Jumat, 30 Mei 2014

Sastra dan Dunia Kehidupan(nya)

Ka’bati *
harianhaluan.com 1 Juli 2012

Satu pagi di Jumat (22/6) saya duduk-duduk makan angin di teras belakang Ko­munitas Intro di Paya­kum­buh, bersama Penyair Iyut Fitra dan Novelis Gus tf Sakai. Ini sungguh sebuah momen yang indah dan jarang terjadi, duduk santai di tengah kelapangan ruang dan waktu bersama dua orang sastra­wan kenamaan membuat pikiran mengalir.


Tidak ada tema pebica­raan yang mengerangkeng suasana santai pagi itu, tetapi saya menangkap di wajah ke dua tokoh sastra Indonesia ini ada kegelisahan, terutama ketika obrolan meng­a­rah pada dunia sastra dan proses kreatifnya.

Inti dari kegelisahan Iyut dan Gus tf tak jauh dari tekanan sistem dunia (kehidupan modern yang mengedepankan rasional ins­trumentalnya) terhadap kehi­dupan nyata masyarakat lokal, khususnya dunia kehi­dupan penulis-penulis sastra hari ini. Ada beberapa titik yang saya rekam bisa menjadi jejak pembicaraan pagi itu, dan ini akan bermuara pada soal kualitas karya. Mem­bebaskan penulis-penulis sastra kita dari tekanan sistem dunia yang mengikis makna-makna kehidupan.

Prilaku masyarakat sedikit banyaknya sangat dipengaruhi oleh diskursus (ide) yang mengkonstruksi pemikiran mereka. Konstruksi pemikiran yang bersumber dari penge­tahuan itu mempengaruhi tindakan individu dan masya­rakat. Nah, Tindakan yang dipengaruhi oleh sumber penge­tahuan dari tafsiran-tafsiran dangkal para penulis tentang makna atau esensi sesuatu tentu akan membuat penge­tahuan dan tindakan masya­rakat juga mengalami pen­dang­kalan. Pendangkalan atau bahkan pengikisan makna-makna esensial inilah yang terjadi hari ini. Salah satu yang memberikan ‘sumbangan’ buruk terhadap hal ini adalah penulis sastra yang berkarya dengan mengabaikan kualitas.

Kehidupan hari ini mena­warkan banyak sekali kemu­dahan. Informasi, data dan sumber-sumber pengetahuan lainnya berada diujung jari, yang bisa diakses dalam hitungan detik dengan biaya yang juga sangat murah. Oo…membayangkan sebuah perpustakaan berlantai lima dengan koleksinya yang padat dan berdebu, lalu seorang penulis yang akan penulis novel berjalan mengendap-endap menelusuri refesensi yang ada dan membuang waktunya sampai berhari-hari, itu hanya imajinatif dan bodoh. Ini era posmo kawan. Kalau mau jadi penulis hari ini yang masuk akal itu pergi sajalah ke kafe-kafe ber wi-fi yang bersih dan pegawainya wangi. Lalu pesan se gelas kopi, susu atau minuman apa sajalah yang disukai. Dan mulailah membuka laptop. Menulis dengan data yang tersedia sangat banyak seperti busa cappuccino di bibir gelas, melimpah!

Pada titik inilah saya melihat buhul pertama kegelisahan duo sastrawan dari Payakubuh ini. Seperti diakui sendiri oleh Gus tf, “Orang-orang sekarang repot oleh segala kemudahan. Karenanya banyak karya yang muncul menjadi dangkal dan bermain dipermukaan tanpa kedalaman makna.” Tentu saja pandangan ini berkaitan dengan proses kreatif penulis sastra hari ini.

