Djoko Saryono *
Tombo ati iku (ana) lima warnane
Kaping pisan nderes (maca) Qur'an sakmanane
Kaping pindho wong kang sholeh kumpulana
Kaping telu sholat wengi lakonana
Kaping papat weteng iro ingkang luwe
Kaping lima zikir wengi ingkang suwe
Salah sawijine sapa wong kang gelem (a)nglakoni
Insyaallah Gusti Pengaren ngijabahi
/1/
Kita akrab sekali dengan singir atau syi'ir tombo ati di atas. Popularitas syi”ir tersebut tak pernah lekang. Pada masa kiwari syiir di atas melejit kembali secara nasional berkat lantunan Emha Ainun Najib bersama HAMAS (Himpunan Masyarakat Shalawat). Cak Nun -- panggilan akrab Emha -- memang berhasil mengangkat kembali harkat-martabat syi'ir, bahkan menyebarkannya ke kalangan lebih luas. Hal ini kemudian diikuti oleh pribadi-pribadi dan kelompok-kelompok lain, misalnya Opick. Sekarang di masjid-masjid atau surau-surau, nyaris setiap hari kita dengar syi'ir pengobat hati di atas. Juga di rumah-rumah, bahkan kamar-kamar pribadi bisa setiap saat bergema syi'ir tombo ati. Syiir tombo ati terasa sudah menjadi milik bersama.
Sebenarnya, syi'ir di atas umurnya sudah tua. Sudah lama ada sehingga tak pasti lagi siapa pembuatnya. Ada yang bilang itu sajak Sayyidina Ali. Ada yang bilang penciptanya Sunan Bonang. Ada juga yang bilang penggubahnya KH Bisri Mustofa, ayahanda KH Ahmad Mustofa Bisri. Yang jelas pemopulernya dalam bahasa Jawa dalam bentuk singir adalah K.H. Bisri Mustofa. Di samping itu, yang jelas syiir tombo ati tak leng-kang zaman. Masyhur dan memasyara-kat, sejak dulu hingga kini. Kita amat akrab dengan-ny-a berkat para kyai, mubaliq, dan dai serta para penyanyi. "Sejak dahulu para jemaah masjid-masjid dan surau-surau di pedesaan atau wilayah pinggiran biasa melantunkan syi'ir tombo ati, juga lainnya, sebelum dan sesudah waktu shalat tiba. Apalagi sore hari, menjelang dan sesudah shalat ashar, masjid dan surau tampak hidup sekali berkat lantunan syi'ir para jama-ahnya", ujar seorang kawan.
/2/
Syi'ir bukanlah barang baru. Sejak zaman Rasulullah Saw ia sudah berkembang pesat. Kendati bukan penyair, tak pernah belajar bersyair, bahkan memang menu-rut Allah tak layak bersyair (Q. 36:69), Rasulullah Saw. akrab sekali dengan syi'ir. Beliau amat gemar mendengarkan orang bersyi'ir dan memuji syi'ir yang baik. Malah pernah, pada suatu saat, Rasulullah secara spontan menghadiahkan burdah-nya, sejenis kait hangat yang dipakainya, kepada Ka'ab Ibn Zuhair setelah penyair mukminin terkemuka ini selesai membacakan syi'ir-syi'ir Baanat Su'aadnya yang terkenal. Rasul pun mengizinkan para penyair mukminin, antara lain Hisaan Ibn Tsaabit, Ka'b Ibn Malik, dan Abdullah Ibn Rawahah, untuk membalas serangan para pene-tang Rasul lewat syi'ir.
