Sabtu, 09 Agustus 2008

Sastra, Olahraga, dan Penghargaan

Beni Setia*

SEBAGAI orang yang pernah mendapatkan Anugerah Seniman Jawa Timur dan sekaligus bekerja di dua ranah kesusastraan, Indonesia dan (etnik) Sunda, rasanya saya cukup pantas untuk menanggapi tulisan terkarib, Bonari Nabonenar --lihat ''Menyoal Sastra Satu Kamar'' (JP, 27/7/08). Sebuah tulisan yang menandaskan bahwa kesejahteraan para pekerja sastra di ranah (bahasa) Indonesia lebih tinggi dari pekerja sastra di ranah (bahasa) Jawa. Benarkah begitu?

Belum lama ini saya menerima e-mail dari kawan yang kebetulan bekerja sebagai redaktur di sebuah harian di luar Jawa, yang mengatakan korannya menyediakan tiga halaman untuk karya sastra dan seni-budaya, tapi tak seperti koran-koran di Jawa yang menyediakan honor lumayan, korannya cuma mampu menyediakan honor Rp 50.000 untuk puisi, cerpen atau esei dan artikel termuat --meski berkali-kali dia minta agar ada peningkatan honor. Sebuah permintaan maaf agak nJawani.

Tapi, apa kita menulis untuk honor semata? Ada kalanya kita ingin berpendapat dan butuh orang yang mau mendengar pendapat kita, lalu berbagi pendapat dalam diskusi terbuka di media massa atau yang terselubung via e-mail atau HP. Ada hal-hal mendesak yang harus dikatakan dan butuh tempat untuk berkata. Persis seperti petani gunung yang berjalan ke sana-kemari sambil membawa timba dan gentong untuk mencari sumur dan air. Sekaligus kita terkadang menulis karena terlalu banyak membaca --dan bacaan tak pernah ada putusnya di internet-- dan karena itu banyak kawan yang lalu memilih membuat blog pribadi agar senantiasa bisa menampung unek-unek dan ada yang membacanya.

Keterikatan pada budaya dan bahasa daerah yang mendorong seseorang menulis dalam bahasa ibu dengan intensitas yang sama dengan saat menulis dalam bahasa Indonesia --kadang malah lebih tinggi. Hal yang nilainya bukan pada ukuran besar-kecilnya honorarium yang diterima, tapi pada aura kepuasan bat�n mampu dan masih bisa menggunakan bahasa ibu. Persis seperti yang dirasakan ketika saya menulis sekian sajak Sunda, dimuat, dan mendapatkan honor Rp 15.000 --padahal bila saya tulis dalam bahasa Indonesia bisa dihargai 10�-20 kali lipat. Celakanya, sajak yang selesai tertulis dalam bahasa Sunda tak pernah bisa diterjemahkan, tanpa merusak otentisitas, ke bahasa Indonesia --karena itu bermakna menulis sajak baru.

Lantas apa arti sebuah cerpen dibayar Rp 1.000.000 bila itu ternyata hanya karena terbit di koran A di Jawa dan bukan koran B di luar Jawa yang cuma bisa membayar Rp 50.000. Saya pikir besaran honor tak menceritakan apa-apa, hanya menceritakan kalau koran A, Z, atau Q di Jawa itu sudah sangat mapan dan karenanya mau menghargai karya sastra sesuai margin keuntungannya yang tinggi; dan koran B, W, dan E di luar Jawa ingin melakukan hal yang sama tapi mereka tak punya margin laba yang besar.

Besaran honor tidak identik dengan kualitas karya, pengabdian sastrawan di zona kering dan seterusnya, tapi berkaitan langsung dengan kapitalisasi industri pers. Koran yang sukses secara finansial, yang berpangkal pada besaran kue iklan yang didapat, bisa menghargai karya sastra. Apa ini tak berkaitan dengan snobisme konglomerat sukses macam Rockefeller atau Ford?

