Senin, 16 Agustus 2021

Novel Orang-Orang Bertopeng (17)

Dimuat bersambung di harian Sinar Harapan, edisi 27 Maret-10 Mei 2002
 
Teguh Winarsho AS
 
Beberapa hari lalu Fatma sudah melayangkan sepucuk surat balasan pada Salman yang intinya menerima cinta Salman. Tapi kini tiba-tiba Fatma bingung,  tidak mengerti dengan apa yang sudah ia lakukan tempo hari. Kadang Fatma merasa bodoh telah menerima cinta Salman. Saat lain Fatma tak bisa menolak cinta Salman. Tapi yang jelas akhir-akhir ini Fatma sering merasa kepalanya pusing. Berdenyut-denyut seperti disengat ribuan lebah.
 
Fatma menjatuhkan tubuhnya di ranjang menatap langit-langit kamar. Fatma mencoba membunuh ingatannya pada Salman. Tapi tiba-tiba terdengar seseorang mengetuk pintu kamar. Malas Fatma bangkit membuka pintu. Tampak Umi berdiri di depan pintu, tersenyum.
 
"Ada apa, Umi?"
 
"Itu, ada yang datang…" Umi mengerlingkan matanya sambil menunjuk ruang tamu.
 
"Siapa?"
 
"Lihatlah sendiri."
 
Fatma cukup menyibak sedikit gordyn pintu ruang tamu dan ia segera tahu siapa yang datang. Salman.
 
Kerinduan, kebencian, kemarahan, campur aduk jadi satu saat menatap Salman. Membuat Fatma gamang, bingung, tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Setelah berdiam cukup lama, perlahan-lahan Fatma bergerak mendekati cermin, mengenakan kerudung lalu berjalan keluar menghampiri Salman. Fatma ingin segera melihat laki-laki itu karena mendadak hatinya ditangkup rindu. Tapi ketika sampai di ruang tamu mendadak Fatma ingin marah-marah pada laki-laki itu karena kebencian tiba-tiba menyelinap dalam dada, menggumpal seperti kabut pekat. Tapi…
 
“Apa kabar, Fatma?” suara lembut Salman mampu mengoyak kebencian Fatma.
 
"Baik. Sudah lama menunggu, Man?" ucap Fatma parau. Kemarahan yang tadi menggumpal dalam dada tiba-tiba kini lenyap begitu sampai di ruang tamu, duduk berhadapan dengan Salman. Mendengar sapaan Salman.
 
Fatma tidak tahu kenapa dirinya bisa begitu. Selalu dan selalu tak berkutik berhadapan dengan laki-laki itu. Tapi memang, kadang Fatma melihat sorot mata Salman begitu aneh. Ganjil. Ada apa?
 
"Belum terlalu lama…" Salman menjawab, sorot matanya begitu terkesima menatap seraut wajah cantik didepannya. Ah, akhirnya kau kudapat juga, pikir Salman dalam hati. Salman kini mengakui betapa serbuk hijau yang dulu ia tuang ke dalam minuman Fatma benar-benar mujarab. Tak sia-sia perjuangannya selama ini. Tapi Salman sadar perjuangannya masih sangat panjang. Mungkin lebih panjang dari dugaan kedua orang tuanya yang kini sudah mengetahui hubungan cintanya dengan Fatma dan mendesaknya untuk segera menikah. Bahkan diam-diam kedua orang tua itu kini sedang sibuk mencari hari dan tangggal yang baik untuk pelamaran.
 
Fatma bingung harus berkata apa lagi. Suasana hatinya mendadak kacau. Perasaan cinta, rindu, benci, marah, kembali datang timbul tenggelam. Akhirnya Fatma lebih banyak menunduk, diam. Lagi-lagi kesempatan ini digunakan Salman untuk menatap sepuas-puasnya sosok cantik didepannya.
 
"Apa yang kamu pikirkan, Fat?" suara Salman mengejutkan Fatma.
 
Sejenak Fatma menatap sosok laki-laki didepannya. Lagi, ada rindu tiba-tiba menyelinap dada, disusul benci datang bertubi-tubi. Dan, lagi, Fatma menjumpai keganjilan pada sorot mata laki-laki itu. Begitu kelam seperti lembah yang dalam. Fatma selalu tak kuasa menatap bola mata itu berlama-lama. Satu kekuatan aneh seperti mempengaruhi dirinya ketika menatap bola mata laki-laki itu. Bola mata yang menyimpan banyak rahasia.
 
