Kamis, 05 Agustus 2021

Novel Orang-Orang Bertopeng (6)

Dimuat bersambung di harian Sinar Harapan, edisi 27 Maret-10 Mei 2002
 
Teguh Winarsho AS
 
Sementara itu, para perempuan yang tadi menemani Hamidah satu persatu pamit pulang. Kini di rumah tinggal Hamidah dan Fatma. Dua perempuan beda usia yang sama-sama sedih. Sama-sama kecewa.
 
"Jadi, benar, sudah dua hari Hasan belum pulang?" Fatma merasa perlu mengulang pertanyannya, meski sebenarnya ia sudah menduga apa yang terjadi menimpa Hasan, tunangannya. Sedikit banyak ia sudah mendengar kabar itu dari orang-orang yang tadi dijumpainya di jalan.
 
"Begitulah, Fatma, Ibu sedih sekali. Ibu selalu ingat Hasan. Ibu tak pernah bisa tidur nyenyak sekarang. Setiap malam pasti terjaga oleh mimpi buruk. Makanpun rasanya juga tidak enak. Ah, entahlah Fatma, mungkin Ibu sudah mau mati…."
 
"Jangan bilang begitu, Bu. Hidup dan mati seseorang ada di tangan Allah. Manusia tak boleh mendahului kehendak-Nya."
 
"Tanpa Hasan, hidup Ibu rasanya jadi hampa, sepi. Kamu tahu sendiri, selama ini Hasan-lah yang menghidupi Ibu. Dulu ketika masih bekerja di Jakarta, setiap bulan Hasan selalu kirim uang pada Ibu. Sekarang Hasan tidak ada....."
 
"Sabar, Bu. Hasan pasti pulang," suara Fatma terdengar berat bergetar. Hatinya risau. Tapi Fatma tak mau menunjukkan kerisauannya di depan Hamidah. Perempuan tua itu tentu jauh lebih tersiksa dari pada dirinya. Fatma tak sanggup membayangkan kesedihan dan kekecewaan seperti apa yang dialami perempuan tua yang kini duduk didepannya.
 
"Sampai kapan aku harus bersabar?" suara Hamidah nyaris tak terdengar.
 
"Sampai Hasan pulang, Bu"
 
"Pajan? Kapan?"
 
Fatma diam beberapa saat. Matanya menerawang. Fatma bingung tidak tahu bagaimana caranya menghibur perempuan tua itu, sementara hatinya sendiri risau dan gelisah. Pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan Hamidah semakin membuatnya tersuruk dalam kesedihan panjang. Tapi ia tetap berusaha tenang meski berat sekali. Karenanya sesekali ia pamit ke kamar mandi hanya untuk mengusap air matanya yang tak sanggup ia bendung. Kesedihan dan kebahagiaan seperti dua sisi mata uang yang tak mungkin bisa bertemu. Dan bagi Fatma, kebahagiaan yang dulu pernah ia rengkuh bersama Hasan kini hanya menjadi cerita usang. Menjadi serpih kenangan yang menempati ruang lengang hatinya.
 
"Kapan Hasan pulang, Fatma?"
 
Fatma tergeragap. Tapi dengan cepat ia bisa menguasai diri. Tersenyum. "Kita berdoa saja, Bu. Hasan cepat pulang…"
 
"Hampir setiap menit aku berdoa. Tapi Hasan tak kunjung pulang juga...."
 
"Jangan putus asa, Bu. Kita wajib berdoa dan berusaha. Allah pasti akan mendengar dan mengabulkan doa hambanya yang sungguh-sungguh."
 
"Yah.... Aku akan terus berdoa..." Hamidah mengangguk-angguk.
 
Sesaat lamanya dua perempuan yang sama-sama sedih itu terdiam hanyut oleh  pikiran masing-masing. Sementara di halaman luar bayangan pepohononan tampak memanjang. Meliuk-liuk  diterpa angin. Tentu matahari sudah bergeser ke arah barat. Udara terasa lebih sejuk. Angin sesekali berhembus masuk lewat jendela yang dibiarkan terbuka menerpa kerudung Fatma.
 
