Kamis, 23 September 2010

Dunia Tanpa Kotak Para Penyair Bali

Gandra Gupta
http://www.jawapos.co.id/

Penilaian Bali sebagai gudangnya seniman nampaknya tak berlebihan. Dari seniman tradisional hingga kontemporer semua ada. Pun dengan penyairnya, yang leluasa beraktivitas, berkarya, tanpa terkotak-kotak kepentingan duniawi industri pariwisatanya.

Sebut saja nama I Gusti Ngurah Putu Wijaya atau yang dikenal dengan sebutan Putu Wijaya, tak pelak orang pun taka sing dengannya. Pria kelahiran Puri Anom, Tabanan, 11 April 1944 silam, ini adalah sosok seniman serba bias, yang melahirkan banyak karya fenomenal. Di antaranya novel Putri. Di khasanah puisi, dia sempat meraih gelar juara lomba puisi Suluh Indonesia Bali, beberapa tahun silam.

Seniman yang diakrabi dengan topi khasnya ini juga peshor dalam penulisan skenario film, juga drama. Karya-karyanya banyak jadi rujukan dan panduan sastrawan di tanah air.

Atau almarhum I Made Sanggra, tokoh sastra Bali modern yang dikenal lewat cerpen Ketemu Ring Tampaksiring yang berbahasa Bali. Sosok yang satu ini di tahun 1988 dikenal lewat buku puisinya Kidung Republik dan berhasil jadi yang terbaik dan meraih penghargaan Rancage. Penghargan prestisius jagat sastra nasional, yang dimotori budayawan, Ayip Rosidi.

Perkembangan sastra khususnya puisi di pulau Seribu Pura ini terus tumbuh dan berkembang. Salah satu yang “episentrum” dari “kawah sastra” angkatan muda itu adalah Umbu Landu Paranggi. Pria kelahiran Kananggar, Paberiwai, Sumba Timur, NTT, 10 Agustus 1943 silam, ini sangat memberi warna. Pendiri komunitas penyair Malioboro, Jogjakarta, di tahun 1970-an, ini punya andil spesial.

Penyair “mistis” ini setelah hijrah ke Bali, di era 1980-an. Dia pun dipercaya mengasuh rubrik di harian Bali Post, koran lokal tertua di pulau ini. Berkat asuhan mantan guru budayawan mbeling asal Jombang, Jatim, Emha Ainun Nadjib dan mendiang Linus Suryadi itulah, gairah perpuisian di pulau wisata ini makin menggeliat.

Apalagi setelah itu bermunculan sanggar sastra. Macam Sanggar Minum Kopi (SMP). Sejumlah nama penyair bermunculan dari sini. Di antaranya Warih Wisatsana, Tan Lioe Ie, Nuryana Asmaudi, Wayan “Jengki” Sunarta, Putu Fajar Arcana, Cok Sawitri, Raudal Tanjung Banua, Pranita Dewi, Putu Vivi Lestari, Komang Ira Puspitaningsih dan lainnya.”Saya banyak belajar juga dengan Pak Umbu (Umbu Landu Paranggi). Kami dulu bergerilya ke sekolah-sekolah dan sanggar, untuk pembinaan dan memberi motivasi, ” kata Asmaudi, murid sekaligus sahabat Umbu.”Dia itu sosok motivator bagi penyair muda di Bali,” aku Tan Lio Ie.

Begitu menggeliatnya perkembangan sastra khususnya puisi di Bali, tentulah menarik. Kenapa? Karena tak ada masa depan jelas bagi para penyair itu bila dihitung dari sisi materi duniawi, sebagaimana pariwisata yang telah menjadi industri.

Mengapa mereka bertahan? Asmaudi punya cerita tersendiri. Pria kelahiran Jepara, Jateng, 10 Maret 1965 silam, ini terlahir sebagai anak ketiga dari 12 bersaudara. Itu belum anak dari istri dari sang ayah dulu, yang punya anak dua orang.” Saya yang “tersesat” (sebagai penyair) hehehehe,” katanya, terkekeh.

Maksudnya, orang tuanya almarhum Amuin dan Maimunah, tidak ada yang jadi seorang seniman. Ayahnya sendiri adalah seorang veteran. Sementara sang ibu adalah pensiunan guru di Departemen Agama.

