Selasa, 05 Mei 2020

Membaca Yuval Noah Harari dari Perspektif Nurel Javissyarqi

: Studi Konsep Rebellion of Hackable Animals
Imam Nawawi *

Saya tidak sepenuhnya yakin dan lebih didominasi ragu, ketika Yuval Noah Harari mengatakan, “Defending freedom will be even more urgent once government can use technology to look into our innermost feelings.”

Tahun 2008, penyair kelahiran Lamongan, Nurel Javissyarqi (NJ), mulai memperkenalkan kesusastraan Indonesia berbasis media online, ketika zaman itu, media sastra cetak masih jadi “maha raja”. Tujuan Nurel adalah pembebasan, atau dalam istilah Yuval, “defending freedom”.

Ketika rezim sastra cetak mulai sedikit goyah pun bergeser ke “cyber spaces”, Nurel perlahan-lahan mengundurkan diri dari laman www.sastra-indonedia.com yang dikelolanya, dan memulai memperkenalkan tulisan teman-teman jejaringnya. Ini juga masuk kategori perlawanan terhadap keterbukaan akses, dalam istilah Yuval disebut “to look into our innermost”.

Karena itulah saya yakin, sekalipun gagasan sastra pemberontakan Nurel “dikloning” oleh gerakan Organisasi Papua Merdeka (OPM), disaat bersamaan OPM hanya menangkap sisi luar dari Nurel. Begitu pula jika pemerintah maupun komunitas penyair hendak membaca NJ, maka akan gagal sejak awal. Di sini saya menjadi ragu, apakah benar hipotesa Yuval, bahwa negara yang menggunakan teknologi akan mampu melihat kedalaman seorang Nurel?!

Dalam kasus populer, saya mengiyakan pandangan Yuval yang mengatakan, “corporations and governments might be able to hack your body and brain.” Kebenaran itu, terpampang nyata di depan mata. Bahkan saya ingin memberikan data lengkap pada Yuval, seandainya mau melihat kasus pengalaman di Indonesia. Di sini, dengan adanya media sosial, para kiai, dan santri sudah mempunyai dunia lain: pesantren digital. Jadi, mau tidak mau, mereka harus beli kuota internet.

Sebaliknya pada kasus Nurel, perjuangannya dalam membeli kuota internet, yang setiap tahun harus membayar pajak hosting websitenya sebagai perjuangan untuk orang lain, bukan dirinya semata. Sadar atau tidak sadar, semua penulis yang artikel-artikel mereka dimuat di website sastra-indonesia.com adalah korban Nurel, setidaknya menjadi pion-pion yang dilemparkan olehnya ke hadapan “singa-singa” yang bersembunyi di balik “semak-semak” untuk membaca apa yang sedang dialami, dipikirkan, dirasakan, dan ditulis oleh para penulis.

Singa-singa ini bisa peneliti, pemerintah, atau gerakan separatis OPM, bahkan pebisnis. Jadi misalnya, semakin banyak penulis online di medianya Nurel (juga media online lain), maka provider jaringan kuota, berkalkulasi secara ekonomis. Menimbang-nimbang paket internet yang paling memasyarakat atau terjangkau kelas akar rumput, serta memenuhi seberapapun kebutuhan kelas elite.

Bagaimana dengan Nurel sendiri? Ia bersembunyi, sesekali memperlihatkan ekor atau kepalanya. Sesekali memposting karyanya sendiri, dan berkali-kali milik orang lain. Di sini, mampukah provider di Indonesia menghitung kebutuhan kuota pribadi Nurel? Itu bergantung sepenuhnya pada permainan NJ. Di setiap bulan dan atau tahunnya, membeli berapa giga bite, mengeluarkan uang berapa ratus ribu, dan tentunya sesuai strategi politik-ekonomi dirinya.

Bagaimana dengan kebutuhan kuota minimal, agar sebuah postingan berjalan lancar? Itu pun bergantung keputusan personal seorang Nurel. Bahkan, untuk berhenti sekali pun, peluang itu ada. Jangan heran, sekalipun mayoritas orang terseret arus menggiurkan dunia online, satu dua orang bertahan menjauhinya. Kebebasan serta pilihan itu masih ada, tentulah jangan hitung soal kuantitas, karena soal kuantitas adalah soal kesadaran, dan suatu hari nanti akan jadi bom waktu perlawanan.

