Minggu, 24 Mei 2020

SINGIR KIAI: MEDIUM AMPUH SAMPAIKAN ISLAM

Djoko Saryono *

Tombo ati iku (ana) lima warnane
Kaping pisan nderes (maca) Qur'an sakmanane

Kaping pindho wong kang sholeh kumpulana
Kaping telu sholat wengi lakonana

Kaping papat weteng iro ingkang luwe
Kaping lima zikir wengi ingkang suwe

Salah sawijine sapa wong kang gelem (a)nglakoni
Insyaallah Gusti Pengaren ngijabahi

/1/
Kita akrab sekali dengan singir atau syi'ir tombo ati di atas. Popularitas syi”ir tersebut tak pernah lekang. Pada masa kiwari syiir di atas melejit kembali secara nasional berkat lantunan Emha Ainun Najib bersama HAMAS (Himpunan Masyarakat Shalawat). Cak Nun -- panggilan akrab Emha -- memang berhasil mengangkat kembali harkat-martabat syi'ir, bahkan menyebarkannya ke kalangan lebih luas. Hal ini kemudian diikuti oleh pribadi-pribadi dan kelompok-kelompok lain, misalnya Opick. Sekarang di masjid-masjid atau surau-surau, nyaris setiap hari kita dengar syi'ir pengobat hati di atas. Juga di rumah-rumah, bahkan kamar-kamar pribadi bisa setiap saat bergema syi'ir tombo ati. Syiir tombo ati terasa sudah menjadi milik bersama.

Sebenarnya, syi'ir di atas umurnya sudah tua. Sudah lama ada sehingga tak pasti lagi siapa pembuatnya. Ada yang bilang itu sajak Sayyidina Ali. Ada yang bilang penciptanya Sunan Bonang. Ada juga yang bilang penggubahnya KH Bisri Mustofa, ayahanda KH Ahmad Mustofa Bisri. Yang jelas pemopulernya dalam bahasa Jawa dalam bentuk singir adalah K.H. Bisri Mustofa. Di samping itu, yang jelas syiir tombo ati tak leng-kang zaman. Masyhur dan memasyara-kat, sejak dulu hingga kini. Kita amat akrab dengan-ny-a berkat para kyai, mubaliq, dan dai serta para penyanyi. "Sejak dahulu para jemaah masjid-masjid dan surau-surau di pedesaan atau wilayah pinggiran biasa melantunkan syi'ir tombo ati, juga lainnya, sebelum dan sesudah waktu shalat tiba. Apalagi sore hari, menjelang dan sesudah shalat ashar, masjid dan surau tampak hidup sekali berkat lantunan syi'ir para jama-ahnya", ujar seorang kawan.

/2/
Syi'ir bukanlah barang baru. Sejak zaman Rasulullah Saw ia sudah berkembang pesat. Kendati bukan penyair, tak pernah belajar bersyair, bahkan memang menu-rut Allah tak layak bersyair (Q. 36:69), Rasulullah Saw. akrab sekali dengan syi'ir. Beliau amat gemar mendengarkan orang bersyi'ir dan memuji syi'ir yang baik. Malah pernah, pada suatu saat, Rasulullah secara spontan menghadiahkan burdah-nya, sejenis kait hangat yang dipakainya, kepada Ka'ab Ibn Zuhair setelah penyair mukminin terkemuka ini selesai membacakan syi'ir-syi'ir Baanat Su'aadnya yang terkenal. Rasul pun mengizinkan para penyair mukminin, antara lain Hisaan Ibn Tsaabit, Ka'b Ibn Malik, dan Abdullah Ibn Rawahah, untuk membalas serangan para pene-tang Rasul lewat syi'ir.

