Selasa, 03 November 2020

Jarak Surga

Khansa Arifah Adila
Haluan, 11 Okto 2020
 
HUJAN badai masih berlangsung sejak pagi, memperdengarkan suaranya yang begitu riuh, dan langit seharian gelap. Tak banyak yang bisa dilakukan saat pandemi, ditambah  cuaca murung seperti ini. Setelah makan siang, aku hanya membaca. Awalnya cerpen Rudyart Kipling “Wee Wiliie Winkie” dan cerpen Naguib Mahfouz “Surga Anak-Anak”, lalu memutuskan membaca ulang “Kite Runner”. Ini kali yang kedua.
 
Sekarang mataku mulai penat dan kuputuskan berhenti sejenak. Dari kaca jendela ruang baca di depanku, daun-daun pohon jambu tampak diobrakabrik hujan, dan batangnya meliuk-liuk. Rintik hujan membasahi kaca jendela, menciptakan lukisan pemandangan yang samar dengan warnawarna menyatu.
 
Meski jendela telah tertutup rapat, angin tetap menyelinap masuk lewat ventilasi. Tak terlihat, tak terdengar, tapi terasa di kulit hingga ke tulang, seperti hantu. Karena dingin mulai menusuk, aku bermaksud mengambil syal di belakang pintu. “The Kite Runner” kuletakkan di meja setelah menyelipkan kertas pembatas buku pada halaman 42, halaman yang memuat lembar pertama bab 4.
 
Syal itu tergantung di gantungan baju yang kugunakan untuk menggantung tas dan syal, dan dipasang di belakang pintu. Motif syal itu serupa jaring-jaring berwarna hitam di atas rajutan benang wol putih, di kedua ujungnya terdapat motif bendera Palestina dan Indonesia.
 
Aku mendapatkan syal itu sekitar tiga tahun lalu dari Ben, abangku. Ia sendiri mendapatkannya sebagai tanda mata dari aktivis Peduli Palestina setelah memberikan  donasi kemanusiaan dari hampir seluruh tabungannya sebagai dosen salah satu perguruan tinggi swasta di kota kami. Tak berapa lama setelah itu, Ben mendaftar menjadi sukarelawan pada organisasi tempat temannya yang aktivis itu. Lalu ia pergi ke Palestina. Ayahku melarang, tapi anak laki-laki selalu bisa pergi kemana pun tanpa izin orang tua. Sudah dua tahun Ben pergi dan belum pernah pulang. Mungkin tak akan pulang.
 
Aku mengambil syal rajutan wol itu dari gantungan dengan hati-hati, jangan sampai tersangkut dan berubah menjadi benang mie. Syal itu kukalungkan ke leher sedemikian rupa. Seketika ada sensasi hangat menjalari leher hingga dada.
 
Setiap kali aku melihat syal itu, aku teringat pada dua hal sekaligus: Ben, dan mimpiku enam tahun yang lalu. Orangorang mengatakan bahwa mimpi hanya bunga tidur. Sebagian lagi berpendapat bahwa mimpi adalah refleksi dari alam bawah sadar atas kompensasi dari tidak tercapainya keinginan bawah sadar. Tentu saja yang terakhir ini adalah para pendukung si empunya teori: Sigmund Freud.
 
Aku tidak tahu mana yang lebih tepat dari dua opsi itu. Aku malah teringat kisah Nabi Yusuf dengan mimpi-mimpinya yang menyelamatkannya dari penjara. Mimpi merupakan firasat, petunjuk dari Allah.
 
Lalu bagaimana dengan mimpi yang kualami sekitar enam tahun lalu? Apakah ia hanya bunga tidur atau refleksi dari tidak tercapainya keinginan alam bawah sadar atau layakkah disebut sebuah petunjuk?
 
Aku mendekati tempat dudukku semula. Memandang novel “The Kite Runner”Khaled Hosseini di meja. Novel yang mengisahkan kehidupan anak-anak di tengah konflik Afghanistan. Sampulnya biru cerah, tetapi kisah di dalamnya kelabu gelap seperti langit hari ini. Murung. Tiba-tiba aku disergap rasa jenuh.
 
Kuhenyakkan tubuh ke sofa yang joknya seolah begitu bahagia menerima beban. Tetapi ujung syalku terduduki hingga aku sedikit tercekik. Terpaksa aku geser posisi duduk dan menarik ujung syal itu dan merapikannya lagi di leher.
 
Motif bendera Palestina terjuntai di dadaku. Apa kabar Palestina? Apa kabar Ben? Ia seperti lenyap di tata surya, seperti setitik debu di jagat raya. Tata surya atau jagat raya itu bernama Palestina dengan Ben adalah debunya.
 