Berikutnya, Yuval juga mencontohkan orang tua yang kehilangan pengaruh dan kontrol atas anak-anak mereka, yang disayangi, dikasihi, dan dicintai sejak kecil. Ketika dewasa, malahan sang anak tumbuh di bawah kendali hipotesa-hipotesa ilmuan, para pebisnis, lantas akhirnya penguasa tiran. Bagi Yuval, fenomena ini sudah menyejarah, sehingga ia membuktikan tubuh dan pikiran sang anak bisa dikontrol pihak tertentu, juga bisa lepas dari kontrol pihak pertama yang lebih dulu berkontribusi.

Yuval mengatakan: “parents knew their children well, and lovers could sometimes peer into each other’s hearts. But the knowledge gathered by priests, merchants and tyrants always remained only skin deep.”

Di sinilah, di ranah kultural ini, Yuval tidak mengerti budaya Timur, dimana sejak sebelum lahir, bahkan sebelum sperma memasuki rahim bercampur ovum, takdir seorang bayi telah digadaikan. Semisal di dalam kultur Madura, ketaatan yang tidak bisa ditawar seorang anak secara berurutan adalah, kepada: 1. Orang tua, 2. Guru, 3. Raja (bepak-bebuk, guru, ratoh).

Nurel bagian dari kultur Timur, sekalipun bukan orang Madura, tetapi ia representasi dari budaya Timur. Misal saat dirinya berseberangan secara politik dengan keluarga kiainya dari pesantren tempat ia mencari ilmu, dalam ranah lain tetap tunduk, tak mau kehilangan berkah, dan kelak saat meninggal dunia, masih berharap disebut santri. Keterenggutan jiwa manusia Timur oleh orang tua, guru, dan raja, bukan kehilangan kebebasan.

Dengan kata lain, pernyataan Yuval hanya kontekstual bagi kebudayaan Barat. Sebaliknya, dalam konteks kebudayaan Timur, orang tua serta guru ialah satu, rakyat dan raja ialah satu. Sehingga kita, sebagaimana bangsa Timur mengenal istilah “manunggaling kawulo lan gusti”.

Jika demikian adanya, lantas kebebasan mana yang terenggut, ketika orang tua datang ke pondok pesantren, misalnya demi menyerahkan anak-anak mereka sepenuh hati kepada Kiai, kemudian para orang tua berpesan: “Pak Kiai, pukul saja anak kami, jika memang tidak mau mengerjakan perintah njenengan. Anggap saja sebagai anak sendiri,” ?!

Kebebasan mana yang terenggut, ketika seorang keturunan abdi ndalam kraton Yogyakarta bercita-cita ingin melanjutkan tradisi, menjadi abdi ndalem kraton, sebagaimana ayah, kakek, dan buyutnya yang juga abdi ndalem?!

Tidak ada, “tuan” Yuval! Di sini, di kota kami, pada kebudayaan kami, tak ada kebebasan yang terenggut. Inilah nilai-nilai kami yang harus dibaca dari hati dan pikiran kami, bukan dari apa yang Anda inginkan!

Terakhir sebagai penutup, Yuval, kau mengatakan: “Your elders have provided you with the knowledge and values necessary to solve this problem. But they cannot solve it for you; they don’t know how. You will have to do it for yourself—and for the whole of humankind. We are all counting on you”.

Dan saya akan berkata dengan cukup singkat: “Saya menikah dengan istri saya itu lantaran diperkenalkan oleh teman saya, dijodohkan Kiai saya, dan diputuskan tanggal nikahnya atas keluarga saya. Sekarang saya sudah punya anak. “Apakah saya, menurutmu, contoh manusia yang kehilangan kebebasan?! Jangan terlalu terburu membusungkan dada, dan mengira nilai-nilaimu mengatasi nilai-nilai orang lain”.
***

*) Santri Madura. Pecinta Kebudayaan. Penggemar kopi Madura.

