TS Pinang
Kemudian.com/ http://www.facebook.com/ca.fes1
Saya kira, saya tidak perlu mendefinisikan apa itu puisi. Berbagai
definisi tentang puisi banyak ditemukan dalam buku-buku teks sastra,
juga dapat ditemukan dalam kamus atau ensiklopedi. Definisi bersifat
membatasi dan klasifikatif. Saya kira, berbagai versi tentang apa itu
puisi dapat Anda cari sendiri. Bagaimanapun, saya yakin semua peserta
bengkel ini minimal memiliki bayangan atau pemahaman tentang puisi,
walaupun mungkin kesulitan merumuskannya. Apapun konsep tentang apakah
puisi itu, lambat laun akan kita uji dalam proses kepenyairan kita
selanjutnya.
Penyair adalah orang yang menulis puisi. Selama Anda menulis puisi,
Anda adalah penyair. Sepanjang Anda menganggap yang Anda tulis adalah
puisi, maka Anda adalah penyair, minimal menurut versi Anda sendiri.
Saya kira pemahaman ini cukup untuk memulai perjalanan kita yang,
yakinlah, akan sangat panjang dan melelahkan.
Sebelum memutuskan untuk melakoni jalan panjang ini, sebaiknya kita
mulai dengan pertanyaan-pertanyaan pada diri sendiri untuk meyakinkan
apakah kita memang “terpanggil” ataukah sekadar keinginan temporer
karena ikut-ikutan atau hanya ingin terkenal. Saini KM menyebutkan
setidaknya empat syarat untuk menjalani laku kepenyairan: motivasi yang
benar, kesediaan untuk bekerja keras, kesediaan untuk gagal, dan
kesediaan untuk tidak dihargai (Saini KM, Puisi dan Beberapa Masalahnya,
Penerbit ITB, 1993). Saya kira, keempat pilar tersebut dapat menjadi
pegangan bagi seorang calon penyair untuk membantunya mengurangi
keraguan dan kebingungan dalam berpuisi.
Berpuisi saya kira adalah perjalanan jelajah ke rimba
pengalaman-pengalaman baru seorang diri. Pengalaman-pengalaman (batin)
itu kita rekam dengan bahasa. Bahasa adalah alat atau medium dalam seni
puisi ini, sebagaimana kanvas dan cat bagi pelukis. Seringkali,
pengalaman-pengalaman itu begitu abstrak dan ‘asing’ sehingga sulit
untuk dibahasakan. Di sinilah letak pergulatan seorang penyair: menggali
kemungkinan-kemungkinan pengungkapan pengalaman-pengalaman ‘puitik’ itu
melalui bahasa, atau meminjam istilah Saini KM “bergulat dan
menundukkan bahasa”. Pergulatan ini tidak selalu berhasil, dan bahasa
tidak selalu dapat mengungkapkan suatu pengalaman secara utuh.
Saya kira, penyair selalu berada atau dihadapkan pada situasi ambang,
perbatasan, transisi, ambigu, antara dunia batin di dalam diri dan
realitas di luar dirinya. Penyair bermain di wilayah ambang ini. Puisi
lalu menjadi semacam terjemahan penyair dari dunia batin yang gaib itu
ke dalam bahasa verbal. Akibatnya, bahasa puisi menjadi terkesan ‘aneh’
dan berbeda dari prosa yang menggunakan bahasa cakap biasa. Kata-kata
seringkali tidak mampu mengungkapkan alam batin penyair secara utuh,
sehingga diperlukan upaya-upaya untuk membuat kata-kata itu selain
menyarankan makna yang lain, ‘baru’, atau yang lebih luas, juga
menimbulkan efek lain akibat bunyi, ritme, atau pencitraan yang
‘mendekati’ pengalaman batin itu. Karena itu, selain bentuk fisiknya
yang bisa dilihat langsung pada teks kata-katanya, puisi juga membawa
“aura” atau efek lain yang lebih subtil, lebih halus dan nonfisik.
