Minggu, 19 Januari 2020

Sastrawan Asal Blora

Galang Ari P.

“Pramoedya Besar karena Kegelisahan. Pramoedya Menulis karena Kegelisahan. Pramoedya Mati karena (tidak lagi) merasakan Kegelisahan, dalam Hidup.”

Sastrawan yang bernama lengkap Pramoedya Ananta Toer ini yang kerap disapa Pram. Pria kelahiran 6 Februari1925 dari Blora ini memang sangat sering diperbincangkan di ranah sastra Indonesia. Karya-karyanya yang sangat mutakhir banyak dikritik dan dinilai sangat berani dalam menulis karya sastra. Hasil tulisannya yang lahir berupa novel, cerpen, dan naskah drama mempunyai andil dalam perkembangan sastra Indonesia dari zaman kolonial hingga masa kini.

Pram yang mempunyai ciri khas dalam menulis karya sastra dari sudut pandang pengalaman yang ia rasakan semasa hidupnya, sehingga membuat ia banyak melahirkan tulisan-tulisan bertema kritik sosial. Kepekaan itu seperti enggan diajak kompromi dengan ketidakadilan dan ketidakjujuran. Dengan kekayaan batin yang ia miliki, Pram berkarya dan setia pada keyakinannya dengan teguh berpegang pada sebuah kepercayaan.

Pramoedya menganggap bahwa seni sastra yang terbaik adalah yang melakukan pemihakan, karena kedudukan pengarang yang dihidupkan oleh dinamika masyarakat. Pram menulis karya-karyanya ketika emosi mendapat tekanan, ketika ia berada di pengasingan. Persoalan kesengsaraan dan ketidakadilan bangsa di bawah kekuasaan penjajah telah menimbulkan desakan batin Pramoedya. Desakan yang ia alami memang sebagai rangsangan untuk menuangkan tulisan ke dalam karya sastra.

Pram memang sangat bertanggung jawab dengan karya-karyanya. Ia rela di dipenjara daripada tidak menulis. Ia juga tetap menulis walaupun tekanan demi tekanan datang mengampirinya. Pemikiran Pram dalam menulis karya sastra juga mengantarkannya ke persfektif proses kreatifitas dalam menciptakan karya sastra. Pram pernah berkata bahwa pengarang sejati akan menuntut pengorbanan pribadinya sendiri.

Pram, Dunia dan Karyanya

Pada Desember 2003, Pramoedya tercatat sebagai sastrawan Jakarta. Tercatat dalam buku Leksikon Sastra Jakarta Sastrawan Jakarta dan Sekitarnya, Pram dan karyanya juga tercatat dengan jelas dari mulai riwayat hidupnya hingga karya-karyanya yang sudah terbit. Prakarsa untuk membuat buku tentang sastrawan yang bermukim di Jakarta itu lahir dari pertemuan-pertemuan sastrawan yang diadakan oleh Dewan Kesenian Jakarta (DKJ). Dewan Pekerja Harian Agus R. Sarjono yang juga menjabat ketua program di DKJ juga ambil andil dalam sambutan dan pembuatan buku. Tujuan dalam pembuatan buku sastrawan Jakarta hanya semata-mata untuk mengumpulkan para sastrawan-sastrawan yang tinggal dan berkarya di Jakarta.

Berawal dari pendidikan SD di Blora, menjadi juru ketik di Kantor Berita Jepang Domei (1942-1945), anggota pimpinan Pusat Lekra (1958), sampai menjadi dosen di Fakultas Sastra Universitas Res Publica di Jakarta, dan menjadi dosen Akademik Jurnalistik Dr. Abdul Rivai di Jakarta. Meletusnya kejadian G30S ia di tahan Belanda kisaran dari tahun 1947-1979, ia merasakan tekanan di dalam penjara tanpa diadili. Walaupun ia ditahan, ia tidak berhenti untuk menulis. Karya-karyanya yang lahir hasil tekanan selama ia di penjara membuatnya menjadi terkenal di Dunia dan di kalangan Sastra Indonesia.

Prof. Koh Young Hun menegaskan dalam bukunya Pramoedya Menggugat Melacak Jejak Indonesia,bahwa sejak awal kiprah kepengarangannya, perhatian Pram lebih pada aspek manusia ketimbang pada peristiwa. Pemikiran seperti itu timbul dari benak Pram bahwa manusialah yang bertindak sebagai akar dan dasar untuk memajukan bangsa. Pram adalah kebebasan keadilan sosial dan kemanusiaan bagi rakyat jelata. Pram juga selalu menampilkan revolutionary hero dalam karya-karya kreatifnya.