Keterangan tambahan:
Yuval Noah Harari, lahir 24 Februari 1976, seorang sejarawan Israel yang menjabat profesor di Departemen Sejarah Universitas Ibrani Yerusalem. Penulis buku: Sapiens: A Brief History of Humankind (2014), Homo Deus: A Brief History of Tomorrow (2015), dan 21 Lessons for the 21st Century (2018).  https://en.wikipedia.org/wiki/Yuval_Noah_Harari

Nurel Javissyarqi, lahir di Lamongan, Indonesia, 8 Maret 1976, diantara buku esainya: Trilogi Kesadaran; Kajian Budaya Semi’, Anatomi Kesadaran, dan Ras Pemberontak (2006), dan buku terbarunya “Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia” (2018). https://pustakapujangga.com/pustaka-pujangga/

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Ginandjar Wiludjeng A. Junianto A. Kurnia A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.S Laksana A’yat Khalili Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Razak Abdul Rosyid Abdul Wahab Abdurrahman Wahid Abu Salman Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adam Chiefni Ade P. Nasution Adhitia Armitriant Adi Prasetyo Adrizas AF. Tuasikal Afriza Hanifa Afrizal Malna Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunyoto Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Baso Ahmad Faishal Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Naufel Ahmad Rofiq Ahmad S. Zahari Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ainul Fiah Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akhudiat Akmal Nasery Basral Alam Terkembang Alang Khoiruddin Alex R. Nainggolan Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Almania Rohmah Ami Herman Amien Wangsitalaja Aminah Aminullah HA.Noor Amir Sutaarga Anam Rahus Anata Siregar Andari Karina Anom Andina Dwifatma Andong Buku #3 Andre Mediansyah Andri Awan Anett Tapai Anggie Melianna Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Bae Anton Kurnia Anton Wahyudi Anwar Nuris Ardi Bramantyo Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arie Yani Arief Joko Wicaksono Arief Junianto Ariera Arif Bagus Prasetyo Aris Kurniawan Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Asmaul Fauziyah Asti Musman Atafras Awalludin GD Mualif Ayu Wulan Sari Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Bagus Takwin Bahrul Ulum A. Malik Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Beno Siang Pamungkas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Bernando J Sujibto Berthold Damshauser BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Camelia Mafaza Catatan Cerbung Cerpen Chairul Akhmad Chamim Kohari Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Zaini Ahmad D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Daisuke Miyoshi Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Danusantoso Dareen Tatour Darju Prasetya David Kuncara Denny Mizhar Denza Perdana Desi Sommalia Gustina Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewi Indah Sari Dewi Susme Dian Sukarno Didik Harianto Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jawa Timur Dipo Handoko Diyah Errita Damayanti Djoko Pitono Djoko Saryono Doddy Wisnu Pribadi Dody Kristianto Dody Yan Masfa Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi SS MHum Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Wiyana Dyah Ratna Meta Novia Dyah Sulistyorini Ecep Heryadi Eddy Pranata PNP Edeng Syamsul Ma’arif Eep Saefulloh Fatah EH Kartanegara Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendrawan Sofyan Eko Hendri Saiful Eko Windarto Elnisya Mahendra Elva Lestary Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Sulwesi Endo Suanda Eppril Wulaningtyas R Esai Evan Ys F. Moses F. Rahardi Fadlillah Malin Sutan Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fanny Chotimah Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Febby Fortinella Rusmoyo Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Gabriel Garcia Marquez Galang Ari P. Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gandra Gupta Ganug Nugroho Adi Gerson Poyk Ghassan Kanafani Gita Nuari Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunoto Saparie H.B. Jassin Habibullah Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Hardi Haris del Hakim Haris Saputra Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Aspahani Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana HE. Benyamine Hendra Junaedi Hendra Makmur Heri CS Heri Latief Heri Listianto Herman RN Herry Lamongan Heru CN Heru Nugroho Hikmat Gumelar HL Renjis Magalah Hudan Nur Hujuala Rika Ayu Huminca Sinaga IBM. Dharma Palguna Ibnu Wahyudi Ida Farida Idris Pasaribu Ignas Kleden Ignatius Haryanto Iksan Basoeky Ilham Khoiri Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Ira Puspitaningsih Irfan Budiman Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Zulkarnain Ismail Marzuki Iva Titin Shovia Iwan Kurniawan Jabbar Abdullah Jafar Fakhrurozi Jalan Raya Simo Sungelebak Jamal D. Rahman Jamal T. Suryanata Javed Paul Syatha Jayaning S.A JILFest 2008 Jody