Tubuh, Jiwa, dan Ruh
Saya kira sebuah sajak setidaknya memiliki tiga anasir penting, yaitu
tubuh, jiwa, dan ruh (atau dua anasir penting jika jiwa dan ruh
dianggap sama). Tubuh atau bentuk puisi adalah unsur-unsur fisik yang
membentuknya, seperti ritme/ketukan, bunyi, kata-kata (diksi, metafora),
baris, bait, tipografi atau apapun yang kita anggap sebagai bagian
“luar” sebuah sajak. Jiwa atau isi adalah unsur-unsur yang diwakili oleh
tubuh, yang dapat kita rasakan seperti tema/makna, emosi, atau resepsi
pembaca setelah berkomunikasi dengan tubuh sajak. Sedangkan ruh lebih
berupa hikmah atau wisdom yang ditimbulkan pada pembaca sajak tersebut,
bersifat abstrak dan pribadi.
Contoh paling jelas tentang tubuh sajak dapat dilihat pada
bentuk-bentuk puisi lama yang memiliki pola-pola yang mengikat
unsur-unsur pembentuk tubuh sajak secara ketat, seperti jumlah sukukata
dalam setiap baris, jumlah baris setiap bait, atau bunyi akhir setiap
baris. Beberapa bentuk puisi lama bahkan menetapkan tema/isi tertentu
untuk bentuk tertentu. Dalam puisi modern yang lebih bebas dan longgar,
pola-pola ini menjadi kabur dan lentur. Unsur-unsur pembentuk tubuh
sajak hadir secara lebih bebas tanpa diikat oleh aturan-aturan
persajakan lagi. Meski demikian, kebebasan bentuk pada puisi mutakhir
tidak begitu saja menghilangkan jejak-jejak pola puisi lama.
Kadang-kadang, disadari atau tidak, seorang penyair masih memunculkan
pola-pola yang teratur dalam sajak-sajaknya yang langsung mengingatkan
kita pada bentuk-bentuk pantun, syair, atau sajak-sajak tradisional
lainnya.
Bahasa, Kosakata, Diksi, Metafora/perlambang, Bunyi
Penyair bergulat dengan bahasa, dengan kata-kata. Sebagai medium
berkarya, konsekuensi logisnya adalah menguasai medium tersebut. Ketika
menulis puisi berbahasa Indonesia, maka pemahaman yang cukup tentang
tatabahasa Indonesia adalah sebuah keharusan. Bagaimana kita bisa
memainkan sebuah lagu dengan saksofon kalau kita tidak menguasai alat
musik tersebut? Memang ada yang disebut licentia poetica atau poetic
license (kebebasan puitik), yaitu “hak” penyair untuk “menyalahi” atau
melanggar aturan-aturan tatabahasa. Namun, bagaimana bisa “melanggar”
kalau tidak tahu batas-batasnya?
Guna memperluas kemungkinan-kemungkinan kreatif dalam berpuisi,
seorang penyair mau tidak mau harus memperkaya dirinya dengan kosakata
sebanyak-banyaknya. Ia perlu memperluas minat bacaanya, memperkaya
pengalaman bahasanya baik melalui bidang-bidang lain di luar disiplin
sastra maupun melalui studi bahasa-bahasa lain di luar bahasa ibu baik
itu bahasa daerah maupun asing. Kekayaan kosakata ini akan memudahkan
penyair memilih kata yang telak, menciptakan idiom yang segar,
memudahkannya dalam menerjemahkan pengalaman batin yang abstrak ke dalam
bahasa. Kekayaan kosakata menentukan diksi, kemampuan penyair memilih
kata yang pas, baik dari segi makna kata maupun bunyi. Kekayaan kosakata
juga membantu penyair menghindari metafora yang cliché.