Berita terkini mengabarkan dana bantuan untuk Palestina dari berbagai negara di Arab menurun seiring perjanjian damai antara Israel dan negaranegara Arab. Aku tidak tahu apakah ini berita baik atau buruk. Kabar baiknya, dengan perjanjian damai itu, ada harapan penderitaan rakyat Palestina sedikit berkurang. Tetapi, sejarah berkali-kali mencatat betapa Israel acap mengkhianati perjanjian. Dengan demikian, berita buruk terdengar lebih nyaring: dikhianati lawan sekaligus dilupakan kawan. Apakah abangku bahagia? Adakah ia dikhianati kawan?
 
Hujan masih menderas. Langit gelap dan berat. Daundaun jambu masih diobrakabrik angin. Kulihat jam di dinding, pukul 16.30. Tetapi hari seperti sudah akan malam. Aku teringat mimpiku enam tahun silam.
 
Aku berada dalam sebuah ruangan yang luas berdinding putih seperti salju dengan cahaya melimpah, masuk dengan bebas dari ventilasi dan pintu-pintu serta jendela. Tiang-tiang perkasa menjulang di tengah ruang. Dalam ruangan itu aku berada di antara kerumunan orangorang, tua dan muda. Semuanya duduk dengan lutut menekan dada, air muka mereka sepucat dinding ruangan itu yang bercat putih bagai salju. Kengerian bagai terburai dari wajah mereka, seperti menghadapi teror yang keji. Suara isakan memenuhi ruang.
 
Baru kusadari kemudian, bahwa kami agaknya berada dalam masjid, terlihat dari sejadah panjang yang sedang kududuki dan membentang di sepanjang ruangan itu. Lampu hias bertingkat-tingkat dan berornamen batu-batu kristal bening imitasi, ada pula tempat khusus untuk imam di depan.
 
Tiba-tiba terdengar suara teriakan menggelagar, dan dari pintu kaca di dekat tempat makam imam masuk seorang lelaki tinggi, besar, gondrong, dengan brewok lebat nyaris menutupi seluruh muka. Dia memakai seragam tentara berwarna coklat kehijauan, dan tubuhnya dilapisi rompi anti peluru. Aku heran, siapa yang akan ditembakinya di dalam masjid? Bulu-bulu lebat yang tumbuh subur di wajahnya tak bisa menyembunyikan mata hitam dengan urat-urat merah menyala. Aku membayangkan mata legamnya seperti lambang matahari berwarna hitam pada alphabet kuno. Entah di mana aku pernah melihatnya. Tangannya yang kekar dan berbulu menggengam erat sebuah senapan. Dia tampak seperti malaikat maut atau iblis yang akan menghabisi seluruh penghuni ruangan ini.
 
Dia menghampiri seorang kakek, menarik kerah bajunya dengan kasar, dan menariknya. Kakek itu hanya bisa menangis, dan saat membuka mulut, terdengar bunyi tembakan yang memekakkan telinga hingga membuatku terpejam dan berjengit ngeri. Tubuh orang tua itu menggelepar dengan darah mengalir dari mulut dan lubang di perutnya. Aku terdiam dan tergugu. Menggigil. Tak lama setelah mimpi itu, tersiar kabar penyerangan jalur Gaza oleh Israel. Perdamaian kembali dinodai. 2014.
 
Aku sungguh-sungguh menggigil kini, duduk meringkuk di sofa dengan air mata mengalir melintasi pipi. Tiap ingat mimpi itu, aku merasakan suatu perasaan yang aneh. Aku ketakutan sekaligus marah, merasa lunglai sekaligus sangat bersemangat.
 
Sejak berabad lampau konflik yang kabarnya didasari perbedaan keyakinan ini berlangsung. Tak peduli dengan seruan damai, persamaan hak asasi, dan apapun yang diperjuangkan dalam politik internasional, pertikaian itu tetap ada. Sementara pesta olahraga dan seni budaya merobohkan perbedaan, konflik itu masih berlangsung, nyata, dan nyaring tersiar.
 
Kipling dalam “Wee Willie Winkie” terang-terangan membongkar adanya penyematan jahat terhadap orang-orang Islam Afghanistan oleh kolonial Inggris di wilayah India. Tiga ratus tahun silam! Aku teringat Nadia dan saya dalam “Surga Anak-Anak” yang dituliskan Naguib Mahfouz, tersenyum getir sendirian membayangkan ada surga untuk anak-anak bagai dalam satu kelas yang teramat besar, tanpa sekat kelas Islam atau Kristen atau yang lainnya.
 
Entah mengapa hari ini aku membaca cerita-cerita yang tokohnya sentralnya anak-anak semua. Kebetulan adalah takdir yang menyamar? Ataukah ia juga, seperti mimpi-nya Freud, adalah cerminan dari alam bawah sadar? Apa alam bawah sadarku yang berhubungan dengan anak-anak? Aku memainkan jumba-jumbai pada syal. Dan… eureka!
 