Ruang tamu ukuran lima kali enam meter itu berubah sepi. Fatma duduk termangu menatap foto Hasan di dinding kusam. Kenangan-kenangan indah yang belum lama ia lalui bersama Hasan mengalir deras dalam benaknya seperti luapan air bah. Ya, belum lama rasanya kebahagiaan itu singgah di hatinya, kini ia harus berpisah. Sampai kapan? Fatma tak berani menduga-duga. Fatma hanya  berharap semoga Hasan cepat pulang dan segera melamar dirinya. Apalagi teman-teman sebayanya semua sudah menikah.
 
Kesunyian tiba-tiba pecah ketika Hamidah terbatuk keras hingga bahunya berguncang. Fatma segera menyongsong calon Ibu mertuanya itu. "Sebaiknya Ibu istirahat di kamar saja. Angin sore tidak baik untuk kesehatan Ibu," kata Fatma membimbing lengan keriput Hamidah. Perempuan tua itu menurut.
 
"Kamu sudah pamit mau menginap di sini, kan?"
 
"Ya."
 
"Jangan lupa kunci semua pintu dan jendela. Kamu tahu sendiri sekarang keadaan kampung lagi gawat. Banyak orang jahat berkeliaran."
 
"Ibu tahu siapa mereka? Apakah orang kampung sekitar sini juga?"
 
"Tak ada orang yang tahu. Mereka pakai topeng."
 
"Topeng?" Fatma tiba-tiba teringat cerita Cut Sari, sepupunya.
 
"Ya, topeng. Tapi kadang mereka hanya menutup wajahnya dengan kain hitam saja. Yang terlihat hanya kedua belah matanya…."
 
"Menyeramkan sekali…."
 
"Mereka beringas, tak segan-segan membunuh orang. Aku tak habis pikir mereka sebenarnya manusia atau binatang. Wujudnya  manusia tapi kelakuannya persis binatang. Bahkan mungkin lebih buruk dari binatang. Makanya kamu harus hati-hati jika keluar malam. Kalau bisa tidak usah keluar. Konon mereka suka memperkosa gadis-gadis cantik. Seperti kamu…."
 
Fatma merinding. Selain dari Cut Sari, sepupunya, sebenarnya Fatma sudah sering mendengar cerita-cerita semacam itu. Tapi entah kenapa baru kali ini ia merasa sangat ketakutan. Mungkin karena kali ini ia mengalami sendiri; bagaimana Hasan, kekasihnya, lenyap dari kampung tanpa diketahui di mana keberadaannya. Fatma juga melihat langsung bagaimana ketakutan membayang di wajah setiap penduduk. Bagaimana keresahan tumbuh di jantung warga, menjalar seperti virus mematikan.
 
Sebagaimana anak-anak lain, Fatma memang dibesarkan dengan cerita-cerita mengerikan. Cerita-cerita yang membuat anak-anak pasif kehilangan daya pikir kritis. Wajarlah jika kemudian mereka tumbuh sebagai anak-anak penakut. Pengecut. Tapi mungkin suatu saat ketika rasa takut terakumulasi dan sudah tidak bisa dipertahankan lagi, ia akan menjelma bara api yang menyulut semangat keberanian. Ya, keberanian yang menyala di dada setiap orang. Keberanian yang terus berkobar hingga tetes darah penghabisan.
 
Seperti halnya kesabaran, bukankah rasa takut juga ada batasnya? Tidak hanya itu, setiap apa pun di dunia ini selalu memiliki batasan. Dan kelak, mungkin, pada suatu malam yang gerah kentongan akan dipukul bertalu-talu, obor dinyalakan, dan orang-orang bergegas keluar rumah menghunus senjata tajam. Menganyun-ayunkan pedang, golok atau rencong.
 
"Kenapa diam saja Fatma? Apa yang sedang kamu pikirkan?" Lagi-lagi suara Hamidah mengejutkan. Fatma tergeragap, menggosok-gosok mata sekadar untuk menyembunyikan kegugupannya.
 
"Oh..... tidak, tidak apa-apa, Bu?"
 
"Jangan bohong Fatma. Aku melihat ada sesuatu yang kamu sembunyikan. Ayo, katakan saja pada Ibu."
 
Fatma diam sejenak. Jelas pikirannya kacau. Itu terlihat dari raut mukanya yang tegang. Tapi mendadak kepala yang tertutup kerudung merah jambu itu menggeleng. "Benar, Bu, tidak ada apa-apa. Sebaiknya Ibu tidur saja."
 
"Aku memang capek sekali. Aku mau tidur dulu. Kalau kamu lapar ambil sendiri di dapur. Tadi orang-orang banyak yang membawa makanan ke sini…"
 
Fatma mengangguk.
 