Yang terjadi kemudian adalah lahirnya karya-karya dengan data melimpah tapi tanpa kedalaman makna yang bisa menggugah sisi terdalam kemanusiaan kita. Bahkan yang lebih miris menurut Gus tf banyak penulis kita, khususnya penulis muda muncul sebagai pemulung remah-remah karya sastra ala Barat yang di negerinya sendiri sudah basi dan tidak layak konsumsi lagi. Karya-karya pop, teenlit menggunakan judul-judul ‘asing’ berlabel sastra di covernya. Untuk kepentingan pasar, kata sastra menjadi jualan. Inilah realitas dunia sastra hari ini. Realitas sastra di dunia ke tiga.

Lalu bagaimana seharus­nya menanggapi kenyataan baru ini? Inilah yang mengge­lisahkan. Darimana memulai pembenahan? Kalau bahasa agamanya: Mengembalikan sastra ke-khittahnya?

Bagi Gus tf maupun Iyut Fitra, jalan yang mereka pilih dengan menetap di kampung dan hidup dalam atmosfir tradisional adalah salah satu cara untuk menghadapi tekanan tersebut. Bahkan Gus tf juga membatasi diri pada penggunaan teknologi seperti handpone atau internet. Kalau orang lain akan bangga mempublikasikan statusnya di facebook atau di twitter, status-status yang pada hakikatnya publikasi ide secara gratisan itu tak akan dilakukan oleh Gus tf yang juga diikuti oleh Iyut Fitra sejak beberapa waktu belakangan ini. Kita juga tidak bisa berhubungan bebas dengan Gus tf setiap saat, karena tokoh sastra satu ini punya waktu-waktu tertentu dimana dia perlu membatasi diri dari dunia luar. Tentu ini bisa dilakukan oleh siapapun, tetapi tidak dilakukan oleh setiap orang, apa lagi orang sedang ‘mabuk’.

Walaupun secara pribadi Gus tf maupun Iyut telah menemukan cara terbaik mereka untuk berkarya, namun kegelisahan mereka belum berakhir, karena bagi mereka dan tentu juga bagi kita semua harus ada generasi berikutnya dalam ranah sastra khususnya dunia sastra di Sumatera Barat ini yang juga mestinya terselamatkan dari apa yang diistilahkan oleh teori sebagai kolonialisasi dunia kehidupan.

Kalau di era-era sebe­lumnya dunia sastra mengalami kolonialisasi oleh penjajah, penguasa dan media yang semuanya berbau ‘anyir’ oleh keringat kesusahan dan derita maka era sekarang kolonialisasi itu berupa kemudahan-kemudahan yang memabukkan. Banyak orang yang mau membagi-bagikan uang (yang saya maksud di sini kaum kapitalis, bukan bantuan ikhlas seorang teman seperti hubungan dalam pergaulan tradisional), asal penulis sastra mau menampung tangan. Banyak sumber-sumber data gratis di internet. Banyak pula alat teknologi yang murah, lalu apa lagi? Ya, apa lagi? Bukankah semua ini sesuatu yang rasional? Penulis butuh uang untuk berkarya bukan?

Ya, disinilah titik tolaknya penjajahan itu. Kolonialisasi pikiran manusia modern oleh paham rasional instrumental. Wajarkan? Kita butuh uang untuk hidup. Begitulah gaya berpikir orang modern yang jika kita ikutkan tentu hasilnya seperti keadaan yang sekarang.

Yang mahal itu adalah kesadaran. Ya, kesadaran. Lalu bagaimana membangun kesadaran yang bukan bersifat individu seperti yang telah dilakoni oleh Gus tf dan Iyut?

Lalu obrolan hari Jumat itu ditutup pada titik kesimpulan bahwa diperlukan upaya untuk membangun kesadaran kolektif di kantong-kantong sastra yang ada. Harus ada yang bergerak ke arah membangun kesadaran tersebut, sehingga terbangun iklim berkreatifitas yang sehat dan bebas dari tekanan yang kemudiannya diharapkan juga melahirkan karya-karya orisi­nil. Siapa yang bisa diha­rapkan melakukan gerakan tersebut? Lalu bagaimana pula cara melakukannya? Titik-titik pembicaraan be­rikutnya pada ranah yang lebih luas saya harap bisa member jawaban. Semoga!

