Rabu, 14 Januari 2009

Urgensi Sastra ke Jantung Budaya

Mahmud Syaltut Usfa
http://batampos.co.id/

Dunia sastra masih kerap dipandang sebagai dunia khusus yang berurusan dengan imajinasi belaka. Lebih miris lagi, masih adanya pandangan sebagian orang yang mengklaim orang-orang yang berkecimpung di dunia sastra tidak jelas masa depannya.

Stereotip tersebut begitu lekat di persepsi masyarakat. Sampai-sampai orang tua merasa cemas akan masa depan anaknya apabila bergelut di lingkungan sastra. Mau jadi apa? Kemana nanti masa depannya? Bukankah lebih baik belajar komputer yang jelas ke dunia kerja!!

Sastra kerap dikebiri sebagai dunia khayal yang tidak akan mampu memberi sumbangsih apa-apa bagi perkembangan intelektual dan kepribadian anak. Lebih-lebih untuk mencari kekayaan, jangan terlalu berharap!! Memillih hidup dengan berkarya di sastra sama halnya dengan siap menjadi orang miskin!!

Tantangan bagi kita yang aktif berkarya di dunia sastra adalah memberi pemahaman dan penyadaran kepada para orangtua. Sastra bukan sekadar produk imajinasi sampah. Karya seni dalam sastra tidak akan mampu diukur dari sisi materi. Karya sastra adalah sebuah sentuhan imajinasi yang santun kelas tinggi.

Kelembutannya mampu menyentuh ruang hati. Sehingga mampu memberikan sumbangsih moral positif bagi perkembangan kepribadian anak. Tutur bahasa yang santun dan lembut bisa membentuk pola pikir dan kepribadian anak dalam bersikap di pergaulan global.

Di era informasi yang liar seperti sekarang ini, kita, sangat sanksi dengan munculnya berbagai karya seni yang sangat digemari oleh para remaja. Seperti munculnya grup-grup band dengan dendangan lagu-lagunya. Karya-karya mereka sangat cepat melekat pada pola pikir, imajinasi, bahkan kognisinya. Sehingga, syair-syair lagu mereka gampang diterjemahkan dalam kehidupan keseharian. Bahkan, begitu gampang memaknai arti kebebasan hidup hanya berdalil dari syair lagu favoritnya.

Dalam sastra hampir tidak ditemukan karya liar, walau imajinasi dalam karya sastra tidak bisa dibatasi atau dikotak-kotak. Karena sastra bersumber dari budaya serta menjunjung tinggi nilai-nilai etika dan norma agama. Bukan muluk-muluk bahwa sastra mampu membendung arus budaya global negatif. Salahsatunya hanya dengan sastra suatu daerah akan mampu memiliki dan menguatkan jati diri budayanya kembali.

Hanya saja, yang menjadi persoalan adalah, masih banyaknya karya sastra di Kepri cuma bisa berkoar di atas kertas. Akses sastra hanya sebatas berbicara di media (maaf, itupun karya penyair yang memiliki akses di media saja). Tapi dalam langkah kongkrit, masih jauh dari harapan. Jangankan menggedor masuk dalam sendi budaya daerah, untuk diterima oleh masyarakat saja masih kerepotan.

Di Batam secara khusus, membutuhkan langkah-langkah kongkrit dan bijak oleh para pelaku sastra. Secara tegas, mau tidak mau penggiat sastra harus berjibaku memasukkan karya sastra sampai merasuk ke jiwa masyarakat.

Cara yang paling sederhana namun agak rumit, adalah memasukkan sastra ke dalam kurikulum sekolah. Mulai tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Coba lihat sekarang ini, anak-anak SD hampir tidak menyentuh pelajaran sastra. Bahkan, ketika diajari pantun dari gurindam 12 saja anak-anak lebih respon dengan pantun-pantun gaul yang biasa mereka dengar di televisi.