Begitulah popularitas syiir terus berlanjut ke zaman sahabat, tabi'in, dan seterusnya hingga sekarang. Sekarang nyaris semua orang mengenalnya berkat beragai pihak mengkreasikan dalam berbagai bentuk medium dan modalitas. Berkat jasa Imam Al-Khalil Ibn Ahmad (100-174 H) yang menciptakan ilmu "Arudl, yaitu semacam teknik untuk membaca dan membuat syi'ir, makin populer dan meluaslah syi'ir-bersyi'ir di kalangan umat Islam khususnya di kalangan ulama dan pesantren. Bahkan ulama dan mubalig bisa dibilang sebagai penjaga tradisi syi'ir-bersyi'ir. Tanpa mereka, bisa jadi syi'ir dan tradisi bersyi'ir hilang atau tenggelam. Tak heran, hampir semua ulama besar pasti bisa atau pernah, setidak-tidaknya mengerti syi'ir. Banyak kitab pelajaran agama dan bahasa Arab — yang banyak dipakai di pesantren dan kemudian terkenal dengan nama kitab kuning — sengaja mereka tulis dengan sistem syi'ir, antara lain kitab Az-Zubad, al-Faraid al Bahiyyah, dan al-Khulaashah (atau lebih dikenal dengan nama Al-fiyah Ibnu Malik).
/3/
Syi'ir memang jitu atau mujarab buat medium syiar di kalangan masyarakat umum, apalagi masyarakat awam. Di Indonesia, ajaran-ajaran agama Islam yang sulit dicerna dan dipahami bila disampaikan dengan cara ceramah, dengan mudah dapat dicerna dan dipahami oleh masyarakat awam bilamana disampaikan dengan syi'ir. Tak heran, dahulu para wali menyebarkan Islam dengan menggunakan syi'ir, misal-nya Hamzah Fansuri, Raja Ali Haji, dan Walisongo, sehingga lambang-lambang keislaman dapat merasuk-membatin ke dalam masyarakat awam secara halus-lembut, malah membentuk kerangka berpikir mereka tanpa terasa dan gejolak apa-apa.
Di kalangan masyarakat Jawa, malahan Sunan Kalijaga diyakini sebagai tokoh luar biasa yang banyak menciptakan "tembang-tembang dolanan" dan "tembang-tembang bocah" sebagai cara mendakwahkan Islam, antara lain Ilir-ilir yang kini populer kembali berkat berbagai pihak baik invidu maupun kelompok.
Sekarang pun para kyai dan mubalig tetap merawat tradisi syi'ir dan bersyi'ir buat menyampaikan ajaran-ajaran Islam, bahkan buat metode atau medium pengajaran Islam ke-pada masyarakat awam. Di Jawa, K.H. Bisri Musthofa, K.H. Ali Maksum, K.H. Muhyidin, dan K.H. Muhammad Asnawi Umar, misalnya, selalu menggunakan syi'ir untuk bumbu tablig-tablig mereka. Mereka malah biasa/produktif menggubah syi'ir dalam bahasa Jawa — yang disebut singir(an) — bertulisan pegon (Arab gundul), lantas menerbitkannya.
Beberapa kiai lain dapat dikemukakan sebagai contoh. KH Bisri Musthofa per-nah menerbitkan Syi'ir Ngudi Susilo (penerbit Menara Kudus, Kudus, 1373H/1952M). KH Muhyidin pernah menerbit Syi'ir Pengantern Anyar (Pendem-Salaman, Magelang, 1387H/1970H) dan Ar-Risalah AL-Kamilah Syi'ir Tun-tutan Sho-lat (Salaman, Magelang, 1987/1970H). Begitu juga KH Muhammad Asnawi Umar pernah menerbitkan Syi'iran Shalawat Luru Ilmu (Pengen, Purworejo, tanpa penerbit, tanpa tahun). Pengasuh Pondok Pesantren Al-Munawir Krapyak, Yogya-karta, pernah me-nerbitkan syi'ir-syi'ir yang pernah dibuat oleh K.H. Ali Maksum dalam Catatan dari K.H. Ali Makshum. Pada masa kiwari — sampai wafatnya — mendiang Gus Dur sering sekali melantunkan syiir tanpo waton di berbagai kesempatan bertemu jemaah. Ini semua menandakan bahwa pondok pesantren, ulama, dan santri menjadi penjaga sekaligus perawat tradisi syi'ir di Indonesia di sam-ping madrasah, mubalig, dai, dan atau juru dakwah.
