Hendrawan Sofyan
Eko Hendri Saiful
Eko Windarto
Elnisya Mahendra
Elva Lestary
Emha Ainun Nadjib
Emil WE
Endah Sulwesi
Endo Suanda
Eppril Wulaningtyas R
Esai
Evan Ys
F. Moses
F. Rahardi
Fadlillah Malin Sutan
Fahmi Faqih
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fajar Kurnianto
Fanani Rahman
Fanny Chotimah
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Febby Fortinella Rusmoyo
Felix K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Gabriel Garcia Marquez
Galang Ari P.
Galuh Tulus Utama
Gampang Prawoto
Gandra Gupta
Ganug Nugroho Adi
Gerson Poyk
Ghassan Kanafani
Gita Nuari
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunoto Saparie
H.B. Jassin
Habibullah
Hadi Napster
Hadriani Pudjiarti
Halim HD
Halimi Zuhdy
Hamberan Syahbana
Han Gagas
Hanibal W. Y. Wijayanta
Hardi
Haris del Hakim
Haris Saputra
Harri Ash Shiddiqie
Hartono Harimurti
Hary B Kori’un
Hasan Aspahani
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
HE. Benyamine
Hendra Junaedi
Hendra Makmur
Heri CS
Heri Latief
Heri Listianto
Herman RN
Herry Lamongan
Heru CN
Heru Nugroho
Hikmat Gumelar
HL Renjis Magalah
Hudan Nur
Hujuala Rika Ayu
Huminca Sinaga
IBM. Dharma Palguna
Ibnu Wahyudi
Ida Farida
Idris Pasaribu
Ignas Kleden
Ignatius Haryanto
Iksan Basoeky
Ilham Khoiri
Imam Cahyono
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Ira Puspitaningsih
Irfan Budiman
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Iskandar Zulkarnain
Ismail Marzuki
Iva Titin Shovia
Iwan Kurniawan
Jabbar Abdullah
Jafar Fakhrurozi
Jalan Raya Simo Sungelebak
Jamal D. Rahman
Jamal T. Suryanata
Javed Paul Syatha
Jayaning S.A
JILFest 2008
Jody Setiawan
Johan Edy Raharjo
Johannes Sugianto
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Jual Buku
Jual Buku Paket Hemat
Juan Kromen
Julika Hasanah
Jurnalisme Sastrawi
Jusuf AN
Juwairiyah Mawardy
Ka’bati
Karanggeneng
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Keith Foulcher
Kemah Budaya Panturan (KBP)
Khansa Arifah Adila
Khoirul Inayah
Khoirul Rosyadi
Khudori Husnan
Ki Ompong Sudarsono
Kirana Kejora
Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia
Korrie Layun Rampan
Kostela
Kritik Sastra
Kukuh S Wibowo
Kurnia Effendi
Kurniawan
Kuswaidi Syafi'ie
L.N. Idayanie
Laili Rahmawati
Lamongan
Lan Fang
Langgeng Widodo
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Lely Yuana
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember
Liestyo Ambarwati Khohar
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liza Wahyuninto
Lucia Idayanie
Lukman A Sya
Lutfiah
Lynglieastrid Isabellita
M Arman AZ
M Ismail
M Thobroni
M. Afifuddin
M. Arwan Hamidi
M. Lukluk Atsmara Anjaina
M. Lutfi
M. Luthfi Aziz
M. Nurdin
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.S. Nugroho
Mahendra Cipta
Mahmud Jauhari Ali
Mahmud Syaltut Usfa
Mahmudi Arif Dahlan
Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Martin Aleida
Maruli Tobing
Mas Ruscita
Mashuri
Masuki M. Astro
Matroni
Matroni Muserang
Media: Crayon on Paper
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Mia Arista
Mia El Zahra
Mikael Johani
Misbahus Surur
Misran
Mohamad Ali Hisyam
Mohammad Eri Irawan
Much. Khoiri
Muh. Muhlisin
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Aris
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Rain
Muhammad Taufiqurrohman
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun
Muhammadun AS
Muhidin M Dahlan
Mujtahid
Mujtahidin Billah
Mukti Sutarman Espe
Mulyadi SA
Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik
Munawir Aziz
Musfarayani
Musfi Efrizal
Nafisatul Husniah
Nandang Darana
Naskah Teater
Nelson Alwi
Ni Made Purnamasari
Nikmatus Sholikhah
Nina Herlina Lubis
Nina Susilo
Ning Elia
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel-novel berbahasa Jawa
Novelet
Nunuy Nurhayati
Nur Azizah
Nur Hamzah
Nur Kholiq
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurul Aini
Nurul Anam
Nurul Komariyah
Nuryana Asmaudi SA
Nyoman Tusthi Eddy
Obrolan
Okty Budiati
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Otto Sukatno CR
Oyos Saroso H.N.
