Kamis, 29 Desember 2011

Dami N. Toda sebagai Kritikus Sastra

Yohanes Sehandi *
harian Pos Kupang, 23 Juni 2010

Sejak Dami N. Toda meninggal dunia 10 November 2006 di Hamburg (Jerman) sampai dengan pengantaran abu jenazahnya ke Indonesia/NTT, Oktober 2007, sejumlah koran nasional dan lokal NTT (Pos Kupang dan Flores Pos), memberitakannya. Wartawan Pos Kupang di Manggarai, Kanis Lina Bana, merekam kembali perjalanan hidup almarhum dan menghasilkan tiga tulisan berseri di Pos Kupang (25-27/10/2007). Dua penulis muda NTT, Bill Halan (Pos Kupang, 1/11/2007) dan Isidorus Lilijawa (Flores Pos, 24/10/2007) memberi sumbangan “opini sastra” tentang Dami N. Toda beserta jasa-jasanya.
Semakin semarak berita tentang almarhum dengan kehadiran sastrawan besar Indonesia, WS Rendra, yang memberi kesaksian tentang kehebatan Dami N. Toda, juga ikut mengantarkan abu jenazah almarhum ke Kupang terus ke Todo-Pongkor, Manggarai, untuk disemayamkan di tempat peristirahatannya yang terakhir (Pos Kupang, 12, 16, 17, 19, 21/10/2007, dan Flores Pos, 16, 19/10/2007).

Dari berbagai berita dan opini, juga sambutan dalam berbagai acara, almarhum dihormati dengan sebutan “sastrawan” atau “budayawan,” sambil sesekali karya-karyanya disebut, seperti Novel Baru Iwan Simatupang (1980), Hamba-Hamba Kebudayaan (1984), dan Manggarai Mencari Pencerahan Historiografi (1999). Hanya sayangnya, tidak ada berita/ ulasan yang “memadai” tentang karya-karya sastra bidang “spesifik apa” yang membuat nama Dami N. Toda terkenal dan meroket cakrawala sastra Indonesia modern. Sebutan sastrawan atau budayawan adalah sebutan umum yang perlu diberi penjelasan.

Kritikus Sastra

Tulisan ini mencoba menelusuri karya-karya Dami N. Toda sejauh yang penulis jangkau (miliki), yang melipuiti karya sastra kreatif (puisi), pemikiran kebudayaan, dan kritik sastra. Tiga bidang inilah yang menurut hemat penulis, merupakan “basis” pergulatan intelektual beliau selama hidupnya yang terekam dan terpublikasikan untuk umum.

Di bidang sastra kreatif, dosen pada Lembaga Studi-Studi Indonesia dan Pasifik, Universitas Hamburg (Jerman) sejak 1981 sampai dengan meninggal 10 November 2006, ini telah menciptakan puisi-puisi yang cukup bernas, sementara prosa (novel dan cerpen) dan naskah drama, sejauh yang penulis ketahui, belum pernah ditulisnya. Puisi-puisi Dami dapat dinikmati dalam antologi puisi Penyair Muda di Depan Forum (1974) dan Tonggak III (Editor Linus Suryadi AG, 1987), serta kumpulan puisi Buru Abadi (2005).

Dilihat dari jumlah puisi yang dihasilkannya, beliau tidak termasuk penyair produktif. Ini kalau kita bandingkan dengan sejumlah penyair lain seangkatannya, seperti WS Rendra, Sapardi Djoko Damono, Goenawan Mohamad, dan Sutardji Calzoum Bachri.

Di bidang pemikiran kebudayaan, Dami N. Toda menghasilkan buku berbobot Manggarai Mencari Pencerahan Historiografi (1999), juga menerjemahkan dan memberi prakata buku Maka Berbicaralah Zarathustra F. Nietsche (2000). Buku sejarah budaya Manggarai ini menggambarkan pemikiran kritis Dami N. Toda yang bertujuan “mencerahkan/ meluruskan” sejarah kerajaan lokal Manggarai sebagai hasil manipulasi sejarah kaum penjajah di masa lalu. Buku ini merupakan salah satu buku terbaik hasil penelitian sejarah kebudayaan daerah di Indonesia yang “mengandalkan” tradisi lisan atau bahasa tutur masyarakat lokal sebagai sumber utama penelitian dan menghasilkan karya ilmiah yang patut diperhitungkan.