Masyarakat masih kerap memandang karya sastra hanyalah khayalan pengarang yang penuh kebohongan sehingga timbul klasifikasi dan diskriminasi. Padahal karya sastra memiliki pesona tersendiri bila kita mau membacanya. Karya sastra dapat membukakan mata pembaca untuk mengetahui realitas sosial, politik dan budaya dalam bingkai moral dan estetika. Dalam hal ini, guru-guru sebagai pendidik di sekolah tidak bisa dijadikan kambing hitam, karena faktanya, kurikulum pendidikan menjadi pedoman mengajar anak didik sangat kurang memberi peluang untuk menyemai apresiasi sastra anak.

Tidak salah kiranya jika mencontohkan, sejak SD saya sudah mendapat pelajaran sastra dari guru bahasa Indonesia. Sehingga nama-nama sastrawan nasional dan beberapa karyanya sangat melekat. Ketika itu, saya mengira sastrawan seperti Taufiq Ismail, WS. Rendra, Supadi Djokodamono dll sudah meninggal bersama para pahlawan bangsa, (maklum saya lahir dan sekolah SD di Pulau Bawean, suatu daerah terpencil di Kabupaten Gresik - Jawa Timur). Jadi, akses informasi ketika itu sangat terbatas. Sehingga mengenal sastrawan-sastrawan tersebut hanya dari pelajaran di sekolah.

Tapi, ketika kuliah di Kota Malang, kebetulan aktif di teater,ada simposium sastra nasional di kampus selama empat hari. Saya dan teman-teman mendapat undangan mengisi pementasan tampil di hadapan mereka pada acara pembukaan. Jujur saya terkejut, ternyata nama-nama ketika di SD saya kenal lewat pelajaran sastra dan dikira sudah meninggal hadir di situ!. Wah...luar biasa, ini semacam reuni kognisi yang sudah terkubur. Tentu saja mereka tidak tahu bagaimana perasaan saya saat itu, karena ketika bertemu hanya sebatas ngobrol biasa. Kiranya sekarang sulit anak-anak mengenal sastra sedalam itu, karena memang tidak diperkenalkan.

Itu hanya satu contoh terjadinya transformasi kognisi dan imajinasi akan sastra. Begitu kuatnya karya mereka di pikiran ketika itu masih anak-anak. Transformasi tersebut mampu membetuk suatu sikap, kepribadian, daya kognisi, dan imajinasi dengan tidak menghilangkan eksistensi budaya daerah sedikit pun.

Sungguh menyedihkan, jika kita memperhatikan soal-soal ujian di sekolah-sekolah menengah berkaitan dengan sastra. Masalah-masalah remeh seperti misalnya di mana penyair Chairil Anwar dilahirkan dan apa salah satu judul novel karya Marah Rusli selalu dijadikan soal ujian, betul kan?! Padahal, ketika di SMP saya sudah hafal betul.

Di Kepri (lebih khusus di Batam) belum pernah menemukan bahan ujian yang mengharuskan murid di sekolah-sekolah kita menghafal satu bait puisi karya Chairil Anwar. Atau mengharuskan murid membuat komentar pendek tentang karya sastrawan daerah, misalnya. Bukankah kita memiliki penyair-penyair handal, seperti Rida K. Liamsi, Hasan Aspahani, Ramon Damora dll yang konon karyanya sudah menasional.

Batam dengan budaya melayu, seharusnya sastra bisa masuk ke jantung eksistensi budaya melayu. Karya sastra tidak cukup sekadar diperkenalkan lewat kegiatan formalitas saja. Tapi harus menjadi “darah” mengalir ke pikiran dan imajinasi anak-anak lewat jantung budaya.

Masuknya sastra dalam kurikulum, tidak mustahil pengenalan akan etika budaya daerah akan merasuk ke jiwa anak-anak. Sayangnya, pada umumnya yang selalu dikambinghitamkan adalah guru yang tidak menguasai sastra, murid-murid tidak apresiatif dan buku-buku penunjang tidak tersedia di sekolah. Padahal, pembelajaran sastra tidak perlu dipermasalahkan jika seorang guru memiliki strategi atau kiat-kiat yang dapat dijadikan sebagai alternatif.

Perlu diingat!! Karya sastra mempunyai relevansi dengan masalah-masalah dunia pendidikan dan pengajaran. Sebab itu sangat keliru bila dunia pendidikan selalu menganggap bidang eksakta lebih utama, lebih penting dibandingkan dengan ilmu sosial atau ilmu-ilmu humaniora.

