Sabtu, 24 Maret 2012

Menakar Puisi “Kamboja Bergoyang Seusai Pemakaman”

— Sebuah Puisi Edi Romadhon—
Abdul Aziz Rasjid
http://sastra-indonesia.com/

Juli tahun 2009 ini, usianya terhitung limapuluh tahun lebih tiga bulan. Sedang sebagai penyair —jika ditilik dari antologi puisinya yang pertama: Antologi Lingkaran Kosong (IKIP Yogyakarta, 1981)— usia kepenyairannya terhitung duapuluh delapan tahun. Sebuah perjalanan kepenyairan yang tak dapat dikatakan pendek, sebab telah ia tempuh lebih dari separuh usia kehidupannya.

Afrizal Malna mencatat namanya dalam Leksikon Penyair (Sesuatu Indonesia, Bentang Budaya: 2000). Dalam buku setebal 580 halaman itu, walau kita tak menemui sebaris puisinya dibahas atau dijadikan sandaran bagi gagasan-gagasan Afrizal Malna, publikasi yang besar terhadap puisi-puisinya pada dekade 80-90 an setidaknya membuat ia pantas untuk dicatat dalam leksikon itu.

Berkaitan dengan publikasi puisinya tersebut; Abdul Wachid B.S. dalam kata pengantar untuk buku Tujuh Kumpulan Sajak Untuk Sebuah Kasih Sayang (bukulaela, 2004) menuliskan, “bahwa diantara beberapa penyair di Banyumas, ia adalah salah satu penyair yang puisi-puisinya diperhitungkan oleh koran-koran di Yogyakarta, Semarang ataupun Jakarta”.

Penyair itu, bernama lengkap Edi Romadhon, lahir di Ajibarang Banyumas 21 April 1959. Puisi-puisinya terkumpul dalam: Jejak Putih (IKIP Yogyakarta, 1982), Laskabu dan Kembar (1985), Suara Dari Desa (Teater Gethek Ajibarang, 1989), Melacak Jejak (Antologi Bersama, Kancah Budaya Merdeka Banyumas, 1993), Antologi Puisi Jawa Tengah (Antologi Bersama, 1994) Mimbar Penyair Abad 21 (Antologi Bersama, 1996), Jentera Terkasa (TBJT, 1998) dan Serayu (Harta Prima, 2005).

/I/

“Pernah kau katakan berapapun terasa kita punya letih/ tak bakalan terminal memberi henti seterusnya. Itu hanya istirah, dimana/ ancang-ancang karena seribu jalan lagi telah menghadang. Dan kita/ diharuskan buati sejarah jejak-jejak”.

Sepotong puisi Edi Romadhon di atas berjudul “Kamboja Bergoyang Seusai Pemakaman”, terkumpul dalam antologi puisi Serayu. Meski puisi itu bukan satu-satunya puisi yang dimuat dalam antologi itu —terdapat empat puisi lainnya, berjudul: “Sumpah Pemuda Lagi”, “Abu”, “Ronggeng”, dan “Bintang”— “Kamboja Bergoyang Seusai Pemakaman” dari unsur tema memiliki keunikan tersendiri dibanding empat puisi lainnya.

Bila empat puisi lainnya berbicara tentang orang-orang tertindas yang disebabkan ketidakadilan struktur sosial, “Kamboja Bergoyang Seusai Pemakaman” bercerita tentang kesadaran akan kefanaan manusia di mata Tuhan. Di mana kisahnya, bertitik tolak dari duka seorang lelaki atas kematian sang istri. Duka itu, begitu tebal menyelimuti kesendirian dan suasana alam yang muram menyempurnakan narasi kesedihan yang dominan.

Bukit-bukit akhir sebuah pandang bisu. Kabut yang di/ tiupkan angin bertebaran hancur membuat angkasa satu warna. Di langit/ seribu muka bergadha dalam iringan keok gagak hitam berkibaran.

