Rabu, 03 Februari 2021

Sosiawan Leak: Penyair Gaduh

Ganug Nugroho Adi
 
SELAMA November sampai pertengahan Desember, penyair asal  Solo, Sosiawan Leak, menemani sastrawan Jerman, Martin Jankowsi, membaca puisi dan berdiskusi ke sejumlah kota di Indonesia. Leak dipilih Penerbit Waktoe dan Goethe Institut Jakarta, untuk mendampingi tur keliling dalam rangka peluncuran buku terbaru Jankowsi  versi Indonesia, Rabet: Runtuhnya Jerman Timur.
 
Pria ini lahir di Solo, 23 September 1967, dengan nama Sosiawan Budi Sulistio. Nama Leak muncul dari teman-temannya saat SMA, karena pria berambut gondrong ini sering “menghilang” dalam waktu yang cukup lama. Suatu ketika, sepulang “menghilang” dari Bali, teman-temannya memberi nama baru: Leak –sebuah nama yang mengingatkan pada hantu pemakan organ manusia dalam mitologi Bali. Julukan itu melekat hingga kini.
 
Gothe Institut Jakarta memilihnya untuk mendampingi Martin Janskowsi tentu bukan tanpa pertimbangan. Leak dan Janskowsi telah memiliki jejak kebersamaan yang lumayan panjang. Keduanya, misalnya, pernah terlibat dalam pembacaan puisi dan diskusi “Membaca Indonesia”  di Madura, Surabaya, Solo dan Kudus (2006). Tahun 2008 mereka kembali bertemu dalam “Membaca Kota-kota” di Pati, Yogyakarta, Semarang, Purwokerto, Wonosobo, Indramayu, Kediri dan Surabaya.  Jauh sebelumnya, Mei 2003, Leak mengawali pertemuannya dengan Janskowsi ketika diundang baca puisi dalam “Poetry on The Road” di Bremen, Jerman.
 
Ia mulai menulis puisi tahun 1980-an, satu angkatan dengan penyair Wiji Thukul yang hingga kini tidak diketahui nasibnya. Menurut Leak, ia lahir menjadi penyair dalam masa-masa di mana menulis puisi sangat berbahaya. Apalagi puisi-puisinya lebih banyak mencemooh ketidakberesan  negara di tangan Soeharto ketika itu.
 
Pilihan kata atau diksi yang digunakan Leak memang vulgar dan bersifat keseharian. Puisi “Negri Kadal” adalah salah satunya: negri yang bersemak rempah/berbelukar bahan tambang/bererimbun hutan/namun selalu lapar/dengan pertikaian dan asap tebal/dari berbagai kayu bakar; agama, harta dan kekuasaan//
 
“Puisi saya bukan sebarisan kata-kata yang indah. Saya tidak bisa menulis pusi dengan bahasa yang sulit dimengerti kebanyakan orang. Banyak yang bilang kata-kata saya tidak puitis. Tidak apa-apa, asal audien mengerti maksud puisi saya,” ujar bapak dua anak ini di rumahnya, Jalan Pelangi Utara No.3, Perumnas Mojosongo, Solo, Jawa Tengah.
 
Leak menjelaskan puisi bukanlah bius karena puisi adalah jeritan hati atas rasa yang diasah melalui kepekaan sosial. Maka  puisi bukan hanya bersifat pribadi, karena juga mewakili lingkungannya. Ia tidak ingin menjadi seniman yang normatif, terikat pada konvensi atau mainstream tertentu. Tapi ia hanya ingin jujur dalam berekspresi. Apalagi ketika dirinya hidup dalam dunia yang menurut dia, awut-awutan, tanpa norma, moral ataupun mentalitas tanpa pegangan. Penyair  yang belajar puisi secara otodidak ini menyebut kondisi seperti itu sebagai   “dunia bogambola”. Istilah itu kemudian ia jadikan judul buku antologi puisi yang pernah ia bacakan di sejumlah kampus, mulai Surabaya, Solo, Kudus dan Semarang.
 
