Selasa, 01 Januari 2019

Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 *

Nurel Javissyarqi **

Bangsa Indonesia merupakan salah satu bangsa terbesar di dunia, dalam dirinya terhimpun bersuku-suku, berbangsa-bangsa pun pelbagai bahasa (bahasa daerah) yang menghidupi cakrawala penalaran-kalbunya, demikian pula adat istiadat serta budayanya beragam melimpah dengan wewarna alam keindahan hayatnya. Namun barangkali, kita masih patut bersyukur atas datangnya gelombang penjajahan tempo dulu, (dari kata namun itu, senada esai saya yang bertitel “Indonesia Merangkak Menuju Matahari, di buku Trilogi Kesadaran, hal 6, PUstaka puJAngga, 2005) lantaran olehnya, kita dipersatukan di bawah arak-arakan awan nasib yang sama, yakni takdir ketertindasan, perbudakan, pembuangan. Tapi alangkah sayang, meski pintu gerbang kemerdekaan telah terbuka, tidak lantas bisa lepas merdeka dari bekas tuan-tuan kita hingga sekarang, dikarena masih suka menggembol perasaan minder terlalu atau kepercayaan diri yang belum tegak berdiri kokoh di bumi pertiwi.

Adalah sangat baik sekaligus cantik, berbijak menimba pengetahuan dari berbagai belahan penjuru dunia, tapi setelah memperolehnya kerap kali lupa nilai-nilai luhur, mutiara kearifan agung yang mendenyut-nafaskan kebangsaan sejak jaman lama, sebagaimana prasasti-prasasti kuno yang diketemukan kemudian hari di bentangan peradaban Nusantara. Dan walau betapa mulianya nyanyian siur melambai riang anak-anak bumi putra, masih selalu diragukan kedudukannya, dengan berpaling terus menyerukan nada-nada suara asing mereka di telinga. Bukan hanya di situ, sejarah berdirinya kampus-kampus pertama di Indonesia, tidak dijadikan model rujukan demi perbaikan karakter generasi selanjutnya, malahan mengambil cara-cara yang dibuat bekas tuan-tuan kita, padahal sudah sampai pada titik menyadari yang dimaui mereka, namun tetap perasaan inferior menyudutkan diri ke ambang kematian semu, menjadi kembang bayang istilah Jawanya.

Akhir tahun ini menjelang 2019, Negara Kesatuan Republik Indonesia akan menggelar Pilihan Presiden beserta wakilnya, namun apa yang dihidangkan lima tahun sekali itu kepada rakyat jelata, menunjukkan semakin rapuhnya tali goni persaudaraan, persatuan; golongan-golongan itu par tai gurem pula besar, tidak lebih saling unjuk gigi demi memperebutkan kekuasaan, atau hampir semuanya dipastikan fanatik buta terhadap gerombolannya. Di saat itu bekas tuan-tuan kita sedang tertawa terbahak-bahak melihat mulut-mulut tersebut begitu lincah menyuarakan himne humanisme, pruralisme, hak asasi manusia, dsb, hingga jauh melupakan bulir-bulir perolehan mulia dari nenek moyang, lantaran dianggapnya telah usang; tepo seliro, ewuh pakewuh, tenggang rasa, kasih sesama, bhineka tunggal ika, dst.

Menjelang hura-hura pesta pora PilPres, saya tidak menyebut pesta rakyat, apalagi menulisnya dengan huruf tebal, sebab di hadapan kami (putra-putri Indonesia), peristiwa itu sekadar menyuarakan nafsu kelompok, kepentingan sempit, pendek, sementara, seolah hukum rimba yang dijalankan. Padahal musibah bencana berkali-kali menegur lelangkah kita, dan keinsafan menjelma panggung tontonan, sandiwara, bahasa lain pencitraan. Kita seakan tidak mengenal tuhan lagi, karena sudah menuhankan kekuasaan, dan menjelma berhala-berlaha di layar televisi, pada puncaknya kekhilafan ucap dan perilaku ditampakkan para petinggi, yang otaknya sudah dicuci oleh bekas tuan-tuan. Lalu di atas pengetahuan yang telah terperoleh dari negeri bekas tuan-tuan kita (imperialis), sudah pandai berdialektika, bersilat lidah bermuka dua demi memenangkan pertarungan keserakahan, sambil terus melupakan hati tulus sebening embun di daun pagi.