Saat sekolah, dia memilih sekolah teknik negeri (STN) jurusan ukir. Di sekolah yang setingkat SMP itu, dia memang memiliki kecenderungan untuk belajar menulis. ” Tapi, saya tidak pernah merencanakan kelak jadi seorang penyair, ” ucapnya.

Itu dibuktikan dengan kelanjutan sekolahnya, Sekolah Menengah Industri Kerajinan (SMIK) masih di kota kelahiranya. Dengan mengambil jurusan lukis batik. Itu dia ambil, melihat persaingan di ukir yang begitu sengit. “Saya setelah tamat malah pindah ke Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Walisongo di Kudus. Ngambil jurusan ushuluddin, aqidah dan filsafat. Itu kan makin tidak nyambung, ya ? ” sekenanya.

Tapi, di sekolah tinggi ini. Untuk beberapa saat. Dia menemukan atmosfer lain. Ada pers kampus. Asmaudi pun kembali berkutat ke tulis menulis. Dan mulai ada pilihan, untuk terjun ke bidang tersebut.”Mungkin ( baru di Kudus dunia tulis menulisnya berkembang), karena di Jepara, pergaulan sastra saya belum bertemu. Kalau ada pun penyair di sana (Jepara), saya belum ketemu. Jadi waktu kuliah saya putuskan di sastra,” katanya.

Di Kudus, selain mendirikan komunitas sastra. Dia juga bergabung dalam teater. Kerap kali, karyanya disiarkan di radio manggala, yang fokus ke sastra. Di tahun 1990, salah satu puisinya masuk 10 Terbaik, lomba cipta puisi nasional, yang diselenggarakan Sanggar Minum Kopi.

Tapi, saat itu karena sedang mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN), dia tak berangkat ke pulau ini. Dan baru di tahun 1996, kesempatan ke Bali ada. Dia pun tinggal dan bergabung bersama Umbu.

Alur hidup yang menarik, juga diungkap Warih Wisatsana. Lelaki yang kumpulan puisinya Ikan TerbangTak Berkawan diterbitkan tahun 2003 ini, saat duduk di bangku SMP, sudah kepincut dengan puisi. “Saya waktu itu di Klaten dan Salatiga. Dalam puisi, saya lama kelamaan saat mencoba mengembangkan pertanyaan mendasar dari hidup. Dari mana dan mau ke mana hidup ini. Apakah sebenarnya keberadaan kita dalam hidup ini ? Timbullah satu kegelisahaan yang lambat laun, menemukan bentuk kreatifnya dalam seni bahasa, seni puisi, ” paparnya.

Wisatsana pun merantau ke Bali, sebelum akhirnya bertemu dengan Umbu juga. “Saya tidak diajarkan menulis (oleh Umbu), tapi melihat keindahan dan kesadaran terutama dalam olah kata, ” ungkapnya.

Ada lagi cerita lagi dari Tan Lioe Ie. Dia juga memiliki jalan nasib yang hampir sama. Sewaktu kecil suka menggambar, dan untuk selanjutnya pindah jalur ke musik. Sebelum akhirnya memilih puisi sebagai jalan hidup.

Awalnya semacam outlet psikologis dalam kesenian yang bagus. Dan, untuk selanjutnya layaknya candu untuk kepuasan batinnya. “Saya justru begini, tidak melahirkan puisi saya bingung, ” tandas seniman yang menyayangi rambutnya untuk dipotong itu.

Bicara tentang penampilan, ada penyerataan menarik diungkap Asmaudi, yang terkesan rapi, dengan baju dimasukkan ke celana panjang, bak pegawai kantoran.”Kalau saya ya begini ini, dalam hidup sehari-hari perilaku pikiran dan ucapan harus tertib dan normal. Kalau bicara imajinasi, misalnya karya liar kita harus liar juga. Imajinasi liar boleh. Nulis tentang mati, kita harus mati juga. Saya selalu rapi, pakai sepatu dan kemeja,” ungkapnya.

Di bagian lain, Wayan “Jengki” Sunarta. Seniman muda asal Kesiman, Denpasar, ini tertarik puisi setelah melihat rangkaian indah kata-kata yang di susun teman satu bangkunya, di SMPN 8 Denpasar. Padahal, dia sempat bercita-cita ingin jadi tentara atau dokter, sebagaimana umumnya anak-anak.

