Minggu, 14 November 2010

Pemberontakan Perempuan dalam Dokumen Jibril

Aris Kurniawan *
http://www.infoanda.com/Republika

Sejak setidaknya satu dekade terakhir blantika sastra Indonesia diramaikan fiksi-fiksi kara para sastrawan perempuan yang demikian marak. Fenomena ini bukan semata pertumbuhan perempuan pengarang yang begitu subur secara kuantitas (meskipun sampai sekarang tetap tidak sebanding dengan jumlah laki-laki pengarang), melainkan karena karya-karya mereka dianggap telah melakukan terobosan.

Terobosan tersebut terutama menyangkut keberanian mereka membicarakan tubuh secara vulgar, blak-blakan. Terobosan yang kemudian memunculkan kontroversi. Ayu Utami, dengan Saman-nya, menjadi ikon yang menandai kehadiran mereka. Kemudian disusul Supernova karya Dewi Lestari, Mereka Bilang Saya Monyet karya Jenar Maesa Ayu, trilogi Atap, Jendela, Pintu karya Fira Basuki, serta Ode untuk Leopold von Sacher-Masoch karya Dinar Rahayu -- masih ditambah karya-karya para penulis Forum Lingkar Pena yang didominasi perempuan.

Di pasar buku fiksi, karya-karya perempuan pengarang ternyata juga disambut pembaca, terbukti dengan terus terbit dan diserapnya buku-buku mereka. Buku-buku karya Helvy Tiana Rosa, Dee, Nukila Amal, Djenar Maesa Ayu, Asma Nadia, Yetti AK, dan Ucu Agustin menghias rak-rak toko buku. Puluhan penerbit berlomba menerbitkan karya-karya mereka. Tak ketinggalan Penerbit Republika yang tahun ini memilih membukukan cerpen-cerpen perempuan pengarang bertajuk Dokumen Jibril.

Buku Dokumen Jibril -- dieditori Ahmadun Yosi Herfanda -- terbit sebagai bentuk perhatian kepada penulis perempuan supaya mereka terus terdorong untuk setidaknya meng-counter penulis laki-laki yang apa boleh buat merupakan jumlah mayoritas dan dominan dalam khazanah sastra Indonesia sejak awal sejarahnya. Simpulan ini tertulis dalam pengantar buku bahwa sejauh ini peran perempuan dalam pelbagai bidang kehidupam masih dalam posisi subordinasi, sehingga perlu kiranya perhatian untuk mendorong keberadaan mereka.

Judul buku diambil dari cerpen Ucu Agustin. Cerpen Ucu bisa dikatakan sama sekali tidak mewakili tema yang diangkat dalam buku. Jadi, kiranya pertimbangan mengambil judul tersebut semata karena lebih memiliki nilai jual di samping terdengar agak mistis-puitis dan juga memang saya kira cerpen tersebut terkuat dari 20 cerpen yang termuat dalam buku tersebut.

Buku tersebut menawarkan tema yang cukup beragam dengan sebagian besar mengangkat peristiwa sosiologis faktual. Tetapi, setidaknya peristiwa sosiologis faktual tersebut terbingkai dalam dua tema besar yang mewarnai cerpen-cerpen karya perempuan pengarang dalam buku itu. Pertama, ide pemberontakan atas ketidakadilan gender. Kedua, mistisisme religius.

Dari dua kecenderungan tersebut, ide pemberontakan perempuan yang menjadi jargon gerakan feminisme dan arus besar kecenderungan perempuan pengarang terkini tampak menjadi semangat utama dan mengambil porsi terbesar buku itu. Dengan sudut pandang dan persoalan yang beragam, ide pemberontakan dan ketertindasan perempuan atas kultur tampak pada cerpen Gugur Daun Mapel karya Abidah Al Khalieqi, Cinta Sarkowi karya Titik Sugiarti, Sebilah Pisau karya Maya Wulan, Pertemuan di Taman Hening karya Helvy Tiana Rosa, Ranti Menderas karya Asma Nadia, Langit Zahra karya Dianing Widya Yudhistira, Cermin karya Djenar Maesa Ayu, Laki-laki di Atas Tembok Berlin karya Pudji Isdriani K, dan Mata karya Titi Said.

Mistisitisme religius, baik yang secara tersamar maupun terang-terangan, muncul dalam cerpen Lelaki yang Hadir Tengah Malam karya Evi Idawati, Dokumen Jibril karya Ucu Agustin, Perahu Nuh karya Ratna Indraswari Ibrahim, dan Pohon karya Dewi Sartika.