Barangkali kita tengah memasuki jaman pancaroba penuh fitnah, lupa sanak-saudara kecuali yang sepaham hasrat-hasrat rendah, dan sejauh mata memandang bolehlah dipastikan lebih menderita terjajah sekarang, karena kian tumbuh suburnya bebentuk penghianatan; wabah koruptor merajalela tidak ditumpas dengan hukuman jerah, sehingga bertambah membiak mental-mental pecundang beranak-pinak. Tidak sampai di situ, kesengsaraan sebab mengkonsumsi gaya-gaya mereka, hingga muncullah kata-kata teroris, dan di antara kita sampai di ambang putus asa menjadi kambing hitam sesama, lalu oleh kesibukan saling sikut berebut kuasa, luputlah sudah tidak menjadikan perhatian atas temuan-temuan adi luhung dari anak-anak bumi putra. Mungkin di garis ini nilai-nilai ketimuran mulai memudar, jiwa-jiwa kesatria tergerus menghilang, yang tampak tinggallah dagelan rendah.

Sudah banyak kita memakan prodak-prodak turunan nalar mereka; demokrasi, sosialisme, marxisme, liberalisme, nasionalisme, dlsb, yang sesuai iklim tropis di bentangan zamrud khatulistiwa, bolehlah ditiup lembut angin segarnya, dan bayu keindahan pemikiran tersebut sudah disaring sebaik-baiknya oleh para tokoh perjuangan, Bung Hatta dan M. Yamin contohnya, namun kita seolah tidak ingin menjadi bangsa yang besar, lantaran tidak menghargai pengorbanan para pahlawan, ataukah sudah terserang racun kemalasan, lantas sekadar mengambil apa yang mudah dari jangkauan, yakni kekinian yang lepas dari akar pengabdian tulus kepada leluhur. Jangankan menghormati moyang, kasih sayang bagi anak-anak pun sebatas pandangan, atau kurangnya perhatian lebih, tepatnya tidak memiliki rasa pengorbanan demi kejayaan akan datang, semuanya dikeruk habis demi hawa nafsu sepintas nyawa di badan.

Menumpuknya hutang yang seakan tidak terbayar sampai tujuh turunan, merupakan strategi para bekas tuan-tuan kita di dalam menancapkan kuku-kuku tajam penjajahan, dengan gampangnya tergiur iming-iming kemudahan, gula-gula luaran dalam menjalani hidup disaat memenuhi kebutuhan, namun nyatanya seolah dikejar-kejar setan, karena sudah terlanjur larut ingin memenuhi desakan kebutuhan jasmani sampai luput menguri-uri ruhani. Bagaimana bisa beribadah khusyuk, mencari ilmu bersikap tawadhuk, jika impian sebatas materi, sebesar ketakutannya sendiri, sehingga tidak lagi sanggup memaknai indahnya daun-daun berdzikir, bunga-bunga menebarkan sholawat, karena batang-batangnya menderita oleh paku-paku yang menancapkan wajah-wajah para calon perusak bangsa. Yang tersisa dalam diri hanyalah keluguan semu, karena paras kelicikan sudah sedemikian rupa pura-pura begitu pintar mengadali sesama.

Sejarah juang demi perjuangan untuk memperjuangkan kemerdekaan tempo dulu di samping taktik strategi yang dikembangkannya, tidak menjadikan perhatian serius senantiasa giat mendalam-maknai bagi laluan berikutnya, sehingga kelicikan adu domba yang dilancarkan bekas tuan-tuan kita kian merusak kerukunan memecah belah, oleh di antara kita dengan bangga menjadi duta-duta wacana mereka, tubuh-tubuh sudah dicap besi panas pendidikan tinggi dengan gagahnya mengangkangi hasil-hasil ikhtiar para pejuang sendiri, misalkan tidak diperkenankannya mengambil rujukan dari tahun-tahun lawas, padahal seyogyanya masih patut menyinauhi jaman keemasan; bangunan percandian tegak berdiri, gunungan pesawahan menghampar luas dengan pola pengairan nan menyejukkan, kerajaan-kerajaan dari Sabang sampai Merauke sudi berdaulat ke dalam negeri tercinta Indonesia demi menekan timbulkan bibi-bibit pemberontakan, sehingga tidak terbelah bangsa-bangsa yang telah dipersatukan dalam himpunan besar bangsa Indonesia untuk merdeka sendiri-sendiri, dan atau gambaran perpecahan terjadi sebab ketidakmampuan mengolah hargai capaian luhur leluhur, di sisi nafsu seraka terhadap kekuasaan yang dipercayakan kepada para wakil kita yang nyata nalarnya sebatas umur jagung, yakni para petinggi yang selalu disibukkan merebut-langgengkan kekuasaan semata, lebih buruk lagi jika itu semacam arisan. Maka alangkah eloknya kita kembali menyuntuki ujaran salah satu santri Gebang Tinatar, Tegalsari, Ponorogo, muridnya Kyai Ageng Hasan Besari, HOS Cokroaminoto; Setinggi-tinggi ilmu, semurni-murni tauhid, sepintar-pintar siasat!