Tapi Jengki telah “tertular” seiring bertambahnya umur, dia berkenalan dengan Wayan Langgeng alias Mangku Bajra. Omnya, yang juga seorang seniman. Ternyata kawan dekat Umbu. Saling tukar pikiran pun terjadi, mengalir begitu saja. Hingga akhirnya, Jengki eksis sampai sekarang. ” Bakat saya betul-betul digempleng di Sanggar Minum Kopi, ” jelasnya.

Ditambah, saat kuliah di Fakutas Sastra Universitas Udayana (FS-Unud), jurusan Antropologi. Jengki pun aktif setelah sanggar yang dimaksud bubar. Dari diskusi teater dan lainnya.” Terus terang saya sebenarnya pecinta semua seni. Termasuk seni tradisional. Cuma, karena saya tidak bisa menari, saya lebih intens ke sastra modern, ” kata penggemar batu permata tersebut. ” Kalau dandan, saya memang lebih senang pakai sandal jepit. Baju dikeluarin, lebih enjoy rasanya. Lebih nyaman saja, ” ungkapnya.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Ginandjar Wiludjeng A. Junianto A. Kurnia A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.S Laksana A’yat Khalili Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Razak Abdul Rosyid Abdul Wahab Abdurrahman Wahid Abu Salman Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adam Chiefni Ade P. Nasution Adhitia Armitriant Adi Prasetyo Adrizas AF. Tuasikal Afriza Hanifa Afrizal Malna Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunyoto Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Baso Ahmad Faishal Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Naufel Ahmad Rofiq Ahmad S. Zahari Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ainul Fiah Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akhudiat Akmal Nasery Basral Alam Terkembang Alang Khoiruddin Alex R. Nainggolan Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Almania Rohmah Ami Herman Amien Wangsitalaja Aminah Aminullah HA.Noor Amir Sutaarga Anam Rahus Anata Siregar Andari Karina Anom Andina Dwifatma Andong Buku #3 Andre Mediansyah Andri Awan Anett Tapai Anggie Melianna Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Bae Anton Kurnia Anton Wahyudi Anwar Nuris Ardi Bramantyo Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arie Yani Arief Joko Wicaksono Arief Junianto Ariera Arif Bagus Prasetyo Aris Kurniawan Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Asmaul Fauziyah Asti Musman Atafras Awalludin GD Mualif Ayu Wulan Sari Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Bagus Takwin Bahrul Ulum A. Malik Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Beno Siang Pamungkas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Bernando J Sujibto Berthold Damshauser BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Camelia Mafaza Catatan Cerbung Cerpen Chairul Akhmad Chamim Kohari Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Zaini Ahmad D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Daisuke Miyoshi Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Danusantoso Dareen Tatour Darju Prasetya David Kuncara Denny Mizhar Denza Perdana Desi Sommalia Gustina Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewi Indah Sari Dewi Susme Dian Sukarno Didik Harianto Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jawa Timur Dipo Handoko Diyah Errita Damayanti Djoko Pitono Djoko Saryono Doddy Wisnu Pribadi Dody Kristianto Dody Yan Masfa Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi SS MHum Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Wiyana Dyah Ratna Meta Novia Dyah Sulistyorini Ecep Heryadi Eddy Pranata PNP Edeng Syamsul Ma’arif Eep Saefulloh Fatah EH Kartanegara Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendrawan Sofyan Eko Hendri Saiful Eko Windarto Elnisya Mahendra Elva Lestary Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Sulwesi Endo Suanda Eppril Wulaningtyas R Esai Evan Ys F. Moses F. Rahardi Fadlillah Malin Sutan Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fanny Chotimah Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Febby Fortinella Rusmoyo Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Gabriel Garcia Marquez Galang Ari P. Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gandra Gupta Ganug Nugroho Adi Gerson Poyk Ghassan Kanafani Gita Nuari Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunoto Saparie H.B. Jassin Habibullah Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Hardi Haris del Hakim Haris Saputra Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Aspahani Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana HE. Benyamine Hendra Junaedi Hendra Makmur Heri CS Heri Latief Heri Listianto Herman RN Herry Lamongan Heru CN Heru Nugroho Hikmat Gumelar HL Renjis Magalah Hudan Nur Hujuala Rika Ayu Huminca Sinaga IBM. Dharma Palguna Ibnu Wahyudi Ida Farida Idris Pasaribu Ignas Kleden Ignatius Haryanto Iksan Basoeky Ilham Khoiri Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Ira Puspitaningsih Irfan Budiman Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Zulkarnain Ismail Marzuki Iva Titin Shovia Iwan Kurniawan Jabbar Abdullah Jafar Fakhrurozi Jalan Raya Simo Sungelebak