Percayalah!! Dari dulu sampai sekarang karya sastra tidak pernah pudar dan mati. Dalam kenyataan karya sastra dapat dipakai untuk mengembangkan wawasan berpikir akan budaya daerah dan bangsa. Karya sastra dapat memberikan pencerahan pada masyarakat modern.

Bagaimana mungkin, generasi bangsa di Kepri akan memiliki apresiasi yang tinggi terhadap sastra jika sejak kecil tidak memperoleh pendidikan yang baik?

Dalam jeratan kurikulum pendidikan yang cenderung memperbodoh anak didik di sekolah, khususnya yang berkaitan dengan apresiasi sastra, bangsa kita benar-benar menjadi bangsa yang miskin spiritualitas, sehingga mudah melakukan hal-hal nista tanpa rasa bersalah atau malu. ***

*) Penulis dan Praktisi Pendidikan di Hang Nadim Malay School.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Ginandjar Wiludjeng A. Junianto A. Kurnia A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.S Laksana A’yat Khalili Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Razak Abdul Rosyid Abdul Wahab Abdurrahman Wahid Abu Salman Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adam Chiefni Ade P. Nasution Adhitia Armitriant Adi Prasetyo Adrizas AF. Tuasikal Afriza Hanifa Afrizal Malna Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunyoto Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Baso Ahmad Faishal Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Naufel Ahmad Rofiq Ahmad S. Zahari Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ainul Fiah Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akhudiat Akmal Nasery Basral Alam Terkembang Alang Khoiruddin Alex R. Nainggolan Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Almania Rohmah Ami Herman Amien Wangsitalaja Aminah Aminullah HA.Noor Amir Sutaarga Anam Rahus Anata Siregar Andari Karina Anom Andina Dwifatma Andong Buku #3 Andre Mediansyah Andri Awan Anett Tapai Anggie Melianna Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Bae Anton Kurnia Anton Wahyudi Anwar Nuris Ardi Bramantyo Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arie Yani Arief Joko Wicaksono Arief Junianto Ariera Arif Bagus Prasetyo Aris Kurniawan Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Asmaul Fauziyah Asti Musman Atafras Awalludin GD Mualif Ayu Wulan Sari Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Bagus Takwin Bahrul Ulum A. Malik Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Beno Siang Pamungkas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Bernando J Sujibto Berthold Damshauser BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Camelia Mafaza Catatan Cerbung Cerpen Chairul Akhmad Chamim Kohari Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Zaini Ahmad D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Daisuke Miyoshi Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Danusantoso Dareen Tatour Darju Prasetya David Kuncara Denny Mizhar Denza Perdana Desi Sommalia Gustina Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewi Indah Sari Dewi Susme Dian Sukarno Didik Harianto Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jawa Timur Dipo Handoko Diyah Errita Damayanti Djoko Pitono Djoko Saryono Doddy Wisnu Pribadi Dody Kristianto Dody Yan Masfa Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi SS MHum Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Wiyana Dyah Ratna Meta Novia Dyah Sulistyorini Ecep Heryadi Eddy Pranata PNP Edeng Syamsul Ma’arif Eep Saefulloh Fatah EH Kartanegara Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendrawan Sofyan Eko Hendri Saiful Eko Windarto Elnisya Mahendra Elva Lestary Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Sulwesi Endo Suanda Eppril Wulaningtyas R Esai Evan Ys F. Moses F. Rahardi Fadlillah Malin Sutan Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fanny Chotimah Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Febby Fortinella Rusmoyo Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Gabriel Garcia Marquez Galang Ari P. Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gandra Gupta Ganug Nugroho Adi Gerson Poyk Ghassan Kanafani Gita Nuari Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunoto Saparie H.B. Jassin Habibullah Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Hardi Haris del Hakim Haris Saputra Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Aspahani Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana HE. Benyamine Hendra Junaedi Hendra Makmur Heri CS Heri Latief Heri Listianto Herman RN Herry Lamongan Heru CN Heru Nugroho Hikmat Gumelar HL Renjis Magalah Hudan Nur Hujuala Rika Ayu Huminca Sinaga IBM. Dharma Palguna Ibnu Wahyudi Ida Farida Idris Pasaribu Ignas Kleden Ignatius Haryanto Iksan Basoeky Ilham Khoiri Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Ira Puspitaningsih Irfan Budiman Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Zulkarnain Ismail Marzuki Iva Titin Shovia Iwan Kurniawan Jabbar Abdullah Jafar Fakhrurozi Jalan Raya Simo Sungelebak Jamal D. Rahman Jamal T. Suryanata Javed Paul