Di bidang kritik sastra, yang di dalamnya mencakup analisis sastra dan telaah sastra, Dami N. Toda mengukir nama besar di tingkat nasional. Karya-karya kritiknya terdapat dalam buku, antara lain: Puisi-Puisi Goenawan Mohamad (berisi telaah/ kritik sastra, 1975), Novel Baru Iwan Simatupang (skripsi sarjana UI, berupa telaah/kritik sastra, 1980), dan Hamba-Hamba Kebudayaan (himpunan kritik sastra dari berbagai media, 1984). Dami pun berhasil mengumpulkan cerpen Iwan Simatupang yang tersebar/ tercecer dalam satu kumpulan cerpen dengan judul Tegak Lurus dengan Langit (1983).

Dibandingkan dengan karyanya di bidang satra kreatif dan pemikiran kebudayaan, karyanya di bidang kritik sastralah yang lebih banyak menimbulkan decak kagum banyak kalangan. Almarhum menghasilkan karya kritik sastra (tulisan atau buku) yang berbobot dan menggemparkan jagat sastra Indonesia modern tahun 1970-an dan 1980-an. Sastrawan Indonesia yang karyanya dikritik Dami memberi rasa hormat. Menurut hemat penulis, sebutan/ julukan yang tepat untuk Dami N. Toda adalah “kritikus sastra.” Kritik sastra adalah spesifikasi keahliannya yang sangat menonjol dan membuat namanya terkenal.

Ada tiga jenis kritik sastra Dami, yakni kritik novel, kritik puisi, dan kritik drama/teater. Pengertian “kritik sastra” di sini adalah upaya kritikus mengungkapkan keunggulan/ kekuatan sebuah karya sastra, juga kekurangan/ kelemahannya, yang dilakukan secara kritis, analitis, dan estetis. Di sinilah letak perbedaan “kritik sastra” dengan pengertian “kritik” pada umumnya.

Novel-novel yang dikritik Dami adalah novel-novel Iwan Simatupang, yakni Merahnya Merah (1968), Ziarah (1969), Kering (1972), dan Koong (1975). Puisi-puisi yang mendapat perhatian Dami adalah puisi-puisi Sutardji Calzoum Bachri yang terhimpun dalam kumpulan puisi O Amuk Kapak (1981) yang merupakan gabungan tiga kumpulan puisi Sutardji sebelumnya dalam bentuk stensilan, yakni O (1973), Amuk (1977), dan Kapak (1979). Dami juga memberikan ulasan khusus terhadap puisi-puisi WS Rendra, Goenawan Mohamad, Ibrahim Sattah, dan Abdul Hadi W.M. Sedangkan kritik drama Dami lakukan terhadap karya WS Rendra (terutama “Bip-Bop” dan “Piiieeep”).

Menemukan Iwan

Novel-novel Iwan Simatupang (juga cerpennya) yang terbit 1960-an dan 1970-an tidak mendapat respons para pengamat dan kritikus sastra Indonesia. Karya-karyanya dinilai aneh, lain dari yang lain, padat renungan/idealis, tokohnya tokoh imajiner, latar tempat tak dapat dilacak, penuh kejutan, tidak ada awal, tengah, dan akhir. Pokoknya, sastra Iwan tidak bisa diterima dengan kerangka ilmu sastra yang sudah baku di Indonesia, yang antara lain dirasuki oleh Teory of Literature (Rene Welek, dkk) dan Aspects of The Novel (E.M.Forster).