Kabut yang ditiupkan angin, iringan keok gagak hitam adalah suasana yang timbul sebagai kedukaan. Suasana itu tak hanya menebalkan kesakitan namun juga membangkitkan keyakinan, bahwa kematian sang istri tidak hanya membuat aku lirik merasa bahwa ia kini hidup dalam kesendirian namun sekaligus mengantarkannya pada keterbatasan. Sebagian dari dirinya dan hidupnya dirasa telah hilang. Sehingga ia lantas merasa lemah untuk menjalani langkah hidup ke depan. Kenangan pada masa silam, semakin meruncingkan keterbatasan itu.

Tanda jarum manakah bila aku tinggal cuma punguti/ mimpi-mimpi bersamamu. Tanda tunjuk manakah hilang sepanjang kenang/ lalu bersamamu kini buntu kaki.

Kenangan yang bercampur kegelisahan itu, lalu saling menjalin dan makin menjadi-jadi. Dan aku lirik pun mulai menyangsikan kehidupan. Harapan-harapan yang hadir di dirinya dari istrinya itu, yang berjalan tak sesuai dengan kenyataan menjadi dalang dari penyangsian itu. Dan aku lirik pun lantas berkata:

Kita mesti bermarathon, itu katamu ketika justru dokter/ membisu sambil hanya gelengkan kepala tak yakin pada dirinya. Kita mesti/ berlari kencang. Itu katamu ketika justru nafasmu pendek menepi di paru-paru.

/II/

Bait-bait yang penuh duka itu, yang berbicara tentang kematian orang tercinta, lalu membuat aku lirik melihat kehidupannya dalam warna yang lain, yaitu kesendirian. Kesedihan yang memuncak, pada akhirnya menyeretnya dalam pertanyaan ataupun pemaknaan filosofis tentang tujuan kehidupan. Pemaknaan itu pun kemudian membentuk situasi peralihan, dari keterpurukan-kesedihan-kedukaan menjadi bangkit untuk mengaitkan kehidupan dengan sesuatu yang lebih besar dari hidup itu sendiri: Keilahian. Dan unikmya, peralihan semacam itu, ditemukan oleh aku lirik ketika kamboja bergoyang sesusai pemakaman.

Kamboja bergoyang usai pemakaman. Aku kembali/ dalam getar sadar kemiskinan…

Berarti, dalam puisi itu, kamboja yang bergoyang seusai pemakaman menjadi zona liminal. Sebuah situasi yang berada dalam posisi yang tidak pasti, sebab tidak berada “di sini” dan tidak pula “di sana”. Situasi peralihan itulah yang kemudian menyebabkan pula terjadinya tahap pemisahan dan kemudian penyatuan.

Tahap pemisahan itu tampak jelas dalam bait ini:

…aku kembali sambil kupunguti topeng-/ topengku yang bergantungan di jalur langit. Aku hitung itu semua./ kubakar selekasnya. Aku menangis.

Pembakaran dan tangisan itu, lalu mengantarkan aku lirik menuju pada penyerahan kedirian, yaitu penyatuan dengan Tuhan. Ritual penyatuan itu juga melibatkan penggunaan benda dari peninggalan istrinya yang telah mati.

Ritual penyatuan itu, tampak dalam bait ini:

Ijinkanlah aku mandi di pancuran fitrahku. Lewat air mataku. Lewat/ sajadah tinggalanmu. Amin

/III/

Menakar puisi “Kamboja Bergoyang Seusai Pemakaman”, hemat saya adalah menakar pencapaian penghayatan seorang penyair dalam menandakan dan memaknakan kejadian yang mengemuka di luar dirinya. Dimana, jalinan kontak komunikasi antara duka kematian, kefanaan manusia dan keesaan Tuhan dalam puisi itu —yang disuguhkan pada pembaca— diwakili lewat tanda dan makna artistiknya oleh kamboja yang bergoyang. Produksi simbol berupa kamboja itu, mungkin saja terlahir sebagai bagian integral dari buah sistem kemasyarakatan di sekitar lingkungan penyair, di mana secara realita dan idea dalam masyarakat Jawa, kamboja memang identik dengan suasana kematian, sebab banyak berkembang di areal pemakaman.

