Selasa, 04 Januari 2011

Ada Apa dengan Puisi?

Donny Anggoro*
http://nasional.kompas.com/

Sungguh sulit meletakkan puncak kegairahan estetik dalam puisi modern kita belakangan ini. Dalam sebuah perbincangan tak resmi Hasif Amini–penjaga rubrik puisi di harian Kompas–mengamini lontaran saya perihal begitu kurang dinamisnya puisi jika dibandingkan dengan prosa.

Booming penerbitan yang nampak dalam lima tahun terakhir tak urung menggoda para penyair untuk hijrah sejenak dalam kepenulisan prosa, mulai dari cerita yang maunya dikonstruksikan menjadi bacaan sastra maupun sekedar deuce et etile- hiburan saja. Sah-sah saja, karena ini urusan pilihan. Budi Darma dalam Solilokui (1984) mengatakan semua pengarang hakekatnya adalah penyair.

Pertanyaan mengusik, benarkah perkembangan puisi kini tinggal reproduksi penyair-penyair sebelumnya? Atau seperti ujaran penyair Jamal D. Rahman, apa yang tersisa kalau hampir segala perambahan pengucapan puitik sudah dilakukan? Benarkah puisi sudah hilang daya tariknya sehingga meski antologi puisi dan rubrik puisi diterbitkan kedudukannya berhenti secara estetik?

Benarkah usaha untuk mengkomodifikasi puisi dari sudut pandang sosialisasinya sudah tidak menarik lagi dibandingkan cerpen dan novel yang karena pencapaiannya dapat merengkuh lebih banyak pembaca? Benarkah meskipun setiap masa yang konon melahirkan sejarah sastranya masing-masing, kerja kritik sastra sudah tak sanggup menampung lantaran begitu banyak jumlah penyair yang muncul?

Pertanyaan-pertanyaan demikian seketika muncul di benak publik masa kini yang masih terpesona kepada pembaruan daripada kedalaman, apalagi kebermainan. Padahal jika mau mencatat kebaruan, almarhum penyair Saut Sitompul (meninggal 2004) cukup punya kecenderungan itu dengan siasat menyelipkan ritme chanting di tengah bait puisinya di samping ia sendiri punya kredo singkat: tulis! Saut tak tercatat lantaran ia berkarya dengan cara tak lazim: menjadi penyair jalanan sehingga namanya terluputkan para pemawas sastra yang masih berparadigma lama.

Ekspetasi melulu kepada kebaruan, tak disadari membuat kerja budaya kehilangan arah. Penerbitan buku Angkatan 2000 dalam Sastra Indonesia, misalnya. Buku susunan Korrie Layun Rampan ini menunjukkan betapa sulitnya menemukan pembaruan sejarah sastra kita. Buku ini menimbulkan keraguan antara leksikon entri pengarang atau kajian sastra mutakhir dari berbagai genre.

Berbeda dengan peneliti sastra Pamusuk Eneste yang tak mau buru-buru menetapkan siapa yang berhak menyandang predikat “sastrawan masa depan” dengan menerbitkan buku entri pengarang (Buku Pintar Sastra, Leksikon Sastra) dan bibliografi dibandingkan Korrie yang tampak bingung sendiri menentukan “garda depan” sastrawan modern kita. Dampak lainnya -meminjam istilah musik “the singer not the song”- yaitu dengan mudahnya kita menyebut sekian banyak nama pengarang, tapi sulit menyebut siapa yang paling menonjol.

Apresiasi puisi menjadi sunyi. Puisi kembali hakikatnya menjadi sekedar bunyi lantaran apresiasi terhadap perkembangannya jarang dilakukan. Catatan terakhir dari estetik puisi mungkin baru Radhar Panca Dahana yang menyebut “puisi hampir tak berjarak dengan prosa” (esai Dunia Prosa, Kompas, 27 Juli 2003). Selebihnya hanya mencatat sebagian kecil dari fenomena tertentu, misalnya metafora seks yang juga masuk ke dalam puisi.