Di luar hari mulai gelap. Lampu-lampu pinggir jalan mulai menyala. Tapi jalan di depan rumah tetap lengang. Hanya sesekali terlihat seseorang melintas, itupun dengan langkah tergesa-gesa seperti dikejar setan. Habis itu sepi lagi. Orang-orang tentu sudah mulai tak berani keluar rumah sembarangan kecuali jika ingin mendapat celaka. Fatma bangkit dari tempat duduk berjalan mengunci pintu. Ia tak tahu apakah malam ini bisa tidur nyenyak sementara sebagian atau mungkin malah semua pikirannya tertuju pada Hasan yang entah di mana keberadaannya.
 
Setelah menyalakan lampu-lampu rumah, Fatma menengok Hamidah. Tapi hanya sebentar. Perempuan tua itu sudah lelap tidur. Tapi bahkan dalam tidurnya yang lelap, kesedihan itu tetap membayang di wajah perempuan tua itu. Sebelum melangkah keluar, dengan hati-hati Fatma membenahi letak selimut Hamidah yang berantakan. Fatma tidak ingin perempuan tua malang itu terbangun akibat gerakannya.
 
(bersambung)
***

http://sastra-indonesia.com/2021/08/novel-orang-orang-bertopeng-6/

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Ginandjar Wiludjeng A. Junianto A. Kurnia A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.S Laksana A’yat Khalili Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Razak Abdul Rosyid Abdul Wahab Abdurrahman Wahid Abu Salman Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adam Chiefni Ade P. Nasution Adhitia Armitriant Adi Prasetyo Adrizas AF. Tuasikal Afriza Hanifa Afrizal Malna Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunyoto Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Baso Ahmad Faishal Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Naufel Ahmad Rofiq Ahmad S. Zahari Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ainul Fiah Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akhudiat Akmal Nasery Basral Alam Terkembang Alang Khoiruddin Alex R. Nainggolan Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Almania Rohmah Ami Herman Amien Wangsitalaja Aminah Aminullah HA.Noor Amir Sutaarga Anam Rahus Anata Siregar Andari Karina Anom Andina Dwifatma Andong Buku #3 Andre Mediansyah Andri Awan Anett Tapai Anggie Melianna Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Bae Anton Kurnia Anton Wahyudi Anwar Nuris Ardi Bramantyo Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arie Yani Arief Joko Wicaksono Arief Junianto Ariera Arif Bagus Prasetyo Aris Kurniawan Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Asmaul Fauziyah Asti Musman Atafras Awalludin GD Mualif Ayu Wulan Sari Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Bagus Takwin Bahrul Ulum A. Malik Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Beno Siang Pamungkas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Bernando J Sujibto Berthold Damshauser BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Camelia Mafaza Catatan Cerbung Cerpen Chairul Akhmad Chamim Kohari Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Zaini Ahmad D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Daisuke Miyoshi Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Danusantoso Dareen Tatour Darju Prasetya David Kuncara Denny Mizhar Denza Perdana Desi Sommalia Gustina Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewi Indah Sari Dewi Susme Dian Sukarno Didik Harianto Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jawa Timur Dipo Handoko Diyah Errita Damayanti Djoko Pitono Djoko Saryono Doddy Wisnu Pribadi Dody Kristianto Dody Yan Masfa Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi SS MHum Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Wiyana Dyah Ratna Meta Novia Dyah Sulistyorini Ecep Heryadi Eddy Pranata PNP Edeng Syamsul Ma’arif Eep Saefulloh Fatah EH Kartanegara Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendrawan Sofyan Eko Hendri Saiful Eko Windarto Elnisya Mahendra Elva Lestary Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Sulwesi Endo Suanda Eppril Wulaningtyas R Esai Evan Ys F. Moses F. Rahardi Fadlillah Malin Sutan Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fanny Chotimah Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Febby Fortinella Rusmoyo Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Gabriel Garcia Marquez Galang Ari P. Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gandra Gupta Ganug Nugroho Adi Gerson Poyk Ghassan Kanafani Gita Nuari Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunoto Saparie H.B. Jassin Habibullah Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Hardi Haris del Hakim Haris Saputra Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Aspahani Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana HE. Benyamine Hendra Junaedi Hendra Makmur Heri CS Heri Latief Heri Listianto Herman RN Herry Lamongan Heru CN Heru Nugroho Hikmat Gumelar HL Renjis Magalah Hudan Nur Hujuala Rika Ayu Huminca Sinaga IBM. Dharma Palguna Ibnu Wahyudi Ida Farida Idris Pasaribu Ignas Kleden Ignatius Haryanto Iksan Basoeky Ilham Khoiri Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Ira Puspitaningsih Irfan Budiman Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Zulkarnain Ismail Marzuki Iva