Begitulah popularitas syiir terus berlanjut ke zaman sahabat, tabi'in, dan seterusnya hingga sekarang. Sekarang nyaris semua orang mengenalnya berkat beragai pihak mengkreasikan dalam berbagai bentuk medium dan modalitas. Berkat jasa Imam Al-Khalil Ibn Ahmad (100-174 H) yang menciptakan ilmu "Arudl, yaitu semacam teknik untuk membaca dan membuat syi'ir, makin populer dan meluaslah syi'ir-bersyi'ir di kalangan umat Islam khususnya di kalangan ulama dan pesantren. Bahkan ulama dan mubalig bisa dibilang sebagai penjaga tradisi syi'ir-bersyi'ir. Tanpa mereka, bisa jadi syi'ir dan tradisi bersyi'ir hilang atau tenggelam. Tak heran, hampir semua ulama besar pasti bisa atau pernah, setidak-tidaknya mengerti syi'ir. Banyak kitab pelajaran agama dan bahasa Arab — yang banyak dipakai di pesantren dan kemudian terkenal dengan nama kitab kuning — sengaja mereka tulis dengan sistem syi'ir, antara lain kitab Az-Zubad, al-Faraid al Bahiyyah, dan al-Khulaashah (atau lebih dikenal dengan nama Al-fiyah Ibnu Malik).

/3/
Syi'ir memang jitu atau mujarab buat medium syiar di kalangan masyarakat umum, apalagi masyarakat awam. Di Indonesia, ajaran-ajaran agama Islam yang sulit dicerna dan dipahami bila disampaikan dengan cara ceramah, dengan mudah dapat dicerna dan dipahami oleh masyarakat awam bilamana disampaikan dengan syi'ir. Tak heran, dahulu para wali menyebarkan Islam dengan menggunakan syi'ir, misal-nya Hamzah Fansuri, Raja Ali Haji, dan Walisongo, sehingga lambang-lambang keislaman dapat merasuk-membatin ke dalam masyarakat awam secara halus-lembut, malah membentuk kerangka berpikir mereka tanpa terasa dan gejolak apa-apa.

Di kalangan masyarakat Jawa, malahan Sunan Kalijaga diyakini sebagai tokoh luar biasa yang banyak menciptakan "tembang-tembang dolanan" dan "tembang-tembang bocah" sebagai cara mendakwahkan Islam, antara lain Ilir-ilir yang kini populer kembali berkat berbagai pihak baik invidu maupun kelompok.
Sekarang pun para kyai dan mubalig tetap merawat tradisi syi'ir dan bersyi'ir buat menyampaikan ajaran-ajaran Islam, bahkan buat metode atau medium pengajaran Islam ke-pada masyarakat awam. Di Jawa, K.H. Bisri Musthofa, K.H. Ali Maksum, K.H. Muhyidin, dan K.H. Muhammad Asnawi Umar, misalnya, selalu menggunakan syi'ir untuk bumbu tablig-tablig mereka. Mereka malah biasa/produktif menggubah syi'ir dalam bahasa Jawa — yang disebut singir(an) — bertulisan pegon (Arab gundul), lantas menerbitkannya.

Beberapa kiai lain dapat dikemukakan sebagai contoh. KH Bisri Musthofa per-nah menerbitkan Syi'ir Ngudi Susilo (penerbit Menara Kudus, Kudus, 1373H/1952M). KH Muhyidin pernah menerbit Syi'ir Pengantern Anyar (Pendem-Salaman, Magelang, 1387H/1970H) dan Ar-Risalah AL-Kamilah Syi'ir Tun-tutan Sho-lat (Salaman, Magelang, 1987/1970H). Begitu juga KH Muhammad Asnawi Umar pernah menerbitkan Syi'iran Shalawat Luru Ilmu (Pengen, Purworejo, tanpa penerbit, tanpa tahun). Pengasuh Pondok Pesantren Al-Munawir Krapyak, Yogya-karta, pernah me-nerbitkan syi'ir-syi'ir yang pernah dibuat oleh K.H. Ali Maksum dalam Catatan dari K.H. Ali Makshum. Pada masa kiwari — sampai wafatnya — mendiang Gus Dur sering sekali melantunkan syiir tanpo waton di berbagai kesempatan bertemu jemaah. Ini semua menandakan bahwa pondok pesantren, ulama, dan santri menjadi penjaga sekaligus perawat tradisi syi'ir di Indonesia di sam-ping madrasah, mubalig, dai, dan atau juru dakwah.