Ben.
 
Aku kangen Ben!  Sejak kecil kami hanya hidup bertiga bersama ayah sebab ibu meninggal dunia saat melahirkanku. Sejak Ben pergi, hidup terasa sepi dan dengan hantaman pandemi, sepi itu terasa kian lengang.
 
Aku ingin menyusul Ben. Aku iri pada orang-orang Palestina yang hidup dengan segala teror namun justru menjadikan surga jadi terasa lebih dekat. Karena itu aku iri pada Ben. Tapi tak mungkin aku meninggalkan ayah, tentu ia akan sangat kesepian. Ayah mengurus kami sejak kecil tanpa didampingi istri. Ia memutuskan tak menikah lagi. Dan kami, aku dan Ben, hidup sehat terurus dengan riwayat pendidikan yang baik. Sekarang setelah ia tua, apakah bukan kurang ajar tak tahu bakti bila kami meninggalkannya?
 
“Fani, sebentar lagi maghrib,” panggil ayah. Aku melihat jam dinding, pukul 18.00 tepat. “Ya, Yah,” jawabku seraya beranjak dari sofa dan melangkah menuju pintu. Aku tahu, ayah menyuruhku bersiap salat berjemaah bersamanya. Ben dan Palestina, tata surya dan debunya masih melekat di hatiku, tak hendak pergi. Mungkin aku tak akan bisa ke Palestina, dan mungkin juga tak perlu. Dari sini, kukira jarak surga bisa kutempuh sejauh kumau.
 