Novel-novel Iwan tidak bisa dinalar dari segi “intrinsik” dan “ekstrinsik,” karena itu bukanlah novel, bukan sastra. Seorang kritikus sastra dari UI, Boen S. Oemarjati, menolak cerpen Iwan “Tunggu Aku di Pojok Jalan Itu” (Majalah Sastra I/7-1961) sebagai “Cerpen yang tidak memberikan suatu sikap positif.” Penolakan kritikus ini mendapat tanggapan keras dari Iwan lewat esainya, “T dari Tanggung Jawab” (Majalah Sastra II/1-1962) yang dimuat kembali dalam Sejumlah Masalah Sastra (Satyagraha Hoerip, Ed, 1982).

Publik sastra Indonesia merasakan sesuatu yang baru dalam novel-novel Iwan, namun tidak ada yang mampu menjelaskan “kebaruan” yang dibawakan Iwan. Pada saat kevakuman itulah muncul Dami N. Toda. Dami melakukan studi yang mendalam terhadap novel-novel Iwan lewat skripsi sarjananya di FS UI (1975), kemudian dibukukan menjadi Novel Baru Iwan Simatupang . Menurut Dami, novel-novel Iwan adalah aplikasi filsafat eksistensialisme yang sedang demam di Barat mulai tahun 1950-an. Ini bisa dipahami karena bertahun-tahun Iwan belajar di Eropa, antropologi di Leiden, drama di Amsterdam (Belanda), filsafat di Sorbonne (Perancis).

Temuan Dami N. Toda lewat Novel Baru Iwan Simatupang ini membuat namanya terangkat dan masuk dalam jajaran kritikus sastra Indonesia. Benar sekali kesaksian Rofino Kant, Ruteng, teman akrab Dami N. Toda semasih tinggal di Jakarta, bahwa nama Dami menjadi terkenal pada waktu diskusi sastra dengan sejumlah sastrawan terkenal di Jakarta tentang novel Iwan Merahnya Merah. Dami berani memberikan catatan kritis terhadap novel tersebut (Pos Kupang, 26/10/2007). Forum diskusi sastra dan tulisan Dami tentang Iwan mengokohkan namanya sebagai kritikus sastra yang menemukan novelis besar Indonesia, Iwan Simatupang.

Melambungkan Sutardji

Setelah menemukan Iwan, Dami N. Toda menjelajahi puisi-puisi “aneh” dan “nyentrik” (mirip perilaku penyairnya) Sutardji Calzoum Bachri (SCB) dalam kumpulan puisinya yang lengkap O Amuk Kapak. Kemunculan penyair SCB tahun 1970-an menggegerkan jagat perpuisian Indonesia. Sajak-sajaknya aneh, unik, lain dari yang pernah ada dalam sastra Indonesia sejak zaman pantun/syair/gurindam sampai zaman Balai Pustaka, Punjangga Baru, Angkatan 45 dan Angkatan 66. Konvensi penulisan puisi yang bertumpu pada kata/bahasa yang melahirkan makna (tergantung pada kata – meminjam istilah A. Teeuw) tidak diindahkan, bahkan dibalik-balik, disungsang, dan dibuntungkan. Aturan ejaaan (yang berkali-kali disempurnakan) dan gramatika bahasa Indonesia dibuat tak berdaya. Sejumlah pengarang memberi sikap sinis, bahkan menolaknya sebagai puisi/sastra.

Di tengah kontroversi kehadiran SCB, tampillah Dami N. Toda di atas panggung kritik sastra Indonesia. Ia memberi apresiasi yang positif terhadap SCB. Ia membedah puisi-puisi SCB yang mirip mantra dengan pisau analisis yang tajam bermodalkan pengetahuan yang luas di bidang ilmu sastra, filsafat, dan mitologi. Dami N. Toda menunjuk dan memperlihatkan ke publik sastra “kebaruan” hasil kreativitas yang dibawakan SCB dalam khazanah sastra Indonesia modern.