/4/
Kenapa para kiai dan mubalig gemar menggubah dan menggunakan syi'ir untuk tablig dan menyampaikan ajaran Islam? Ya, tentu saja, karena syi'ir disukai-dicintai banyak orang atau masyarakat awam. Kenapa orang atau masyarakat awam begitu suka syi'ir?. Ada beberapa sebab. Pertama, bahasa syi'ir gampang dimamah, dicerna-resapi oleh orang kebanyakan. Kedua, syi'ir dapat dilagukan atau ditembangkan sesuai dengan "not" atau nada lagu yang sudah akrab di kalangan masyarakat khususnya masyarakat "pengajian". Not itu dijadikan patokan oleh penggubah syi'ir terutama mereka yang tidak menguasai ilmu Arudl. Bagi mereka yang mengerti ilmu 'Arudl, syi'ir mereka ditandai oleh pas dan enaknya nada lagu dengan kata-katanya. Ringkas kata, syi'ir memang memiliki guru lagu atau pola ke-indahan yang enak, mudah dicerna dan dipakai masyara-kat awam. Sudahlah, orang amat suka syi'ir lantaran syi'ir cospleng dan joss di hati.

Betapa cospleng dan joss-nya sebuah syi'ir, cobalah rasakan sekaligus cerna syi'ir gubahan Al-Maghfurlah KH Ali Maksum dari PP Krapyak berikut. //Awak-awak wangsulana/Pitakonku marang sira/Saka ngendi sira iku/Menyang ngendi tujuanmu//Mula coba wangsulana/Jawaben kelawan cetha/Aneg ngendi urip ira/Saiki sedina-dina//Kula gesang tanpa nyana/Kula mboten gadhah seja/Mung kersane kang kuwasa/Gesang kula mung saderma//Gesang kula sakmenika/-Inggih wonten ngalam donya/Donya ngalam keramean/Isine apus-apusan//Yen sampun dumugi mangsa/Nuli sowan kang kuwasa/Siang dalu sinten nyana/Jer manungsa mung saderma//. Terasa sekali betapa syi'ir berjudul Sangkan Paraning Dumadi (Asal-usul Penciptaan manu-sia) tersebut cospleng dan joss. Kata-katanya dalam larik-larik dan bait-baitnya demikian terpilih sesakma: enak diucapkan, mudah dicerna, dan merdu sekali diba-tinkan atau disuarakan karena serasi, selaras, tertib, dan rapi. Meski mendalam dan sangat mendasar, isinya juga gampang dicerna dan dipahami sebab jelas dan terang, tak berbelit-belit.

Sebagai media dakwah, tentu saja isi syi'ir sarat sekali dengan piwulang dan pitutur. Ajaran-ajaran Islam, tuntunan-tuntunan islami, dan suri teladan islami memenuhi isi syi'ir-syi'ir. Sebagai contoh, syi'ir Gusti Maha Nyiptaake (Tuhan Sang Maha Pencip-ta) — yang tak diketahui pasti siapa penciptanya — berbicara tentang ajaran tauhid-alamiah de-ngan amat bahasa indah sekalipun sederhana dan isi mudah dicerna lantaran disa-jikan secara deskriptif dirangkai dengan contoh-contoh. Kutipannya: //Gu-sti Allah kang kuwasa/-Gawe kewan lan manungsa/Gawe srengenge lan rembulan/-Gawe bumi lan wit-witan//Paring udan migunani/Kanggo nukulake wiji/Tekulan kang mikuwati/Kaya kethang, tela, pari//. Contoh lain, syi'ir Mulyaake Guru (Memuliakan Guru) gubahan KH Bisri Mustofa berbicara tuntunan moral untuk menghormati dan memuliakan seorang guru: //Marang guru kudu tuhu lan ngabekti/Sakabehe prentah bagus dituruti//Piwulange ngertenana kanthi ngudi/Nasehate tetapana ingkang merdi//Larangane tebihana kanthi yekti/Supaya ing tembe sira dadi mukti//.

