Senin, 06 Desember 2010

Menyemai Sastra dari Ujung Timur Pulau Dewata

Nyoman Tusthi Eddy
Pewawancara: Asti Musman
http://www.balipost.co.id/

BAGI kalangan sastrawan, Kepala SMU Amplapura Nyoman Tusthi Eddy cukup dikenal. Pria kelahiran Pidpid, Karangasem tahun 1945 yang menyemai sastra dari ujung timur Pulau Dewata ini sering menulis puisi dan artikel di sejumlah koran. Selain koran lokal, juga jurnal budaya yang diterbitkan di Malaysia dan Brunei. Dalam pengamatan penulis yang telah menerbitkan 16 buku sastra ini, dunia mengarang, seringkali dipandang sebelah mata oleh para siswa, dan orang awam pun menilainya hanya sebagai pekerjaan seorang seniman yang hobi melamun. Padahal, menurutnya, mengarang akan membuka lebih luas gagasan dalam pikiran kita yang bisa disampaikan dalam kerja sehari-hari. Apakah Anda, sidang pembaca, salah satu orang yang benci dengan pelajaran mengarang? Jangan menjawabnya terlebih dulu sebelum Anda membaca hasil wawancara Bali Post kali ini. Hasil wawancara ini juga disiarkan di Radio Global FM, Sabtu (26/4) kemarin.

PELAJARAN mengarang kembali diaktifkan dalam ujian nasional, apa komentar Anda?
Sebenarnya pelajaran mengarang dari dulu sudah ada. Cuma dalam tes evaluasi tahap akhir nasional sejak tiga tahun yang lalu tidak muncul dalam Ebtanas. Sejak tahun ajaran 2002/2003, pelajaran mengarang dimunculkan kembali. Kemunculan kembali pengajaran mengarang ini sebagai ujian praktik dalam rangka menyongsong pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi. Dalam kurikulum itu, setiap pelajaran yang dipelajari siswa bukan saja harus dipahami secara teori, tetapi juga harus mempunyai kompetensi atau harus benar-benar memahami bidang terapannya. Nah, untuk itu, kembali pada bahasa Indonesia, bidang terapannya yang paling jelas adalah mengarang.

Apa keuntungan mengarang?
Jika orang mengatakan bahwa mengarang itu adalah pekerjaan merenung, sastra adalah hasil renungan, itulah citra yang terjadi berpuluh-puluh tahun ada dalam masyarakat. Ini karena masyarakat kita hanya ada beberapa persen yang memahami sastra. Karangan sebenarnya merupakan pengungkapan kehidupan nyata. Karena itu tidak benar kalau karangan itu hasil perenungan. Keuntungan karang-mengarang itu banyak. Misalnya, di perguruan tinggi seseorang harus menulis skripsi, lebih tinggi lagi menulis tesis, lalu disertasi. Orang yang saat sekolah kesulitan mengarang, lalu terbawa-bawa hingga keperguruan tinggi. Di sana ia akan setengah mampu kalau menyusun skripsi. Ini saya buktikan pada banyak mahasiswa. Banyak yang mengatakan sulit menulis skripsi.

Nah, ini artinya ia kesulitan karang-mengarang. Sebenarnya menulis skripsi itu paling mudah. Saya berpengalaman menulis skripsi walaupun hanya skripsi sarjana muda. Menulis skripsi itu sangat mudah karena bahannya tersedia dan teknik menulisnya juga ada. Pola-polanya sudah disediakan, tuangkan saja, kan banyak juga pembimbing. Menulis puisi, itu yang paling sulit. Bisakah saudara mendapatkan puisi dalam tiga bulan? Belum tentu. Kalau saya menargetkan skrispi itu dalam enam bulan, jika bahan sudah ada dan outline-nya disetujui, jangankan enam bulan, tiga bulan saja sudah selesai. Dulu skripsi saya diberi target tiga bulan, tapi dalam dua bulan sudah selesai.

Lantas bicara soal kualitas guru yang kurang memadai, apakah peningkatan finansial akan menggairahkan mereka?
Saya kira tidak selalu letaknya di sana. Gaji guru berapa kali naik? Di era otonomi daerah tunjangan guru lebih banyak sumbernya, misalnya dari daerah dapat, dan ada sumber lain. Musyawarah Guru Bidang Studi juga diadakan. Tetapi mutu guru tetap tidak meningkat. Memang ia jalan, namun hanya jalan di tempat. Jadi bukan soal uang. Kebanyakan bukan soal itu. Kecuali jika mau seperti imbauan pemerintah, jika saudara jadi guru terpaksa, itu sudah diketahui oleh pemerintah. Sekarang saudara sudah terjun ke sana. Cobalah saudara berdamai dengan profesi guru. Sama dengan orang dikawin paksa. Kalau mau dua atau tiga tahun tumbuh cinta antara keduanya, baguslah. Tetapi kalau sudah punya anak dan masih ada sekat yang sulit ditembus, pada akhirnya ia akan cerai. Baik itu cerai kamuflase atau cerai beneran.