Gaya membaca pusisi Leak memang agak berbeda dengan kebanyakan penyair. Ia cenderung berdeklamasi, karena lebih sering “membacakan” puisi-puisinya tanpa naskah. Ia seperti bercerita, mendongeng, namun sesekali ia menyalak lengkap dengan iringan perkusi, menjadikannya puisinya gaduh dan   atrakif, namun menghibur. Di atas panggung, ia biasa membaca puisi sambil menari dan berjingkrak. Tak heran jika ia kemudian mendapat julukan “penyair gaduh”.
 
“Deklamasi puisi itu jadi pilihan saya. Ada hal yang hidup di luar teks puisi ketika dibaca. Sebab puisi adalah pertunjukan juga,” kata penyair yang sering mendeklamasikan puisinya ke kampus-kampus ini.
 
Mengenai gaya deklamasi yang dimilikinya, Leak menjelaskan, sejak kecil ia telah akrab dengan seni tradisi  lisan. WSalah satunya wayang kulit. Ia selalu terpukau setiap saat menyaksikan sang dalang berbicara sendiri, mendialogkan  tokoh-tokoh wayangnya. Ia terkesima bukan pada isi cerita, melainkan pada kemampuan sang dalang menghidupkan dialog.
 
“Sampai sekarang saya masih sering kagum kepada para dalang. Ia mampu menghidupkan wayang dan suasana dengan monolog. Dari sanalah gaya deklamasi saya lahir. Saya ingin melisankan puisi-puisi saya, bukan sekadar membacakannya,” ungkap dia.
 
Masa kecil Leak sebenarnya banyak dijejali dengan seni musik, terutama  keroncong, karena ayahnya seorang pemain celo handal pada sebuah orkes keroncong dan sering manggung siaran di RRI Solo. Setiap kali siaran atau manggung itulah Leak kecil selalu memaksa untuk ikut.   Di luar keroncong,  ketoprak dan wayang kulit juga sudah dikenalnya sejak masa kanak-kanak.  Rumah orang tuanya yang berdekatan dekat dengan Taman Sriwedari membuat Leak kecil sering menonton pertunjukan ketoprak dan wayang kulit yang ketika itu hampir setiap malam digelar di sana.
 
“Waktu SMP saya belajar gitar, tapi ketika sudah mahir saya malah masuk ekstra kulikuler teater di sekolah,” kenang suami dari Ari Priharyati, seorang guru Bahasa Indonesia di sebuah SMP ini.
 
Sejak itulah ia gila terhadap teater. Ia pernah menjadi aktor di dua kelompok teater besar di Solo, yaitu Teater Gidag-Gidig dan  TERA (Teater Surakarta). Ketika kuliah, ia masuk Teater Keliling (Jakarta) untuk membiayai sendiri kuliahnya. Puncaknya, ia mendirikan  kelompok tonil Kloearga Sedjahtera (Klosed) Solo.
 
“Di Teater Keliling  saya pentas di perusahaan-perusahaan minyak. Honornya besar, sehingga bisa untuk membayar kuliah,” ujar lulusan Fisip Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta (UNS) ini.
 
Namun ketika dunia teater mulai bisa menghidupnya, ia justru  “melompat” ke puisi, menyeberang ke dunia kepenyairan. Alasannya, dalam puisi ia merasa bebas untuk menulis dan mengekspresikan sendiri.
 
“Saya tidak meninggalkan teater. Teater itu untuk kerja kolektif, sehingga  kita harus bergantung pada  pihak lain. Tapi kalau di puisi itu kerja sendirian. Di puisi saya bisa ‘melunaskan’ ekspresi’ seratus persen, ” ujar Leak yang disebut  Rendra sebagai penyair Gelombang Baru.
 
Penyair yang sering tampil bersama penyair perempuan Dorothea Rosa Herliany ini menilai puisi-puisi masa sekarang isinya jauh lebih bernas, namun sering tidak serasi dengan kehidupan. Banyak puisi masa kini yang lahir bukan dari laku (pengalaman nyata) melainkan dari buku.
 
“Penyair itu bukan pengamat, sehingga harus ikut hidup dalam masyarakat. Sebab bahan baku utama untuk melahirkan puisi adalah kahanan (suanana yang terjadi). Buku, teve dan internet itu nomoer sekian,” kata penyair yang tahun 2002 mengikuti  Festival Puisi Internasional Indonesia bersama beberapa penyair dari sejumlah negara.
 