Secara umum kisah pemberontakan perempuan tidak memberi sesuatu yang baru dan menjadi sesuatu yang rutin, begitu pula pilihan bentuk pengungkapan yang ditempuh para pengarang. Ia hadir kiranya semata memperpanjang deretan buku-buku perempuan pengarang yang telah terbit, kecuali satu dua cerpen. Kisah pemberontakan yang hadir dalam cerpen Gugur Daun Mapel, misalnya, tampil dengan kalimat-kalimat puitis dalam jalinan cerita romantis yang menyodorkan banyak informasi tentang struktur sosial keluarga Arab yang paternalistik.

Dalam cerpen itu, persengketaan Nabila Al Habsyi dengan ibu dan kakak perempuannya yang setia pada tradisi dan mengagungkan kelas sosial dalam beberapa titik tertentu seringkali menggulung cerita menjadi sekadar pernyataan-pernyataan pengarangnya yang kering dan bombastis. Kepiawaiannya menjalin kalimat-kalimat lembut yang memberi nafas puitik adalah unsur yang cukup menolong cerpen ini untuk dinikmati dengan suguhan romantisme kisah cinta dua manusia yang sesungguhnya terlampau klise namun mampu memberi kesegaran lain. Pergolakan batin yang dialami Nabila diungkap hampir memakan sebagian cerpen.

Kultur pathriarkis telah melahirkan cara berpikir sangat diskriminatif yang kemudian melembaga dalam sistem hukum, baik dalam bentuknya yang formal maupun tidak. Sih, perempuan dalam Pertemuan di Taman Hening merupakan korban kekerasan seorang suami. Sih tak berdaya, bukan saja karena ia perempuan yang lemah secara fisik, melainkan juga pandangan masyarakat yang tidak adil terhadap perempuan, sehingga ia hanya mampu melakukan pemberontakan dalam ilusinya.

Tetapi, dalam ilusi pun ternyata Sih tidak dapat melepaskan diri kekuasan yang dibangun laki-laki, bahwa perempuan adalah mahluk lemah yang harus dilindungi laki-laki: Sih mendambakan laki-laki yang bisa melindunginya dengan kehangatan cinta kasih. Sih jelas merupakan presentasi dari perempuan yang jadi korban empuk kekuasaan laki-laki yang tanpa disadari Sih sendiri sebagai kebenaran.

Nasib perempuan dalam Sebilah Pisau lebih tragis lagi. Ia tidak menemukan cara memberontak kecuali mengakhiri hidupnya dengan menerjunkan diri ke dasar jurang berbatu. Begitu pula cerpen dalam Ranti Menderas, Langit Zahra, Cermin, dan Mata.

Dalam dominasi tema perempuan sebagai korban kekuasaan, cerpen Lelaki di Atas Tembok Berlin menyodorkan arah yang berlawanan. Perempuan dalam cerpen tersebut tampil begitu berkuasa. Laki-laki di sana hadir sebagai pecundang. Cerpen ini berkisah tentang Bismo Kumbara, lelaki yang ditindas istrinya. Bismo tidak berdaya sebagai suami yang mestinya mengendalikan Gendari, istrinya. Kekecewaan menghadapi istrinya yang keras kepala ia tumpahkan pada seorang pelacur. Tetapi kemudian pelacur pun menolaknya setelah dibayar lebih tinggi oleh Gendari supaya menjauhi Bismo. Meskipun kekuasaan perempuan di sana tidak bertolak dari ideologi feminisme seperti yang diusung Nawal el Sadawi, namun mampu memberi warna lain, meski penggarapannya nampak kedodoran. Terutama pada alur dan percakapan tokoh-tokohnya.

Pengarang yang memilih tema mistis religius nampaknya juga terperangkap dalam kesadaran paternalistik. Lihatlah, cerpen Lelaki yang Hadir di Tengah Malam, ia hadir justru makin mempertegas dominasi laki-laki sebagai realitas yang tidak bisa ditolak. Aku-narator, yang seorang perempuan dan bersuami, mencintai lelaki lain. Meskipun lelaki tersebut hanya berwujud lebih sebagai sosok simbolik, si perempuan merasa berdosa kepada suaminya. Sebagaimana cerpen yang disarati beban ideologis, cerpen ini jatuh dalam pola pemikiran religiusitas formalistik yang membosankan.