Hasil telaahan/pencerahan Dami terhadap puisi-puisi SCB membuka mata publik sastra Indonesia akan pembaruan puisi/penciptaan sastra di Indonesia. Satu-satunya kritikus sastra Indonesia modern, yang paling intens mendalami puisi-puisi SCB dan mempublikasikannya adalah Dami N. Toda. Melambungnya nama SCB menjadi penyair besar Indonesia yang pada 26 Januari 1976 memproklamasikan dirinya sebagai “Presiden Penyair Indonesia,” tidak terlepas dari jasa besar seorang kritikus besar Indonesia yang bernama Dami N. Toda. ***

*) Anggota DPRD NTT 1999-2009
Dijumput dari: http://yohanessehandi.blogspot.com/2011/05/dami-n-toda-sebagai-kritikus-sastra.html

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Ginandjar Wiludjeng A. Junianto A. Kurnia A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.S Laksana A’yat Khalili Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Razak Abdul Rosyid Abdul Wahab Abdurrahman Wahid Abu Salman Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adam Chiefni Ade P. Nasution Adhitia Armitriant Adi Prasetyo Adrizas AF. Tuasikal Afriza Hanifa Afrizal Malna Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunyoto Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Baso Ahmad Faishal Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Naufel Ahmad Rofiq Ahmad S. Zahari Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ainul Fiah Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akhudiat Akmal Nasery Basral Alam Terkembang Alang Khoiruddin Alex R. Nainggolan Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Almania Rohmah Ami Herman Amien Wangsitalaja Aminah Aminullah HA.Noor Amir Sutaarga Anam Rahus Anata Siregar Andari Karina Anom Andina Dwifatma Andong Buku #3 Andre Mediansyah Andri Awan Anett Tapai Anggie Melianna Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Bae Anton Kurnia Anton Wahyudi Anwar Nuris Ardi Bramantyo Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arie Yani Arief Joko Wicaksono Arief Junianto Ariera Arif Bagus Prasetyo Aris Kurniawan Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Asmaul Fauziyah Asti Musman Atafras Awalludin GD Mualif Ayu Wulan Sari Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Bagus Takwin Bahrul Ulum A. Malik Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Beno Siang Pamungkas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Bernando J Sujibto Berthold Damshauser BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Camelia Mafaza Catatan Cerbung Cerpen Chairul Akhmad Chamim Kohari Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Zaini Ahmad D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Daisuke Miyoshi Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Danusantoso Dareen Tatour Darju Prasetya David Kuncara Denny Mizhar Denza Perdana Desi Sommalia Gustina Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewi Indah Sari Dewi Susme Dian Sukarno Didik Harianto Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jawa Timur Dipo Handoko Diyah Errita Damayanti Djoko Pitono Djoko Saryono Doddy Wisnu Pribadi Dody Kristianto Dody Yan Masfa Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi SS MHum Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Wiyana Dyah Ratna Meta Novia Dyah Sulistyorini Ecep Heryadi Eddy Pranata PNP Edeng Syamsul Ma’arif Eep Saefulloh Fatah EH Kartanegara Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendrawan Sofyan Eko Hendri Saiful Eko Windarto Elnisya Mahendra Elva Lestary Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Sulwesi Endo Suanda Eppril Wulaningtyas R Esai Evan Ys F. Moses F. Rahardi Fadlillah Malin Sutan Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fanny Chotimah Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Febby Fortinella Rusmoyo Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Gabriel Garcia Marquez Galang Ari P. Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gandra Gupta Ganug Nugroho Adi Gerson Poyk Ghassan Kanafani Gita Nuari Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunoto Saparie H.B. Jassin Habibullah Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Hardi Haris del Hakim Haris Saputra Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Aspahani Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana HE. Benyamine Hendra Junaedi Hendra Makmur Heri CS Heri Latief Heri Listianto Herman RN Herry Lamongan Heru CN Heru Nugroho Hikmat Gumelar HL Renjis Magalah Hudan Nur Hujuala Rika Ayu Huminca Sinaga IBM. Dharma Palguna Ibnu Wahyudi Ida Farida Idris Pasaribu Ignas Kleden Ignatius Haryanto Iksan Basoeky Ilham Khoiri Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Ira Puspitaningsih Irfan Budiman Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Zulkarnain Ismail Marzuki Iva Titin Shovia Iwan Kurniawan Jabbar Abdullah Jafar Fakhrurozi Jalan Raya Simo Sungelebak Jamal D. Rahman Jamal T. Suryanata Javed Paul Syatha Jayaning S.A JILFest 2008 Jody Setiawan Johan