Selasa, 15 Januari 2013

Potongan Kepala

Ahmad Rofiq
Batam Pos, 1 Nov 2009 dan Sumut Pos

Dugaan macam apa yang bercokol di benakmu, bila orang yang kau cintai minta sesuatu yang ganjil, musykil dan irasional? Mungkin engkau akan menganggap orang terkasihmu itu hanya berkubang dalam canda. Atau paling jauh engkau berasumsi, dia mulai mengalami sedikit kelainan psikologis. Itulah yang kini menimpa diriku. Istriku hampir membuatku linglung dengan permintaannya.
Celakanya, untuk saat ini istriku bisa berdalih. Permintaan itu dilatar-belakangi kehamilannya yang masih muda. Mungkin janin yang ada dalam perutnya memang mununtut itu. Meski menurut kita permintaan itu janggal dan aneh. Teramat janggal meski terlontar dari mulut seorang perempuan hamil. Namun istriku pintar bermain kata. Dia mengatakan bahwa ‘aneh’ dan ‘janggal’ itu menurut sudut pandang kita. Sudut pandang orang yang telah melalui proses kelahiran ke dunia. Tapi bagi janin dalam perut, yang belum melewati tahap kelahiran, siapa tahu itu permintaan normal. Sama sekali tak ada unsur aneh di dalamnya. Seperti ketika kita menganggap aneh fakta Jin yang makan bau, tulang, tahi atau darah. Begitu istriku menjelaskan.

Sempat terpikir juga olehku, jangan-jangan aku terlambat menyadari jika istriku memang sejak dulu mengidap benih kelainan psikologis. Kecacatan psikis yang terselip dalam gen warisan. Dari salah satu nenek moyangnya. Dan benih itu mulai mencuat sebab seringnya terjadi kegunjangan jiwa. Secuil benih yang mulai subur sebab terpupuk banyaknya beban yang menghimpit hati dan perasaannya. Tapi seingatku, sejak aku mengawininya, belum pernah kudengar informasi adanya bibit kegilaan pada dirinya yang bersifat genetis. Aku yakin itu. Sebab sebelum aku benar-benar menikahinya, telah kuselidiki silsilahnya hingga tujuh turunan ke atas.

Ataukah seiring semakin bertambahnya usia kehamilan, dia mulai merasa terabaikan. Meragukan cintaku sebab sadar fisiknya tak sesempurna dulu. Mulai terkikis rasa percaya dirinya serta merasa diri kurang menarik. Sebab daya tarik serta pesona tubuhnya mulai terganggu oleh perut membuncit. Ah, bisa juga seperti itu. Mungkin dengan permintaan ganjil itu, dia sedang menguji sebesar apa kecintaanku padanya. Dia mungkin mengimitasi cara yang digunakan Tuhan saat menguji cinta Ibrahim. Dengan menyuruhnya menyembelih leher putra tercinta.

Namun, kalau Tuhan dalam sekejap mampu mengirim seekor binatang sebagai pengganti putra Ibrahim ketika mau disembelih. Sejenis Domba yang konon milik Habil putra Adam. Domba pilihan yang tersambar lidah api saat ditaruh di puncak sebuah bukit. Bersebelahan dengan sekarung gandum kualitas terendah milik si Kabil. Lalu karena sambaran lidah api, Domba lenyap dari pandangan. Konon terangkat serta dirawat di surga. Dan setelah sekian ratus tahun diturunkan kembali ke dunia. Lalu, jika Tuhan mampu, apakah istriku juga mampu melakukannya? Jika aku benar-benar bersedia memenuhi permintaannya, apa dia sanggup menyuruh seekor burung yang melintas untuk turun ke bawah?

Suatu hari, saat suasana santai, aku bertanya pada istriku Terkait alasan tuntutannya agar aku melakukan sesuatu. Kalau memang logis dan dapat dipertanggung-jawabkan, kenapa tidak? Pikirku.

“Ma, Sebenarnya apa tujuanmu memintaku melakukan itu. Apakah kamu hanya main-main saja. Tanpa itupun, aku jamin aku tidak akan menjalin perselingkuhan dengan perempuan lain. Kamu jangan terlalu berprasangka buruk dong, Ma. Itu jelas over protektif dan tidak pada tempatnya.” ucapku saat itu.