Maka semoga dengan kegiatan Andong Buku #3 kali ini lewat tajuk Sumilir, kesadaran terhadap pentingnya pendidikan (khazanah ilmu pengetahuan) seperti angin yang sumilir, laksana air jernih mengalir menyebarnya alam dunia perbukuan ke pelosok-pelosok negeri; menggalakkan terjemahan karya, berdiskudi atas karya-karya sendiri disetiap kesempatan, merenung dalam di pojok-pojok kesendirian dikala keluar-masukkan nafas-nafas bacaan sebagaimana kewajiban menyuntuki keilmuan hingga akhir hayat. Ini menjadikan pegangan serius sebagai tongkat estafet demi mengejar ketertinggalan dari bangsa-bangsa lain, dikarena “Buku bukan sekadar menyapa, tapi juga sarana berdialog dengan dunia” ***. Di sini janganlah menunjukkan satu-dua jari, tetapi mari kepalkan jemari tangan, agar jantung tetap berdegup kencang dengan tujuan besar memukul bekas tuan-tuan kita untuk masa kejayaan mendatang, Merdeka, sekali Merdeka tetap Merdeka!

*) Orasi budaya dalam acara Andong Buku #3, tanggal 28-30 Desember 2018 di Bentara Budaya Yogyakarta, Jln. Suroto 2 Kotabaru, Gondokusuman, Yogyakarta. Catatan ini Insyaallah dibaca dalam Grand Opening, pukul 19:45 WIB sampai selesai.

**) Pengelana kelahiran Indonesia, Lamongan. Buku terbarunya: Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra, Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia, Buku Pertama: Esai-esai Pelopor Pemberontakan Sejarah Kesusastraan Indonesia, Penerbit PUstaka puJAngga (PuJa), bekerjasama dengan Arti Bumi Intaran Yogyakarta, dan Sekolah Literasi Gratis STKIP PGRI Ponorogo, Cetakan I; Desember 2017, II; April 2018.