"Tidak. Aku tidak memikirkan apa-apa…." Fatma gagap membenahi letak kerudungnya.
 
"Tapi kenapa dari tadi kamu diam saja?"
 
"Diam? Ah, mestinya kamu yang bicara. Kamu yang datang kemari."
 
Salman tersenyum. Tapi bagi Fatma, senyum itu seperti racun yang sebentar lagi bakal menghabisinya. Fatma ingin membalas senyum itu, tapi yang keluar dari mulutnya justru helaan nafas panjang seperti rasa sakit yang tiba-tiba datang menyerang. Tapi Salman terlalu bodoh untuk mengerti hal itu. Hati Salman sudah terlanjur buta diliputi perasaan cinta.
***
 
Cut Hindar datang tergopoh-gopoh ke rumah Fatma. Kalau bukan karena kabar penting yang ingin disampaikan, tentu tidak mungkin janda pemilik warung kopi itu sesiang terik begini mau datang ke rumah Fatma. Pasti ada hal penting yang ingin disampaikan Cut Hindar. Mungkin kabar itu untuk Fatma. Atau untuk orang tua Fatma. Tapi kabar apa? Berita apa? Hanya Cut Hindar sendiri yang tahu.
 
Cut Hindar mengetuk pintu keras, membuat Fatma yang sedang tidur-tiduran di kamar kaget. Ketukan pintu yang terlalu keras, menyerupai gedoran, memang sering membangkitkan kenangan Fatma pada gerombolan orang bertopeng. Fatma menahan jantungnya yang tiba-tiba berdegup kencang sambil jalan mengendap-endap menghampiri pintu. Diintipnya si pengetuk pintu lewat lubang kunci. Tapi lubang kunci terlalu sepit, Fatma tak menemukan siapa-siapa di luar kecuali udara siang yang terik membakar.
 
"Siapa?" Fatma memberanikan diri bertanya.
 
"Aku. Hindar," jawab suara dari luar melegakan hati Fatma.
 
"Ada apa, Cut Hindar? Tidak biasanya datang ke rumah. Siang-siang lagi?" Fatma membuka pintu.
 
Cut Hindar yang ditanya kelihatan gugup.  Menoleh kesana kemari seperti kawatir jika ada orang yang melihat kedatangannya. Cut Hindar terus meremas-remas jemarinya seperti meremas rendaman cucian. Wajahnya kian gelisah. Basah berkeringat.
 
"Kenapa? Ada apa?"
 
Cut Hindar tidak menjawab, justru menarik lengan Fatma ke sudut halaman yang terlindung pohon lebat.
 
"Ehmm....., ada  berita  penting." Mulut Cut Hindar mulai terbuka.
 
"Berita penting? Apa?"
 
"Salman. Ini berkaitan dengan Salman."
 
"Salman? Kenapa dengan dia? Ditangkap gerombolan orang bertopeng lagi?"
 
Cut Hindar menggeleng. Mengatur nafasnya supaya pulih teratur. Tapi mendadak Cut Hindar seperti ragu dengan sesuatu yang akan ia sampaikan. Masih perlukah? Cukup pentingkah? Jangan-jangan itu hanya cerita konyol yang tidak penting, batin Cut Hindar berkecamuk.
 
"Begini," Cut Hindar akhirnya mulai bicara lagi. "dua malam yang lalu Salman ketiduran di warungku. Dalam tidurnya dia mengigau, meracau. Sempat pula dia menyebut-nyebut namamu...." Cut Hindar berhenti sebentar mengingat-ingat sesuatu.
 
"Lantas?" Fatma mengerutkan kening. Masih bingung, tidak paham dengan omongan Cut Hindar.
 
"Kamu boleh percaya, boleh tidak," suara Cut Hindar berubah pelan, penuh keragu-raguan. "Tapi aku mendengar sendiri… " lagi Cut Hindar berhenti. Ragu.
 
"Katakan saja. Tidak usah takut....."
 