“Bukan karena takut engkau meninggalkanku. Bukan karena khawatir kamu jatuh dalam pelukan wanita lain sehingga aku meminta papa melakukan itu.”

“Lalu? setiap permintaan ada alasan yang menjadi pijakan?”

“Ah, sudahlah, Pa. hari ini aku malas berdebat. Apalagi sampai terjadi pertengkaran. Kata dokter, tak baik akibatnya bila janin mendengar kedua orang tuanya bertengkar. Pokoknya aku minta kamu lakukan itu. Bawa barang yang kuminta ke hadapanku.”

“Kalau aku tak mau melakukannya? Apa yang akan kau perbuat?” aku mencoba mengukur keseriusannya.

“Aku pastikan aku akan mendaftarkan gugat cerai ke pengadilan. Atau malah aku akan bunuh diri dengan membakar diri. Hangus bersama janin dalam kandungan ini.” kata istriku dengan mimik steril dari kesan main-main. Dan kata-kata itu, bagiku adalah satu bentuk ancaman kelewat ganas. Biasanya perempuan hamil muda dan ‘Ngidam’ hanya akan bilang “Kalau tidak kamu turuti permintaanku, nanti anak kita akan ‘ngiler’ terus. Kita juga yang akan malu pada tetangga yang datang menjenguk.” Atau paling parah permintaan itu disertai linangan airmata.

“Jangan ngawur kalau bicara, Ma. Ingat kamu sedang hamil. Setiap ucapan dan prilaku haruslah dipertimbangkan agar tidak mempengaruhi kondisi janin. Mau jadi apa dia kelak, kalau selama ini dia selalu mendengar kita ribut-ribut seperti ini. Ah, pakai mengancam gugat cerai dan bunuh diri segala.” Aku menurunkan intonasi suaraku. Berharap suasana mendinginkan kembali.

“Aku ini serius, Pa !” Suaranya malah meninggi.
Aku menoleh ke arahnya. Meyakinkan diri bahwa kata-kata yang baru saja keluar bukan sekedar gertak sambal. Dan aku membaca pandangan matanya memancarkan kilau keseriusan. Padahal mata sama sekali tidak bisa menyimpan kebohongan.

Aku menambahkan. Dengan harapan istriku mau mengerti.
“Ma, kamu kira perceraian itu menyelesaikan masalah? Perceraian bukan solusi, Ma. Tapi satu bentuk permasalahan baru yang kita tambahkan. Kalau kantor pegadaian punya slogan ‘Mengatasi masalah tanpa masalah’, perceraian justru sebaliknya. ‘Mengatasi masalah dengan masalah baru.’ Selain itu, apa mendaftarkan gugatan tak butuh biaya?. Ah, sudahlah. Jangan meniru-niru gaya hidup para selebritis.” Kukatakan itu sebab sejauh pengamatanku saat dia hamil sebagian besar waktu luangnya tersita oleh acara TV.

“Para artis itu” aku melanjutkan “uangnya banyak. Hidupnya juga mapan secara finansial. Biaya perceraian jelas tak berpengaruh pada kantong mereka. Sedangkan kita? Untuk biaya sekolah anak-anak masih tak mencukupi. Kadang kita harus rela ‘gali lobang tutup lobang’ untuk sekedar bisa survive. Apalagi kalau harus ditambah biaya perceraian.”

“Ah, sudahlah ! Aku tak butuh khotbahmu, Pa. Biar apapun terjadi, pokoknya kamu harus menuruti permintaanku. Biar banyak pejabat baku-hantam sesamanya karena berebut tunjangan, I don`t care. Aku minta itu. Titik !.”

Gila dia tak bergeming dari tuntutannya. Juga dia sisipkan kata ‘Pokoknya’ di sela kalimat yang terucap. Aku mati langkah di hadapan cadas hatinya.