Pagan Press
Pagelaran Musim Tandur
Palupi Panca Astuti
Parimono V / 40 Plandi Jombang
Pawang Surya Kencana
PDS H.B. Jassin
Petrus Nandi
Politik
Politik Sastra
Pradana Boy ZTF
Pramoedya Ananta Toer
Pramono
Pringadi AS
Prof Dr Fabiola D. Kurnia
Prosa
Puisi
Puji Santosa
Puji Tyasari
Puput Amiranti N
Purnawan Andra
Purnawan Kristanto
Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin
Pustaka Ilalang Group
PUstaka puJAngga
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R. Ng. Ronggowarsito
Rachmad Djoko Pradopo
Radhar Panca Dahana
Rahmat Kemat Hidayatullah
Rahmat Sularso Nh
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rasanrasan Boengaketji
Raudal Tanjung Banua
Redland Movie
Reiny Dwinanda
Resensi
Rialita Fithra Asmara
Ribut Wijoto
Riki Dhamparan Putra
Riki Utomi
Ririe Rengganis
Risang Anom Pujayanto
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Roso Titi Sarkoro
Rozi Kembara
Rukardi
Rumah Budaya Pantura (RBP)
Rusmanadi
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saiful Amin Ghofur
Saiful Anam
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Salman S. Yoga
Samsudin Adlawi
Samsul Anam
Sanggar Lukis Alam
Sanggar Pasir
Sanggar Rumah Ilalang KSII
Santi Puji Rahayu
Sapardi Djoko Damono
Saroni Asikin
Sartika Dian Nuraini
Sastra dan Kuasa Simbolik
Sastra Jawa Timur
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sayyid Fahmi Alathas
SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang
SelaSastra Boenga Ketjil
SelaSastra Boenga Ketjil #33
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Setia Naka Andrian
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sinopsis
Siti Khoeriyah
Siti Muyassarotul Hafidzoh
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputra
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Slamet Rahardjo Rais
Soegiharto
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Spectrum Center Press
Sri Weni
Sri Wintala Achmad
Suci Ayu Latifah
Sucipto Hadi Purnomo
Sudirman
Sugi Lanus
Sukron Ma’mun
Sulaiman Djaya
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Supriyadi
Surya Lesmana
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyanto
Syaf Anton Wr
Syaifuddin Gani
Syaiful Amin
Syarif Wadja Bae
Sylvianita Widyawati
TanahmeraH ArtSpace
Tarmuzie (1961-2019)
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Presetyo
Teguh Setiawan
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Tia Setiadi
Tirto Suwondo
Tita Tjindarbumi
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan
Tosa Poetra
Tri Nurdianingsih
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Ulul Azmiyati
Umar Fauzi
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Usman Arrumy
Utari Tri Prestianti
Viddy AD Daery
Virdika Rizky Utama
W Haryanto
W.S. Rendra
Wahyu Prasetya
Wan Anwar
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wina Bojonegoro
Wita Lestari
Wong Wing King
Wowok Hesti Prabowo
Xu Xi (Sussy Komala)
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yanusa Nugroho
Yasraf Amir Piliang
Yayat R. Cipasang
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yopi Setia Umbara
Yudhi Herwibowo
Yudi Latif
Yusri Fajar
Yusuf Ariel Hakim
Yuval Noah Harari
Zacky Khairul Uman
Zainuddin Sugendal
Zamakhsyari Abrar
Zawawi Se
Zed Abidien
Zehan Zareez
Zhaenal Fanani
Zubaidi Khan
Zuniest
Tidak ada komentar:
Posting Komentar