Belakangan ini, Leak tengah mempersiapkan diri untuk mengikuti beberapa even internasional yang akan digelar tahun depan. Beberapa di antaranya adalah Diskusi Sastra Karya Nietzsche (Februari) dan Poetry On The Road Festival (Juni), semuanya  di Bremen, Jerman. Oktober lalu ia baru saja mengikuti Ubud Writers & Readers Festival di Bali bersama  144 sastrawan dari 24 negara.
***
 
Foto Sosiawan Leak oleh Ganug Nugroho Adi / 30/05/2012
http://sastra-indonesia.com/2021/02/sosiawan-leak-penyair-gaduh/

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Ginandjar Wiludjeng A. Junianto A. Kurnia A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.S Laksana A’yat Khalili Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Razak Abdul Rosyid Abdul Wahab Abdurrahman Wahid Abu Salman Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adam Chiefni Ade P. Nasution Adhitia Armitriant Adi Prasetyo Adrizas AF. Tuasikal Afriza Hanifa Afrizal Malna Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunyoto Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Baso Ahmad Faishal Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Naufel Ahmad Rofiq Ahmad S. Zahari Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ainul Fiah Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akhudiat Akmal Nasery Basral Alam Terkembang Alang Khoiruddin Alex R. Nainggolan Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Almania Rohmah Ami Herman Amien Wangsitalaja Aminah Aminullah HA.Noor Amir Sutaarga Anam Rahus Anata Siregar Andari Karina Anom Andina Dwifatma Andong Buku #3 Andre Mediansyah Andri Awan Anett Tapai Anggie Melianna Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Bae Anton Kurnia Anton Wahyudi Anwar Nuris Ardi Bramantyo Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arie Yani Arief Joko Wicaksono Arief Junianto Ariera Arif Bagus Prasetyo Aris Kurniawan Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Asmaul Fauziyah Asti Musman Atafras Awalludin GD Mualif Ayu Wulan Sari Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Bagus Takwin Bahrul Ulum A. Malik Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Beno Siang Pamungkas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Bernando J Sujibto Berthold Damshauser BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Camelia Mafaza Catatan Cerbung Cerpen Chairul Akhmad Chamim Kohari Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Zaini Ahmad D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Daisuke Miyoshi Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Danusantoso Dareen Tatour Darju Prasetya David Kuncara Denny Mizhar Denza Perdana Desi Sommalia Gustina Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewi Indah Sari Dewi Susme Dian Sukarno Didik Harianto Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jawa Timur Dipo Handoko Diyah Errita Damayanti Djoko Pitono Djoko Saryono Doddy Wisnu Pribadi Dody Kristianto Dody Yan Masfa Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi SS MHum Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Wiyana Dyah Ratna Meta Novia Dyah Sulistyorini Ecep Heryadi Eddy Pranata PNP Edeng Syamsul Ma’arif Eep Saefulloh Fatah EH Kartanegara Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendrawan Sofyan Eko Hendri Saiful Eko Windarto Elnisya Mahendra Elva Lestary Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Sulwesi Endo Suanda Eppril Wulaningtyas R Esai Evan Ys F. Moses F. Rahardi Fadlillah Malin Sutan Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fanny Chotimah Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Febby Fortinella Rusmoyo Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Gabriel Garcia Marquez Galang Ari P. Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gandra Gupta Ganug Nugroho Adi Gerson Poyk Ghassan Kanafani Gita Nuari Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunoto Saparie H.B. Jassin Habibullah Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Hardi Haris del Hakim Haris Saputra Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Aspahani Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana HE. Benyamine Hendra Junaedi Hendra Makmur Heri CS Heri Latief Heri Listianto Herman RN Herry Lamongan Heru CN Heru Nugroho Hikmat Gumelar HL Renjis Magalah Hudan Nur Hujuala Rika Ayu Huminca Sinaga IBM. Dharma Palguna Ibnu Wahyudi Ida Farida Idris Pasaribu Ignas Kleden Ignatius Haryanto Iksan Basoeky Ilham Khoiri Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Ira Puspitaningsih Irfan Budiman Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Zulkarnain Ismail Marzuki Iva Titin Shovia Iwan Kurniawan Jabbar Abdullah Jafar Fakhrurozi Jalan Raya Simo Sungelebak Jamal D. Rahman Jamal T. Suryanata Javed Paul Syatha Jayaning S.A JILFest 2008 Jody Setiawan Johan Edy Raharjo Johannes Sugianto Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Juan