Syi'ir tak cuma berisi ajaran, tuntunan, dan suri teladan islami secara lang-sung. Tetapi, juga berisi sindiran dan kritik terhadap berbagai gejala yang tak selaras dengan ajaran, tuntunan, dan suri teladan Islam. Orang abangan atau tak melaksa-nakan ajaran Islam dikritik begini dalam syi'ir Islam KTP: //Wong arep ngaji isin karo kancane/Malah ora isin marang pangerane//Terus ngajine ora diperloake/Sing diperlo-ake ngandhaake tanggane//Awak isih waras ra eling pangerane/Mbasan arep mati nye-but nyebut gustine//Akeh wong ngaku Islam agamane/Nanging ora shalat ring limang waktune//. Pergaulan muda-mudi disindir begini dalam syi'ir Watese Srawung Nom-noman (K. Muhyidin): //Campur srawungan wajib dipantes/Srawungan wong wadon kudu diwates//Jo persepenan lan glenas-glenes//Senajan srawung sedulur ipe/Aja guyon-an sak karep-karepe//Senajan ipe iku mahrome/Nanging mbatalake wudhu hukume//-Mahrom ipe iku yen wayuh//Tunggal-tunggale haram digayuh//Semono uga sedulur misan/Aja srawung bebas bebasan//Aja dho guyon lan jegigisan/Mundhak akhire lepas-lepasan//. Dua syi'ir tersebut jelas berisi sindiran terhadap laku tak islami sekaligus tun-tunan yang benar menurut Islam.

/5/
Sampai sekarang syi'ir terbukti tetap fungsional dan manjur buat menyampaikan piwulang dan pitutur Islam. Di samping itu, juga tetap populer dan digemari masyarakat awam maupun masyarakat pesantren. Bahkan popularitasnya melampaui sekat-sekat kelompok sosial-ekonomi dan wilayah. Ini menan-dakan, sebagai sebuah bentuk kesenian rakyat, syi'ir tetap eksis, mampu bertahan di tengah gempuran pelbagai bentuk kesenian populer-kontemporer seje-nis lagu dang-dut, pop, atau house music yang liriknya dangkal, malahan tak sedikit yang vulgar. Maka dari itu, kita semua, kalangan manapun, wajib melestarikan, merawat, dan menja-ga tradisi syi'ir-bersyi'ir ini.

Kata kawan yang pernah meneliti syiir Jawa (singir), sebagai aset bangsa, khazanah budaya bangsa yang khas ataupun tradisi Islam khususnya tradisi pesantren di Indonesia, syi'ir memang harus dijaga keberlanjutannya. Pesantren, madrasah, surau, dan kelompok sosial-keagamaan tertentu sebagai kantong utama tradisi syi'ir perlu didorong, bahkan diperkuat untuk terus mempertahankan dan mengembangkan syi'ir. Tradisi syi'ir-bersyi'ir memerlukan penjaga dan perawat yang setia agar tak tergerus oleh kesenian-kesenian kontemporer yang tak fasih berbicara soal Islam.