Di luar hujan masih deras menghunjam bumi.
***

*) KHANSA ARIFAH ADILA. Mahasiswa Sastra Inggris, FIB Unand. Bergiat di Lapak Baca Pojok Harapan, Padang dan Hutan Litersasi, Sungailiat, Bangka. Ketua Bidadang PP HMI Komisariat FIB Unand.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Ginandjar Wiludjeng A. Junianto A. Kurnia A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.S Laksana A’yat Khalili Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Razak Abdul Rosyid Abdul Wahab Abdurrahman Wahid Abu Salman Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adam Chiefni Ade P. Nasution Adhitia Armitriant Adi Prasetyo Adrizas AF. Tuasikal Afriza Hanifa Afrizal Malna Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunyoto Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Baso Ahmad Faishal Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Naufel Ahmad Rofiq Ahmad S. Zahari Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ainul Fiah Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akhudiat Akmal Nasery Basral Alam Terkembang Alang Khoiruddin Alex R. Nainggolan Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Almania Rohmah Ami Herman Amien Wangsitalaja Aminah Aminullah HA.Noor Amir Sutaarga Anam Rahus Anata Siregar Andari Karina Anom Andina Dwifatma Andong Buku #3 Andre Mediansyah Andri Awan Anett Tapai Anggie Melianna Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Bae Anton Kurnia Anton Wahyudi Anwar Nuris Ardi Bramantyo Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arie Yani Arief Joko Wicaksono Arief Junianto Ariera Arif Bagus Prasetyo Aris Kurniawan Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Asmaul Fauziyah Asti Musman Atafras Awalludin GD Mualif Ayu Wulan Sari Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Bagus Takwin Bahrul Ulum A. Malik Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Beno Siang Pamungkas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Bernando J Sujibto Berthold Damshauser BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Camelia Mafaza Catatan Cerbung Cerpen Chairul Akhmad Chamim Kohari Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Zaini Ahmad D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Daisuke Miyoshi Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Danusantoso Dareen Tatour Darju Prasetya David Kuncara Denny Mizhar Denza Perdana Desi Sommalia Gustina Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewi Indah Sari Dewi Susme Dian Sukarno Didik Harianto Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jawa Timur Dipo Handoko Diyah Errita Damayanti Djoko Pitono Djoko Saryono Doddy Wisnu Pribadi Dody Kristianto Dody Yan Masfa Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi SS MHum Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Wiyana Dyah Ratna Meta Novia Dyah Sulistyorini Ecep Heryadi Eddy Pranata PNP Edeng Syamsul Ma’arif Eep Saefulloh Fatah EH Kartanegara Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendrawan Sofyan Eko Hendri Saiful Eko Windarto Elnisya Mahendra Elva Lestary Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Sulwesi Endo Suanda Eppril Wulaningtyas R Esai Evan Ys F. Moses F. Rahardi Fadlillah Malin Sutan Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fanny Chotimah Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Febby Fortinella Rusmoyo Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Gabriel Garcia Marquez Galang Ari P. Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gandra Gupta Ganug Nugroho Adi Gerson Poyk Ghassan Kanafani Gita Nuari Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunoto Saparie H.B. Jassin Habibullah Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Hardi Haris del Hakim Haris Saputra Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Aspahani Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana HE. Benyamine Hendra Junaedi Hendra Makmur Heri CS Heri Latief Heri Listianto Herman RN Herry Lamongan Heru CN Heru Nugroho Hikmat Gumelar HL Renjis Magalah Hudan Nur Hujuala Rika Ayu Huminca Sinaga IBM. Dharma Palguna Ibnu Wahyudi Ida Farida Idris Pasaribu Ignas Kleden Ignatius Haryanto Iksan Basoeky Ilham Khoiri Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Ira Puspitaningsih Irfan Budiman Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Zulkarnain Ismail Marzuki Iva Titin Shovia Iwan Kurniawan Jabbar Abdullah Jafar Fakhrurozi Jalan Raya Simo Sungelebak Jamal D. Rahman Jamal T. Suryanata Javed Paul Syatha Jayaning S.A JILFest 2008 Jody Setiawan Johan Edy Raharjo Johannes Sugianto Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Juan Kromen Julika Hasanah Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Ka’bati Karanggeneng Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Keith Foulcher Kemah Budaya Panturan (KBP) Khansa Arifah Adila Khoirul Inayah Khoirul Rosyadi Khudori Husnan Ki Ompong Sudarsono Kirana Kejora Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kukuh S Wibowo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie L.N. Idayanie Laili Rahmawati Lamongan Lan Fang Langgeng Widodo Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lely Yuana Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Liestyo Ambarwati Khohar Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lucia Idayanie Lukman A Sya Lutfiah Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Ismail M Thobroni M. Afifuddin M. Arwan Hamidi M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Luthfi Aziz M. Nurdin M. Yoesoef M.D. Atmaja M.S. Nugroho Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahmud Syaltut Usfa Mahmudi Arif Dahlan Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Martin Aleida Maruli Tobing Mas Ruscita Mashuri Masuki M. Astro Matroni Matroni Muserang Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mia Arista Mia El Zahra Mikael Johani Misbahus Surur Misran Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan Much. Khoiri Muh. Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Aris Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun Muhammadun AS Muhidin M Dahlan Mujtahid Mujtahidin Billah Mukti Sutarman Espe Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik Munawir Aziz Musfarayani Musfi Efrizal Nafisatul Husniah Nandang Darana Naskah Teater Nelson Alwi Ni Made Purnamasari Nikmatus Sholikhah Nina Herlina Lubis Nina Susilo Ning Elia Noor H. Dee Noval Jubbek Novel-novel berbahasa Jawa Novelet Nunuy Nurhayati Nur Azizah Nur Hamzah Nur Kholiq Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Aini Nurul Anam Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Okty Budiati Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Otto Sukatno CR Oyos Saroso H.N. Pagan Press Pagelaran Musim Tandur Palupi Panca Astuti Parimono V / 40 Plandi Jombang Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Petrus Nandi Politik Politik Sastra Pradana Boy ZTF Pramoedya Ananta Toer Pramono Pringadi AS Prof Dr Fabiola D. Kurnia Prosa Puisi Puji Santosa Puji Tyasari Puput Amiranti N Purnawan Andra Purnawan Kristanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang Group PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Ng. Ronggowarsito Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Rahmat Kemat Hidayatullah Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rasanrasan Boengaketji Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Resensi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Ririe Rengganis Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rusmanadi S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saiful Amin Ghofur Saiful Anam Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman S. Yoga Samsudin Adlawi Samsul Anam Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang KSII Santi Puji Rahayu Sapardi Djoko Damono Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra dan Kuasa Simbolik Sastra Jawa Timur Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra Boenga Ketjil #33 Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Khoeriyah Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputra Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soegiharto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sri Weni Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudirman Sugi Lanus Sukron Ma’mun Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaf Anton Wr Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syarif Wadja Bae Sylvianita Widyawati TanahmeraH ArtSpace Tarmuzie (1961-2019) Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tia Setiadi Tirto Suwondo Tita Tjindarbumi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tosa Poetra Tri Nurdianingsih Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulul Azmiyati Umar Fauzi Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Usman Arrumy Utari Tri Prestianti Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W Haryanto W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wan Anwar Wawan Eko Yulianto Wawancara Wina Bojonegoro Wita Lestari Wong Wing King Wowok Hesti Prabowo Xu Xi (Sussy Komala) Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanusa Nugroho Yasraf Amir Piliang Yayat R. Cipasang Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopi Setia Umbara Yudhi Herwibowo Yudi Latif Yusri Fajar Yusuf Ariel Hakim Yuval Noah Harari Zacky Khairul Uman Zainuddin Sugendal Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zed Abidien Zehan Zareez Zhaenal Fanani Zubaidi Khan Zuniest