Pramoedya ingin menyampaikan sesuatu yang bermanfaat untuk kemajuan bangsanya, karena sastrawan memberi makna lewat kenyataan yang dapat dipahami oleh pembaca, sebagaimana pembaca memahami konvensi yang ada, yaitu dari mulai bahasa, sosial-budaya, dan sastra. Pram juga menciptakan Dunia alternatif; after dalam bahasa Latin berarti ‘yang lain’, dalam pertentangan dengan yang satu. Alternatif selalu mengandalkan dasar bersama; dan hanya atas dasar itu alternatif menjadi berbeda dengan yang ada. Kalimat semacam ini memang perlu diingat, bahwa “rasa simpati Pram tidak berpihak pada satu isme, kecuali pada humanitas”.

Pramoedya banyak menggali inspirasi dari kisah-kisah revolusi. Karya-karyanya yang lahir pun juga terlihat pada Keluarga Gerilya (1950), Perburuan (1950), Di Tepi Kali Bekasi (1950), dan Bukan Pasar Malam (1951). Dari keempat novel tersebutlah yang mengantarkan Pram pengarang asal Blora yang hidup di Jakarta sebagai pengarang prosa Indonesia yang terkemuka. Jakob Sumardjo juga berpendapat bahwa Pram adalah salah satu seorang prosais yang besar, kalau tidak yang paling besar. Masalah yang dikupas lewat tulisannya adalah masalah-masalah kecintaannya pada keluarga dan bangsa, kebenciannya pada kebatilan sesama manusia dan kebahagiaan. Semua dituangkan dalam fiksi yang padat, menarik dan mengharukan rasa kemanusiaan.

Pram Tercebur Lumpur Kotor

Siapa yang tidak kenal organisasi yang menyokong nilai kebudayaan dan nilai-nilai seni, Lekra namanya. Lekra didirikan pada 17 Agustus 1950, tepat lima tahun sesudah proklamasi kemerdekaan Indonesia. Banyak yang bilang Lekra adalah darah dari PKI, ada yang bilang juga Lekra untuk rakyat. Pada zaman Orde Baru hal tersebut juga sulit dinafikan bahwa Lekra adalah satu organisasi atau gerakan yang berada di bawah naungan PKI. Hal tersebut dikarenakan adanya anggota PKI yang masuk ke dalam anggota Lekra, termasuk Nyoto dan DN Aidit. Satu hal yang menarik pada waktu pergerakan Lekra, pimpina Lekra tidak menganggap salah jika menerima anggota PKI sebagai anggota organisasinya. Hal itu disebabkan pada zaman Ode Lama, PKI merupakan salah satu partai yang berpengaruh dan berwibawa di bawah naungan Presiden Soekarno. Joebar Ajoeb berpendapat bahwa mem-PKI-kan Lekra adalah sebuah pembicaraan yang sangat bersifat politik.

Pada tahun 1957 tidak ada hubungan erat antara Pram dan pihak Lekra. Sepulangnya Pram dari Beijing pada Februari 1957, ia sempat menulis satu makalah yang berjudul “Jembatan Gantung dan Konsepsi Presiden” dalam Harian Rakyat.  Pram dalam membuat tulisan seperti itu hanya semata-mata untuk mendukung konsep “demokrasi terpimpin” yang diprakasai oleh Presiden Soekarno. Pada saat itu Pram belum masuk Lekra dan belum ‘kotor’.

Pada 24 Maret 1957, Pram diundang untuk menghadiri peringatan 5 tahun berdirinya Lekra cabang Bandung, dan sempat memberi ceramah yang ia beri judul “Pedoman Kehidupan Kesenian Indonesia: Dalam Rangka Pelaksanaan dan Pengisian Konsepsi Prsiden”. Pada bulan Desember dan seterusnya, Pram diangkat menjadi anggota penasihat untuk Kementrian Patera (Pengerahan Tenaga Rakyat). H.B. Jassin menegaskan bahwa pada waktu itu memang Pram lebih banyak berpolitik praktis daripada berkarya. Ini disebabkan lawatan ke luar negeri menyadarkan Pram bahwa pembangunan negara itu menjadi sangat bermanfaat bagi bangsanya, sebagai seorang sastrawan, ia mengambil bagian untuk memenuhi tanggung jawab sebagai cendekiawan dalam bidang yang tertentu.

Terceburnya pram ‘kelumpur kotor’, bisa disebabkan dengan karya terjemahannya. Pada tahun 1958, Pram menerjemahkan karya Marxis Gorky yang berjudul Ibunda. Karya tersebut dianggap sebaggai peletak dasar konsep “Realisme Sosial”, dan kebetulan diterbitkan di Yayasan Pembaruan yang merupakan agen penerbitan PKI. Dari karya terjemahan Pram tentang Realisme Sosial, malah merangsang pihak Lekra/PKI untuk menerima Pram , seorang tokoh sastra yang berpengaruh, dan diangkat sebagai anggota Lekra. Pram kemudian diundang dalam Kongres Nasional I Lekra yang dilaksanakan pada 28-29 di Solo. Di dalam hadirnya Pram di dalam Kongres, Pram diangkat menjadi salah seorang anggota dalam Pimpina Pusat Lekra.