Di sisi lain, Anda juga suka menulis puisi, apa keuntungannya?
Jawabannya, menulis puisi itu tidak punya arti apa-apa. Tetapi sebagai manusia, bagi saya, menulis puisi itu ada artinya. Sama saja, artinya jika manusia hanya mengurusi perut dan maunya enak tidur, itu artinya manusia itu tidak berevolusi. Manusia berevolusi itu bukan hanya fisiknya, namun juga mentalnya tahap budayanya juga berevolusi. Jika ada yang mengatakan, pak tidak ada gunanya menulis puisi, itu hanya klangenan. Jika ada yang mengatakan demikian, maka banyak hal di kebudayaan manusia ini tidak ada gunanya. Apa gunanya kesenian? Apa gunanya main layang-layang? Apa gunanya agama? Orang yang enggak beragama juga sehat-sehat, misalnya di Rusia zaman dulu, memang benar fisiknya sehat, namun bagaimana dengan jiwanya? Puisi adalah salah satu skrup yang mencirikan manusia adalah manusia. Itu hasil kebudayaan.

Dalam buku CD Louise diinterpretasikan tentang orang yang cacat fisik, maka untuk mengkompensasikannya mereka menulis puisi. Mengapa? Dengan menulis puisi-puisi mantra karena fisiknya tidak berjalan normal, mentalnya normal, maka puisi-puisinya memiliki tuah. Secara magis bisa dinikmati. Misalnya, panah-panah dibacakan puisi sebelum dipakai berburu. Sehingga apa yang diharapkan akan terjadi dalam kenyataan.

Lantas, pendapat Anda melihat perkembangan puisi saat ini?
Perkembangan puisi saat ini sangat kompleks. Ini beda jika dibandingkan awal saya menulis di Bali Post, karya-karya lebih seragam. Tema yang dipakai saat itu lebih banyak tema sosial atau filosofi kehidupan. Sedangkan sekarang, tema sosial memang ada, namun lebih mengarah ke protes. Struktur atau komposisi puisinya juga jauh lebih kaya dibandingkan dulu. Pada tahun 1970 hingga 1980-an puisinya masih konvensional, tidak jauh dari gaya puisi Angkatan 45. Sekarang rasanya hampir tidak dapat terdeteksi lagi.
Hanya Bali Post yang konsisten menerbitkan puisi.

Apakah ini mengkhawatirkan karena media lain tidak melakukan hal itu?
Ya, sebagai penulis puisi, itu memang kurang sehat, cukup mengkhawatirkan. Seharusnya semua media sekarang ini memberikan ruang pada itu.

Bagaimana dengan perkembangan puisi yang ditulis dalam bahasa Bali?
Sebelum ada putra Bali yang menerima hadiah Rancage, puisi-puisi berbahasa Bali yang dimuat di Bali Post memang kurang menggembirakan. Puisi hanya dipakai untuk menutup ruang kosong. Tetapi setelah sekitar delapan orang putra Bali yang menerima Rancage, pemuatan sastra Bali modern di Bali Post semakin bagus. Memang biasanya yang diprioritaskan yang berbahasa Indonesia, namun bagi saya itu tidak masalah, sama saja. Bahkan dulu ketika Saba Sastra Bali membuka ruangan di Bali Post, di sana spesial satu halaman untuk sastra Bali, baik cerita pendek, kajian dan puisi.

***

Anda akan tetap tinggal di Karangasem?
Saya ingat ketika pak Fuad Hasan menjadi Mendikbud, saya pernah meminta rekomendasi buku saya “Mengenal Bali Modern”. Lalu beliau menulis surat pada saya, “Dik Tusthi, saya tahu Karangasem, saya pernah berkunjung ke sana. Sebaiknya Anda tetap saja tinggal di Karangsem! Jangan berlatah-latah setiap penyair harus pindah ke Jakarta. Tinggallah di Karangasem, karena daerah itu kondusif, masih murni”.