/4/
Kenapa para kiai dan mubalig gemar menggubah dan menggunakan syi'ir untuk tablig dan menyampaikan ajaran Islam? Ya, tentu saja, karena syi'ir disukai-dicintai banyak orang atau masyarakat awam. Kenapa orang atau masyarakat awam begitu suka syi'ir?. Ada beberapa sebab. Pertama, bahasa syi'ir gampang dimamah, dicerna-resapi oleh orang kebanyakan. Kedua, syi'ir dapat dilagukan atau ditembangkan sesuai dengan "not" atau nada lagu yang sudah akrab di kalangan masyarakat khususnya masyarakat "pengajian". Not itu dijadikan patokan oleh penggubah syi'ir terutama mereka yang tidak menguasai ilmu Arudl. Bagi mereka yang mengerti ilmu 'Arudl, syi'ir mereka ditandai oleh pas dan enaknya nada lagu dengan kata-katanya. Ringkas kata, syi'ir memang memiliki guru lagu atau pola ke-indahan yang enak, mudah dicerna dan dipakai masyara-kat awam. Sudahlah, orang amat suka syi'ir lantaran syi'ir cospleng dan joss di hati.
Betapa cospleng dan joss-nya sebuah syi'ir, cobalah rasakan sekaligus cerna syi'ir gubahan Al-Maghfurlah KH Ali Maksum dari PP Krapyak berikut. //Awak-awak wangsulana/Pitakonku marang sira/Saka ngendi sira iku/Menyang ngendi tujuanmu//Mula coba wangsulana/Jawaben kelawan cetha/Aneg ngendi urip ira/Saiki sedina-dina//Kula gesang tanpa nyana/Kula mboten gadhah seja/Mung kersane kang kuwasa/Gesang kula mung saderma//Gesang kula sakmenika/-Inggih wonten ngalam donya/Donya ngalam keramean/Isine apus-apusan//Yen sampun dumugi mangsa/Nuli sowan kang kuwasa/Siang dalu sinten nyana/Jer manungsa mung saderma//. Terasa sekali betapa syi'ir berjudul Sangkan Paraning Dumadi (Asal-usul Penciptaan manu-sia) tersebut cospleng dan joss. Kata-katanya dalam larik-larik dan bait-baitnya demikian terpilih sesakma: enak diucapkan, mudah dicerna, dan merdu sekali diba-tinkan atau disuarakan karena serasi, selaras, tertib, dan rapi. Meski mendalam dan sangat mendasar, isinya juga gampang dicerna dan dipahami sebab jelas dan terang, tak berbelit-belit.
Sebagai media dakwah, tentu saja isi syi'ir sarat sekali dengan piwulang dan pitutur. Ajaran-ajaran Islam, tuntunan-tuntunan islami, dan suri teladan islami memenuhi isi syi'ir-syi'ir. Sebagai contoh, syi'ir Gusti Maha Nyiptaake (Tuhan Sang Maha Pencip-ta) — yang tak diketahui pasti siapa penciptanya — berbicara tentang ajaran tauhid-alamiah de-ngan amat bahasa indah sekalipun sederhana dan isi mudah dicerna lantaran disa-jikan secara deskriptif dirangkai dengan contoh-contoh. Kutipannya: //Gu-sti Allah kang kuwasa/-Gawe kewan lan manungsa/Gawe srengenge lan rembulan/-Gawe bumi lan wit-witan//Paring udan migunani/Kanggo nukulake wiji/Tekulan kang mikuwati/Kaya kethang, tela, pari//. Contoh lain, syi'ir Mulyaake Guru (Memuliakan Guru) gubahan KH Bisri Mustofa berbicara tuntunan moral untuk menghormati dan memuliakan seorang guru: //Marang guru kudu tuhu lan ngabekti/Sakabehe prentah bagus dituruti//Piwulange ngertenana kanthi ngudi/Nasehate tetapana ingkang merdi//Larangane tebihana kanthi yekti/Supaya ing tembe sira dadi mukti//.