Titin Shovia Iwan Kurniawan Jabbar Abdullah Jafar Fakhrurozi Jalan Raya Simo Sungelebak Jamal D. Rahman Jamal T. Suryanata Javed Paul Syatha Jayaning S.A JILFest 2008 Jody Setiawan Johan Edy Raharjo Johannes Sugianto Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Juan Kromen Julika Hasanah Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Ka’bati Karanggeneng Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Keith Foulcher Kemah Budaya Panturan (KBP) Khansa Arifah Adila Khoirul Inayah Khoirul Rosyadi Khudori Husnan Ki Ompong Sudarsono Kirana Kejora Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kukuh S Wibowo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie L.N. Idayanie Laili Rahmawati Lamongan Lan Fang Langgeng Widodo Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lely Yuana Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Liestyo Ambarwati Khohar Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lucia Idayanie Lukman A Sya Lutfiah Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Ismail M Thobroni M. Afifuddin M. Arwan Hamidi M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Luthfi Aziz M. Nurdin M. Yoesoef M.D. Atmaja M.S. Nugroho Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahmud Syaltut Usfa Mahmudi Arif Dahlan Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Martin Aleida Maruli Tobing Mas Ruscita Mashuri Masuki M. Astro Matroni Matroni Muserang Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mia Arista Mia El Zahra Mikael Johani Misbahus Surur Misran Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan Much. Khoiri Muh. Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Aris Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun Muhammadun AS Muhidin M Dahlan Mujtahid Mujtahidin Billah Mukti Sutarman Espe Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik Munawir Aziz Musfarayani Musfi Efrizal Nafisatul Husniah Nandang Darana Naskah Teater Nelson Alwi Ni Made Purnamasari Nikmatus Sholikhah Nina Herlina Lubis Nina Susilo Ning Elia Noor H. Dee Noval Jubbek Novel-novel berbahasa Jawa Novelet Nunuy Nurhayati Nur Azizah Nur Hamzah Nur Kholiq Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Aini Nurul Anam Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Okty Budiati Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Otto Sukatno CR Oyos Saroso H.N. Pagan Press Pagelaran Musim Tandur Palupi Panca Astuti Parimono V / 40 Plandi Jombang Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Petrus Nandi Politik Politik Sastra Pradana Boy ZTF Pramoedya Ananta Toer Pramono Pringadi AS Prof Dr Fabiola D. Kurnia Prosa Puisi Puji Santosa Puji Tyasari Puput Amiranti N Purnawan Andra Purnawan Kristanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang Group PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Ng. Ronggowarsito Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Rahmat Kemat Hidayatullah Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rasanrasan Boengaketji Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Resensi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Ririe Rengganis Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rusmanadi S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saiful Amin Ghofur Saiful Anam Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman S. Yoga Samsudin Adlawi Samsul Anam Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang KSII Santi Puji Rahayu Sapardi Djoko Damono Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra dan Kuasa Simbolik Sastra Jawa Timur Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra Boenga Ketjil #33 Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Khoeriyah Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputra Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soegiharto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sri Weni Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudirman Sugi Lanus Sukron Ma’mun Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaf Anton Wr Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syarif Wadja Bae Sylvianita Widyawati TanahmeraH ArtSpace Tarmuzie (1961-2019) Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tia Setiadi Tirto Suwondo Tita Tjindarbumi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tosa Poetra Tri Nurdianingsih Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulul Azmiyati Umar Fauzi Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Usman Arrumy Utari Tri Prestianti Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W Haryanto W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wan Anwar Wawan Eko Yulianto Wawancara Wina Bojonegoro Wita Lestari Wong Wing King Wowok Hesti Prabowo Xu Xi (Sussy Komala) Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanusa Nugroho Yasraf Amir Piliang Yayat R. Cipasang Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopi Setia Umbara Yudhi Herwibowo Yudi Latif Yusri Fajar Yusuf Ariel Hakim Yuval Noah Harari Zacky Khairul Uman Zainuddin Sugendal Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zed Abidien Zehan Zareez Zhaenal Fanani Zubaidi Khan Zuniest