"Dalam igauannya itu, Salman sempat bilang begini, 'telah kutuang serbuk hijau  ke dalam minuman Fatma. Telah kubaca mantra pengasihan itu berulang-ulang. Tapi mana hasilnya? Fatma tak kunjung mencintaiku. Fatma tak pernah mencintaiku' dan masih banyak lagi. Juga kata-kata kasar dan jorok. Aku sampai merinding campur geli. Terus terang, aku cemas jika Salman berbuat tak baik padamu. Semua orang tahu dia tergila-gila padamu."
 
Fatma sangat terkejut mendengar cerita Cut Hindar. Tapi Fatma mencoba bersikap biasa di depan Cut Hindar.
 
"Ah, mudah-mudahan itu hanya igauan orang tidur saja. Biasa, kalau orang lagi jatuh cinta kelakuannya sering macam-macam. Aneh-aneh. Sampai terbawa dalam tidur. Tapi terimakasih Cut Hindar sudah mau berbagi cerita. Sekarang aku akan lebih berhati-hati."
 
Cut Hindar mengangguk-angguk.
 
Sebelum pamit pulang, berkali-kali Cut Hindar minta maaf jika cerita itu hanya merisaukan hati Fatma. Tapi Fatma bilang tidak apa-apa. Untuk kesekian kali Fatma malah berterimakasih.
 