Karena itu, soal apakah Anugerah Seniman Jawa Timur akan diteruskan atau tidak, sesungguhynya tak berkaitan dengan siapa yang akan menjadi gubernur pengganti Imam Utomo. Tapi, berhubungan dengan birokrasi yang mengatur agar pos anggaran untuk penghargaan seniman itu tetap tersedia di RAPBD Jawa Timur nanti. Hal itu sekaligus menunjukkan bagaimana para wakil rakyat mau memikirkan kesejahteraan seniman Jawa Timur sehingga berani meloloskan pos anggaran itu pada APBD 2009 tanpa dirangsang dengan uang pansus, panmus, atau gratifikasi.

Akan menarik kalau Pemprov Jawa Timur mau menenggok ke Pemprov Jawa Barat yang berani membuat terobosan dengan menyediakan dana miliaran untuk membeli buku-buku sastra berbahasa Indonesia maupun Sunda untuk melengkapi koleksi perpustakaan-perpustaan di Jawa Barat. Motivasi yang bisa mendinamisasi industri buku (sastra) di Jawa Timur.

Meski terlambat --Jawa Barat baru tiga tahun terakhir memberi anugerah seniman model Jawa Timur-- berani melakukan terobosan yang lebih radikal dan dahsyat. Dan, itu terlihat signifikan dalam lonjakan penerbitan buku sastra berbahasa Indonesia dan Sunda pada 2008. Bersediakah para birokrat Jawa Timur membuat anggaran untuk itu? Beranikah para wakil rakyat membuat terobosan yang tidak populer tapi akan besar artinya bagi dunia sastra di Jatim dengan memasukkan anggaran penghargaan kepada para seniman dalam APBD 2009 nanti?

Pada dasarnya Anugerah Seniman Jawa Timur tak menekankan kualitas karya tapi lebih menggarisbawahi pada daya tahan dan kapasitas kesenimanan seseorang. Tak heran kalau seniman yang bergerak dengan semangat idealistik dan di bidang seni minoritas bisa bersanding dengan seniman pop-hiburan yang berkesenian untuk menyenangkan banyak orang. Seniman wayang klitik berbaur dan dianggap setaraf dengan seniman gambus; pematung yang kering berbaur dengan pelukis populer yang selalu sold out pada setiap pamerannya; pekerja teater berdampingan dengan seniman seni pertunjukan yang berbasis ritual macam reog Ponorogo; dan seterusnya. Tak heran bila kesenimanan seseorang terkadang dikaitkan dengan kemauan untuk membangkitan motivasi kreatif kepada para seniman yang sebenarnya. Dahlan Iskan, meski dibiaskan, mendapat penghargaan dalam level seniman, tapi bukan dari kualitas karya dan intensitas saat berkarya yang total, melainkan dari komitmennya dalam menggerakkan tangan-tangan kreatif para seniman daerah ini.

Lucu juga sebenarnya. Tapi lebih lucu lagi saat dibandingkan dengan para atlet yang dihargai Pemprov Jawa Timur bukan berdasarkan keatletannya tapi dari berapa banyak ia mampu merebut medali emas di PON. Seperti pada PON XVII/2008 Kalimantan Timur kemarin. Ada seorang atlet yang mendapatkan bonus lebih dari Rp 600.000.000 (ENAM RATUS JUTA RUPIAH!). Sebuah ''penghargaan'' yang setara dengan 5 tahun Anugerah Seniman Jawa Timur (yang diberikan kepada 10 seniman terpilih).