*) Mahasiswa Pascasarjana Sosiologi Universitas Andalas

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Ginandjar Wiludjeng A. Junianto A. Kurnia A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.S Laksana A’yat Khalili Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Razak Abdul Rosyid Abdul Wahab Abdurrahman Wahid Abu Salman Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adam Chiefni Ade P. Nasution Adhitia Armitriant Adi Prasetyo Adrizas AF. Tuasikal Afriza Hanifa Afrizal Malna Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunyoto Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Baso Ahmad Faishal Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Naufel Ahmad Rofiq Ahmad S. Zahari Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ainul Fiah Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akhudiat Akmal Nasery Basral Alam Terkembang Alang Khoiruddin Alex R. Nainggolan Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Almania Rohmah Ami Herman Amien Wangsitalaja Aminah Aminullah HA.Noor Amir Sutaarga Anam Rahus Anata Siregar Andari Karina Anom Andina Dwifatma Andong Buku #3 Andre Mediansyah Andri Awan Anett Tapai Anggie Melianna Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Bae Anton Kurnia Anton Wahyudi Anwar Nuris Ardi Bramantyo Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arie Yani Arief Joko Wicaksono Arief Junianto Ariera Arif Bagus Prasetyo Aris Kurniawan Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Asmaul Fauziyah Asti Musman Atafras Awalludin GD Mualif Ayu Wulan Sari Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Bagus Takwin Bahrul Ulum A. Malik Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Beno Siang Pamungkas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Bernando J Sujibto Berthold Damshauser BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Camelia Mafaza Catatan Cerbung Cerpen Chairul Akhmad Chamim Kohari Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Zaini Ahmad D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Daisuke Miyoshi Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Danusantoso Dareen Tatour Darju Prasetya David Kuncara Denny Mizhar Denza Perdana Desi Sommalia Gustina Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewi Indah Sari Dewi Susme Dian Sukarno Didik Harianto Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jawa Timur Dipo Handoko Diyah Errita Damayanti Djoko Pitono Djoko Saryono Doddy Wisnu Pribadi Dody Kristianto Dody Yan Masfa Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi SS MHum Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Wiyana Dyah Ratna Meta Novia Dyah Sulistyorini Ecep Heryadi Eddy Pranata PNP Edeng Syamsul Ma’arif Eep Saefulloh Fatah EH Kartanegara Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendrawan Sofyan Eko Hendri Saiful Eko Windarto Elnisya Mahendra Elva Lestary Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Sulwesi Endo Suanda Eppril Wulaningtyas R Esai Evan Ys F. Moses F. Rahardi Fadlillah Malin Sutan Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fanny Chotimah Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Febby Fortinella Rusmoyo Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Gabriel Garcia Marquez Galang Ari P. Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gandra Gupta Ganug Nugroho Adi Gerson Poyk Ghassan Kanafani Gita Nuari Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunoto Saparie H.B. Jassin Habibullah Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Hardi Haris del Hakim Haris Saputra Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Aspahani Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana HE. Benyamine Hendra Junaedi Hendra Makmur Heri CS Heri Latief Heri Listianto Herman RN Herry Lamongan Heru CN Heru Nugroho Hikmat Gumelar HL Renjis Magalah Hudan Nur Hujuala Rika Ayu Huminca Sinaga IBM. Dharma Palguna Ibnu Wahyudi Ida Farida Idris Pasaribu Ignas Kleden Ignatius Haryanto Iksan Basoeky Ilham Khoiri Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Ira Puspitaningsih Irfan Budiman Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Zulkarnain Ismail Marzuki Iva Titin Shovia Iwan Kurniawan Jabbar Abdullah Jafar Fakhrurozi Jalan Raya Simo Sungelebak Jamal D. Rahman Jamal T. Suryanata Javed Paul Syatha Jayaning S.A JILFest 2008 Jody Setiawan Johan Edy Raharjo Johannes Sugianto Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Juan Kromen Julika Hasanah Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Ka’bati Karanggeneng Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Keith Foulcher Kemah Budaya Panturan (KBP) Khansa Arifah Adila