Selasa, 05 Agustus 2008

CONFESSION OF BROKEN HOME

Ariera

Kesejukan semakin teras dingin, saat aku menikmati pemandangan dari pavilium villaku di daerah Malang. Di belakang villa terlihat segerombolan anak muda yang tak asing bagiku. Mereka sedang berebut bola basket.

“Woy……Nda, main sama kita yuk. Dari pada kau bengong sendiri di situ !” teriak Rendi salah satu sahabatku yang selalu perhatian padaku.
“Mau dong. Ntar dulu. Gue mau ganti baju dulu.”

Aku sering datang ke villa ini. Di samping dapat ketenangan jiwa, di sini aku juga punya teman-teman yang selalu ada untukku setiap sore. Kalo boleh sombong, aku memang gadis yang selalu jadi perhatian di sini. Kata mereka, aku manis. Padahal aku gadis yang tomboi. Aku juga anak orang kaya di daerah itu.

Randi dan teman-temanku yang lain memang bukan anak orang kaya. Tapi mereka lebih beruntung dari pada aku. Yap, aku adalah korban dari kahancuran kaluarga. Orang tuaku menikah tanpa dasar cinta. Melainkan dijodohkan. Mungkin itu sebab terjadinya cekcok di keluargaku setiap harinya. Rumah yang bagai neraka yang berhias omelan mama dan bantahan papa. Aku semakin jarang pulang. Aku menghabiskan waktuku di diskotik atau di villa yang sekarang kutempati. Aku bosan di rumah sendirian. Papa selalu pergi keluar kota. Sedang mama, sibuk di salon kecantikannya. Entah apa yang di lakukan mama di sana. Yang jelas aku tidak suka mama di sana. Di samping karena aku tidak di perhatikan, juga karena para lelaki langganan mama yang kebanyakan mata keranjang. Dan semua itu yang membuat mama dan papa bertengkar tiap hari.

Di tengah permainanku memantulkan bola, aku lihat dari kejauhan sekelompok keluarga yang sedang memancing di pinggir danau. Canda tawa terdengar bertautan. Keceriaan merona di wajah mereka.

“Ya Tuhan, kapan keluargaku seperti itu. Seandainya itu adalah keluergaku, aku pasti tak-kan seperti ini.” batinku menangis
“Woy, lagi lihat hantu ya? Cepetan lempar bolanya !” suara Randi yang nyaring itu membuyarkan kepedihan hatiku.
“Sorry, sorry…….” balasku.
***

Malam ini aku pulang jam 11.30. Aku melihat dengan mata yang merabun, hanya ada papa di ruang tamu. Tanpa tegur sapa, aku mendaki tangga menuju kamarku.
Baru saja aku buka pintu kamarku, terdengar suara pintu terbuka.

“Ma, Mama ini apa-apaan sih. Tiap hari pulang malam. Apa saja yang Mama lakukan di luar sana? Apa Mama tidak kasihan dengan Nanda? Dia di rumah sendirian tiap hari. Lihat tuh dia di kamarnya. Baru pulang. Dia mabuk lagi. Semua ini gara-gara Mama yang nggak pernah perhatiin dia. Mana tanggung jawab Mama sebagai ibu? Mana, Ma? Jangan-jangan Mama punya selingkuhan di salon! Makanya Mama betah di sana.” tuduh Papa dengan emosi.

“E….e…eh. Seenaknya saja Papa bilang Mama selingkuh. Bukannya Papa yang selingkuh sama gadis kuliahan. Papa juga sering pulang malam kan? Lagian bukan cuma Mama yang bertanggungjawab merawat Nanda. Papa juga. Mama kerja di salon juga untuk menutupi biaya keluarga kita.” bantah Mama dengan emosi juga.

“Jadi Mama mengatakan penghasilan Papa kurang, begitu? Papa ini sudah kerja banting tulang. Wajar Papa pulang malam. Harusnya Mama itu di ruma saja. Dan mendidik Nanda. Lihat Nanda sekarang! Dia sudah seperti anak laki-laki. Semuanya gara-gara Mama yang nggak pernah perhatikan dia.” balas Papa.
“Bla……bla……..”
Aku semakin depresi dengan pertengkaran mereka. Di lantai atas aku hanya bisa melihat dan menangis.
“Diaaam!” teriakku.