Dokumen Jibril dan Sikat Gigi, merupakan dua cerpen yang menawarkan hal yang tidak terlalu klise. Dokumen Jibril, tampak kekuatannya pada tempo bercerita yang cepat dengan eksplorasi bahasa yang menarik, membalut plot cerita yang meliuk-liuk menjadi semakin mengasyikan. Ucu juga pandai membuat metafora-metafora menyegarkan meski tidak selalu sinkron. Bacalah satu paragraf berikut ini:

Seperti kue yang sejak dari proses cetak tak pernah mempunyai hak untuk protes, lantai itu pun tak pernah ditanyai apakah ia mau menjadi penjajah abadi dari kehidupan tanah yang ada di bawahnya? Campuran kasar yang terdiri dari semen, pasir, kerikil itu seolah ditempel begitu saja, direnggut keakuannya, diputus dari masa lalunya. Seolah mereka tidak mempunyai sejarah; kerikil diputus dari batunya, pasir digerus dari sungainya, semen ditambang dari pabriknya.

Pada cerpen Sikat Gigi, Dewi Lestari bertutur ringan namun mendalam mengenai hubungan persahabatan dua orang berbeda jenis yang melibatkan sikat gigi. Uniknya, keterlibatan sikat gigi menjadi sangat menentukan hubungan keduanya. Kehadiran sikat gigi, benda penting yang sering diabaikan, menjadikan cerpen tersebut memiliki pola ungkap yang lumayan personal.

Begitulah, lagi-lagi sesuai yang tertulis pada pengantar Ahmadun, kumpulan cerpen Dokumen Jibril tampaknya memang tidak bermaksud membuat gebrakan atau apalah namanya. Meskipun demikian keragaman tema yang ditawarkan setidaknya memperlihatkan dinamika penulisan fiksi oleh pengarang perempuan dalam memberi warna terhadap blantika sastra Indonesia yang apa boleh buat telanjur didominasi penulis laki-laki.