Komunitas puisi di berbagai tempat memang tumbuh seperti Berkat Yakin (Lampung), BlockNot Poetry (Jogja), Riau, Dokarim (Aceh), dan lainnya. Atau di tingkat publikasi, penyair Karsono H. Saputra (penerbit WWS dan Bukupop) punya komitmen mengharukan menerbitkan pelbagai buku antologi puisi Indonesia, mulai dari sajak-sajak reflektif sampai ringan dalam ukuran pocket books (buku saku). Kendala keterbatasan akses selain pemawas sastranya sendiri yang selalu membandingkan dengan zaman dulu tetap ada akibat perkembangan kritik sastra yang lahir pasca H.B Jassin gagal membuka kekuatan dan kelemahan penyair dengan melulu menjadi pujian. Sastra hanya mampu mencatat nama dan riwayat pengarang tanpa kesempatan mencatat nilai-nilai, apalagi menyusun pemikirannya.
***

Bolehlah Sutardji Calzoum Bachri dalam Puisi Estafet (Gelak Esai & Ombak Sajak Anno 2001) mengatakan generasi puisi berikut masih memegang tongkat estafet generasi pendahulunya. Tapi, akibat perhatian yang melulu terpesona kepada pembaruan, sebetulnya nyaris menutup mata kita sendiri untuk bekerja lebih serius menelaah karya-karya yang sudah ada.

Puisi sebetulnya tak cukup dengan urusan kebaruan. Pilihan sang penyair kepada suatu genre juga perlu diperhatikan. Jika tidak, puisi akan terus dianggap mandek. Padahal bukan tak mungkin suatu saat kemasan puisi ke berbagai bentuk seni lain mampu mencapai pengucapan baru yang mandiri.

Bukankah para penyair yang sudah menjadi kanon mengawali dirinya dengan eksperimen? Bukankah puisi itu sendiri tak mungkin lahir dari ruang kosong, bak perkataan Adolfo Sanchez Vasquez yaitu “sastra lahir dalam kekinian dan kedisinian yang konkret” (Art and Society, Merlin Press, London, 1973)?

Kerja budaya dalam puisinya sendiri bukan berarti sudah beres. Setelah melulu dianggap sebagai “pemegang tongkat estafet”, urusan lain yang sebenarnya masih dapat diupayakan sebagai titik tolak pembaruan puisi juga belum ada.

Puisi terjerembab menjadi konsumsi panggung deklamasi setelah gagal mengarungi kekuatan tekstual. Apalagi tak banyak yang memerhatikan publikasi lain yang sebetulnya berpeluang misalnya musikalisasi puisi, memanfaatkan teknologi: permainan tipografi (salah satunya pernah dilakukan Cyberpuitika), film puisi seperti yang dilakukan sutradara Lars Buchel dan penyair Anne Rostanberg (keduanya dari Jerman), film animasi dalam video klip seperti yang dilakukan MTV di era 1990-an dengan menerjemahkan puisi bergaya Victorian ke dalam bentuk gambar, sampai menampilkan kutipan puisi ke dalam ponsel sehingga penyair kelak juga mendapat royalti bak penyanyi yang lagunya dibuat menjadi ring tone (ini sekedar analogi).KOlaborasi puisi menjadi film pun di Jerman selain membuka peluang baru juga menimbulkan polemik yang justru memerlihatkan kerja puisi menjadi dinamis. Misalnya perlukah puisi Goethe yang diterjemahkan ke film membuat puisinya jadi lebih baik atau sebaliknya? Bukti lain (akibat kerja puisinya sendiri yang kurang progresif) tak banyak lagu bagus sekarang yang syairnya digarap penyair atau ditulis secara puitik.