DOR……… Suara pintu yang aku banting. Aku nyalakan rokok dan kuhisap dalam-dalam .Aku putar VCD playerku sekeras-kerasnya agar aku tak mendengar pertengkaran mereka. Aku memang pecandu rokok dan minuman keras. Tapi aku bukan pengguna narkoba. Aku takut mati seperti temanku, Ben. Dia overdosis dan mati di kamar mandi sekolahku. Rokokku yang habis membawaku tertidur dalam kepenatan.

Pagi ini amatlah tenang. Akankah suasana setenang ini bisa hadir di rumahku? Aku lihat di meja makan, ada papa dan mama yang menungguku. “Tumben di rumah? Biasanya sebelum ayam berkokok mereka sudah hilang entah ke mana.” batinku.
“Pagi Ma, Pa. tumben hari Senin di rumah? Biasanya udah pergi!” tanyaku sinis.
“Ada yang mau kami omongin ke kamu Sayang.” jawab Mama.
“Setelah kami merundingkan semalaman, kami memutuskan untuk….. bercerai. Nanti siang kami akan ke pengadilan agama.” kata Papa serius.

Roti yang baru tertelan di tenggorokan, seakan menyekikku. Hingga aku sulit bernafas.
“Apa……..??! Tak adakah jalan lain untuk masalah ini?” tanyaku perih menahan tangis. Dan yang aku dapat hanya gelengan kepala papa dan mama. Tak pernah aku bayangkan, jika keluargaku akan berakhir seperti ini.

“Kenapa sih, kalian tuh egois banget? Tidakkah kau lihat aku di sini? Tidakkah kau pahami perasaanku? Selama ini aku diam, karena kalian tak pernah membicarakan masalah ini padaku. Aku malu punya orang tua seperti kalian. Aku malu. Kalian egois. Tak punya hati. Aku muak dengan kalian. Aku benci kalian.” emosiku tak terkontrol.
Pyaaaa…….r, suara piring yang aku buang. Aku berlari keluar. Aku tancap gas mobil sekuat munggkin menuju villa. Aku kira setelah aku katakan semua itu, mereka tidak akan bercerai. Tapi ternyata mereka berpisah juga.

Sebulan sudah mereka bercerai. Setelah perceraian itu aku tinggal dengan mama. Semakin hari aku semakin tak terkontrol. Aku yang semula selalu dapat peringkat sepuluh besar kini menjadi tiga puluh besar. Aku pun semakin jauh dari agama. Bahkan aku tak mengenal Tuhan. Aku yang dulu hanya doyan rokok dan minuman keras, kini jadi pengonsumsi narkoba yang setia. Untung saja aku tak bermain cinta. Aku memang benci dengan cinta. Dia tak bisa manyatukan hati oarng tuaku. Banyak orang memuja cinta. Tapi aku……? Aku membenci cinta hingga inti bumi dan dasar samudra. Apalagi setelah aku dengar kabar, kalo papa akan menikah dengan gadis yang usianya tak jauh dariku. Bayangkan, gadis berusia dua puluh tiga tahun akan jadi ibu tiri dari gadis berusia delapan belas tahun. Apa kata dunia nanti?

Aku sangat terpukul dengan kejadian ini. Hari-hari aku lalui dengan semua hal yang aku suka. Tanpa aku tahu tujuan semua ini. Aku habiskan waktuku di villa yang sepi tanpa penghuni. Aku tenangkan diri di dalamnya. Aku pikir villa ini adalah tempat yang aman untuk melakukan aktifitasku yang bejat. Aku lampiaskan amarah dan kepenatanku dengan menghirup bubuk putih yang membuat fikiranku melayang. Entah kemana.