Syi'ir tak cuma berisi ajaran, tuntunan, dan suri teladan islami secara lang-sung. Tetapi, juga berisi sindiran dan kritik terhadap berbagai gejala yang tak selaras dengan ajaran, tuntunan, dan suri teladan Islam. Orang abangan atau tak melaksa-nakan ajaran Islam dikritik begini dalam syi'ir Islam KTP: //Wong arep ngaji isin karo kancane/Malah ora isin marang pangerane//Terus ngajine ora diperloake/Sing diperlo-ake ngandhaake tanggane//Awak isih waras ra eling pangerane/Mbasan arep mati nye-but nyebut gustine//Akeh wong ngaku Islam agamane/Nanging ora shalat ring limang waktune//. Pergaulan muda-mudi disindir begini dalam syi'ir Watese Srawung Nom-noman (K. Muhyidin): //Campur srawungan wajib dipantes/Srawungan wong wadon kudu diwates//Jo persepenan lan glenas-glenes//Senajan srawung sedulur ipe/Aja guyon-an sak karep-karepe//Senajan ipe iku mahrome/Nanging mbatalake wudhu hukume//-Mahrom ipe iku yen wayuh//Tunggal-tunggale haram digayuh//Semono uga sedulur misan/Aja srawung bebas bebasan//Aja dho guyon lan jegigisan/Mundhak akhire lepas-lepasan//. Dua syi'ir tersebut jelas berisi sindiran terhadap laku tak islami sekaligus tun-tunan yang benar menurut Islam.
/5/
Sampai sekarang syi'ir terbukti tetap fungsional dan manjur buat menyampaikan piwulang dan pitutur Islam. Di samping itu, juga tetap populer dan digemari masyarakat awam maupun masyarakat pesantren. Bahkan popularitasnya melampaui sekat-sekat kelompok sosial-ekonomi dan wilayah. Ini menan-dakan, sebagai sebuah bentuk kesenian rakyat, syi'ir tetap eksis, mampu bertahan di tengah gempuran pelbagai bentuk kesenian populer-kontemporer seje-nis lagu dang-dut, pop, atau house music yang liriknya dangkal, malahan tak sedikit yang vulgar. Maka dari itu, kita semua, kalangan manapun, wajib melestarikan, merawat, dan menja-ga tradisi syi'ir-bersyi'ir ini.
Kata kawan yang pernah meneliti syiir Jawa (singir), sebagai aset bangsa, khazanah budaya bangsa yang khas ataupun tradisi Islam khususnya tradisi pesantren di Indonesia, syi'ir memang harus dijaga keberlanjutannya. Pesantren, madrasah, surau, dan kelompok sosial-keagamaan tertentu sebagai kantong utama tradisi syi'ir perlu didorong, bahkan diperkuat untuk terus mempertahankan dan mengembangkan syi'ir. Tradisi syi'ir-bersyi'ir memerlukan penjaga dan perawat yang setia agar tak tergerus oleh kesenian-kesenian kontemporer yang tak fasih berbicara soal Islam.
_____________
*) Prof. Dr. Djoko Saryono, M.Pd adalah Guru Besar Jurusan Sastra Indonesia di Fakultas Sastra pada kampus UNM (Universitas Negeri Malang). Telah banyak menghasilkan buku, artikel apresiasi sastra, serta budaya. Dan aktif menjadi pembicara utama di berbagai forum ilmiah kesusatraan tingkat Nasional juga Internasional.
https://sastra-indonesia.com/2020/05/singir-kiai-medium-ampuh-sampaikan-islam/
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Ginandjar Wiludjeng
A. Junianto
A. Kurnia
A. Qorib Hidayatullah
A. Yusrianto Elga
A.S Laksana
A’yat Khalili
Aang Fatihul Islam
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi WM
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Malik
Abdul Razak
Abdul Rosyid
Abdul Wahab
Abdurrahman Wahid
Abu Salman
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Adam Chiefni
Ade P. Nasution
Adhitia Armitriant
Adi Prasetyo
Adrizas
AF. Tuasikal
Afriza Hanifa
Afrizal Malna
Agama Para Bajingan
Agnes Rita Sulistyawaty
Aguk Irawan M.N.