Sedang secara isi, puisi “Kamboja Bergoyang Seusai Pemakaman”, setidaknya dapat pula menggugah pertanyaan pada diri kita berkaitan dengan cara berkomunikasi dengan Tuhan, yaitu: Apakah penyatuan pada Tuhan mesti lahir dari kedukaan, sebelum kemudian hadir sebagai pembangkit getar sadar akan kefananaan? Jika yang terjadi memang tak jarang demikian; mengapa Tuhan —yang dipercaya sebagai Yang Esa— mesti mengalami hal tragis serupa itu?

Bali, pertengahan juli 2009
facebook, 20 Agustus 2009

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Ginandjar Wiludjeng A. Junianto A. Kurnia A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.S Laksana A’yat Khalili Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Razak Abdul Rosyid Abdul Wahab Abdurrahman Wahid Abu Salman Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adam Chiefni Ade P. Nasution Adhitia Armitriant Adi Prasetyo Adrizas AF. Tuasikal Afriza Hanifa Afrizal Malna Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunyoto Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Baso Ahmad Faishal Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Naufel Ahmad Rofiq Ahmad S. Zahari Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ainul Fiah Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akhudiat Akmal Nasery Basral Alam Terkembang Alang Khoiruddin Alex R. Nainggolan Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Almania Rohmah Ami Herman Amien Wangsitalaja Aminah Aminullah HA.Noor Amir Sutaarga Anam Rahus Anata Siregar Andari Karina Anom Andina Dwifatma Andong Buku #3 Andre Mediansyah Andri Awan Anett Tapai Anggie Melianna Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Bae Anton Kurnia Anton Wahyudi Anwar Nuris Ardi Bramantyo Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arie Yani Arief Joko Wicaksono Arief Junianto Ariera Arif Bagus Prasetyo Aris Kurniawan Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Asmaul Fauziyah Asti Musman Atafras Awalludin GD Mualif Ayu Wulan Sari Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Bagus Takwin Bahrul Ulum A. Malik Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Beno Siang Pamungkas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Bernando J Sujibto Berthold Damshauser BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Camelia Mafaza Catatan Cerbung Cerpen Chairul Akhmad Chamim Kohari Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Zaini Ahmad D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Daisuke Miyoshi Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Danusantoso Dareen Tatour Darju Prasetya David Kuncara Denny Mizhar Denza Perdana Desi Sommalia Gustina Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewi Indah Sari Dewi Susme Dian Sukarno Didik Harianto Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jawa Timur Dipo Handoko Diyah Errita Damayanti Djoko Pitono Djoko Saryono Doddy Wisnu Pribadi Dody Kristianto Dody Yan Masfa Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi SS MHum Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Wiyana Dyah Ratna Meta Novia Dyah Sulistyorini Ecep Heryadi Eddy Pranata PNP Edeng Syamsul Ma’arif Eep Saefulloh Fatah EH Kartanegara Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendrawan Sofyan Eko Hendri Saiful Eko Windarto Elnisya Mahendra Elva Lestary Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Sulwesi Endo Suanda Eppril Wulaningtyas R Esai Evan Ys F. Moses F. Rahardi Fadlillah Malin Sutan Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fanny Chotimah Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Febby Fortinella Rusmoyo Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Gabriel Garcia Marquez Galang Ari P. Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gandra Gupta Ganug Nugroho Adi Gerson Poyk Ghassan Kanafani Gita Nuari Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunoto Saparie H.B. Jassin Habibullah Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Hardi Haris del Hakim Haris Saputra Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Aspahani Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana HE. Benyamine Hendra Junaedi Hendra Makmur Heri CS Heri Latief Heri Listianto Herman RN Herry Lamongan Heru CN Heru Nugroho Hikmat Gumelar HL Renjis Magalah Hudan Nur Hujuala Rika Ayu Huminca Sinaga IBM. Dharma Palguna Ibnu Wahyudi Ida Farida Idris Pasaribu Ignas Kleden Ignatius Haryanto Iksan Basoeky Ilham Khoiri Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Ira Puspitaningsih Irfan Budiman Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Zulkarnain Ismail Marzuki Iva Titin Shovia Iwan Kurniawan Jabbar Abdullah Jafar Fakhrurozi Jalan Raya Simo Sungelebak Jamal D. Rahman Jamal T. Suryanata Javed Paul Syatha Jayaning S.A JILFest 2008 Jody Setiawan Johan Edy Raharjo Johannes Sugianto Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Juan