“Morning Non……..Nanda? Apa yang kau lakukan?” Randi yang datang tanpa suara dan aba-aba itu mambuat bubuk putih itu melayang ke udara.
“Apa itu? Apa-apaan kau ini? Kau tau kan ini barang berbahaya. Nyawamu bisa melayang. Buang! Buang semua benda ini !” kata Randi sambil membuang bubuk putihku.
“Rah…… Ran…… jangan…… jangan buang itu. Stop !” teriakku.
“He, apa urusanmu? Aku tidak mengganggumu kan? Jadi jangan ganggu aku. Cepat pergi dari sini. Cepat !” tambahku lagi.

“Aku tidak akan pergi dari sini. Aku sahabatmu. Dan aku sayang sama kamu. Aku tidak akan membiarkan orang yang aku cintai berada di pintu kematian.” jawabnya.
“Di pintu kematian katamu? Percuma! Setengah bulan lagi, aku akan mati. Dan aku bahagia jika aku bisa mati secepatnya. Dari pada aku hidup hanya menikmati penderitaan saja.” jawabku.

“Apa maksudmu setengah bulan lagi kau akan mati?” tanyanya binggung.
“Dua bulan yang lalu. Tepatnya sebelum mama dan papa bercerai, aku pernah memeriksakan diri ke dokter. Aku sering mimisan dan pingsan. Aku juga sering keluar darah dari mulut dan menggigil kedinginan saat terkena angin yang lembut. Dan kata dokter, aku terkena kanker hati. Hidupku di fonis tinggal dua bulan. Dan sekarang sedah hampir dua bulan Ren. Aku akan mati Ren. Aku akan mati.” jelasku panjang lebar sambil terisak tangis.

“Sabar ya Nda, ini hanya ujian buatmu.” Rendi mencoba menenagkan aku. Dan memelukku.
“Hik..hik….kanapa Tuhan tak adil sama aku Ren. Tuhan sudah menghancurkan keluargaku. Dan Tuhan juga akan menggambil nyawaku. Apa salahku? Aku tahu, aku tidak menyembah-Nya. Tapi kenapa aku harus di hukum dengan sebegini beratnya Ren? Kenapa Ren?” tanyaku melas.

“Ini teguran Nda. Teguran dari Tuhan. Jadi sekarang kau harus lebih mendekatkan diri pada Tuhan. Kau sudah terlalu jauh dari agama. Jadi mulailah dari awal Nda. Di detik-detik kepergianmu, Tuhan ingin kau bertaubat. Dan aku ingin kau tahu kalau aku…. aku… aku…. sangat mencintaimu.” jelas Randi panjang lebar.
“Apa kau mencintaiku? Tapi aku akan mati. Apakah kau masih mencintaiku, setelah kau tau begaimana aku sekarang?”

“Ya, aku masih mencintaimu. Aku sudah lama memendam ini. Karena aku tahu, kalau kau benci cinta. Jadi aku takut persahabatan kita akan hancur. Tapi sekarang aku beranikan diri untuk menyatakannya. Aku takut kalau nanti aku kecewa karena tak sempat mengutarakan ini.” jelasnya.
“Ren…. Aku…”
Belum sempat aku mengatakan kalau aku juga mencintainya, darah sudah keluar dari mulutku. Dan aku pingsan.
***

Aku buka mata dengan pelan-pelan. Aku tak tahu sudah berapa lama aku tertidur. Di sampingku ada mama, papa, dan Randi. Mereka terlihat cemas. Mama menangis sejadi-jadinya.

“Nanda, kamu sudah bangun Sayang. Apa yang kamu rasakan sayang? Hik…. hik…… maafkan Mama Sayang. Kenapa kamu tidak mengatakan itu pada Mama dan Papa?” suara Mama yang bergetar membuat air mataku meleleh.
“Nanda juga minta maaf sama Mama dan Papa. Ma Nanda nggak apa-apa kok Ma. Nanda banyak salah sama kalian.” jawabku.

“Ma…. mungkin ini saatnya Nanda pergi. Jaga diri baik-baik ya Ma. Ya Pa. Meski Papa udah nggak sama Mama, aku harap Papa masih mau merhatiin Mama. Papa juga mau nikah lagi kan? Aku harap rumah tangga Papa lebih baik dari sebelumya. Ren, aku sangat berterimakasih kepadamu karena kau sudah menyadarkan aku. Aku… aku juga mencin… tai… mu.” kataku terbata-bata.