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Ahda Imran
Ahid Hidayat
Ahmad Baso
Ahmad Faishal
Ahmad Fatoni
Ahmad Hasan MS
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Khotim Muzakka
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Naufel
Ahmad Rofiq
Ahmad S. Zahari
Ahmad Syauqi Sumbawi
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ahsanu Nadia
Aini Aviena Violeta
Ainul Fiah
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Akhmad Sofyan Hadi
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Akmal Nasery Basral
Alam Terkembang
Alang Khoiruddin
Alex R. Nainggolan
Alfian Dippahatang
Ali Audah
Ali Mahmudi CH
Ali Rif’an
Almania Rohmah
Ami Herman
Amien Wangsitalaja
Aminah
Aminullah HA.Noor
Amir Sutaarga
Anam Rahus
Anata Siregar
Andari Karina Anom
Andina Dwifatma
Andong Buku #3
Andre Mediansyah
Andri Awan
Anett Tapai
Anggie Melianna
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anjrah Lelono Broto
Anton Bae
Anton Kurnia
Anton Wahyudi
Anwar Nuris
Ardi Bramantyo
Ardus M Sawega
Arie MP Tamba
Arie Yani
Arief Joko Wicaksono
Arief Junianto
Ariera
Arif Bagus Prasetyo
Aris Kurniawan
Arman A.Z.
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Sambodja
Asmaul Fauziyah
Asti Musman
Atafras
Awalludin GD Mualif
Ayu Wulan Sari
Aziz Abdul Gofar
Azizah Hefni
Bagus Takwin
Bahrul Ulum A. Malik
Balada
Bale Aksara
Balok Sf
Bambang Kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Beni Setia
Benny Arnas
Benny Benke
Beno Siang Pamungkas
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Berita Duka
Berita Koran
Bernando J Sujibto
Berthold Damshauser
BI Purwantari
Binhad Nurrohmat
Bobby Gunawan
Bonari Nabonenar
Brunel University London
Budaya
Budi Darma
Budi P. Hatees
Budiman S. Hartoyo
Burhanuddin Bella
Camelia Mafaza
Catatan
Cerbung
Cerpen
Chairul Akhmad
Chamim Kohari
Chavchay Syaifullah
Cover Buku
Cucuk Espe
D. Zaini Ahmad
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Dahta Gautama
Daisuke Miyoshi
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Danusantoso
Dareen Tatour
Darju Prasetya
David Kuncara
Denny Mizhar
Denza Perdana
Desi Sommalia Gustina
Desiana Medya A.L
Dewan Kesenian Lamongan (DKL)
Dewi Indah Sari
Dewi Susme
Dian Sukarno
Didik Harianto
Didik Kusbiantoro
Dina Jerphanion
Dina Oktaviani
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jawa Timur
Dipo Handoko
Diyah Errita Damayanti
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddy Wisnu Pribadi
Dody Kristianto
Dody Yan Masfa
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dr Junaidi SS MHum
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi Wiyana
Dyah Ratna Meta Novia
Dyah Sulistyorini
Ecep Heryadi
Eddy Pranata PNP
Edeng Syamsul Ma’arif
Eep Saefulloh Fatah
EH Kartanegara
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Hendrawan Sofyan
Eko Hendri Saiful
Eko Windarto
Elnisya Mahendra
Elva Lestary
Emha Ainun Nadjib
Emil WE
Endah Sulwesi
Endo Suanda
Eppril Wulaningtyas R
Esai
Evan Ys
F. Moses
F. Rahardi
Fadlillah Malin Sutan
Fahmi Faqih
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fajar Kurnianto
Fanani Rahman
Fanny Chotimah
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Febby Fortinella Rusmoyo
Felix K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Gabriel Garcia Marquez
Galang Ari P.