_____________
*) Prof. Dr. Djoko Saryono, M.Pd adalah Guru Besar Jurusan Sastra Indonesia di Fakultas Sastra pada kampus UNM (Universitas Negeri Malang). Telah banyak menghasilkan buku, artikel apresiasi sastra, serta budaya. Dan aktif menjadi pembicara utama di berbagai forum ilmiah kesusatraan tingkat Nasional juga Internasional.
https://sastra-indonesia.com/2020/05/singir-kiai-medium-ampuh-sampaikan-islam/

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Ginandjar Wiludjeng A. Junianto A. Kurnia A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.S Laksana A’yat Khalili Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Razak Abdul Rosyid Abdul Wahab Abdurrahman Wahid Abu Salman Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adam Chiefni Ade P. Nasution Adhitia Armitriant Adi Prasetyo Adrizas AF. Tuasikal Afriza Hanifa Afrizal Malna Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunyoto Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Baso Ahmad Faishal Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Naufel Ahmad Rofiq Ahmad S. Zahari Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ainul Fiah Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akhudiat Akmal Nasery Basral Alam Terkembang Alang Khoiruddin Alex R. Nainggolan Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Almania Rohmah Ami Herman Amien Wangsitalaja Aminah Aminullah HA.Noor Amir Sutaarga Anam Rahus Anata Siregar Andari Karina Anom Andina Dwifatma Andong Buku #3 Andre Mediansyah Andri Awan Anett Tapai Anggie Melianna Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Bae Anton Kurnia Anton Wahyudi Anwar Nuris Ardi Bramantyo Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arie Yani Arief Joko Wicaksono Arief Junianto Ariera Arif Bagus Prasetyo Aris Kurniawan Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Asmaul Fauziyah Asti Musman Atafras Awalludin GD Mualif Ayu Wulan Sari Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Bagus Takwin Bahrul Ulum A. Malik Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Beno Siang Pamungkas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Bernando J Sujibto Berthold Damshauser BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Camelia Mafaza Catatan Cerbung Cerpen Chairul Akhmad Chamim Kohari Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Zaini Ahmad D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Daisuke Miyoshi Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Danusantoso Dareen Tatour Darju Prasetya David Kuncara Denny Mizhar Denza Perdana Desi Sommalia Gustina Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewi Indah Sari Dewi Susme Dian Sukarno Didik Harianto Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jawa Timur Dipo Handoko Diyah Errita Damayanti Djoko Pitono Djoko Saryono Doddy Wisnu Pribadi Dody Kristianto Dody Yan Masfa Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi SS MHum Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Wiyana Dyah Ratna Meta Novia Dyah Sulistyorini Ecep Heryadi Eddy Pranata PNP Edeng Syamsul Ma’arif Eep Saefulloh Fatah EH Kartanegara Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendrawan Sofyan Eko Hendri Saiful Eko Windarto Elnisya Mahendra Elva Lestary Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Sulwesi Endo Suanda Eppril Wulaningtyas R Esai Evan Ys F. Moses F. Rahardi Fadlillah Malin Sutan Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fanny Chotimah Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Febby Fortinella Rusmoyo Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Gabriel Garcia Marquez Galang Ari P. Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gandra Gupta Ganug Nugroho Adi Gerson Poyk Ghassan Kanafani Gita Nuari Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunoto Saparie H.B. Jassin Habibullah Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Hardi Haris del Hakim Haris Saputra Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Aspahani Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana HE. Benyamine Hendra Junaedi Hendra Makmur Heri CS Heri Latief Heri Listianto Herman RN Herry Lamongan Heru CN Heru Nugroho Hikmat Gumelar HL Renjis Magalah Hudan Nur Hujuala Rika Ayu Huminca Sinaga IBM. Dharma Palguna Ibnu Wahyudi Ida Farida Idris Pasaribu Ignas Kleden Ignatius Haryanto Iksan Basoeky Ilham Khoiri Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Ira Puspitaningsih Irfan Budiman Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Zulkarnain Ismail Marzuki Iva Titin Shovia Iwan Kurniawan Jabbar Abdullah Jafar Fakhrurozi Jalan Raya Simo Sungelebak Jamal D. Rahman Jamal T. Suryanata Javed Paul Syatha Jayaning S.A JILFest 2008 Jody Setiawan Johan Edy Raharjo Johannes Sugianto Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Juan Kromen Julika