Tuhan, secepat ini kau ambil nyawaku. Kumohon ampuni segala dosaku Tuhan. Waktuku telah aku gunakan untuk bersenang-senag di jalan setan. Aku lalai dengan hukuman abadimu di akhirat sana. Kini aku hanya bisa menyesali perbuatanku. Dosa yang bersarang di tubuh ini akan aku nikmati hasilnya di neraka jahanam-Mu. Maafkan aku Tuhan… Maafkan aku!.**

Gresik, 2008

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Ginandjar Wiludjeng A. Junianto A. Kurnia A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.S Laksana A’yat Khalili Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Razak Abdul Rosyid Abdul Wahab Abdurrahman Wahid Abu Salman Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adam Chiefni Ade P. Nasution Adhitia Armitriant Adi Prasetyo Adrizas AF. Tuasikal Afriza Hanifa Afrizal Malna Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunyoto Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Baso Ahmad Faishal Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Naufel Ahmad Rofiq Ahmad S. Zahari Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ainul Fiah Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akhudiat Akmal Nasery Basral Alam Terkembang Alang Khoiruddin Alex R. Nainggolan Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Almania Rohmah Ami Herman Amien Wangsitalaja Aminah Aminullah HA.Noor Amir Sutaarga Anam Rahus Anata Siregar Andari Karina Anom Andina Dwifatma Andong Buku #3 Andre Mediansyah Andri Awan Anett Tapai Anggie Melianna Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Bae Anton Kurnia Anton Wahyudi Anwar Nuris Ardi Bramantyo Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arie Yani Arief Joko Wicaksono Arief Junianto Ariera Arif Bagus Prasetyo Aris Kurniawan Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Asmaul Fauziyah Asti Musman Atafras Awalludin GD Mualif Ayu Wulan Sari Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Bagus Takwin Bahrul Ulum A. Malik Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Beno Siang Pamungkas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Bernando J Sujibto Berthold Damshauser BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Camelia Mafaza Catatan Cerbung Cerpen Chairul Akhmad Chamim Kohari Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Zaini Ahmad D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Daisuke Miyoshi Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Danusantoso Dareen Tatour Darju Prasetya David Kuncara Denny Mizhar Denza Perdana Desi Sommalia Gustina Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewi Indah Sari Dewi Susme Dian Sukarno Didik Harianto Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jawa Timur Dipo Handoko Diyah Errita Damayanti Djoko Pitono Djoko Saryono Doddy Wisnu Pribadi Dody Kristianto Dody Yan Masfa Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi SS MHum Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Wiyana Dyah Ratna Meta Novia Dyah Sulistyorini Ecep Heryadi Eddy Pranata PNP Edeng Syamsul Ma’arif Eep Saefulloh Fatah EH Kartanegara Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendrawan Sofyan Eko Hendri Saiful Eko Windarto Elnisya Mahendra Elva Lestary Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Sulwesi Endo Suanda Eppril Wulaningtyas R Esai Evan Ys F. Moses F. Rahardi Fadlillah Malin Sutan Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fanny Chotimah Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Febby Fortinella Rusmoyo Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Gabriel Garcia Marquez Galang Ari P. Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gandra Gupta Ganug Nugroho Adi Gerson Poyk Ghassan Kanafani Gita Nuari Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunoto Saparie H.B. Jassin Habibullah Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Hardi Haris del Hakim Haris Saputra Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Aspahani Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana HE. Benyamine Hendra Junaedi Hendra Makmur Heri CS Heri Latief Heri Listianto Herman RN Herry Lamongan Heru CN Heru Nugroho Hikmat Gumelar HL Renjis Magalah Hudan Nur Hujuala Rika Ayu Huminca Sinaga IBM. Dharma Palguna Ibnu Wahyudi Ida Farida Idris Pasaribu Ignas Kleden Ignatius Haryanto Iksan Basoeky Ilham Khoiri Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Ira Puspitaningsih Irfan Budiman Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Zulkarnain Ismail Marzuki Iva Titin Shovia Iwan Kurniawan Jabbar Abdullah Jafar Fakhrurozi Jalan Raya Simo Sungelebak Jamal D. Rahman Jamal T. Suryanata Javed Paul Syatha Jayaning S.A JILFest 2008 Jody Setiawan Johan Edy Raharjo Johannes Sugianto Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Juan Kromen Julika Hasanah Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Ka’bati