(bersambung)
***

http://sastra-indonesia.com/2021/08/novel-orang-orang-bertopeng-17/

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Ginandjar Wiludjeng A. Junianto A. Kurnia A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.S Laksana A’yat Khalili Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Razak Abdul Rosyid Abdul Wahab Abdurrahman Wahid Abu Salman Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adam Chiefni Ade P. Nasution Adhitia Armitriant Adi Prasetyo Adrizas AF. Tuasikal Afriza Hanifa Afrizal Malna Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunyoto Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Baso Ahmad Faishal Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Naufel Ahmad Rofiq Ahmad S. Zahari Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ainul Fiah Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akhudiat Akmal Nasery Basral Alam Terkembang Alang Khoiruddin Alex R. Nainggolan Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Almania Rohmah Ami Herman Amien Wangsitalaja Aminah Aminullah HA.Noor Amir Sutaarga Anam Rahus Anata Siregar Andari Karina Anom Andina Dwifatma Andong Buku #3 Andre Mediansyah Andri Awan Anett Tapai Anggie Melianna Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Bae Anton Kurnia Anton Wahyudi Anwar Nuris Ardi Bramantyo Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arie Yani Arief Joko Wicaksono Arief Junianto Ariera Arif Bagus Prasetyo Aris Kurniawan Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Asmaul Fauziyah Asti Musman Atafras Awalludin GD Mualif Ayu Wulan Sari Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Bagus Takwin Bahrul Ulum A. Malik Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Beno Siang Pamungkas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Bernando J Sujibto Berthold Damshauser BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Camelia Mafaza Catatan Cerbung Cerpen Chairul Akhmad Chamim Kohari Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Zaini Ahmad D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Daisuke Miyoshi Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Danusantoso Dareen Tatour Darju Prasetya David Kuncara Denny Mizhar Denza Perdana Desi Sommalia Gustina Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewi Indah Sari Dewi Susme Dian Sukarno Didik Harianto Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jawa Timur Dipo Handoko Diyah Errita Damayanti Djoko Pitono Djoko Saryono Doddy Wisnu Pribadi Dody Kristianto Dody Yan Masfa Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi SS MHum Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Wiyana Dyah Ratna Meta Novia Dyah Sulistyorini Ecep Heryadi Eddy Pranata PNP Edeng Syamsul Ma’arif Eep Saefulloh Fatah EH Kartanegara Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendrawan Sofyan Eko Hendri Saiful Eko Windarto Elnisya Mahendra Elva Lestary Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Sulwesi Endo Suanda Eppril Wulaningtyas R Esai Evan Ys F. Moses F. Rahardi Fadlillah Malin Sutan Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fanny Chotimah Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Febby Fortinella Rusmoyo Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Gabriel Garcia Marquez Galang Ari P. Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gandra Gupta Ganug Nugroho Adi Gerson Poyk Ghassan Kanafani Gita Nuari Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunoto Saparie H.B. Jassin Habibullah Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Hardi Haris del Hakim Haris Saputra Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Aspahani Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana HE. Benyamine Hendra Junaedi Hendra Makmur Heri CS Heri Latief Heri Listianto Herman RN Herry Lamongan Heru CN Heru Nugroho Hikmat Gumelar HL Renjis Magalah Hudan Nur Hujuala Rika Ayu Huminca Sinaga IBM. Dharma Palguna Ibnu Wahyudi Ida Farida Idris Pasaribu Ignas Kleden Ignatius Haryanto Iksan Basoeky Ilham Khoiri Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Ira Puspitaningsih Irfan Budiman Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Zulkarnain Ismail Marzuki Iva Titin Shovia Iwan Kurniawan Jabbar Abdullah Jafar Fakhrurozi Jalan Raya Simo Sungelebak Jamal D. Rahman Jamal T. Suryanata Javed Paul Syatha Jayaning S.A JILFest 2008 Jody Setiawan Johan Edy Raharjo Johannes Sugianto Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Juan Kromen Julika Hasanah Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Ka’bati Karanggeneng Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Keith Foulcher Kemah Budaya Panturan (KBP) Khansa Arifah Adila Khoirul Inayah Khoirul Rosyadi Khudori Husnan Ki Ompong Sudarsono Kirana Kejora Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kukuh S Wibowo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie L.N. Idayanie Laili Rahmawati Lamongan Lan Fang Langgeng Widodo Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lely Yuana Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Liestyo Ambarwati Khohar Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lucia Idayanie Lukman A Sya Lutfiah Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Ismail M Thobroni M. Afifuddin M. Arwan Hamidi M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Luthfi Aziz M. Nurdin M. Yoesoef M.D. Atmaja M.S. Nugroho Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahmud Syaltut Usfa Mahmudi Arif Dahlan Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Martin Aleida Maruli Tobing Mas Ruscita Mashuri Masuki M. Astro Matroni Matroni Muserang Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mia Arista Mia El Zahra Mikael Johani Misbahus Surur Misran Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan Much. Khoiri Muh. Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Aris Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun Muhammadun AS Muhidin M Dahlan Mujtahid Mujtahidin Billah Mukti Sutarman Espe Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik Munawir Aziz Musfarayani Musfi Efrizal Nafisatul Husniah Nandang Darana Naskah Teater Nelson Alwi Ni Made Purnamasari Nikmatus Sholikhah Nina Herlina Lubis Nina Susilo Ning Elia Noor H. Dee Noval Jubbek Novel-novel berbahasa Jawa Novelet Nunuy Nurhayati Nur Azizah Nur Hamzah Nur Kholiq Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Aini Nurul Anam Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Okty Budiati Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Otto Sukatno CR Oyos Saroso H.N. Pagan Press Pagelaran Musim Tandur Palupi Panca Astuti Parimono V / 40 Plandi Jombang Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Petrus Nandi Politik Politik Sastra Pradana Boy ZTF Pramoedya Ananta Toer Pramono Pringadi AS Prof Dr Fabiola D. Kurnia Prosa Puisi Puji Santosa Puji Tyasari Puput Amiranti N Purnawan Andra Purnawan Kristanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang Group PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Ng. Ronggowarsito Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Rahmat Kemat Hidayatullah Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rasanrasan Boengaketji Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Resensi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Ririe Rengganis Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rusmanadi S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saiful Amin Ghofur Saiful Anam Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman S. Yoga Samsudin Adlawi Samsul Anam Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang KSII Santi Puji Rahayu Sapardi Djoko Damono Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra dan Kuasa Simbolik Sastra Jawa Timur Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra Boenga Ketjil #33 Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Khoeriyah Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputra Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soegiharto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sri Weni Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudirman Sugi Lanus Sukron Ma’mun Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaf Anton Wr Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syarif Wadja Bae Sylvianita Widyawati TanahmeraH ArtSpace Tarmuzie (1961-2019) Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tia Setiadi Tirto Suwondo Tita Tjindarbumi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tosa Poetra Tri Nurdianingsih Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulul Azmiyati Umar Fauzi Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Usman Arrumy Utari Tri Prestianti Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W Haryanto W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wan Anwar Wawan Eko Yulianto Wawancara Wina Bojonegoro Wita Lestari Wong Wing King Wowok Hesti Prabowo Xu Xi (Sussy Komala) Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanusa Nugroho Yasraf Amir Piliang Yayat R. Cipasang Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopi Setia Umbara Yudhi Herwibowo Yudi Latif Yusri Fajar Yusuf Ariel Hakim Yuval Noah Harari Zacky Khairul Uman Zainuddin Sugendal Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zed Abidien Zehan Zareez Zhaenal Fanani Zubaidi Khan Zuniest