Setiawan Johan Edy Raharjo Johannes Sugianto Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Juan Kromen Julika Hasanah Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Ka’bati Karanggeneng Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Keith Foulcher Kemah Budaya Panturan (KBP) Khansa Arifah Adila Khoirul Inayah Khoirul Rosyadi Khudori Husnan Ki Ompong Sudarsono Kirana Kejora Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kukuh S Wibowo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie L.N. Idayanie Laili Rahmawati Lamongan Lan Fang Langgeng Widodo Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lely Yuana Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Liestyo Ambarwati Khohar Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lucia Idayanie Lukman A Sya Lutfiah Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Ismail M Thobroni M. Afifuddin M. Arwan Hamidi M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Luthfi Aziz M. Nurdin M. Yoesoef M.D. Atmaja M.S. Nugroho Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahmud Syaltut Usfa Mahmudi Arif Dahlan Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Martin Aleida Maruli Tobing Mas Ruscita Mashuri Masuki M. Astro Matroni Matroni Muserang Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mia Arista Mia El Zahra Mikael Johani Misbahus Surur Misran Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan Much. Khoiri Muh. Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Aris Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun Muhammadun AS Muhidin M Dahlan Mujtahid Mujtahidin Billah Mukti Sutarman Espe Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik Munawir Aziz Musfarayani Musfi Efrizal Nafisatul Husniah Nandang Darana Naskah Teater Nelson Alwi Ni Made Purnamasari Nikmatus Sholikhah Nina Herlina Lubis Nina Susilo Ning Elia Noor H. Dee Noval Jubbek Novel-novel berbahasa Jawa Novelet Nunuy Nurhayati Nur Azizah Nur Hamzah Nur Kholiq Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Aini Nurul Anam Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Okty Budiati Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Otto Sukatno CR Oyos Saroso H.N. Pagan Press Pagelaran Musim Tandur Palupi Panca Astuti Parimono V / 40 Plandi Jombang Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Petrus Nandi Politik Politik Sastra Pradana Boy ZTF Pramoedya Ananta Toer Pramono Pringadi AS Prof Dr Fabiola D. Kurnia Prosa Puisi Puji Santosa Puji Tyasari Puput Amiranti N Purnawan Andra Purnawan Kristanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang Group PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Ng. Ronggowarsito Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Rahmat Kemat Hidayatullah Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rasanrasan Boengaketji Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Resensi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Ririe Rengganis Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rusmanadi S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saiful Amin Ghofur Saiful Anam Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman S. Yoga Samsudin Adlawi Samsul Anam Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang KSII Santi Puji Rahayu Sapardi Djoko Damono Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra dan Kuasa Simbolik Sastra Jawa Timur Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra Boenga Ketjil #33 Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Khoeriyah Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputra Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soegiharto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sri Weni Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudirman Sugi Lanus Sukron Ma’mun Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaf Anton Wr Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syarif Wadja Bae Sylvianita Widyawati TanahmeraH ArtSpace Tarmuzie (1961-2019) Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tia Setiadi Tirto Suwondo Tita Tjindarbumi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tosa Poetra Tri Nurdianingsih Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulul Azmiyati Umar Fauzi Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Usman Arrumy Utari Tri Prestianti Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W Haryanto W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wan Anwar Wawan Eko Yulianto Wawancara Wina Bojonegoro Wita Lestari Wong Wing King Wowok Hesti Prabowo Xu Xi (Sussy Komala) Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanusa Nugroho Yasraf Amir Piliang Yayat R. Cipasang Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopi Setia Umbara Yudhi Herwibowo Yudi Latif Yusri Fajar Yusuf Ariel Hakim Yuval Noah Harari Zacky Khairul Uman Zainuddin Sugendal Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zed Abidien Zehan Zareez Zhaenal Fanani Zubaidi Khan Zuniest