Tema, Sumber Inspirasi
Puisi bersumber dari realitas kehidupan. Karena itu apapun bisa
menjadi tema. Karenanya, bagi penyair (pengalaman menjalani) kehidupan
itu sendiri adalah sumber inspirasi yang tak pernah habis. Namun
demikian, meski bersumber dari realitas kehidupan, puisi tidak sama
dengan catatan jurnal atau reportase/berita yang hanya
mencatat/melaporkan peristiwa. Sebuah peristiwa atau pengalaman yang
masih segar memerlukan perlakuan-perlakuan tertentu agar dapat
dituliskan menjadi puisi, dan tidak jatuh menjadi sekadar catatan harian
atau curhat.
Sebuah peristiwa harus diendapkan, disimpan, ‘dilupakan’ terlebih
dahulu agar kita dapat menciptakan ‘jarak’ dari peristiwa tersebut.
Dengan kata lain, peristiwa itu kita peram terlebih dahulu hingga
menjadi “kenangan”. Jarak di sini tidak selalu berarti kurun waktu
tertentu pascaperistiwa, tetapi lebih dimaksudkan sebagai jarak
subjektif. Penyair yang sudah berpengalaman cukup biasanya mampu
menciptakan jarak dari peristiwa tersebut bahkan saat ia masih berada
dalam peristiwa itu. Saat seorang penyair menuliskan sebuah sajak dalam
waktu singkat atau spontan, ia sebenarnya sedang memanggil kembali
kenangan-kenangan dari rak bawah sadarnya. Ketika seorang penyair
menulis sajak tentang cinta atau patah hati, dia tidak (hanya) mengacu
pada satu peristiwa tunggal, walaupun dalam menulis sajak tersebut ia
didorong oleh sebuah peristiwa. Dengan kata lain, ia mengolah sebuah
peristiwa dengan (kenangan atas) peristiwa-peristiwa lain yang
menghasilkan hikmah atau kesadaran baru. Pembaca pun tidak merasa hanya
jadi ember curhat si penyair, tetapi ‘diajak’ bersama-sama
berkontemplasi tentang situasi tersebut. Pembaca ikut terlibat dalam
sajak tersebut. Pembaca tidak hanya ‘menonton’ si penyair menangis lewat
sajak tersebut, tetapi bersama-sama ‘menuliskan’ kenangan.
Tantangan-tantangan
Baiklah. Katakanlah kita sepakat bahwa Anda semua sudah berada di
gerbang puisi. Bayangkanlah di balik gerbang itu adalah jalan panjang
yang penuh tantangan dan jebakan, sekaligus penuh pesona dan pukau yang
memabukkan. Diperlukan keberanian yang cukup, stamina yang cukup,
diperlukan semangat yang cukup untuk selalu belajar dari pengalaman
sepanjang perjalanan itu. Perkembangan teknologi komunikasi dan
multimedia telah dan akan membuka peluang-peluang kreatif yang baru.
Kosakata baru banyak hadir dalam bahasa kita sehari-hari dan itu berarti
bertambah pula kemungkinan-kemungkinan pengucapan dalam puisi kita.
Batasan-batasan tentang estetika puisi juga akan berkembang. Singkatnya,
puisi akan tetap hidup dan tumbuh seiring tumbuhnya peradaban manusia,
dan sepanjang pertumbuhan itu selalu muncul tantangan-tantangan baru.
Kepenyairan adalah pergulatan terus-menerus untuk menaklukkan
tantangan-tantangan itu. Anda mungkin (tidak) akan sampai ke puncak
puisi, tapi paling tidak Anda telah berani mencoba, berani mengambil
tantangan itu, dan itu tidak akan pernah sia-sia.
Disampaikan pada bengkel kerja “Semua Bisa Menulis” Perkosakata 2008
komunitas Kemudian.com, Ahad Wage, 6 April 2008 di Perpumda Jakarta.