Lucu ya! Tapi ars longa vita brevis, karena sampai kini orang masih menyenandungkan tembang Tombo Ati dan memainkan lakon pakem atau sempalan pakem epos Mahabarata. Tak seorang pun yang ingat pada prajurit yang berlari ke Roma untuk mengabarkan kemenangan dalam perang. Dan, kita mengingat William Tell bukan karena jago memanah apel di kepala anaknya, sebagai tantangan pada otoritarian penguasa, tapi karena ia berani melawan kesewenangan aristokrasi dari si feodal. Memang!***

Jawa Pos, 10 Agustus 2008
*)Pengarang bukan sastrawan, tinggal di Caruban.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Ginandjar Wiludjeng A. Junianto A. Kurnia A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.S Laksana A’yat Khalili Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Razak Abdul Rosyid Abdul Wahab Abdurrahman Wahid Abu Salman Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adam Chiefni Ade P. Nasution Adhitia Armitriant Adi Prasetyo Adrizas AF. Tuasikal Afriza Hanifa Afrizal Malna Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunyoto Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Baso Ahmad Faishal Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Naufel Ahmad Rofiq Ahmad S. Zahari Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ainul Fiah Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akhudiat Akmal Nasery Basral Alam Terkembang Alang Khoiruddin Alex R. Nainggolan Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Almania Rohmah Ami Herman Amien Wangsitalaja Aminah Aminullah HA.Noor Amir Sutaarga Anam Rahus Anata Siregar Andari Karina Anom Andina Dwifatma Andong Buku #3 Andre Mediansyah Andri Awan Anett Tapai Anggie Melianna Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Bae Anton Kurnia Anton Wahyudi Anwar Nuris Ardi Bramantyo Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arie Yani Arief Joko Wicaksono Arief Junianto Ariera Arif Bagus Prasetyo Aris Kurniawan Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Asmaul Fauziyah Asti Musman Atafras Awalludin GD Mualif Ayu Wulan Sari Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Bagus Takwin Bahrul Ulum A. Malik Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Beno Siang Pamungkas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Bernando J Sujibto Berthold Damshauser BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Camelia Mafaza Catatan Cerbung Cerpen Chairul Akhmad Chamim Kohari Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Zaini Ahmad D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Daisuke Miyoshi Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Danusantoso Dareen Tatour Darju Prasetya David Kuncara Denny Mizhar Denza Perdana Desi Sommalia Gustina Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewi Indah Sari Dewi Susme Dian Sukarno Didik Harianto Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jawa Timur Dipo Handoko Diyah Errita Damayanti Djoko Pitono Djoko Saryono Doddy Wisnu Pribadi Dody Kristianto Dody Yan Masfa Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi SS MHum Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Wiyana Dyah Ratna Meta Novia Dyah Sulistyorini Ecep Heryadi Eddy Pranata PNP Edeng Syamsul Ma’arif Eep Saefulloh Fatah EH Kartanegara Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendrawan Sofyan Eko Hendri Saiful Eko Windarto Elnisya Mahendra Elva Lestary Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Sulwesi Endo Suanda Eppril Wulaningtyas R Esai Evan Ys F. Moses F. Rahardi Fadlillah Malin Sutan Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fanny Chotimah Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Febby Fortinella Rusmoyo Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Gabriel Garcia Marquez Galang Ari P. Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gandra Gupta Ganug Nugroho Adi Gerson Poyk Ghassan Kanafani Gita Nuari Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunoto Saparie H.B. Jassin Habibullah Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Hardi Haris del Hakim Haris Saputra Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Aspahani Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana HE. Benyamine Hendra Junaedi Hendra Makmur Heri CS Heri Latief Heri Listianto Herman RN Herry Lamongan Heru CN Heru Nugroho Hikmat Gumelar HL Renjis Magalah Hudan Nur Hujuala Rika Ayu Huminca Sinaga IBM. Dharma Palguna Ibnu Wahyudi Ida Farida Idris Pasaribu Ignas Kleden Ignatius Haryanto Iksan Basoeky Ilham Khoiri Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Ira Puspitaningsih Irfan Budiman Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Zulkarnain Ismail Marzuki Iva Titin Shovia Iwan Kurniawan Jabbar Abdullah Jafar Fakhrurozi Jalan Raya Simo Sungelebak Jamal D. Rahman Jamal T. Suryanata Javed Paul Syatha Jayaning S.A JILFest 2008 Jody Setiawan Johan Edy Raharjo Johannes