Galuh Tulus Utama
Gampang Prawoto
Gandra Gupta
Ganug Nugroho Adi
Gerson Poyk
Ghassan Kanafani
Gita Nuari
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunoto Saparie
H.B. Jassin
Habibullah
Hadi Napster
Hadriani Pudjiarti
Halim HD
Halimi Zuhdy
Hamberan Syahbana
Han Gagas
Hanibal W. Y. Wijayanta
Hardi
Haris del Hakim
Haris Saputra
Harri Ash Shiddiqie
Hartono Harimurti
Hary B Kori’un
Hasan Aspahani
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
HE. Benyamine
Hendra Junaedi
Hendra Makmur
Heri CS
Heri Latief
Heri Listianto
Herman RN
Herry Lamongan
Heru CN
Heru Nugroho
Hikmat Gumelar
HL Renjis Magalah
Hudan Nur
Hujuala Rika Ayu
Huminca Sinaga
IBM. Dharma Palguna
Ibnu Wahyudi
Ida Farida
Idris Pasaribu
Ignas Kleden
Ignatius Haryanto
Iksan Basoeky
Ilham Khoiri
Imam Cahyono
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Ira Puspitaningsih
Irfan Budiman
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Iskandar Zulkarnain
Ismail Marzuki
Iva Titin Shovia
Iwan Kurniawan
Jabbar Abdullah
Jafar Fakhrurozi
Jalan Raya Simo Sungelebak
Jamal D. Rahman
Jamal T. Suryanata
Javed Paul Syatha
Jayaning S.A
JILFest 2008
Jody Setiawan
Johan Edy Raharjo
Johannes Sugianto
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Jual Buku
Jual Buku Paket Hemat
Juan Kromen
Julika Hasanah
Jurnalisme Sastrawi
Jusuf AN
Juwairiyah Mawardy
Ka’bati
Karanggeneng
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Keith Foulcher
Kemah Budaya Panturan (KBP)
Khansa Arifah Adila
Khoirul Inayah
Khoirul Rosyadi
Khudori Husnan
Ki Ompong Sudarsono
Kirana Kejora
Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia
Korrie Layun Rampan
Kostela
Kritik Sastra
Kukuh S Wibowo
Kurnia Effendi
Kurniawan
Kuswaidi Syafi'ie
L.N. Idayanie
Laili Rahmawati
Lamongan
Lan Fang
Langgeng Widodo
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Lely Yuana
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember
Liestyo Ambarwati Khohar
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liza Wahyuninto
Lucia Idayanie
Lukman A Sya
Lutfiah
Lynglieastrid Isabellita
M Arman AZ
M Ismail
M Thobroni
M. Afifuddin
M. Arwan Hamidi
M. Lukluk Atsmara Anjaina
M. Lutfi
M. Luthfi Aziz
M. Nurdin
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.S. Nugroho
Mahendra Cipta
Mahmud Jauhari Ali
Mahmud Syaltut Usfa
Mahmudi Arif Dahlan
Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Martin Aleida
Maruli Tobing
Mas Ruscita
Mashuri
Masuki M. Astro
Matroni
Matroni Muserang
Media: Crayon on Paper
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Mia Arista
Mia El Zahra
Mikael Johani
Misbahus Surur
Misran
Mohamad Ali Hisyam
Mohammad Eri Irawan
Much. Khoiri
Muh. Muhlisin
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Aris
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Rain
Muhammad Taufiqurrohman
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun
Muhammadun AS
Muhidin M Dahlan
Mujtahid
Mujtahidin Billah
Mukti Sutarman Espe
Mulyadi SA
Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik
Munawir Aziz
Musfarayani
Musfi Efrizal
Nafisatul Husniah
Nandang Darana
Naskah Teater
Nelson Alwi
Ni Made Purnamasari
Nikmatus Sholikhah
Nina Herlina Lubis
Nina Susilo
Ning Elia
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel-novel berbahasa Jawa
Novelet
Nunuy Nurhayati
Nur Azizah
Nur Hamzah
Nur Kholiq
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurul Aini
Nurul Anam
Nurul Komariyah
Nuryana Asmaudi SA
Nyoman Tusthi Eddy
Obrolan
Okty Budiati
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Otto Sukatno CR
Oyos Saroso H.N.