DN. Aidit sebenarnya menjalankan dasar yang pernah dilaksanakan Mao Tze-Tung sebelum tokoh itu berkuasa dalam politik tanah air. Aidit membiarkan para cendekiawan bersama-sama menjalankan aktivitas budaya menurut pengalaman masing-masing, walaupun kurang dari dasar cita-cita komunisme. Menurut Aidit yang terpenting itu adalah kekuasaan, dan kekuasaan itu masih belum diperoleh sepenuhnya oleh PKI, meski juga PKI mempunyai kekuatan massa yang besar, yang terdiri dari golongan intelektual sampai golongan proletar. Maka dari itu, PKI dapat menerima pengarang-pengarang yang mempunyai vested-inters dalam Lekra. Hal yang paling penting adalah PKI dapat memperalat mereka untuk mencapai cita-cita PKI sendiri.

Pramoedya adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang terkemuka, yang banyak dikagumi di dalam maupun di luar negeri. Karya-karyanya juga sudah dinilai dan dikenal sebagai karya sastra bermutu tinggi. Maka dari itu kenapa pihak Lekra/PKI ingin menceburkan Pram ke dalam organisasi dan memberi jabatan sebagai seorang Pimpinan Pusat Lekra, karena PKI dapat memperalat dan memanfaatkan prestasinya untuk tujuan berbagai aktivitas politik-budaya PKI.

Daftar Pustaka:
Herfanda, Ahmadun Yosi., Rosa Hervy Tiana, Dkk. 2003. Leksikon Sastra Jakarta.
Sastrawan Jakarta dan Sekitarnya. Yogyakarta: Dewan Kesenian Jakarta dan Bentang Budaya.
Hun, Koh Young. 2011. Pramoedya Menggugat melacak Jejak Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
https://galangprata.wordpress.com/2014/03/03/sasrawan-asal-blora/