Contoh di atas memang bukan semata kerja penyair seorang diri. Diperlukan keterbukaan dirinya di bidang lain di samping mendapat bantuan dari para maecenas. Pertanyaannya, mengapa belum banyak ditempuh cara lain untuk meningkatkan harga puisi ?
Tiada hal lain yang bisa dilakukan kecuali perbaikan kerja sastranya sendiri di samping pengamatan yang mampu melontarkan karya dalam ruang kosong. *

Banda Aceh, November 2006.

*) Eseis dan aktivis mejabudaya, di Jakarta
kunjungi: http://doro2020.blogspot.com/

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Ginandjar Wiludjeng A. Junianto A. Kurnia A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.S Laksana A’yat Khalili Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Razak Abdul Rosyid Abdul Wahab Abdurrahman Wahid Abu Salman Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adam Chiefni Ade P. Nasution Adhitia Armitriant Adi Prasetyo Adrizas AF. Tuasikal Afriza Hanifa Afrizal Malna Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunyoto Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Baso Ahmad Faishal Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Naufel Ahmad Rofiq Ahmad S. Zahari Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ainul Fiah Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akhudiat Akmal Nasery Basral Alam Terkembang Alang Khoiruddin Alex R. Nainggolan Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Almania Rohmah Ami Herman Amien Wangsitalaja Aminah Aminullah HA.Noor Amir Sutaarga Anam Rahus Anata Siregar Andari Karina Anom Andina Dwifatma Andong Buku #3 Andre Mediansyah Andri Awan Anett Tapai Anggie Melianna Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Bae Anton Kurnia Anton Wahyudi Anwar Nuris Ardi Bramantyo Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arie Yani Arief Joko Wicaksono Arief Junianto Ariera Arif Bagus Prasetyo Aris Kurniawan Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Asmaul Fauziyah Asti Musman Atafras Awalludin GD Mualif Ayu Wulan Sari Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Bagus Takwin Bahrul Ulum A. Malik Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Beno Siang Pamungkas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Bernando J Sujibto Berthold Damshauser BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Camelia Mafaza Catatan Cerbung Cerpen Chairul Akhmad Chamim Kohari Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Zaini Ahmad D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Daisuke Miyoshi Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Danusantoso Dareen Tatour Darju Prasetya David Kuncara Denny Mizhar Denza Perdana Desi Sommalia Gustina Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewi Indah Sari Dewi Susme Dian Sukarno Didik Harianto Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jawa Timur Dipo Handoko Diyah Errita Damayanti Djoko Pitono Djoko Saryono Doddy Wisnu Pribadi Dody Kristianto Dody Yan Masfa Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi SS MHum Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Wiyana Dyah Ratna Meta Novia Dyah Sulistyorini Ecep Heryadi Eddy Pranata PNP Edeng Syamsul Ma’arif Eep Saefulloh Fatah EH Kartanegara Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendrawan Sofyan Eko Hendri Saiful Eko Windarto Elnisya Mahendra Elva Lestary Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Sulwesi Endo Suanda Eppril Wulaningtyas R Esai Evan Ys F. Moses F. Rahardi Fadlillah Malin Sutan Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fanny Chotimah Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Febby Fortinella Rusmoyo Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Gabriel Garcia Marquez Galang Ari P. Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gandra Gupta Ganug Nugroho Adi Gerson Poyk Ghassan Kanafani Gita Nuari Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunoto Saparie H.B. Jassin Habibullah Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Hardi Haris del Hakim Haris Saputra Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Aspahani Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana HE. Benyamine Hendra Junaedi Hendra Makmur Heri CS Heri Latief Heri Listianto Herman RN Herry Lamongan Heru CN Heru Nugroho Hikmat Gumelar HL Renjis Magalah Hudan Nur Hujuala Rika Ayu Huminca Sinaga IBM. Dharma Palguna Ibnu Wahyudi Ida Farida Idris Pasaribu Ignas Kleden Ignatius Haryanto Iksan Basoeky Ilham Khoiri Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Ira Puspitaningsih Irfan Budiman Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Zulkarnain Ismail Marzuki Iva Titin Shovia Iwan Kurniawan Jabbar Abdullah Jafar Fakhrurozi Jalan Raya Simo Sungelebak Jamal D. Rahman Jamal T. Suryanata Javed Paul Syatha Jayaning S.A JILFest 2008 Jody Setiawan Johan Edy Raharjo Johannes Sugianto Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Juan