Pagan Press
Pagelaran Musim Tandur
Palupi Panca Astuti
Parimono V / 40 Plandi Jombang
Pawang Surya Kencana
PDS H.B. Jassin
Petrus Nandi
Politik
Politik Sastra
Pradana Boy ZTF
Pramoedya Ananta Toer
Pramono
Pringadi AS
Prof Dr Fabiola D. Kurnia
Prosa
Puisi
Puji Santosa
Puji Tyasari
Puput Amiranti N
Purnawan Andra
Purnawan Kristanto
Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin
Pustaka Ilalang Group
PUstaka puJAngga
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R. Ng. Ronggowarsito
Rachmad Djoko Pradopo
Radhar Panca Dahana
Rahmat Kemat Hidayatullah
Rahmat Sularso Nh
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rasanrasan Boengaketji
Raudal Tanjung Banua
Redland Movie
Reiny Dwinanda
Resensi
Rialita Fithra Asmara
Ribut Wijoto
Riki Dhamparan Putra
Riki Utomi
Ririe Rengganis
Risang Anom Pujayanto
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Roso Titi Sarkoro
Rozi Kembara
Rukardi
Rumah Budaya Pantura (RBP)
Rusmanadi
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saiful Amin Ghofur
Saiful Anam
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Salman S. Yoga
Samsudin Adlawi
Samsul Anam
Sanggar Lukis Alam
Sanggar Pasir
Sanggar Rumah Ilalang KSII
Santi Puji Rahayu
Sapardi Djoko Damono
Saroni Asikin
Sartika Dian Nuraini
Sastra dan Kuasa Simbolik
Sastra Jawa Timur
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sayyid Fahmi Alathas
SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang
SelaSastra Boenga Ketjil
SelaSastra Boenga Ketjil #33
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Setia Naka Andrian
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sinopsis
Siti Khoeriyah
Siti Muyassarotul Hafidzoh
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputra
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Slamet Rahardjo Rais
Soegiharto
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Spectrum Center Press
Sri Weni
Sri Wintala Achmad
Suci Ayu Latifah
Sucipto Hadi Purnomo
Sudirman
Sugi Lanus
Sukron Ma’mun
Sulaiman Djaya
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Supriyadi
Surya Lesmana
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyanto
Syaf Anton Wr
Syaifuddin Gani
Syaiful Amin
Syarif Wadja Bae
Sylvianita Widyawati
TanahmeraH ArtSpace
Tarmuzie (1961-2019)
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Presetyo
Teguh Setiawan
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Tia Setiadi
Tirto Suwondo
Tita Tjindarbumi
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan
Tosa Poetra
Tri Nurdianingsih
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Ulul Azmiyati
Umar Fauzi
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Usman Arrumy
Utari Tri Prestianti
Viddy AD Daery
Virdika Rizky Utama
W Haryanto
W.S. Rendra
Wahyu Prasetya
Wan Anwar
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wina Bojonegoro
Wita Lestari
Wong Wing King
Wowok Hesti Prabowo
Xu Xi (Sussy Komala)
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yanusa Nugroho
Yasraf Amir Piliang
Yayat R. Cipasang
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yopi Setia Umbara
Yudhi Herwibowo
Yudi Latif
Yusri Fajar
Yusuf Ariel Hakim
Yuval Noah Harari
Zacky Khairul Uman
Zainuddin Sugendal
Zamakhsyari Abrar
Zawawi Se
Zed Abidien
Zehan Zareez
Zhaenal Fanani
Zubaidi Khan
Zuniest
Tidak ada komentar:
Posting Komentar