Karanggeneng Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Keith Foulcher Kemah Budaya Panturan (KBP) Khansa Arifah Adila Khoirul Inayah Khoirul Rosyadi Khudori Husnan Ki Ompong Sudarsono Kirana Kejora Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kukuh S Wibowo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie L.N. Idayanie Laili Rahmawati Lamongan Lan Fang Langgeng Widodo Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lely Yuana Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Liestyo Ambarwati Khohar Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lucia Idayanie Lukman A Sya Lutfiah Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Ismail M Thobroni M. Afifuddin M. Arwan Hamidi M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Luthfi Aziz M. Nurdin M. Yoesoef M.D. Atmaja M.S. Nugroho Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahmud Syaltut Usfa Mahmudi Arif Dahlan Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Martin Aleida Maruli Tobing Mas Ruscita Mashuri Masuki M. Astro Matroni Matroni Muserang Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mia Arista Mia El Zahra Mikael Johani Misbahus Surur Misran Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan Much. Khoiri Muh. Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Aris Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun Muhammadun AS Muhidin M Dahlan Mujtahid Mujtahidin Billah Mukti Sutarman Espe Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik Munawir Aziz Musfarayani Musfi Efrizal Nafisatul Husniah Nandang Darana Naskah Teater Nelson Alwi Ni Made Purnamasari Nikmatus Sholikhah Nina Herlina Lubis Nina Susilo Ning Elia Noor H. Dee Noval Jubbek Novel-novel berbahasa Jawa Novelet Nunuy Nurhayati Nur Azizah Nur Hamzah Nur Kholiq Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Aini Nurul Anam Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Okty Budiati Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Otto Sukatno CR Oyos Saroso H.N. Pagan Press Pagelaran Musim Tandur Palupi Panca Astuti Parimono V / 40 Plandi Jombang Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Petrus Nandi Politik Politik Sastra Pradana Boy ZTF Pramoedya Ananta Toer Pramono Pringadi AS Prof Dr Fabiola D. Kurnia Prosa Puisi Puji Santosa Puji Tyasari Puput Amiranti N Purnawan Andra Purnawan Kristanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang Group PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Ng. Ronggowarsito Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Rahmat Kemat Hidayatullah Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rasanrasan Boengaketji Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Resensi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Ririe Rengganis Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rusmanadi S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saiful Amin Ghofur Saiful Anam Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman S. Yoga Samsudin Adlawi Samsul Anam Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang KSII Santi Puji Rahayu Sapardi Djoko Damono Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra dan Kuasa Simbolik Sastra Jawa Timur Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra Boenga Ketjil #33 Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Khoeriyah Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputra Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soegiharto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sri Weni Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudirman Sugi Lanus Sukron Ma’mun Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaf Anton Wr Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syarif Wadja Bae Sylvianita Widyawati TanahmeraH ArtSpace Tarmuzie (1961-2019) Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tia Setiadi Tirto Suwondo Tita Tjindarbumi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tosa Poetra Tri Nurdianingsih Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulul Azmiyati Umar Fauzi Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Usman Arrumy Utari Tri Prestianti Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W Haryanto W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wan Anwar Wawan Eko Yulianto Wawancara Wina Bojonegoro Wita Lestari Wong Wing King Wowok Hesti Prabowo Xu Xi (Sussy Komala) Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanusa Nugroho Yasraf Amir Piliang Yayat R. Cipasang Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopi Setia Umbara Yudhi Herwibowo Yudi Latif Yusri Fajar Yusuf Ariel Hakim Yuval Noah Harari Zacky Khairul Uman Zainuddin Sugendal Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zed Abidien Zehan Zareez Zhaenal Fanani Zubaidi Khan Zuniest