Syatha Jayaning S.A JILFest 2008 Jody Setiawan Johan Edy Raharjo Johannes Sugianto Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Juan Kromen Julika Hasanah Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Ka’bati Karanggeneng Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Keith Foulcher Kemah Budaya Panturan (KBP) Khansa Arifah Adila Khoirul Inayah Khoirul Rosyadi Khudori Husnan Ki Ompong Sudarsono Kirana Kejora Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kukuh S Wibowo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie L.N. Idayanie Laili Rahmawati Lamongan Lan Fang Langgeng Widodo Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lely Yuana Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Liestyo Ambarwati Khohar Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lucia Idayanie Lukman A Sya Lutfiah Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Ismail M Thobroni M. Afifuddin M. Arwan Hamidi M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Luthfi Aziz M. Nurdin M. Yoesoef M.D. Atmaja M.S. Nugroho Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahmud Syaltut Usfa Mahmudi Arif Dahlan Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Martin Aleida Maruli Tobing Mas Ruscita Mashuri Masuki M. Astro Matroni Matroni Muserang Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mia Arista Mia El Zahra Mikael Johani Misbahus Surur Misran Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan Much. Khoiri Muh. Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Aris Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun Muhammadun AS Muhidin M Dahlan Mujtahid Mujtahidin Billah Mukti Sutarman Espe Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik Munawir Aziz Musfarayani Musfi Efrizal Nafisatul Husniah Nandang Darana Naskah Teater Nelson Alwi Ni Made Purnamasari Nikmatus Sholikhah Nina Herlina Lubis Nina Susilo Ning Elia Noor H. Dee Noval Jubbek Novel-novel berbahasa Jawa Novelet Nunuy Nurhayati Nur Azizah Nur Hamzah Nur Kholiq Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Aini Nurul Anam Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Okty Budiati Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Otto Sukatno CR Oyos Saroso H.N. Pagan Press Pagelaran Musim Tandur Palupi Panca Astuti Parimono V / 40 Plandi Jombang Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Petrus Nandi Politik Politik Sastra Pradana Boy ZTF Pramoedya Ananta Toer Pramono Pringadi AS Prof Dr Fabiola D. Kurnia Prosa Puisi Puji Santosa Puji Tyasari Puput Amiranti N Purnawan Andra Purnawan Kristanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang Group PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Ng. Ronggowarsito Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Rahmat Kemat Hidayatullah Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rasanrasan Boengaketji Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Resensi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Ririe Rengganis Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rusmanadi S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saiful Amin Ghofur Saiful Anam Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman S. Yoga Samsudin Adlawi Samsul Anam Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang KSII Santi Puji Rahayu Sapardi Djoko Damono Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra dan Kuasa Simbolik Sastra Jawa Timur Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra Boenga Ketjil #33 Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Khoeriyah Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputra Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soegiharto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sri Weni Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudirman Sugi Lanus Sukron Ma’mun Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaf Anton Wr Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syarif Wadja Bae Sylvianita Widyawati TanahmeraH ArtSpace Tarmuzie (1961-2019) Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tia Setiadi Tirto Suwondo Tita Tjindarbumi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tosa Poetra Tri Nurdianingsih Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulul Azmiyati Umar Fauzi Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Usman Arrumy Utari Tri Prestianti Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W Haryanto W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wan Anwar Wawan Eko Yulianto Wawancara Wina Bojonegoro Wita Lestari Wong Wing King Wowok Hesti Prabowo Xu Xi (Sussy Komala) Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanusa Nugroho Yasraf Amir Piliang Yayat R. Cipasang Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopi Setia Umbara Yudhi Herwibowo Yudi Latif Yusri Fajar Yusuf Ariel Hakim Yuval Noah Harari Zacky Khairul Uman Zainuddin Sugendal Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zed Abidien Zehan Zareez Zhaenal Fanani Zubaidi Khan Zuniest