*) Cerpenis dan pengamat sastra

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Ginandjar Wiludjeng A. Junianto A. Kurnia A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.S Laksana A’yat Khalili Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Razak Abdul Rosyid Abdul Wahab Abdurrahman Wahid Abu Salman Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adam Chiefni Ade P. Nasution Adhitia Armitriant Adi Prasetyo Adrizas AF. Tuasikal Afriza Hanifa Afrizal Malna Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunyoto Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Baso Ahmad Faishal Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Naufel Ahmad Rofiq Ahmad S. Zahari Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ainul Fiah Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akhudiat Akmal Nasery Basral Alam Terkembang Alang Khoiruddin Alex R. Nainggolan Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Almania Rohmah Ami Herman Amien Wangsitalaja Aminah Aminullah HA.Noor Amir Sutaarga Anam Rahus Anata Siregar Andari Karina Anom Andina Dwifatma Andong Buku #3 Andre Mediansyah Andri Awan Anett Tapai Anggie Melianna Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Bae Anton Kurnia Anton Wahyudi Anwar Nuris Ardi Bramantyo Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arie Yani Arief Joko Wicaksono Arief Junianto Ariera Arif Bagus Prasetyo Aris Kurniawan Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Asmaul Fauziyah Asti Musman Atafras Awalludin GD Mualif Ayu Wulan Sari Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Bagus Takwin Bahrul Ulum A. Malik Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Beno Siang Pamungkas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Bernando J Sujibto Berthold Damshauser BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Camelia Mafaza Catatan Cerbung Cerpen Chairul Akhmad Chamim Kohari Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Zaini Ahmad D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Daisuke Miyoshi Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Danusantoso Dareen Tatour Darju Prasetya David Kuncara Denny Mizhar Denza Perdana Desi Sommalia Gustina Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewi Indah Sari Dewi Susme Dian Sukarno Didik Harianto Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jawa Timur Dipo Handoko Diyah Errita Damayanti Djoko Pitono Djoko Saryono Doddy Wisnu Pribadi Dody Kristianto Dody Yan Masfa Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi SS MHum Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Wiyana Dyah Ratna Meta Novia Dyah Sulistyorini Ecep Heryadi Eddy Pranata PNP Edeng Syamsul Ma’arif Eep Saefulloh Fatah EH Kartanegara Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendrawan Sofyan Eko Hendri Saiful Eko Windarto Elnisya Mahendra Elva Lestary Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Sulwesi Endo Suanda Eppril Wulaningtyas R Esai Evan Ys F. Moses F. Rahardi Fadlillah Malin Sutan Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fanny Chotimah Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Febby Fortinella Rusmoyo Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Gabriel Garcia Marquez Galang Ari P. Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gandra Gupta Ganug Nugroho Adi Gerson Poyk Ghassan Kanafani Gita Nuari Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunoto Saparie H.B. Jassin Habibullah Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Hardi Haris del Hakim Haris Saputra Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Aspahani Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana HE. Benyamine Hendra Junaedi Hendra Makmur Heri CS Heri Latief Heri Listianto Herman RN Herry Lamongan Heru CN Heru Nugroho Hikmat Gumelar HL Renjis Magalah Hudan Nur Hujuala Rika Ayu Huminca Sinaga IBM. Dharma Palguna Ibnu Wahyudi Ida Farida Idris Pasaribu Ignas Kleden Ignatius Haryanto Iksan Basoeky Ilham Khoiri Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Ira Puspitaningsih Irfan Budiman Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Zulkarnain Ismail Marzuki Iva Titin Shovia Iwan Kurniawan Jabbar Abdullah Jafar Fakhrurozi Jalan Raya Simo Sungelebak Jamal D. Rahman Jamal T. Suryanata Javed Paul Syatha Jayaning S.A JILFest 2008 Jody Setiawan Johan Edy Raharjo Johannes Sugianto Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Juan Kromen Julika Hasanah Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Ka’bati Karanggeneng Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Keith Foulcher Kemah Budaya Panturan (KBP) Khansa Arifah Adila Khoirul Inayah Khoirul Rosyadi Khudori Husnan Ki Ompong Sudarsono Kirana Kejora Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kukuh S Wibowo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie L.N. Idayanie Laili Rahmawati Lamongan Lan Fang Langgeng Widodo Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lely Yuana Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Liestyo Ambarwati Khohar Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lucia Idayanie Lukman A Sya Lutfiah Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Ismail M Thobroni M. Afifuddin M. Arwan Hamidi M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Luthfi Aziz M. Nurdin M. Yoesoef M.D. Atmaja M.S. Nugroho Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahmud Syaltut Usfa Mahmudi Arif Dahlan Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Martin Aleida Maruli Tobing Mas Ruscita Mashuri Masuki M. Astro Matroni Matroni Muserang Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mia Arista Mia El Zahra Mikael Johani Misbahus Surur Misran Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan Much. Khoiri Muh. Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Aris Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun Muhammadun AS Muhidin M Dahlan Mujtahid Mujtahidin Billah Mukti Sutarman Espe Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik Munawir Aziz Musfarayani Musfi Efrizal Nafisatul Husniah Nandang Darana Naskah Teater Nelson Alwi Ni Made Purnamasari Nikmatus Sholikhah Nina Herlina Lubis Nina Susilo Ning Elia Noor H. Dee Noval Jubbek Novel-novel berbahasa Jawa Novelet Nunuy Nurhayati Nur Azizah Nur Hamzah Nur Kholiq Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Aini Nurul Anam Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Okty Budiati Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Otto Sukatno CR Oyos Saroso H.N. Pagan Press Pagelaran Musim Tandur Palupi Panca Astuti Parimono V / 40 Plandi Jombang Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Petrus Nandi Politik Politik Sastra Pradana Boy ZTF Pramoedya Ananta Toer Pramono Pringadi AS Prof Dr Fabiola D. Kurnia Prosa Puisi Puji Santosa Puji Tyasari Puput Amiranti N Purnawan Andra Purnawan Kristanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang Group PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Ng. Ronggowarsito Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Rahmat Kemat Hidayatullah Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rasanrasan Boengaketji Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Resensi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Ririe Rengganis Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rusmanadi S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saiful Amin Ghofur Saiful Anam Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman S. Yoga Samsudin Adlawi Samsul Anam Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang KSII Santi Puji Rahayu Sapardi Djoko Damono Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra dan Kuasa Simbolik Sastra Jawa Timur Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra Boenga Ketjil #33 Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Khoeriyah Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputra Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soegiharto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sri Weni Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudirman Sugi Lanus Sukron Ma’mun Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaf Anton Wr Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syarif Wadja Bae Sylvianita Widyawati TanahmeraH ArtSpace Tarmuzie (1961-2019) Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tia Setiadi Tirto Suwondo Tita Tjindarbumi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tosa Poetra Tri Nurdianingsih Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulul Azmiyati Umar Fauzi Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Usman Arrumy Utari Tri Prestianti Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W Haryanto W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wan Anwar Wawan Eko Yulianto Wawancara Wina Bojonegoro Wita Lestari Wong Wing King Wowok Hesti Prabowo Xu Xi (Sussy Komala) Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanusa Nugroho Yasraf Amir Piliang Yayat R. Cipasang Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopi Setia Umbara Yudhi Herwibowo Yudi Latif Yusri Fajar Yusuf Ariel Hakim Yuval Noah Harari Zacky Khairul Uman Zainuddin Sugendal Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zed Abidien Zehan Zareez Zhaenal Fanani Zubaidi Khan Zuniest