***) Motto Penerbit PuJa (PUstaka puJAngga).

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Ginandjar Wiludjeng A. Junianto A. Kurnia A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.S Laksana A’yat Khalili Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Razak Abdul Rosyid Abdul Wahab Abdurrahman Wahid Abu Salman Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adam Chiefni Ade P. Nasution Adhitia Armitriant Adi Prasetyo Adrizas AF. Tuasikal Afriza Hanifa Afrizal Malna Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunyoto Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Baso Ahmad Faishal Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Naufel Ahmad Rofiq Ahmad S. Zahari Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ainul Fiah Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akhudiat Akmal Nasery Basral Alam Terkembang Alang Khoiruddin Alex R. Nainggolan Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Almania Rohmah Ami Herman Amien Wangsitalaja Aminah Aminullah HA.Noor Amir Sutaarga Anam Rahus Anata Siregar Andari Karina Anom Andina Dwifatma Andong Buku #3 Andre Mediansyah Andri Awan Anett Tapai Anggie Melianna Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Bae Anton Kurnia Anton Wahyudi Anwar Nuris Ardi Bramantyo Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arie Yani Arief Joko Wicaksono Arief Junianto Ariera Arif Bagus Prasetyo Aris Kurniawan Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Asmaul Fauziyah Asti Musman Atafras Awalludin GD Mualif Ayu Wulan Sari Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Bagus Takwin Bahrul Ulum A. Malik Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Beno Siang Pamungkas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Bernando J Sujibto Berthold Damshauser BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Camelia Mafaza Catatan Cerbung Cerpen Chairul Akhmad Chamim Kohari Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Zaini Ahmad D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Daisuke Miyoshi Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Danusantoso Dareen Tatour Darju Prasetya David Kuncara Denny Mizhar Denza Perdana Desi Sommalia Gustina Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewi Indah Sari Dewi Susme Dian Sukarno Didik Harianto Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jawa Timur Dipo Handoko Diyah Errita Damayanti Djoko Pitono Djoko Saryono Doddy Wisnu Pribadi Dody Kristianto Dody Yan Masfa Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi SS MHum Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Wiyana Dyah Ratna Meta Novia Dyah Sulistyorini Ecep Heryadi Eddy Pranata PNP Edeng Syamsul Ma’arif Eep Saefulloh Fatah EH Kartanegara Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendrawan Sofyan Eko Hendri Saiful Eko Windarto Elnisya Mahendra Elva Lestary Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Sulwesi Endo Suanda Eppril Wulaningtyas R Esai Evan Ys F. Moses F. Rahardi Fadlillah Malin Sutan Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fanny Chotimah Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Febby Fortinella Rusmoyo Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Gabriel Garcia Marquez Galang Ari P. Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gandra Gupta Ganug Nugroho Adi Gerson Poyk Ghassan Kanafani Gita Nuari Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunoto Saparie H.B. Jassin Habibullah Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Hardi Haris del Hakim Haris Saputra Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Aspahani Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana HE. Benyamine Hendra Junaedi Hendra Makmur Heri CS Heri Latief Heri Listianto Herman RN Herry Lamongan Heru CN Heru Nugroho Hikmat Gumelar HL Renjis Magalah Hudan Nur Hujuala Rika Ayu Huminca Sinaga IBM. Dharma Palguna Ibnu Wahyudi Ida Farida Idris Pasaribu Ignas Kleden Ignatius Haryanto Iksan Basoeky Ilham Khoiri Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Ira Puspitaningsih Irfan Budiman Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Zulkarnain Ismail Marzuki Iva Titin Shovia Iwan Kurniawan Jabbar Abdullah Jafar Fakhrurozi Jalan Raya Simo Sungelebak Jamal D. Rahman Jamal T. Suryanata Javed Paul Syatha Jayaning S.A JILFest 2008 Jody Setiawan Johan Edy Raharjo Johannes Sugianto Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Juan Kromen Julika Hasanah Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Ka’bati Karanggeneng Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Keith Foulcher Kemah Budaya Panturan (KBP) Khansa Arifah Adila Khoirul Inayah Khoirul Rosyadi Khudori Husnan Ki Ompong Sudarsono Kirana Kejora Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kukuh S Wibowo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie L.N. Idayanie Laili Rahmawati Lamongan Lan Fang Langgeng Widodo Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lely Yuana Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Liestyo Ambarwati Khohar Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lucia Idayanie Lukman A Sya Lutfiah Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Ismail M Thobroni M. Afifuddin M. Arwan Hamidi M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Luthfi Aziz M. Nurdin M. Yoesoef M.D. Atmaja M.S. Nugroho Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahmud Syaltut Usfa Mahmudi Arif Dahlan Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Martin Aleida Maruli Tobing Mas Ruscita Mashuri Masuki M. Astro Matroni Matroni Muserang Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mia Arista Mia El Zahra Mikael Johani Misbahus Surur Misran Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan Much. Khoiri Muh. Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Aris Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun Muhammadun AS Muhidin M Dahlan Mujtahid Mujtahidin Billah Mukti Sutarman Espe Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik Munawir Aziz Musfarayani Musfi Efrizal Nafisatul Husniah Nandang Darana Naskah Teater Nelson Alwi Ni Made Purnamasari Nikmatus Sholikhah Nina Herlina Lubis Nina Susilo Ning Elia Noor H. Dee Noval Jubbek Novel-novel berbahasa Jawa Novelet Nunuy Nurhayati Nur Azizah Nur Hamzah Nur Kholiq Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Aini Nurul Anam Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Okty Budiati Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Otto Sukatno CR Oyos Saroso H.N. Pagan Press Pagelaran Musim Tandur Palupi Panca Astuti Parimono V / 40 Plandi Jombang Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Petrus Nandi Politik Politik Sastra Pradana Boy ZTF Pramoedya Ananta Toer Pramono Pringadi AS Prof Dr Fabiola D. Kurnia Prosa Puisi Puji Santosa Puji Tyasari Puput Amiranti N Purnawan Andra Purnawan Kristanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang Group PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Ng. Ronggowarsito Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Rahmat Kemat Hidayatullah Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rasanrasan Boengaketji Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Resensi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Ririe Rengganis Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rusmanadi S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saiful Amin Ghofur Saiful Anam Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman S. Yoga Samsudin Adlawi Samsul Anam Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang KSII Santi Puji Rahayu Sapardi Djoko Damono Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra dan Kuasa Simbolik Sastra Jawa Timur Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra Boenga Ketjil #33 Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Khoeriyah Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputra Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soegiharto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sri Weni Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudirman Sugi Lanus Sukron Ma’mun Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaf Anton Wr Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syarif Wadja Bae Sylvianita Widyawati TanahmeraH ArtSpace Tarmuzie (1961-2019) Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tia Setiadi Tirto Suwondo Tita Tjindarbumi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tosa Poetra Tri Nurdianingsih Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulul Azmiyati Umar Fauzi Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Usman Arrumy Utari Tri Prestianti Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W Haryanto W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wan Anwar Wawan Eko Yulianto Wawancara Wina Bojonegoro Wita Lestari Wong Wing King Wowok Hesti Prabowo Xu Xi (Sussy Komala) Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanusa Nugroho Yasraf Amir Piliang Yayat R. Cipasang Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopi Setia Umbara Yudhi Herwibowo Yudi Latif Yusri Fajar Yusuf Ariel Hakim Yuval Noah Harari Zacky Khairul Uman Zainuddin Sugendal Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zed Abidien Zehan Zareez Zhaenal Fanani Zubaidi Khan Zuniest