Kromen Julika Hasanah Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Ka’bati Karanggeneng Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Keith Foulcher Kemah Budaya Panturan (KBP) Khansa Arifah Adila Khoirul Inayah Khoirul Rosyadi Khudori Husnan Ki Ompong Sudarsono Kirana Kejora Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kukuh S Wibowo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie L.N. Idayanie Laili Rahmawati Lamongan Lan Fang Langgeng Widodo Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lely Yuana Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Liestyo Ambarwati Khohar Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lucia Idayanie Lukman A Sya Lutfiah Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Ismail M Thobroni M. Afifuddin M. Arwan Hamidi M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Luthfi Aziz M. Nurdin M. Yoesoef M.D. Atmaja M.S. Nugroho Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahmud Syaltut Usfa Mahmudi Arif Dahlan Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Martin Aleida Maruli Tobing Mas Ruscita Mashuri Masuki M. Astro Matroni Matroni Muserang Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mia Arista Mia El Zahra Mikael Johani Misbahus Surur Misran Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan Much. Khoiri Muh. Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Aris Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun Muhammadun AS Muhidin M Dahlan Mujtahid Mujtahidin Billah Mukti Sutarman Espe Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik Munawir Aziz Musfarayani Musfi Efrizal Nafisatul Husniah Nandang Darana Naskah Teater Nelson Alwi Ni Made Purnamasari Nikmatus Sholikhah Nina Herlina Lubis Nina Susilo Ning Elia Noor H. Dee Noval Jubbek Novel-novel berbahasa Jawa Novelet Nunuy Nurhayati Nur Azizah Nur Hamzah Nur Kholiq Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Aini Nurul Anam Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Okty Budiati Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Otto Sukatno CR Oyos Saroso H.N. Pagan Press Pagelaran Musim Tandur Palupi Panca Astuti Parimono V / 40 Plandi Jombang Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Petrus Nandi Politik Politik Sastra Pradana Boy ZTF Pramoedya Ananta Toer Pramono Pringadi AS Prof Dr Fabiola D. Kurnia Prosa Puisi Puji Santosa Puji Tyasari Puput Amiranti N Purnawan Andra Purnawan Kristanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang Group PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Ng. Ronggowarsito Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Rahmat Kemat Hidayatullah Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rasanrasan Boengaketji Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Resensi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Ririe Rengganis Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rusmanadi S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saiful Amin Ghofur Saiful Anam Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman S. Yoga Samsudin Adlawi Samsul Anam Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang KSII Santi Puji Rahayu Sapardi Djoko Damono Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra dan Kuasa Simbolik Sastra Jawa Timur Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra Boenga Ketjil #33 Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Khoeriyah Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputra Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soegiharto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sri Weni Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudirman Sugi Lanus Sukron Ma’mun Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaf Anton Wr Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syarif Wadja Bae Sylvianita Widyawati TanahmeraH ArtSpace Tarmuzie (1961-2019) Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tia Setiadi Tirto Suwondo Tita Tjindarbumi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tosa Poetra Tri Nurdianingsih Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulul Azmiyati Umar Fauzi Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Usman Arrumy Utari Tri Prestianti Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W Haryanto W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wan Anwar Wawan Eko Yulianto Wawancara Wina Bojonegoro Wita Lestari Wong Wing King Wowok Hesti Prabowo Xu Xi (Sussy Komala) Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanusa Nugroho Yasraf Amir Piliang Yayat R. Cipasang Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopi Setia Umbara Yudhi Herwibowo Yudi Latif Yusri Fajar Yusuf Ariel Hakim Yuval Noah Harari Zacky Khairul Uman Zainuddin Sugendal Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zed Abidien Zehan Zareez Zhaenal Fanani Zubaidi Khan Zuniest