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Ginandjar Wiludjeng A. Junianto A. Kurnia A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.S Laksana A’yat Khalili Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Razak Abdul Rosyid Abdul Wahab Abdurrahman Wahid Abu Salman Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adam Chiefni Ade P. Nasution Adhitia Armitriant Adi Prasetyo Adrizas AF. Tuasikal Afriza Hanifa Afrizal Malna Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunyoto Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Baso Ahmad Faishal Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Naufel Ahmad Rofiq Ahmad S. Zahari Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ainul Fiah Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akhudiat Akmal Nasery Basral Alam Terkembang Alang Khoiruddin Alex R. Nainggolan Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Almania Rohmah Ami Herman Amien Wangsitalaja Aminah Aminullah HA.Noor Amir Sutaarga Anam Rahus Anata Siregar Andari Karina Anom Andina Dwifatma Andong Buku #3 Andre Mediansyah Andri Awan Anett Tapai Anggie Melianna Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Bae Anton Kurnia Anton Wahyudi Anwar Nuris Ardi Bramantyo Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arie Yani Arief Joko Wicaksono Arief Junianto Ariera Arif Bagus Prasetyo Aris Kurniawan Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Asmaul Fauziyah Asti Musman Atafras Awalludin GD Mualif Ayu Wulan Sari Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Bagus Takwin Bahrul Ulum A. Malik Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Beno Siang Pamungkas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Bernando J Sujibto Berthold Damshauser BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Camelia Mafaza Catatan Cerbung Cerpen Chairul Akhmad Chamim Kohari Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Zaini Ahmad D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Daisuke Miyoshi Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Danusantoso Dareen Tatour Darju Prasetya David Kuncara Denny Mizhar Denza Perdana Desi Sommalia Gustina Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewi Indah Sari Dewi Susme Dian Sukarno Didik Harianto Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jawa Timur Dipo Handoko Diyah Errita Damayanti Djoko Pitono Djoko Saryono Doddy Wisnu Pribadi Dody Kristianto Dody Yan Masfa Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi SS MHum Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Wiyana Dyah Ratna Meta Novia Dyah Sulistyorini Ecep Heryadi Eddy Pranata PNP Edeng Syamsul Ma’arif Eep Saefulloh Fatah EH Kartanegara Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendrawan Sofyan Eko Hendri Saiful Eko Windarto Elnisya Mahendra Elva Lestary Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Sulwesi Endo Suanda Eppril Wulaningtyas R Esai Evan Ys F. Moses F. Rahardi Fadlillah Malin Sutan Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fanny Chotimah Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Febby Fortinella Rusmoyo Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Gabriel Garcia Marquez Galang Ari P. Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gandra Gupta Ganug Nugroho Adi Gerson Poyk Ghassan Kanafani Gita Nuari Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunoto Saparie H.B. Jassin Habibullah Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Hardi Haris del Hakim Haris Saputra Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Aspahani Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana HE. Benyamine Hendra Junaedi Hendra Makmur Heri CS Heri Latief Heri Listianto Herman RN Herry Lamongan Heru CN Heru Nugroho Hikmat Gumelar HL Renjis Magalah Hudan Nur Hujuala Rika Ayu Huminca Sinaga IBM. Dharma Palguna Ibnu Wahyudi Ida Farida Idris Pasaribu Ignas Kleden Ignatius Haryanto Iksan Basoeky Ilham Khoiri Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Ira Puspitaningsih Irfan Budiman Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Zulkarnain Ismail Marzuki Iva Titin Shovia Iwan Kurniawan Jabbar Abdullah Jafar Fakhrurozi Jalan Raya Simo Sungelebak Jamal D. Rahman Jamal T. Suryanata Javed Paul Syatha Jayaning S.A JILFest 2008 Jody Setiawan Johan Edy Raharjo Johannes Sugianto Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Juan Kromen Julika Hasanah Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Ka’bati Karanggeneng Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Keith Foulcher Kemah Budaya Panturan (KBP) Khansa Arifah Adila Khoirul Inayah Khoirul Rosyadi Khudori Husnan Ki Ompong Sudarsono Kirana Kejora Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kukuh S Wibowo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie L.N. Idayanie Laili Rahmawati Lamongan Lan Fang Langgeng Widodo Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lely Yuana Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Liestyo Ambarwati Khohar Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lucia Idayanie Lukman A Sya Lutfiah Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Ismail M Thobroni M. Afifuddin M. Arwan Hamidi M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Luthfi Aziz M. Nurdin M. Yoesoef M.D. Atmaja M.S. Nugroho Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahmud Syaltut Usfa Mahmudi Arif Dahlan Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Martin Aleida Maruli Tobing Mas Ruscita Mashuri Masuki M. Astro Matroni Matroni Muserang Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mia Arista Mia El Zahra Mikael Johani Misbahus Surur Misran Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan Much. Khoiri Muh. Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Aris Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun Muhammadun AS Muhidin M Dahlan Mujtahid Mujtahidin Billah Mukti Sutarman Espe Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik Munawir Aziz Musfarayani Musfi Efrizal Nafisatul Husniah Nandang Darana Naskah Teater Nelson Alwi Ni Made Purnamasari Nikmatus Sholikhah Nina Herlina Lubis Nina Susilo Ning Elia Noor H. Dee Noval Jubbek Novel-novel berbahasa Jawa Novelet Nunuy Nurhayati Nur Azizah Nur Hamzah Nur Kholiq Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Aini Nurul Anam Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Okty Budiati Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Otto Sukatno CR Oyos Saroso H.N. Pagan Press Pagelaran Musim Tandur Palupi Panca Astuti Parimono V / 40 Plandi Jombang Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Petrus Nandi Politik Politik Sastra Pradana Boy ZTF Pramoedya Ananta Toer Pramono Pringadi AS Prof Dr Fabiola D. Kurnia Prosa Puisi Puji Santosa Puji Tyasari Puput Amiranti N Purnawan Andra Purnawan Kristanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang Group PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Ng. Ronggowarsito Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Rahmat Kemat Hidayatullah Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rasanrasan Boengaketji Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Resensi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Ririe Rengganis Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rusmanadi S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saiful Amin Ghofur Saiful Anam Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman S. Yoga Samsudin Adlawi Samsul Anam Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang KSII Santi Puji Rahayu Sapardi Djoko Damono Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra dan Kuasa Simbolik Sastra Jawa Timur Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra Boenga Ketjil #33 Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Khoeriyah Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputra Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soegiharto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sri Weni Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudirman Sugi Lanus Sukron Ma’mun Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaf Anton Wr Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syarif Wadja Bae Sylvianita Widyawati TanahmeraH ArtSpace Tarmuzie (1961-2019) Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tia Setiadi Tirto Suwondo Tita Tjindarbumi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tosa Poetra Tri Nurdianingsih Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulul Azmiyati Umar Fauzi Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Usman Arrumy Utari Tri Prestianti Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W Haryanto W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wan Anwar Wawan Eko Yulianto Wawancara Wina Bojonegoro Wita Lestari Wong Wing King Wowok Hesti Prabowo Xu Xi (Sussy Komala) Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanusa Nugroho Yasraf Amir Piliang Yayat R. Cipasang Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopi Setia Umbara Yudhi Herwibowo Yudi Latif Yusri Fajar Yusuf Ariel Hakim Yuval Noah Harari Zacky Khairul Uman Zainuddin Sugendal Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zed Abidien Zehan Zareez Zhaenal Fanani Zubaidi Khan Zuniest