Tetapi sebenarnya ada alasan lain, mengapa saya tidak pindah ke mana-mana. Karena saya guru, saya pikirkan masalah finansial. Dengan gaji seperti sekarang, saya bisa makan pasir di Denpasar! Kedua, saya ingat teori kreativitas. Di mana pun dia tinggal, dia akan tetap kreatif. Dalam biografinya Boris Pasternak, saat ia akan mapan sebagai pengarang, ia kembali ke desa. Dari sana ia mengarang. Saya lihat juga pengarang-pengarang yang lain. Misalnya seperti Umbu Landu Paranggi yang sekarang sangat membenci Yogya, katanya Malioboro sudah bukan Malioboro lagi. Bahkan Wianta juga kembali ke desanya. Jadi, di mana pun ia sebenarnya bisa berkreativitas. Ini bukan egonya seniman.

Anda guru dan juga seniman tulen, bagaimana upaya merangkum keduanya?
Saya rasanya bukan seniman tulen. Saya sedikit seniman palsu. Yang namanya ilham, namanya kreativitas, sering saya korbankan di meja kerja saya di sekolah. Ini contoh nyata, sekali waktu ketika saya mengerjakan tugas-tugas dinas, misalnya saya diobsesi oleh ilham untuk menulis cerpen saya segera menulis. Karena mencatatnya tidak suntuk dan saya masih tersita perhatian dengan tugas dinas, maka ketika saya lihat catatan itu kembali ilhamnya bisa hilang.

BIODATA
Nama : Nyoman Tusthi Eddy
Tempat/tgl lahir : Pidpid, Karangasem, 12 Desember 1945
Nama istri : Ni Nengah Wijani
Nama anak-anak : I Gede Agustina Adi Sumantri
Made Lily Hermayanthi
Ketut Budi Sastrawan
Putu Dedy Ariawan