Dijumput dari:
http://www.facebook.com/notes/catatan-fesbuk/ts-pinang-selamat-saya-kira-anda-sudah-tiba-di-gerbang-puisi/396169663745238
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Ginandjar Wiludjeng
A. Junianto
A. Kurnia
A. Qorib Hidayatullah
A. Yusrianto Elga
A.S Laksana
A’yat Khalili
Aang Fatihul Islam
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi WM
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Malik
Abdul Razak
Abdul Rosyid
Abdul Wahab
Abdurrahman Wahid
Abu Salman
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Adam Chiefni
Ade P. Nasution
Adhitia Armitriant
Adi Prasetyo
Adrizas
AF. Tuasikal
Afriza Hanifa
Afrizal Malna
Agama Para Bajingan
Agnes Rita Sulistyawaty
Aguk Irawan M.N.
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Ahda Imran
Ahid Hidayat
Ahmad Baso
Ahmad Faishal
Ahmad Fatoni
Ahmad Hasan MS
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Khotim Muzakka
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Naufel
Ahmad Rofiq
Ahmad S. Zahari
Ahmad Syauqi Sumbawi
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ahsanu Nadia
Aini Aviena Violeta
Ainul Fiah
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Akhmad Sofyan Hadi
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Akmal Nasery Basral
Alam Terkembang
Alang Khoiruddin
Alex R. Nainggolan
Alfian Dippahatang
Ali Audah
Ali Mahmudi CH
Ali Rif’an
Almania Rohmah
Ami Herman
Amien Wangsitalaja
Aminah
Aminullah HA.Noor
Amir Sutaarga
Anam Rahus
Anata Siregar
Andari Karina Anom
Andina Dwifatma
Andong Buku #3
Andre Mediansyah
Andri Awan
Anett Tapai
Anggie Melianna
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anjrah Lelono Broto
Anton Bae
Anton Kurnia
Anton Wahyudi
Anwar Nuris
Ardi Bramantyo
Ardus M Sawega
Arie MP Tamba
Arie Yani
Arief Joko Wicaksono
Arief Junianto
Ariera
Arif Bagus Prasetyo
Aris Kurniawan
Arman A.Z.
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Sambodja
Asmaul Fauziyah
Asti Musman
Atafras
Awalludin GD Mualif
Ayu Wulan Sari
Aziz Abdul Gofar
Azizah Hefni
Bagus Takwin
Bahrul Ulum A. Malik
Balada
Bale Aksara
Balok Sf
Bambang Kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Beni Setia
Benny Arnas
Benny Benke
Beno Siang Pamungkas
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Berita Duka
Berita Koran
Bernando J Sujibto
Berthold Damshauser
BI Purwantari
Binhad Nurrohmat
Bobby Gunawan
Bonari Nabonenar
Brunel University London
Budaya
Budi Darma
Budi P. Hatees
Budiman S. Hartoyo
Burhanuddin Bella
Camelia Mafaza
Catatan
Cerbung
Cerpen
Chairul Akhmad
Chamim Kohari
Chavchay Syaifullah
Cover Buku
Cucuk Espe
D. Zaini Ahmad
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Dahta Gautama
Daisuke Miyoshi
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Danusantoso
Dareen Tatour
Darju Prasetya
David Kuncara
Denny Mizhar
Denza Perdana
Desi Sommalia Gustina
Desiana Medya A.L
Dewan Kesenian Lamongan (DKL)
Dewi Indah Sari
Dewi Susme
Dian Sukarno
Didik Harianto
Didik Kusbiantoro
Dina Jerphanion
Dina Oktaviani
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jawa Timur
Dipo Handoko
Diyah Errita Damayanti
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddy Wisnu Pribadi
Dody Kristianto
Dody Yan Masfa
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dr Junaidi SS MHum
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi Wiyana
Dyah Ratna Meta Novia
Dyah Sulistyorini
Ecep Heryadi
Eddy Pranata PNP
Edeng Syamsul Ma’arif
Eep Saefulloh Fatah
EH Kartanegara
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Hendrawan Sofyan
Eko Hendri Saiful
Eko Windarto
Elnisya Mahendra
Elva Lestary
Emha Ainun Nadjib
Emil WE
Endah Sulwesi
Endo Suanda
Eppril Wulaningtyas R
Esai
Evan Ys
F. Moses
F. Rahardi
Fadlillah Malin Sutan
Fahmi Faqih
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fajar Kurnianto
Fanani Rahman
Fanny Chotimah
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Febby Fortinella Rusmoyo
Felix K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Gabriel Garcia Marquez
Galang Ari P.