Oh Tuhan, ! sebenarnya dosa apa yang telah aku perbuat selama ini? Dan akan menjadi apa janin yang ada di perut istriku itu. Kini aku mulai dirambati ketakutan. Bila dia benar-benar serius dengan ancaman gugat-cerai dan bunuh diri. Sebagai suami yang baik, mau tak mau aku harus berusaha memenuhi permintaannya. Tapi, aku juga belum gila dengan langsung mengeksekusi salah satu organ pentingku demi menuruti tuntutan itu. Mau tak mau aku harus menemukan solusi. Mencari cara agar gugat-cerai tak sampai terjadi. Juga dia yang sedang mengandung tak sampai membunuh diri. Aku ingat betul kata-kata ustadz Mardikun, perceraian memang diperbolehkan. Tapi perkara itu adalah satu-satunya tindakan berpredikat ‘boleh’ yang sangat dibenci Tuhan.

“Baiklah, Ma, tapi bukan sekarang.” Kataku akhirnya
“Ya, tidak apa-apa. Lalu kapan kamu akan melakukannya, Pa?” pandangan matanya berbinar oleh harapan.
“Nanti malam. Sekarang aku ingin keluar mencari udara segar.”

“Well, It`s doesn`t matter, Pa. Namun ingat. Jika hingga pukul sembilan papa tidak kembali, besok pagi papa hanya akan bertemu dengan mayatku.” Ucap istriku. Mendadak buluku merinding.
***

Senja meremang. Aku menyusuri jalanan berkelok-kelok. Gerak pikiranku melesat-lesat bagai cahaya blitz. Dalam beberapa jam aku harus menemukan pemecahan problem beratku. Mendapatkan cara agar bangunan rumah tanggaku tidak ambruk. Juga agar istri dan bakal anakku selamat.

“Oh Tuhan ! berilah aku pemecahan masalah saat ini juga !” do`aku serasa mengawang.

Mendadak indra pendengarku menangkap sesuatu. Seperti suara desisan berlokasi dekat selokan. Aku arahkan pandangan ke tempat itu. Di situ, pandanganku menatap seekor ular sebesar tangan anak usia Balita. Binatang itu sedang mendesis-desis. Layaknya sibuk mengintai mangsa. Atau kekenyangan sebab baru saja menelan daging tikus. Paling tidak daging kodok, cindil, bedindang, atau curut.

Saat itu juga, sekelebat ide cemerlang berhasil kutangkap. Satu rencana cerdas mencuat di otakku. Sungguh, saat itu aku ingin sekali berteriak ‘Eureeka!’.

Aku bergerak mendekati bibir parit. Hati-hati agar tidak menimbulkan suara berisik. Aku berusaha agar suara langkahku tidak terdeteksi binatang bergigi mirip gergaji itu. Andai kau tahu, gerak-gerikku saat itu seperti lelaki hidung belang akan meniduri istri orang. Tanganku memegang sebuah balok kayu. Dan dengan sekali ayun, tubuh ular itu menggeliat. Berkelojot sebentar lalu limbung. Aku pastikan ular itu tak mampu lagi menyakitiku. Baru aku masukkan binatang bertubuh panjang itu dalam plastik kresek. Setelah kupisahkan kepala dari tubuhnya. Tuhan mengirim seekor ular padaku. Seperti ratusan tahun silam Tuhan mengirim seekor domba.
***

Jam delapan tiga puluh, aku pulang dengan langkah gagah. Kebingunganku pada permintaan ganjil istriku lenyap. Bagai pidato kosong tanpa makna. Aku berjalan laksana seorang pemburu berhasil menenteng kepala binatang buruan.

“Permintaanmu sudah kulakukan, Ma. Ini lihatlah !” aku meletakkan bungkusan plastik kresek di hadapannya.

Tanpa rasa jijik, dia segera memungut benda dalam bungkusan. Benda mirip corong pengeras suara. Bercak-bercak darah masih lekat di beberapa bagian.
“Ini benar-benar benda yang aku minta, Pa?”
“Ya, itulah. Memangnya kenapa, apa kamu meragukannya?”

Anehnya, saat mendengar ucapanku yang meyakinkan, istriku mengangguk-angguk. Seperti baru saja berhasil menyibak satu misteri.
“Kok ada matanya dua, Pa?”

Sungguh aku gugup karena menghadapi pertanyaan tak terduga sebelumnya. Maka aku terpaksa harus merancang satu kebohongan. Kukatakan, benda yang dia minta itu memang mempunyai mata.

“Oh, pantas saja kalau begitu.” Ucapnya lagi “Meski dalam gelap dia selalu tahu jalan. Dan ini, kok ada giginya. Kelihatan kecil tapi teramat tajam.” jemari tangannya mengelus deretan gigi potongan kepala itu.

Aku hanya mengangguk membenarkan. Dia lalu kembali berkomentar
“Pantas saja kalau menggigit nyeri sekali.”

Aku melangkah ke belakang meninggalkannya. Dia yang sungguh aku cinta yang begitu asyik dengan mainan barunya. Potongan kepala ular yang dia yakini sebagai organ penting kelelakianku.

Gresik, Oktober 2009

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Ginandjar Wiludjeng A. Junianto A. Kurnia A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.S Laksana A’yat Khalili Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Razak Abdul Rosyid Abdul Wahab Abdurrahman Wahid Abu Salman Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adam Chiefni Ade P. Nasution Adhitia Armitriant Adi Prasetyo Adrizas AF. Tuasikal Afriza Hanifa Afrizal Malna Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunyoto Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Baso Ahmad Faishal Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Naufel Ahmad Rofiq Ahmad S. Zahari Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ainul Fiah Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akhudiat Akmal Nasery Basral Alam Terkembang Alang Khoiruddin Alex R. Nainggolan Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Almania Rohmah Ami Herman Amien Wangsitalaja Aminah Aminullah HA.Noor Amir Sutaarga Anam Rahus Anata Siregar Andari Karina Anom Andina Dwifatma Andong Buku #3 Andre Mediansyah Andri Awan Anett Tapai Anggie Melianna Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Bae Anton Kurnia Anton Wahyudi Anwar Nuris Ardi Bramantyo Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arie Yani Arief Joko Wicaksono Arief Junianto Ariera Arif Bagus Prasetyo Aris Kurniawan Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Asmaul Fauziyah Asti Musman Atafras Awalludin GD Mualif Ayu Wulan Sari Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Bagus Takwin Bahrul Ulum A. Malik Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Beno Siang Pamungkas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Bernando J Sujibto Berthold Damshauser BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Camelia Mafaza Catatan Cerbung Cerpen Chairul Akhmad Chamim Kohari Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Zaini Ahmad D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Daisuke Miyoshi Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Danusantoso Dareen Tatour Darju Prasetya David Kuncara Denny Mizhar Denza Perdana Desi Sommalia Gustina Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewi Indah Sari Dewi Susme Dian Sukarno Didik Harianto Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jawa Timur Dipo Handoko Diyah Errita Damayanti Djoko Pitono Djoko Saryono Doddy Wisnu Pribadi Dody Kristianto Dody Yan Masfa Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi SS MHum Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Wiyana Dyah Ratna Meta Novia Dyah Sulistyorini Ecep Heryadi Eddy Pranata PNP Edeng Syamsul Ma’arif Eep Saefulloh Fatah EH Kartanegara Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendrawan Sofyan Eko Hendri Saiful Eko Windarto Elnisya Mahendra Elva Lestary Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Sulwesi Endo Suanda Eppril Wulaningtyas R Esai Evan Ys F. Moses F. Rahardi Fadlillah Malin Sutan Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fanny Chotimah Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Febby Fortinella Rusmoyo Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Gabriel Garcia Marquez Galang Ari P. Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gandra Gupta Ganug Nugroho Adi Gerson Poyk Ghassan Kanafani Gita Nuari Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunoto Saparie H.B. Jassin Habibullah Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Hardi Haris del Hakim Haris Saputra Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Aspahani Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana HE. Benyamine Hendra Junaedi Hendra Makmur Heri CS Heri Latief Heri Listianto Herman RN Herry Lamongan Heru CN Heru Nugroho Hikmat Gumelar HL Renjis Magalah Hudan Nur Hujuala Rika Ayu Huminca Sinaga IBM. Dharma Palguna Ibnu Wahyudi Ida Farida Idris Pasaribu Ignas Kleden Ignatius Haryanto Iksan Basoeky Ilham Khoiri Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Ira Puspitaningsih Irfan Budiman Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Zulkarnain Ismail Marzuki Iva Titin Shovia Iwan Kurniawan Jabbar Abdullah Jafar Fakhrurozi Jalan Raya Simo Sungelebak Jamal D. Rahman Jamal T. Suryanata Javed Paul Syatha Jayaning S.A JILFest 2008 Jody Setiawan Johan Edy Raharjo Johannes Sugianto Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Juan Kromen Julika Hasanah Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Ka’bati Karanggeneng Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Keith Foulcher Kemah Budaya Panturan (KBP) Khansa Arifah Adila Khoirul Inayah Khoirul Rosyadi Khudori Husnan Ki Ompong Sudarsono Kirana Kejora Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kukuh S Wibowo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie L.N. Idayanie Laili Rahmawati Lamongan Lan Fang Langgeng Widodo Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lely Yuana Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Liestyo Ambarwati Khohar Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lucia Idayanie Lukman A Sya Lutfiah Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Ismail M Thobroni M. Afifuddin M. Arwan Hamidi M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Luthfi Aziz M. Nurdin M. Yoesoef M.D. Atmaja M.S. Nugroho Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahmud Syaltut Usfa Mahmudi Arif Dahlan Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Martin Aleida Maruli Tobing Mas Ruscita Mashuri Masuki M. Astro Matroni Matroni Muserang Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mia Arista Mia El Zahra Mikael Johani Misbahus Surur Misran Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan Much. Khoiri Muh. Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Aris Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun Muhammadun AS Muhidin M Dahlan Mujtahid Mujtahidin Billah Mukti Sutarman Espe Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik Munawir Aziz Musfarayani Musfi Efrizal Nafisatul Husniah Nandang Darana Naskah Teater Nelson Alwi Ni Made Purnamasari Nikmatus Sholikhah Nina Herlina Lubis Nina Susilo Ning Elia Noor H. Dee Noval Jubbek Novel-novel berbahasa Jawa Novelet Nunuy Nurhayati Nur Azizah Nur Hamzah Nur Kholiq Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Aini Nurul Anam Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Okty Budiati Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Otto Sukatno CR Oyos Saroso H.N. Pagan Press Pagelaran Musim Tandur Palupi Panca Astuti Parimono V / 40 Plandi Jombang Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Petrus Nandi Politik Politik Sastra Pradana Boy ZTF Pramoedya Ananta Toer Pramono Pringadi AS Prof Dr Fabiola D. Kurnia Prosa Puisi Puji Santosa Puji Tyasari Puput Amiranti N Purnawan Andra Purnawan Kristanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang Group PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Ng. Ronggowarsito Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Rahmat Kemat Hidayatullah Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rasanrasan Boengaketji Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Resensi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Ririe Rengganis Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rusmanadi S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saiful Amin Ghofur Saiful Anam Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman S. Yoga Samsudin Adlawi Samsul Anam Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang KSII Santi Puji Rahayu Sapardi Djoko Damono Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra dan Kuasa Simbolik Sastra Jawa Timur Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra Boenga Ketjil #33 Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Khoeriyah Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputra Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soegiharto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sri Weni Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudirman Sugi Lanus Sukron Ma’mun Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaf Anton Wr Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syarif Wadja Bae Sylvianita Widyawati TanahmeraH ArtSpace Tarmuzie (1961-2019) Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tia Setiadi Tirto Suwondo Tita Tjindarbumi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tosa Poetra Tri Nurdianingsih Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulul Azmiyati Umar Fauzi Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Usman Arrumy Utari Tri Prestianti Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W Haryanto W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wan Anwar Wawan Eko Yulianto Wawancara Wina Bojonegoro Wita Lestari Wong Wing King Wowok Hesti Prabowo Xu Xi (Sussy Komala) Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanusa Nugroho Yasraf Amir Piliang Yayat R. Cipasang Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopi Setia Umbara Yudhi Herwibowo Yudi Latif Yusri Fajar Yusuf Ariel Hakim Yuval Noah Harari Zacky Khairul Uman Zainuddin Sugendal Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zed Abidien Zehan Zareez Zhaenal Fanani Zubaidi Khan Zuniest