Kromen Julika Hasanah Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Ka’bati Karanggeneng Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Keith Foulcher Kemah Budaya Panturan (KBP) Khansa Arifah Adila Khoirul Inayah Khoirul Rosyadi Khudori Husnan Ki Ompong Sudarsono Kirana Kejora Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kukuh S Wibowo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie L.N. Idayanie Laili Rahmawati Lamongan Lan Fang Langgeng Widodo Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lely Yuana Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Liestyo Ambarwati Khohar Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lucia Idayanie Lukman A Sya Lutfiah Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Ismail M Thobroni M. Afifuddin M. Arwan Hamidi M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Luthfi Aziz M. Nurdin M. Yoesoef M.D. Atmaja M.S. Nugroho Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahmud Syaltut Usfa Mahmudi Arif Dahlan Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Martin Aleida Maruli Tobing Mas Ruscita Mashuri Masuki M. Astro Matroni Matroni Muserang Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mia Arista Mia El Zahra Mikael Johani Misbahus Surur Misran Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan Much. Khoiri Muh. Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Aris Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun Muhammadun AS Muhidin M Dahlan Mujtahid Mujtahidin Billah Mukti Sutarman Espe Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik Munawir Aziz Musfarayani Musfi Efrizal Nafisatul Husniah Nandang Darana Naskah Teater Nelson Alwi Ni Made Purnamasari Nikmatus Sholikhah Nina Herlina Lubis Nina Susilo Ning Elia Noor H. Dee Noval Jubbek Novel-novel berbahasa Jawa Novelet Nunuy Nurhayati Nur Azizah Nur Hamzah Nur Kholiq Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Aini Nurul Anam Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Okty Budiati Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Otto Sukatno CR Oyos Saroso H.N. Pagan Press Pagelaran Musim Tandur Palupi Panca Astuti Parimono V / 40 Plandi Jombang Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Petrus Nandi Politik Politik Sastra Pradana Boy ZTF Pramoedya Ananta Toer Pramono Pringadi AS Prof Dr Fabiola D. Kurnia Prosa Puisi Puji Santosa Puji Tyasari Puput Amiranti N Purnawan Andra Purnawan Kristanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang Group PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Ng. Ronggowarsito Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Rahmat Kemat Hidayatullah Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rasanrasan Boengaketji Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Resensi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Ririe Rengganis Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rusmanadi S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saiful Amin Ghofur Saiful Anam Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman S. Yoga Samsudin Adlawi Samsul Anam Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang KSII Santi Puji Rahayu Sapardi Djoko Damono Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra dan Kuasa Simbolik Sastra Jawa Timur Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra Boenga Ketjil #33 Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Khoeriyah Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputra Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soegiharto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sri Weni Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudirman Sugi Lanus Sukron Ma’mun Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaf Anton Wr Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syarif Wadja Bae Sylvianita Widyawati TanahmeraH ArtSpace Tarmuzie (1961-2019) Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tia Setiadi Tirto Suwondo Tita Tjindarbumi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tosa Poetra Tri Nurdianingsih Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulul Azmiyati Umar Fauzi Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Usman Arrumy Utari Tri Prestianti Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W Haryanto W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wan Anwar Wawan Eko Yulianto Wawancara Wina Bojonegoro Wita Lestari Wong Wing King Wowok Hesti Prabowo Xu Xi (Sussy Komala) Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanusa Nugroho Yasraf Amir Piliang Yayat R. Cipasang Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopi Setia Umbara Yudhi Herwibowo Yudi Latif Yusri Fajar Yusuf Ariel Hakim Yuval Noah Harari Zacky Khairul Uman Zainuddin Sugendal Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zed Abidien Zehan Zareez Zhaenal Fanani Zubaidi Khan Zuniest