Khoirul Inayah Khoirul Rosyadi Khudori Husnan Ki Ompong Sudarsono Kirana Kejora Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kukuh S Wibowo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie L.N. Idayanie Laili Rahmawati Lamongan Lan Fang Langgeng Widodo Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lely Yuana Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Liestyo Ambarwati Khohar Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lucia Idayanie Lukman A Sya Lutfiah Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Ismail M Thobroni M. Afifuddin M. Arwan Hamidi M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Luthfi Aziz M. Nurdin M. Yoesoef M.D. Atmaja M.S. Nugroho Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahmud Syaltut Usfa Mahmudi Arif Dahlan Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Martin Aleida Maruli Tobing Mas Ruscita Mashuri Masuki M. Astro Matroni Matroni Muserang Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mia Arista Mia El Zahra Mikael Johani Misbahus Surur Misran Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan Much. Khoiri Muh. Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Aris Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun Muhammadun AS Muhidin M Dahlan Mujtahid Mujtahidin Billah Mukti Sutarman Espe Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik Munawir Aziz Musfarayani Musfi Efrizal Nafisatul Husniah Nandang Darana Naskah Teater Nelson Alwi Ni Made Purnamasari Nikmatus Sholikhah Nina Herlina Lubis Nina Susilo Ning Elia Noor H. Dee Noval Jubbek Novel-novel berbahasa Jawa Novelet Nunuy Nurhayati Nur Azizah Nur Hamzah Nur Kholiq Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Aini Nurul Anam Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Okty Budiati Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Otto Sukatno CR Oyos Saroso H.N. Pagan Press Pagelaran Musim Tandur Palupi Panca Astuti Parimono V / 40 Plandi Jombang Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Petrus Nandi Politik Politik Sastra Pradana Boy ZTF Pramoedya Ananta Toer Pramono Pringadi AS Prof Dr Fabiola D. Kurnia Prosa Puisi Puji Santosa Puji Tyasari Puput Amiranti N Purnawan Andra Purnawan Kristanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang Group PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Ng. Ronggowarsito Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Rahmat Kemat Hidayatullah Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rasanrasan Boengaketji Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Resensi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Ririe Rengganis Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rusmanadi S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saiful Amin Ghofur Saiful Anam Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman S. Yoga Samsudin Adlawi Samsul Anam Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang KSII Santi Puji Rahayu Sapardi Djoko Damono Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra dan Kuasa Simbolik Sastra Jawa Timur Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra Boenga Ketjil #33 Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Khoeriyah Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputra Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soegiharto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sri Weni Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudirman Sugi Lanus Sukron Ma’mun Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaf Anton Wr Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syarif Wadja Bae Sylvianita Widyawati TanahmeraH ArtSpace Tarmuzie (1961-2019) Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tia Setiadi Tirto Suwondo Tita Tjindarbumi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tosa Poetra Tri Nurdianingsih Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulul Azmiyati Umar Fauzi Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Usman Arrumy Utari Tri Prestianti Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W Haryanto W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wan Anwar Wawan Eko Yulianto Wawancara Wina Bojonegoro Wita Lestari Wong Wing King Wowok Hesti Prabowo Xu Xi (Sussy Komala) Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanusa Nugroho Yasraf Amir Piliang Yayat R. Cipasang Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopi Setia Umbara Yudhi Herwibowo Yudi Latif Yusri Fajar Yusuf Ariel Hakim Yuval Noah Harari Zacky Khairul Uman Zainuddin Sugendal Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zed Abidien Zehan Zareez Zhaenal Fanani Zubaidi Khan Zuniest