Pekerjaan :
Kepala SMU Saraswati Amplapura
Asisten Dosen Universitas Mahasaraswati Denpasar Kelas Eksekutif di Amplapura/FKIP
Ketua Seksi Sastra Nasional Listibiya Kabupaten Karangasem
Penulis puisi, cerpen, esai, artikel dan resensi buku di Bali Post, Suara Karya, Kompas, Horison, Basis, Warta Hindu Dhrama, Sarad dan sejumlah media lainnya.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Ginandjar Wiludjeng A. Junianto A. Kurnia A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.S Laksana A’yat Khalili Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Razak Abdul Rosyid Abdul Wahab Abdurrahman Wahid Abu Salman Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adam Chiefni Ade P. Nasution Adhitia Armitriant Adi Prasetyo Adrizas AF. Tuasikal Afriza Hanifa Afrizal Malna Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunyoto Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Baso Ahmad Faishal Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Naufel Ahmad Rofiq Ahmad S. Zahari Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ainul Fiah Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akhudiat Akmal Nasery Basral Alam Terkembang Alang Khoiruddin Alex R. Nainggolan Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Almania Rohmah Ami Herman Amien Wangsitalaja Aminah Aminullah HA.Noor Amir Sutaarga Anam Rahus Anata Siregar Andari Karina Anom Andina Dwifatma Andong Buku #3 Andre Mediansyah Andri Awan Anett Tapai Anggie Melianna Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Bae Anton Kurnia Anton Wahyudi Anwar Nuris Ardi Bramantyo Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arie Yani Arief Joko Wicaksono Arief Junianto Ariera Arif Bagus Prasetyo Aris Kurniawan Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Asmaul Fauziyah Asti Musman Atafras Awalludin GD Mualif Ayu Wulan Sari Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Bagus Takwin Bahrul Ulum A. Malik Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Beno Siang Pamungkas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Bernando J Sujibto Berthold Damshauser BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Camelia Mafaza Catatan Cerbung Cerpen Chairul Akhmad Chamim Kohari Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Zaini Ahmad D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Daisuke Miyoshi Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Danusantoso Dareen Tatour Darju Prasetya David Kuncara Denny Mizhar Denza Perdana Desi Sommalia Gustina Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewi Indah Sari Dewi Susme Dian Sukarno Didik Harianto Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jawa Timur Dipo Handoko Diyah Errita Damayanti Djoko Pitono Djoko Saryono Doddy Wisnu Pribadi Dody Kristianto Dody Yan Masfa Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi SS MHum Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Wiyana Dyah Ratna Meta Novia Dyah Sulistyorini Ecep Heryadi Eddy Pranata PNP Edeng Syamsul Ma’arif Eep Saefulloh Fatah EH Kartanegara Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendrawan Sofyan Eko Hendri Saiful Eko Windarto Elnisya Mahendra Elva Lestary Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Sulwesi Endo Suanda Eppril Wulaningtyas R Esai Evan Ys F. Moses F. Rahardi Fadlillah Malin Sutan Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fanny Chotimah Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Febby Fortinella Rusmoyo Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Gabriel Garcia Marquez Galang Ari P. Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gandra Gupta Ganug Nugroho Adi Gerson Poyk Ghassan Kanafani Gita Nuari Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunoto Saparie H.B. Jassin Habibullah Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Hardi Haris del Hakim Haris Saputra Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Aspahani Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana HE. Benyamine Hendra Junaedi Hendra Makmur Heri CS Heri Latief Heri Listianto Herman RN Herry Lamongan Heru CN Heru Nugroho Hikmat Gumelar HL Renjis Magalah Hudan Nur Hujuala Rika Ayu Huminca Sinaga IBM. Dharma Palguna Ibnu Wahyudi Ida Farida Idris Pasaribu Ignas Kleden Ignatius Haryanto Iksan Basoeky Ilham Khoiri Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Ira Puspitaningsih Irfan Budiman Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Zulkarnain Ismail Marzuki Iva Titin Shovia Iwan Kurniawan Jabbar Abdullah Jafar Fakhrurozi Jalan Raya Simo Sungelebak Jamal D. Rahman Jamal T. Suryanata Javed Paul Syatha Jayaning S.A JILFest 2008 Jody Setiawan Johan Edy Raharjo Johannes Sugianto Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Juan Kromen Julika Hasanah Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Ka’bati Karanggeneng Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Keith Foulcher Kemah Budaya Panturan (KBP) Khansa Arifah Adila Khoirul Inayah Khoirul Rosyadi Khudori Husnan Ki Ompong Sudarsono Kirana Kejora Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kukuh S Wibowo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie L.N. Idayanie Laili Rahmawati Lamongan Lan Fang Langgeng Widodo Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lely Yuana Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Liestyo Ambarwati Khohar Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lucia Idayanie Lukman A Sya Lutfiah Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Ismail M Thobroni M. Afifuddin M. Arwan Hamidi M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Luthfi Aziz M. Nurdin M. Yoesoef M.D. Atmaja M.S. Nugroho Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahmud Syaltut Usfa Mahmudi Arif Dahlan Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Martin Aleida Maruli Tobing Mas Ruscita Mashuri Masuki M. Astro Matroni Matroni Muserang Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mia Arista Mia El Zahra Mikael Johani Misbahus Surur Misran Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan Much. Khoiri Muh. Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Aris Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun Muhammadun AS Muhidin M Dahlan Mujtahid Mujtahidin Billah Mukti Sutarman Espe Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik Munawir Aziz Musfarayani Musfi Efrizal Nafisatul Husniah Nandang Darana Naskah Teater Nelson Alwi Ni Made Purnamasari Nikmatus Sholikhah Nina Herlina Lubis Nina Susilo Ning Elia Noor H. Dee Noval Jubbek Novel-novel berbahasa Jawa Novelet Nunuy Nurhayati Nur Azizah Nur Hamzah Nur Kholiq Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Aini Nurul Anam Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Okty Budiati Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Otto Sukatno CR Oyos Saroso H.N. Pagan Press Pagelaran Musim Tandur Palupi Panca Astuti Parimono V / 40 Plandi Jombang Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Petrus Nandi Politik Politik Sastra Pradana Boy ZTF Pramoedya Ananta Toer Pramono Pringadi AS Prof Dr Fabiola D. Kurnia Prosa Puisi Puji Santosa Puji Tyasari Puput Amiranti N Purnawan Andra Purnawan Kristanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang Group PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Ng. Ronggowarsito Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Rahmat Kemat Hidayatullah Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rasanrasan Boengaketji Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Resensi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Ririe Rengganis Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rusmanadi S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saiful Amin Ghofur Saiful Anam Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman S. Yoga Samsudin Adlawi Samsul Anam Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang KSII Santi Puji Rahayu Sapardi Djoko Damono Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra dan Kuasa Simbolik Sastra Jawa Timur Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra Boenga Ketjil #33 Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Khoeriyah Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputra Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soegiharto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sri Weni Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudirman Sugi Lanus Sukron Ma’mun Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaf Anton Wr Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syarif Wadja Bae Sylvianita Widyawati TanahmeraH ArtSpace Tarmuzie (1961-2019) Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tia Setiadi Tirto Suwondo Tita Tjindarbumi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tosa Poetra Tri Nurdianingsih Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulul Azmiyati Umar Fauzi Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Usman Arrumy Utari Tri Prestianti Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W Haryanto W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wan Anwar Wawan Eko Yulianto Wawancara Wina Bojonegoro Wita Lestari Wong Wing King Wowok Hesti Prabowo Xu Xi (Sussy Komala) Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanusa Nugroho Yasraf Amir Piliang Yayat R. Cipasang Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopi Setia Umbara Yudhi Herwibowo Yudi Latif Yusri Fajar Yusuf Ariel Hakim Yuval Noah Harari Zacky Khairul Uman Zainuddin Sugendal Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zed Abidien Zehan Zareez Zhaenal Fanani Zubaidi Khan Zuniest