Kromen Julika Hasanah Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Ka’bati Karanggeneng Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Keith Foulcher Kemah Budaya Panturan (KBP) Khansa Arifah Adila Khoirul Inayah Khoirul Rosyadi Khudori Husnan Ki Ompong Sudarsono Kirana Kejora Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kukuh S Wibowo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie L.N. Idayanie Laili Rahmawati Lamongan Lan Fang Langgeng Widodo Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lely Yuana Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Liestyo Ambarwati Khohar Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lucia Idayanie Lukman A Sya Lutfiah Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Ismail M Thobroni M. Afifuddin M. Arwan Hamidi M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Luthfi Aziz M. Nurdin M. Yoesoef M.D. Atmaja M.S. Nugroho Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahmud Syaltut Usfa Mahmudi Arif Dahlan Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Martin Aleida Maruli Tobing Mas Ruscita Mashuri Masuki M. Astro Matroni Matroni Muserang Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mia Arista Mia El Zahra Mikael Johani Misbahus Surur Misran Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan Much. Khoiri Muh. Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Aris Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun Muhammadun AS Muhidin M Dahlan Mujtahid Mujtahidin Billah Mukti Sutarman Espe Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik Munawir Aziz Musfarayani Musfi Efrizal Nafisatul Husniah Nandang Darana Naskah Teater Nelson Alwi Ni Made Purnamasari Nikmatus Sholikhah Nina Herlina Lubis Nina Susilo Ning Elia Noor H. Dee Noval Jubbek Novel-novel berbahasa Jawa Novelet Nunuy Nurhayati Nur Azizah Nur Hamzah Nur Kholiq Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Aini Nurul Anam Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Okty Budiati Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Otto Sukatno CR Oyos Saroso H.N. Pagan Press Pagelaran Musim Tandur Palupi Panca Astuti Parimono V / 40 Plandi Jombang Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Petrus Nandi Politik Politik Sastra Pradana Boy ZTF Pramoedya Ananta Toer Pramono Pringadi AS Prof Dr Fabiola D. Kurnia Prosa Puisi Puji Santosa Puji Tyasari Puput Amiranti N Purnawan Andra Purnawan Kristanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang Group PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Ng. Ronggowarsito Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Rahmat Kemat Hidayatullah Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rasanrasan Boengaketji Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Resensi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Ririe Rengganis Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rusmanadi S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saiful Amin Ghofur Saiful Anam Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman S. Yoga Samsudin Adlawi Samsul Anam Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang KSII Santi Puji Rahayu Sapardi Djoko Damono Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra dan Kuasa Simbolik Sastra Jawa Timur Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra Boenga Ketjil #33 Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Khoeriyah Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputra Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soegiharto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sri Weni Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudirman Sugi Lanus Sukron Ma’mun Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaf Anton Wr Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syarif Wadja Bae Sylvianita Widyawati TanahmeraH ArtSpace Tarmuzie (1961-2019) Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tia Setiadi Tirto Suwondo Tita Tjindarbumi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tosa Poetra Tri Nurdianingsih Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulul Azmiyati Umar Fauzi Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Usman Arrumy Utari Tri Prestianti Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W Haryanto W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wan Anwar Wawan Eko Yulianto Wawancara Wina Bojonegoro Wita Lestari Wong Wing King Wowok Hesti Prabowo Xu Xi (Sussy Komala) Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanusa Nugroho Yasraf Amir Piliang Yayat R. Cipasang Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopi Setia Umbara Yudhi Herwibowo Yudi Latif Yusri Fajar Yusuf Ariel Hakim Yuval Noah Harari Zacky Khairul Uman Zainuddin Sugendal Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zed Abidien Zehan Zareez Zhaenal Fanani Zubaidi Khan Zuniest