Aris Kurniawan *
http://www.infoanda.com/Republika
Sejak setidaknya satu dekade terakhir blantika sastra Indonesia diramaikan fiksi-fiksi kara para sastrawan perempuan yang demikian marak. Fenomena ini bukan semata pertumbuhan perempuan pengarang yang begitu subur secara kuantitas (meskipun sampai sekarang tetap tidak sebanding dengan jumlah laki-laki pengarang), melainkan karena karya-karya mereka dianggap telah melakukan terobosan.
Terobosan tersebut terutama menyangkut keberanian mereka membicarakan tubuh secara vulgar, blak-blakan. Terobosan yang kemudian memunculkan kontroversi. Ayu Utami, dengan Saman-nya, menjadi ikon yang menandai kehadiran mereka. Kemudian disusul Supernova karya Dewi Lestari, Mereka Bilang Saya Monyet karya Jenar Maesa Ayu, trilogi Atap, Jendela, Pintu karya Fira Basuki, serta Ode untuk Leopold von Sacher-Masoch karya Dinar Rahayu -- masih ditambah karya-karya para penulis Forum Lingkar Pena yang didominasi perempuan.
Di pasar buku fiksi, karya-karya perempuan pengarang ternyata juga disambut pembaca, terbukti dengan terus terbit dan diserapnya buku-buku mereka. Buku-buku karya Helvy Tiana Rosa, Dee, Nukila Amal, Djenar Maesa Ayu, Asma Nadia, Yetti AK, dan Ucu Agustin menghias rak-rak toko buku. Puluhan penerbit berlomba menerbitkan karya-karya mereka. Tak ketinggalan Penerbit Republika yang tahun ini memilih membukukan cerpen-cerpen perempuan pengarang bertajuk Dokumen Jibril.
Buku Dokumen Jibril -- dieditori Ahmadun Yosi Herfanda -- terbit sebagai bentuk perhatian kepada penulis perempuan supaya mereka terus terdorong untuk setidaknya meng-counter penulis laki-laki yang apa boleh buat merupakan jumlah mayoritas dan dominan dalam khazanah sastra Indonesia sejak awal sejarahnya. Simpulan ini tertulis dalam pengantar buku bahwa sejauh ini peran perempuan dalam pelbagai bidang kehidupam masih dalam posisi subordinasi, sehingga perlu kiranya perhatian untuk mendorong keberadaan mereka.
Judul buku diambil dari cerpen Ucu Agustin. Cerpen Ucu bisa dikatakan sama sekali tidak mewakili tema yang diangkat dalam buku. Jadi, kiranya pertimbangan mengambil judul tersebut semata karena lebih memiliki nilai jual di samping terdengar agak mistis-puitis dan juga memang saya kira cerpen tersebut terkuat dari 20 cerpen yang termuat dalam buku tersebut.
Buku tersebut menawarkan tema yang cukup beragam dengan sebagian besar mengangkat peristiwa sosiologis faktual. Tetapi, setidaknya peristiwa sosiologis faktual tersebut terbingkai dalam dua tema besar yang mewarnai cerpen-cerpen karya perempuan pengarang dalam buku itu. Pertama, ide pemberontakan atas ketidakadilan gender. Kedua, mistisisme religius.
Dari dua kecenderungan tersebut, ide pemberontakan perempuan yang menjadi jargon gerakan feminisme dan arus besar kecenderungan perempuan pengarang terkini tampak menjadi semangat utama dan mengambil porsi terbesar buku itu. Dengan sudut pandang dan persoalan yang beragam, ide pemberontakan dan ketertindasan perempuan atas kultur tampak pada cerpen Gugur Daun Mapel karya Abidah Al Khalieqi, Cinta Sarkowi karya Titik Sugiarti, Sebilah Pisau karya Maya Wulan, Pertemuan di Taman Hening karya Helvy Tiana Rosa, Ranti Menderas karya Asma Nadia, Langit Zahra karya Dianing Widya Yudhistira, Cermin karya Djenar Maesa Ayu, Laki-laki di Atas Tembok Berlin karya Pudji Isdriani K, dan Mata karya Titi Said.
Mistisitisme religius, baik yang secara tersamar maupun terang-terangan, muncul dalam cerpen Lelaki yang Hadir Tengah Malam karya Evi Idawati, Dokumen Jibril karya Ucu Agustin, Perahu Nuh karya Ratna Indraswari Ibrahim, dan Pohon karya Dewi Sartika.
Secara umum kisah pemberontakan perempuan tidak memberi sesuatu yang baru dan menjadi sesuatu yang rutin, begitu pula pilihan bentuk pengungkapan yang ditempuh para pengarang. Ia hadir kiranya semata memperpanjang deretan buku-buku perempuan pengarang yang telah terbit, kecuali satu dua cerpen. Kisah pemberontakan yang hadir dalam cerpen Gugur Daun Mapel, misalnya, tampil dengan kalimat-kalimat puitis dalam jalinan cerita romantis yang menyodorkan banyak informasi tentang struktur sosial keluarga Arab yang paternalistik.
Dalam cerpen itu, persengketaan Nabila Al Habsyi dengan ibu dan kakak perempuannya yang setia pada tradisi dan mengagungkan kelas sosial dalam beberapa titik tertentu seringkali menggulung cerita menjadi sekadar pernyataan-pernyataan pengarangnya yang kering dan bombastis. Kepiawaiannya menjalin kalimat-kalimat lembut yang memberi nafas puitik adalah unsur yang cukup menolong cerpen ini untuk dinikmati dengan suguhan romantisme kisah cinta dua manusia yang sesungguhnya terlampau klise namun mampu memberi kesegaran lain. Pergolakan batin yang dialami Nabila diungkap hampir memakan sebagian cerpen.
Kultur pathriarkis telah melahirkan cara berpikir sangat diskriminatif yang kemudian melembaga dalam sistem hukum, baik dalam bentuknya yang formal maupun tidak. Sih, perempuan dalam Pertemuan di Taman Hening merupakan korban kekerasan seorang suami. Sih tak berdaya, bukan saja karena ia perempuan yang lemah secara fisik, melainkan juga pandangan masyarakat yang tidak adil terhadap perempuan, sehingga ia hanya mampu melakukan pemberontakan dalam ilusinya.
Tetapi, dalam ilusi pun ternyata Sih tidak dapat melepaskan diri kekuasan yang dibangun laki-laki, bahwa perempuan adalah mahluk lemah yang harus dilindungi laki-laki: Sih mendambakan laki-laki yang bisa melindunginya dengan kehangatan cinta kasih. Sih jelas merupakan presentasi dari perempuan yang jadi korban empuk kekuasaan laki-laki yang tanpa disadari Sih sendiri sebagai kebenaran.
Nasib perempuan dalam Sebilah Pisau lebih tragis lagi. