Rabu, 15 Agustus 2012

Pak Poniman

Ahmad Zaini *
http://sastra-indonesia.com/

Selama bertahun-tahun aku mengabdi di sekolah swasta. Jika dihitung sejak pertama aku berseragam safari, sudah hampir dua puluh lima tahun lamanya. Berkali-kali pula aku mengadu nasib mengikuti tes penerimaan pegawa negeri. Namun, berkali-kali pula kegagalan yang kudapatkan.

Sebagai guru swasta yang berhonor kecil, aku tetap melaksanakan tugas dengan ikhlas tanpa mengiri kepada para guru yang statusnya lebih mentereng. Setiap pagi aku selalu datang paling awal di sekolah yang berdinding kusam itu. Setiap pagi pula tangan anak-anak menjabat dan mencium tanganku lebih dahulu sebelum menjabat tangan guru-guru yang lain. Aku ikhlas ini adalah sebuah pengabdianku untuk mencerdaskan generasi penerus bangsa ini.

Usiaku sudah berkepala lima. Kata Pak Qosim, kepala sekolahku, aku sudah memasuki usia seksi. Aku kaget saat Pak Qosim mengatakan demikian.

”Apa maksud usia seksi?” tanyaku penasaran.

”Usia seksi itu, ya, usia seket siji !” sahutnya dengan enteng.

Kontan saja aku dan teman-teman tertawa karena plesetan ala Pak Qosim itu.

Harapanku menjadi pegawai negeri sudah tertutup. Karena usiaku saat ini sudah 51 tahun. Berarti itu usia yang sudah kedaluwarsa. Tapi semangatku untuk melaksanakan tugas tak surut. Aku tetap masuk mengajar dengan semangat pengabdian yang tinggi. Aku tak mau kalah dengan guru-guru muda yang baru saja bertugas di sekolah ini. Bahkan sebagai guru tua, aku harus bisa memberi contoh kepada mereka.

Tak pernah sedikit pun aku menoleh ke kanan dan kiri untuk melihat apa dan bagaimana kinerja teman-teman seperjuangan. Aku tak pernah mengiri kepada guru-guru muda yang baru lulus kuliah kemudian langsung diangkat menjadi PNS. Aku tak pernah menegur atau menyindir mereka karena sering datang terlambat. Aku juga tidak pernah protes kepada kepala sekolah karena guru-guru muda yang statusnya sudah negeri itu mempunyai jam mengajar lebih sedikit daripada jumlah jam megajarku.

”Yang penting aku berusaha melaksanakan tugas yang diberikan kepadaku dengan sebaik-baiknya,” kataku dalam hati.

Pada siang hari saat jam istirahat, Pak Qosim memanggilku ke ruangannya. Aku tak tahu apa yang ingin disampaikan kepadaku. Demi rasa hormat aku memenuhi panggilannya.

”Ada apa Pak?”

”Silakan duduk dulu! Begini Pak Poniman, ini ada surat dari kantor tentang peluang guru usia lima puluh tahun ke atas untuk mengikuti program guru sertifikasi. Nah, di sekolah ini tinggal Bapak saja yang memenuhi kriteria itu. Pada hari Kamis lusa, ada undangan untuk mengikuti pengarahan pembuatan portofolio di kantor dinas. Bapak wajib datang, lho!”

”Alhamdulillah, Terima kasih Pak!” jawabku dengan riang.

”Ya, Pak. Sama-sama,”

Saya langsung keluar dari ruangan Pak Qosim dengan perasaan haru. Ternyata buah dari pengabdianku selama ini datang juga kepadaku. Aku mendapatkan kesempatan mengikuti program guru sertifikasi.

Usai menerima informasi dari kepala sekolah tentang peluang mengikuti program guru sertifikasi, yang terbayang dalam benakku adalah saya akan mendapatkan tunjangan guru profesional yang jumlahya setara dengan gaji pokok pegawai negeri.
***

Kini kumulai menata berkas instrumen portofolio yang harus kusetorkan ke dinas pada minggu depan. Beberapa piagam, SK, dan surat tugas yang berkitan dengan komponen-komponen yang ada dalam portofolio telah kupersiapkan.

Untuk menata berkas-berkas yang diperlukan itu, aku harus lembur hingga lima hari. Setelah itu, berkas yang tersusun rapi sesuai dengan petunjuk yang telah kudapatkan dari dinas, lantas kugandakan sebanyak lima bendel. Empat bendel kusetorkan kepada panitia dan yang satu kugunakan sebagai arsip.

Sepanjang hari kumenanti hasil penilain portofolio dengan rasa optimis yang tinggi. Dengan pengabdian yang cukup lama dan didukung dengan berkas-berkas yang banyak, aku menyongsong hasil penilaian portofolioku dengan memuaskan. Aku yakin pasti lulus tanpa mengikuti PLPG (Pendidikan dan pelatihan profesi guru).

Pagi hari saat aku membariskan anak-anak di halaman sekolah untuk persiapan pelaksanaan upacara bendera, Pak Qosim datang. Ia membawa tas warna hitam yang sarat dengan isinya. Aku melihat ia berisyarat memanggilku. Tangan kanannya melambai-lambai ke arahku. Agar jelas siapa yang ia maksud, aku menunjuk dadaku dengan jari telunjuk. Pak Qosim mengangguk. Kemudian aku bergegas mendekatinya. Ia mengajakku masuk ke kantor.

”Selamat, Pak! Bapak lulus portofolio. Sekarang Bapak telah masuk sebagai guru sertifikasi dan berhak mendapatkan tunjangan senilai gaji pokok pegawai negeri.,” ucap Pak Qosim dengan senyum gembira atas keberhasilanku dalam penilai portofolio.

”Benarkah yang Bapak sampaikan?” tanyaku penasaran.

”Jika Pak Pon tidak percaya, lihat selembar kertas pengumuman yang kubawa ini!” sahut Pak Qosim dengan mengeluarkan kertas pengumuman dari dalam tas hitamnya.

”Poniman,” bunyi tulisan dalam pengumuan tersebut. Aku lihat nomor pesertanya juga cocok dengan nomor pesertaku. Aku lantas bersujud syukur di hadapan Pak Qosim sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan atas karunia yang baru saja diberikan kepadaku.
***

Setahun lamanya aku menunggu kabar tentang tunjangan guru profesional. Namun selama itu juga belum ada kabar yang jelas dari kepala sekolah. Aku mencoba bertanya kepada guru yang seangkatan dengaku. Namun, ia juga belum mengetahui kapan tunjangan itu cair. Sebagai guru swasta dengan pangkat rendahan seperti saya ini hanya bisa pasrah menunggu dan menunggu pencairan tunjangan yang kumimpi-mimpikan.

Pada suatu hari aku bertemu dengan Pak Solihin. Dia juga guru berusia seksi yang mendapatkan kesempatan mengikuti program sertifikasi seperti aku. Dia juga lulus portofolio. Dia memberi kabar bahwa tunjangan itu akan cair dalam minggu ini. Menurut ceritanya, dia mendapatkan kabar ini dari pegawai dinas yang mengurusi nasib guru swasta yang berusia seksi.

“Kita akan merapel tunjangan tersebut selama dua belas bulan,” katanya.

”Alhamdulillah…!” sahutku.

Tapi berapa besarnya dia tidak cerita dan saya juga tak menanyakan itu kepadanya. Saya bisa lolos sertifikasi saja sudah untung-untungan. Berapa pun nanti yang akan saya terima, semua akan kuanggap sebagai karunia yang luar biasa dan wajib kusyukuri.

Apa yang disampaikan oleh Pak Solikin ternyata benar. Kepala sekolah mendapat instruksi dari atasannya bahwa guru sertifikasi yang telah lulus portofolio dapat mencairkan tunjangannya lewat bank yang telah ditunjuk oleh dinas yang terkait. Maka keesokan harinya saya pergi ke bank tersebut dan mencairkan tunjangan sertifikasi yang ternyata baru keluar enam bulan.

”Enam bulan berikutnya akan dicairkan pada minggu terkahir bulan ini,” kata petugas bank.

Saya sempat meneteskan air mata saat menerima uang dari bank itu. Aku terharu dengan tunjangan yang baru saja aku terima.

”Usai menerima tunjangan ini, aku harus melaksanakan tugas mengajar dengan lebih baik daripada sebelumnya,” Kata hati kecilku.

Tapi, bukan berarti aku harus berada di sekolah selama dua puluh empat jam dalam sehari. Itu keterlauan namanya. Saya kan juga punya keluarga di rumah yang juga membutuhkan perhatianku.

”Yang dimaksud dua puluh empat jam itu dalam satu minggu, bukan sehari,” jelas Pak Solikin yang juga ikut mengantre di bank saat itu.

”Ya, saya tahu itu. Saya pernah mendengar cerita bahwa ada guru yang telah menerima tunjangan sertifikasi harus seperti itu. Katanya dia harus siap di sekolah selama dua puluh empat jam,”

”Ah, itu tidak mungkin! Kepala sekolah tidak boleh semena-mena seperti itu. Itu sama saja dengan mlokotho guru!” putusnya.

”Jangan karena guru sudah mendapat tunjangan sertifikasi, lantas kepala sekolah seenaknya saja main perintah. Itu semua ada aturan mainnya!” tambahnya. Aku terus diam sambil memegangi uang yang baru saja kuterima.

Sebongkok uang telah kugenggam sebagai hasil pengabdianku selama ini. Aku sudah berencana akan menggunakan uang tersebut untuk memperbaiki tempat tinggalku yang sudah tak layak huni.

Sesampai di sekolah, Pak Qosim memanggilku. Dia lantas menyeret tangaku masuk ke ruang kerjanya. Saya didudukkan di kursi tepat di depan meja tugasnya.

”Ada apa, Pak!”

”Sudah Bapak cairkan uang tunjangannya?”

”Sudah, Pak. Baru cair enam bulan. Yang enam bulan berikutnya katanya akan dicairkan pada minggu terkahir bulan ini,”

”Saya ikut bahagia karena Bapak telah menerima tunjangan sertifikasi. Sebagai ucapan terima kasih atas karunia yang Bapak terima, kami telah membuat catatan-catatan perihal uang tunjangan Bapak,”

”Catatan? Apa maksudnya?”

”Begini Pak Pon, guru yang menerima tunjangan sertifikasi harus menyumbang ke sekolah sebanyak satu juta rupiah. Terus untuk kepala sekolah lima ratus ribu rupiah. Jadi, jumlah yang harus Bapak setorkan kepada saya adalah satu juta lima ratus ribu rupiah. Itu belum yang lain-lainnya. Misalnya, membelikan seragam teman-teman guru. Kalau Bapak membelikan kain seragam yang kualitasnya sedang, ya, sekitar sejutalah. Tapi yang terkahir ini kalau Pak Pon ikhlas, lho!” katanya.

Aku terperangah keheranan dengan apa yang baru saja disampaikan oleh kepala sekolah. Baru saja aku pulang dari bank, uang sudah dibetheti seperti ini.

”Nanti sampai di rumah tinggal berapa? Bagaimana dengan rencanaku? Apakah ada aturan resmi seperti itu? Kalau sifatnya itu syukuran mestinya, ya, terserah saya. Jangan dibandrol seperti itu,” grundelku.

Hatiku berkecamuk antara menolak atau menerima apa yang disampaikan oleh kepala sekolah. Tapi demi keutuhan dan ketentraman di sekolah ini, aku harus menerima semua yang dikatakan oleh kepala sekolah. Saya tidak ingin dengan tunjangan seperti ini terus terjadi sikap saling bermusuhan sesama guru di sini.

“Baiklah, Pak! Ini uang satu juta lima ratus ribu untuk sekolah dan Bapak. Untuk teman-teman guru, ya, menunggu pencairan tunjangan yang berikutnya,”

“Nah, begitu. Ini namanya guru yang benar-benar profesional!” sanjungnya dengan menimang-nimang uang yang baru saja kuberikan. Setelah itu aku keluar dari ruang kepala sekolah dengan sedikit kecewa.

Perasaan dongkol tetap ada di dalam hatiku. Aku menggerutu sepanjang jalan yang kulalui.

”Pemerintah memberikan tunjangan guru senilai itu adalah demi mendongkrak semangat guru dalam melaksanakan tugasnya. Kalau kenyataannya seperti itu, jangan salahkan guru jika prestasi di sekolah tersebut tak ada perubahan setelah ada guru yang mendapatkan tunjangan profesi. Belum lagi tuntutan dari kepala sekolah yang meningkat tajam. Setiap kali ada pekerjaan untuk sekolah, sebentar-bentar guru sertifikasi, sedikit-sedkit guru sertifikasi. Guru akan semakin tertekan sehingga mereka tidak bisa mengembangkan potensi dan profesinya,” ungkap kejengkelanku yang kutumpahkan pada istriku di rumah.

Suasana rumah yang semestinya ceria berubah jadi hening berbalut kecewa lantaran uang tunjangan guru sertifikasiku dibetheti oleh kepala sekolah. Kusandarkan kepala pada dinding papan yang sudah dimakan usia. Aku mengantuk, lelah, lantas tertidur untuk menghilangkan rasa kecewa walau hanya sesaat.(*)

Desember 2009

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Ginandjar Wiludjeng A. Junianto A. Kurnia A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.S Laksana A’yat Khalili Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Razak Abdul Rosyid Abdul Wahab Abdurrahman Wahid Abu Salman Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adam Chiefni Ade P. Nasution Adhitia Armitriant Adi Prasetyo Adrizas AF. Tuasikal Afriza Hanifa Afrizal Malna Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunyoto Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Baso Ahmad Faishal Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Naufel Ahmad Rofiq Ahmad S. Zahari Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ainul Fiah Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akhudiat Akmal Nasery Basral Alam Terkembang Alang Khoiruddin Alex R. Nainggolan Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Almania Rohmah Ami Herman Amien Wangsitalaja Aminah Aminullah HA.Noor Amir Sutaarga Anam Rahus Anata Siregar Andari Karina Anom Andina Dwifatma Andong Buku #3 Andre Mediansyah Andri Awan Anett Tapai Anggie Melianna Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Bae Anton Kurnia Anton Wahyudi Anwar Nuris Ardi Bramantyo Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arie Yani Arief Joko Wicaksono Arief Junianto Ariera Arif Bagus Prasetyo Aris Kurniawan Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Asmaul Fauziyah Asti Musman Atafras Awalludin GD Mualif Ayu Wulan Sari Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Bagus Takwin Bahrul Ulum A. Malik Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Beno Siang Pamungkas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Bernando J Sujibto Berthold Damshauser BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Camelia Mafaza Catatan Cerbung Cerpen Chairul Akhmad Chamim Kohari Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Zaini Ahmad D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Daisuke Miyoshi Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Danusantoso Dareen Tatour Darju Prasetya David Kuncara Denny Mizhar Denza Perdana Desi Sommalia Gustina Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewi Indah Sari Dewi Susme Dian Sukarno Didik Harianto Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jawa Timur Dipo Handoko Diyah Errita Damayanti Djoko Pitono Djoko Saryono Doddy Wisnu Pribadi Dody Kristianto Dody Yan Masfa Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi SS MHum Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Wiyana Dyah Ratna Meta Novia Dyah Sulistyorini Ecep Heryadi Eddy Pranata PNP Edeng Syamsul Ma’arif Eep Saefulloh Fatah EH Kartanegara Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendrawan Sofyan Eko Hendri Saiful Eko Windarto Elnisya Mahendra Elva Lestary Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Sulwesi Endo Suanda Eppril Wulaningtyas R Esai Evan Ys F. Moses F. Rahardi Fadlillah Malin Sutan Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fanny Chotimah Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Febby Fortinella Rusmoyo Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Gabriel Garcia Marquez Galang Ari P. Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gandra Gupta Ganug Nugroho Adi Gerson Poyk Ghassan Kanafani Gita Nuari Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunoto Saparie H.B. Jassin Habibullah Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Hardi Haris del Hakim Haris Saputra Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Aspahani Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana HE. Benyamine Hendra Junaedi Hendra Makmur Heri CS Heri Latief Heri Listianto Herman RN Herry Lamongan Heru CN Heru Nugroho Hikmat Gumelar HL Renjis Magalah Hudan Nur Hujuala Rika Ayu Huminca Sinaga IBM. Dharma Palguna Ibnu Wahyudi Ida Farida Idris Pasaribu Ignas Kleden Ignatius Haryanto Iksan Basoeky Ilham Khoiri Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Ira Puspitaningsih Irfan Budiman Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Zulkarnain Ismail Marzuki Iva Titin Shovia Iwan Kurniawan Jabbar Abdullah Jafar Fakhrurozi Jalan Raya Simo Sungelebak Jamal D. Rahman Jamal T. Suryanata Javed Paul Syatha Jayaning S.A JILFest 2008 Jody Setiawan Johan Edy Raharjo Johannes Sugianto Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Juan Kromen Julika Hasanah Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Ka’bati Karanggeneng Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Keith Foulcher Kemah Budaya Panturan (KBP) Khansa Arifah Adila Khoirul Inayah Khoirul Rosyadi Khudori Husnan Ki Ompong Sudarsono Kirana Kejora Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kukuh S Wibowo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie L.N. Idayanie Laili Rahmawati Lamongan Lan Fang Langgeng Widodo Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lely Yuana Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Liestyo Ambarwati Khohar Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lucia Idayanie Lukman A Sya Lutfiah Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Ismail M Thobroni M. Afifuddin M. Arwan Hamidi M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Luthfi Aziz M. Nurdin M. Yoesoef M.D. Atmaja M.S. Nugroho Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahmud Syaltut Usfa Mahmudi Arif Dahlan Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Martin Aleida Maruli Tobing Mas Ruscita Mashuri Masuki M. Astro Matroni Matroni Muserang Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mia Arista Mia El Zahra Mikael Johani Misbahus Surur Misran Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan Much. Khoiri Muh. Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Aris Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun Muhammadun AS Muhidin M Dahlan Mujtahid Mujtahidin Billah Mukti Sutarman Espe Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik Munawir Aziz Musfarayani Musfi Efrizal Nafisatul Husniah Nandang Darana Naskah Teater Nelson Alwi Ni Made Purnamasari Nikmatus Sholikhah Nina Herlina Lubis Nina Susilo Ning Elia Noor H. Dee Noval Jubbek Novel-novel berbahasa Jawa Novelet Nunuy Nurhayati Nur Azizah Nur Hamzah Nur Kholiq Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Aini Nurul Anam Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Okty Budiati Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Otto Sukatno CR Oyos Saroso H.N. Pagan Press Pagelaran Musim Tandur Palupi Panca Astuti Parimono V / 40 Plandi Jombang Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Petrus Nandi Politik Politik Sastra Pradana Boy ZTF Pramoedya Ananta Toer Pramono Pringadi AS Prof Dr Fabiola D. Kurnia Prosa Puisi Puji Santosa Puji Tyasari Puput Amiranti N Purnawan Andra Purnawan Kristanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang Group PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Ng. Ronggowarsito Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Rahmat Kemat Hidayatullah Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rasanrasan Boengaketji Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Resensi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Ririe Rengganis Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rusmanadi S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saiful Amin Ghofur Saiful Anam Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman S. Yoga Samsudin Adlawi Samsul Anam Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang KSII Santi Puji Rahayu Sapardi Djoko Damono Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra dan Kuasa Simbolik Sastra Jawa Timur Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra Boenga Ketjil #33 Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Khoeriyah Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputra Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soegiharto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sri Weni Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudirman Sugi Lanus Sukron Ma’mun Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaf Anton Wr Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syarif Wadja Bae Sylvianita Widyawati TanahmeraH ArtSpace Tarmuzie (1961-2019) Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tia Setiadi Tirto Suwondo Tita Tjindarbumi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tosa Poetra Tri Nurdianingsih Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulul Azmiyati Umar Fauzi Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Usman Arrumy Utari Tri Prestianti Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W Haryanto W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wan Anwar Wawan Eko Yulianto Wawancara Wina Bojonegoro Wita Lestari Wong Wing King Wowok Hesti Prabowo Xu Xi (Sussy Komala) Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanusa Nugroho Yasraf Amir Piliang Yayat R. Cipasang Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopi Setia Umbara Yudhi Herwibowo Yudi Latif Yusri Fajar Yusuf Ariel Hakim Yuval Noah Harari Zacky Khairul Uman Zainuddin Sugendal Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zed Abidien Zehan Zareez Zhaenal Fanani Zubaidi Khan Zuniest