Hasanah Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Ka’bati Karanggeneng Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Keith Foulcher Kemah Budaya Panturan (KBP) Khansa Arifah Adila Khoirul Inayah Khoirul Rosyadi Khudori Husnan Ki Ompong Sudarsono Kirana Kejora Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kukuh S Wibowo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie L.N. Idayanie Laili Rahmawati Lamongan Lan Fang Langgeng Widodo Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lely Yuana Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Liestyo Ambarwati Khohar Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lucia Idayanie Lukman A Sya Lutfiah Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Ismail M Thobroni M. Afifuddin M. Arwan Hamidi M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Luthfi Aziz M. Nurdin M. Yoesoef M.D. Atmaja M.S. Nugroho Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahmud Syaltut Usfa Mahmudi Arif Dahlan Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Martin Aleida Maruli Tobing Mas Ruscita Mashuri Masuki M. Astro Matroni Matroni Muserang Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mia Arista Mia El Zahra Mikael Johani Misbahus Surur Misran Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan Much. Khoiri Muh. Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Aris Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun Muhammadun AS Muhidin M Dahlan Mujtahid Mujtahidin Billah Mukti Sutarman Espe Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik Munawir Aziz Musfarayani Musfi Efrizal Nafisatul Husniah Nandang Darana Naskah Teater Nelson Alwi Ni Made Purnamasari Nikmatus Sholikhah Nina Herlina Lubis Nina Susilo Ning Elia Noor H. Dee Noval Jubbek Novel-novel berbahasa Jawa Novelet Nunuy Nurhayati Nur Azizah Nur Hamzah Nur Kholiq Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Aini Nurul Anam Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Okty Budiati Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Otto Sukatno CR Oyos Saroso H.N. Pagan Press Pagelaran Musim Tandur Palupi Panca Astuti Parimono V / 40 Plandi Jombang Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Petrus Nandi Politik Politik Sastra Pradana Boy ZTF Pramoedya Ananta Toer Pramono Pringadi AS Prof Dr Fabiola D. Kurnia Prosa Puisi Puji Santosa Puji Tyasari Puput Amiranti N Purnawan Andra Purnawan Kristanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang Group PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Ng. Ronggowarsito Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Rahmat Kemat Hidayatullah Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rasanrasan Boengaketji Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Resensi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Ririe Rengganis Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rusmanadi S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saiful Amin Ghofur Saiful Anam Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman S. Yoga Samsudin Adlawi Samsul Anam Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang KSII Santi Puji Rahayu Sapardi Djoko Damono Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra dan Kuasa Simbolik Sastra Jawa Timur Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra Boenga Ketjil #33 Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Khoeriyah Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputra Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soegiharto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sri Weni Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudirman Sugi Lanus Sukron Ma’mun Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaf Anton Wr Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syarif Wadja Bae Sylvianita Widyawati TanahmeraH ArtSpace Tarmuzie (1961-2019) Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tia Setiadi Tirto Suwondo Tita Tjindarbumi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tosa Poetra Tri Nurdianingsih Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulul Azmiyati Umar Fauzi Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Usman Arrumy Utari Tri Prestianti Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W Haryanto W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wan Anwar Wawan Eko Yulianto Wawancara Wina Bojonegoro Wita Lestari Wong Wing King Wowok Hesti Prabowo Xu Xi (Sussy Komala) Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanusa Nugroho Yasraf Amir Piliang Yayat R. Cipasang Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopi Setia Umbara Yudhi Herwibowo Yudi Latif Yusri Fajar Yusuf Ariel Hakim Yuval Noah Harari Zacky Khairul Uman Zainuddin Sugendal Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zed Abidien Zehan Zareez Zhaenal Fanani Zubaidi Khan Zuniest