Galuh Tulus Utama
Gampang Prawoto
Gandra Gupta
Ganug Nugroho Adi
Gerson Poyk
Ghassan Kanafani
Gita Nuari
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunoto Saparie
H.B. Jassin
Habibullah
Hadi Napster
Hadriani Pudjiarti
Halim HD
Halimi Zuhdy
Hamberan Syahbana
Han Gagas
Hanibal W. Y. Wijayanta
Hardi
Haris del Hakim
Haris Saputra
Harri Ash Shiddiqie
Hartono Harimurti
Hary B Kori’un
Hasan Aspahani
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
HE. Benyamine
Hendra Junaedi
Hendra Makmur
Heri CS
Heri Latief
Heri Listianto
Herman RN
Herry Lamongan
Heru CN
Heru Nugroho
Hikmat Gumelar
HL Renjis Magalah
Hudan Nur
Hujuala Rika Ayu
Huminca Sinaga
IBM. Dharma Palguna
Ibnu Wahyudi
Ida Farida
Idris Pasaribu
Ignas Kleden
Ignatius Haryanto
Iksan Basoeky
Ilham Khoiri
Imam Cahyono
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Ira Puspitaningsih
Irfan Budiman
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Iskandar Zulkarnain
Ismail Marzuki
Iva Titin Shovia
Iwan Kurniawan
Jabbar Abdullah
Jafar Fakhrurozi
Jalan Raya Simo Sungelebak
Jamal D. Rahman
Jamal T. Suryanata
Javed Paul Syatha
Jayaning S.A
JILFest 2008
Jody Setiawan
Johan Edy Raharjo
Johannes Sugianto
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Jual Buku
Jual Buku Paket Hemat
Juan Kromen
Julika Hasanah
Jurnalisme Sastrawi
Jusuf AN
Juwairiyah Mawardy
Ka’bati
Karanggeneng
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Keith Foulcher
Kemah Budaya Panturan (KBP)
Khansa Arifah Adila
Khoirul Inayah
Khoirul Rosyadi
Khudori Husnan
Ki Ompong Sudarsono
Kirana Kejora
Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia
Korrie Layun Rampan
Kostela
Kritik Sastra
Kukuh S Wibowo
Kurnia Effendi
Kurniawan
Kuswaidi Syafi'ie
L.N. Idayanie
Laili Rahmawati
Lamongan
Lan Fang
Langgeng Widodo
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Lely Yuana
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember
Liestyo Ambarwati Khohar
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liza Wahyuninto
Lucia Idayanie
Lukman A Sya
Lutfiah
Lynglieastrid Isabellita
M Arman AZ
M Ismail
M Thobroni
M. Afifuddin
M. Arwan Hamidi
M. Lukluk Atsmara Anjaina
M. Lutfi
M. Luthfi Aziz
M. Nurdin
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.S. Nugroho
Mahendra Cipta
Mahmud Jauhari Ali
Mahmud Syaltut Usfa
Mahmudi Arif Dahlan
Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Martin Aleida
Maruli Tobing
Mas Ruscita
Mashuri
Masuki M. Astro
Matroni
Matroni Muserang
Media: Crayon on Paper
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Mia Arista
Mia El Zahra
Mikael Johani
Misbahus Surur
Misran
Mohamad Ali Hisyam
Mohammad Eri Irawan
Much. Khoiri
Muh. Muhlisin
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Aris
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Rain
Muhammad Taufiqurrohman
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun
Muhammadun AS
Muhidin M Dahlan
Mujtahid
Mujtahidin Billah
Mukti Sutarman Espe
Mulyadi SA
Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik
Munawir Aziz
Musfarayani
Musfi Efrizal
Nafisatul Husniah
Nandang Darana
Naskah Teater
Nelson Alwi
Ni Made Purnamasari
Nikmatus Sholikhah
Nina Herlina Lubis
Nina Susilo
Ning Elia
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel-novel berbahasa Jawa
Novelet
Nunuy Nurhayati
Nur Azizah
Nur Hamzah
Nur Kholiq
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurul Aini
Nurul Anam
Nurul Komariyah
Nuryana Asmaudi SA
Nyoman Tusthi Eddy
Obrolan
Okty Budiati
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Otto Sukatno CR
Oyos Saroso H.N.