Edy Raharjo Johannes Sugianto Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Juan Kromen Julika Hasanah Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Ka’bati Karanggeneng Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Keith Foulcher Kemah Budaya Panturan (KBP) Khansa Arifah Adila Khoirul Inayah Khoirul Rosyadi Khudori Husnan Ki Ompong Sudarsono Kirana Kejora Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kukuh S Wibowo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie L.N. Idayanie Laili Rahmawati Lamongan Lan Fang Langgeng Widodo Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lely Yuana Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Liestyo Ambarwati Khohar Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lucia Idayanie Lukman A Sya Lutfiah Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Ismail M Thobroni M. Afifuddin M. Arwan Hamidi M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Luthfi Aziz M. Nurdin M. Yoesoef M.D. Atmaja M.S. Nugroho Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahmud Syaltut Usfa Mahmudi Arif Dahlan Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Martin Aleida Maruli Tobing Mas Ruscita Mashuri Masuki M. Astro Matroni Matroni Muserang Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mia Arista Mia El Zahra Mikael Johani Misbahus Surur Misran Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan Much. Khoiri Muh. Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Aris Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun Muhammadun AS Muhidin M Dahlan Mujtahid Mujtahidin Billah Mukti Sutarman Espe Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik Munawir Aziz Musfarayani Musfi Efrizal Nafisatul Husniah Nandang Darana Naskah Teater Nelson Alwi Ni Made Purnamasari Nikmatus Sholikhah Nina Herlina Lubis Nina Susilo Ning Elia Noor H. Dee Noval Jubbek Novel-novel berbahasa Jawa Novelet Nunuy Nurhayati Nur Azizah Nur Hamzah Nur Kholiq Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Aini Nurul Anam Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Okty Budiati Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Otto Sukatno CR Oyos Saroso H.N. Pagan Press Pagelaran Musim Tandur Palupi Panca Astuti Parimono V / 40 Plandi Jombang Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Petrus Nandi Politik Politik Sastra Pradana Boy ZTF Pramoedya Ananta Toer Pramono Pringadi AS Prof Dr Fabiola D. Kurnia Prosa Puisi Puji Santosa Puji Tyasari Puput Amiranti N Purnawan Andra Purnawan Kristanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang Group PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Ng. Ronggowarsito Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Rahmat Kemat Hidayatullah Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rasanrasan Boengaketji Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Resensi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Ririe Rengganis Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rusmanadi S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saiful Amin Ghofur Saiful Anam Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman S. Yoga Samsudin Adlawi Samsul Anam Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang KSII Santi Puji Rahayu Sapardi Djoko Damono Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra dan Kuasa Simbolik Sastra Jawa Timur Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra Boenga Ketjil #33 Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Khoeriyah Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputra Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soegiharto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sri Weni Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudirman Sugi Lanus Sukron Ma’mun Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaf Anton Wr Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syarif Wadja Bae Sylvianita Widyawati TanahmeraH ArtSpace Tarmuzie (1961-2019) Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tia Setiadi Tirto Suwondo Tita Tjindarbumi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tosa Poetra Tri Nurdianingsih Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulul Azmiyati Umar Fauzi Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Usman Arrumy Utari Tri Prestianti Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W Haryanto W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wan Anwar Wawan Eko Yulianto Wawancara Wina Bojonegoro Wita Lestari Wong Wing King Wowok Hesti Prabowo Xu Xi (Sussy Komala) Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanusa Nugroho Yasraf Amir Piliang Yayat R. Cipasang Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopi Setia Umbara Yudhi Herwibowo Yudi Latif Yusri Fajar Yusuf Ariel Hakim Yuval Noah Harari Zacky Khairul Uman Zainuddin Sugendal Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zed Abidien Zehan Zareez Zhaenal Fanani Zubaidi Khan Zuniest