Sugianto Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Juan Kromen Julika Hasanah Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Ka’bati Karanggeneng Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Keith Foulcher Kemah Budaya Panturan (KBP) Khansa Arifah Adila Khoirul Inayah Khoirul Rosyadi Khudori Husnan Ki Ompong Sudarsono Kirana Kejora Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kukuh S Wibowo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie L.N. Idayanie Laili Rahmawati Lamongan Lan Fang Langgeng Widodo Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lely Yuana Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Liestyo Ambarwati Khohar Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lucia Idayanie Lukman A Sya Lutfiah Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Ismail M Thobroni M. Afifuddin M. Arwan Hamidi M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Luthfi Aziz M. Nurdin M. Yoesoef M.D. Atmaja M.S. Nugroho Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahmud Syaltut Usfa Mahmudi Arif Dahlan Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Martin Aleida Maruli Tobing Mas Ruscita Mashuri Masuki M. Astro Matroni Matroni Muserang Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mia Arista Mia El Zahra Mikael Johani Misbahus Surur Misran Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan Much. Khoiri Muh. Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Aris Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun Muhammadun AS Muhidin M Dahlan Mujtahid Mujtahidin Billah Mukti Sutarman Espe Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik Munawir Aziz Musfarayani Musfi Efrizal Nafisatul Husniah Nandang Darana Naskah Teater Nelson Alwi Ni Made Purnamasari Nikmatus Sholikhah Nina Herlina Lubis Nina Susilo Ning Elia Noor H. Dee Noval Jubbek Novel-novel berbahasa Jawa Novelet Nunuy Nurhayati Nur Azizah Nur Hamzah Nur Kholiq Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Aini Nurul Anam Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Okty Budiati Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Otto Sukatno CR Oyos Saroso H.N. Pagan Press Pagelaran Musim Tandur Palupi Panca Astuti Parimono V / 40 Plandi Jombang Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Petrus Nandi Politik Politik Sastra Pradana Boy ZTF Pramoedya Ananta Toer Pramono Pringadi AS Prof Dr Fabiola D. Kurnia Prosa Puisi Puji Santosa Puji Tyasari Puput Amiranti N Purnawan Andra Purnawan Kristanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang Group PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Ng. Ronggowarsito Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Rahmat Kemat Hidayatullah Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rasanrasan Boengaketji Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Resensi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Ririe Rengganis Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rusmanadi S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saiful Amin Ghofur Saiful Anam Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman S. Yoga Samsudin Adlawi Samsul Anam Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang KSII Santi Puji Rahayu Sapardi Djoko Damono Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra dan Kuasa Simbolik Sastra Jawa Timur Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra Boenga Ketjil #33 Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Khoeriyah Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputra Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soegiharto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sri Weni Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudirman Sugi Lanus Sukron Ma’mun Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaf Anton Wr Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syarif Wadja Bae Sylvianita Widyawati TanahmeraH ArtSpace Tarmuzie (1961-2019) Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tia Setiadi Tirto Suwondo Tita Tjindarbumi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tosa Poetra Tri Nurdianingsih Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulul Azmiyati Umar Fauzi Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Usman Arrumy Utari Tri Prestianti Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W Haryanto W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wan Anwar Wawan Eko Yulianto Wawancara Wina Bojonegoro Wita Lestari Wong Wing King Wowok Hesti Prabowo Xu Xi (Sussy Komala) Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanusa Nugroho Yasraf Amir Piliang Yayat R. Cipasang Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopi Setia Umbara Yudhi Herwibowo Yudi Latif Yusri Fajar Yusuf Ariel Hakim Yuval Noah Harari Zacky Khairul Uman Zainuddin Sugendal Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zed Abidien Zehan Zareez Zhaenal Fanani Zubaidi Khan Zuniest