Jamal D. Rahman Jamal T. Suryanata Javed Paul Syatha Jayaning S.A JILFest 2008 Jody Setiawan Johan Edy Raharjo Johannes Sugianto Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Juan Kromen Julika Hasanah Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Ka’bati Karanggeneng Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Keith Foulcher Kemah Budaya Panturan (KBP) Khansa Arifah Adila Khoirul Inayah Khoirul Rosyadi Khudori Husnan Ki Ompong Sudarsono Kirana Kejora Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kukuh S Wibowo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie L.N. Idayanie Laili Rahmawati Lamongan Lan Fang Langgeng Widodo Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lely Yuana Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Liestyo Ambarwati Khohar Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lucia Idayanie Lukman A Sya Lutfiah Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Ismail M Thobroni M. Afifuddin M. Arwan Hamidi M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Luthfi Aziz M. Nurdin M. Yoesoef M.D. Atmaja M.S. Nugroho Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahmud Syaltut Usfa Mahmudi Arif Dahlan Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Martin Aleida Maruli Tobing Mas Ruscita Mashuri Masuki M. Astro Matroni Matroni Muserang Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mia Arista Mia El Zahra Mikael Johani Misbahus Surur Misran Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan Much. Khoiri Muh. Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Aris Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun Muhammadun AS Muhidin M Dahlan Mujtahid Mujtahidin Billah Mukti Sutarman Espe Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik Munawir Aziz Musfarayani Musfi Efrizal Nafisatul Husniah Nandang Darana Naskah Teater Nelson Alwi Ni Made Purnamasari Nikmatus Sholikhah Nina Herlina Lubis Nina Susilo Ning Elia Noor H. Dee Noval Jubbek Novel-novel berbahasa Jawa Novelet Nunuy Nurhayati Nur Azizah Nur Hamzah Nur Kholiq Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Aini Nurul Anam Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Okty Budiati Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Otto Sukatno CR Oyos Saroso H.N. Pagan Press Pagelaran Musim Tandur Palupi Panca Astuti Parimono V / 40 Plandi Jombang Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Petrus Nandi Politik Politik Sastra Pradana Boy ZTF Pramoedya Ananta Toer Pramono Pringadi AS Prof Dr Fabiola D. Kurnia Prosa Puisi Puji Santosa Puji Tyasari Puput Amiranti N Purnawan Andra Purnawan Kristanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang Group PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Ng. Ronggowarsito Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Rahmat Kemat Hidayatullah Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rasanrasan Boengaketji Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Resensi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Ririe Rengganis Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rusmanadi S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saiful Amin Ghofur Saiful Anam Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman S. Yoga Samsudin Adlawi Samsul Anam Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang KSII Santi Puji Rahayu Sapardi Djoko Damono Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra dan Kuasa Simbolik Sastra Jawa Timur Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra Boenga Ketjil #33 Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Khoeriyah Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputra Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soegiharto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sri Weni Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudirman Sugi Lanus Sukron Ma’mun Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaf Anton Wr Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syarif Wadja Bae Sylvianita Widyawati TanahmeraH ArtSpace Tarmuzie (1961-2019) Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tia Setiadi Tirto Suwondo Tita Tjindarbumi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tosa Poetra Tri Nurdianingsih Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulul Azmiyati Umar Fauzi Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Usman Arrumy Utari Tri Prestianti Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W Haryanto W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wan Anwar Wawan Eko Yulianto Wawancara Wina Bojonegoro Wita Lestari Wong Wing King Wowok Hesti Prabowo Xu Xi (Sussy Komala) Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanusa Nugroho Yasraf Amir Piliang Yayat R. Cipasang Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopi Setia Umbara Yudhi Herwibowo Yudi Latif Yusri Fajar Yusuf Ariel Hakim Yuval Noah Harari Zacky Khairul Uman Zainuddin Sugendal Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zed Abidien Zehan Zareez Zhaenal Fanani Zubaidi Khan Zuniest