Pagan Press
Pagelaran Musim Tandur
Palupi Panca Astuti
Parimono V / 40 Plandi Jombang
Pawang Surya Kencana
PDS H.B. Jassin
Petrus Nandi
Politik
Politik Sastra
Pradana Boy ZTF
Pramoedya Ananta Toer
Pramono
Pringadi AS
Prof Dr Fabiola D. Kurnia
Prosa
Puisi
Puji Santosa
Puji Tyasari
Puput Amiranti N
Purnawan Andra
Purnawan Kristanto
Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin
Pustaka Ilalang Group
PUstaka puJAngga
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R. Ng. Ronggowarsito
Rachmad Djoko Pradopo
Radhar Panca Dahana
Rahmat Kemat Hidayatullah
Rahmat Sularso Nh
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rasanrasan Boengaketji
Raudal Tanjung Banua
Redland Movie
Reiny Dwinanda
Resensi
Rialita Fithra Asmara
Ribut Wijoto
Riki Dhamparan Putra
Riki Utomi
Ririe Rengganis
Risang Anom Pujayanto
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Roso Titi Sarkoro
Rozi Kembara
Rukardi
Rumah Budaya Pantura (RBP)
Rusmanadi
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saiful Amin Ghofur
Saiful Anam
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Salman S. Yoga
Samsudin Adlawi
Samsul Anam
Sanggar Lukis Alam
Sanggar Pasir
Sanggar Rumah Ilalang KSII
Santi Puji Rahayu
Sapardi Djoko Damono
Saroni Asikin
Sartika Dian Nuraini
Sastra dan Kuasa Simbolik
Sastra Jawa Timur
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sayyid Fahmi Alathas
SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang
SelaSastra Boenga Ketjil
SelaSastra Boenga Ketjil #33
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Setia Naka Andrian
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sinopsis
Siti Khoeriyah
Siti Muyassarotul Hafidzoh
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputra
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Slamet Rahardjo Rais
Soegiharto
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Spectrum Center Press
Sri Weni
Sri Wintala Achmad
Suci Ayu Latifah
Sucipto Hadi Purnomo
Sudirman
Sugi Lanus
Sukron Ma’mun
Sulaiman Djaya
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Supriyadi
Surya Lesmana
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyanto
Syaf Anton Wr
Syaifuddin Gani
Syaiful Amin
Syarif Wadja Bae
Sylvianita Widyawati
TanahmeraH ArtSpace
Tarmuzie (1961-2019)
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Presetyo
Teguh Setiawan
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Tia Setiadi
Tirto Suwondo
Tita Tjindarbumi
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan
Tosa Poetra
Tri Nurdianingsih
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Ulul Azmiyati
Umar Fauzi
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Usman Arrumy
Utari Tri Prestianti
Viddy AD Daery
Virdika Rizky Utama
W Haryanto
W.S. Rendra
Wahyu Prasetya
Wan Anwar
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wina Bojonegoro
Wita Lestari
Wong Wing King
Wowok Hesti Prabowo
Xu Xi (Sussy Komala)
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yanusa Nugroho
Yasraf Amir Piliang
Yayat R. Cipasang
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yopi Setia Umbara
Yudhi Herwibowo
Yudi Latif
Yusri Fajar
Yusuf Ariel Hakim
Yuval Noah Harari
Zacky Khairul Uman
Zainuddin Sugendal
Zamakhsyari Abrar
Zawawi Se
Zed Abidien
Zehan Zareez
Zhaenal Fanani
Zubaidi Khan
Zuniest
Tidak ada komentar:
Posting Komentar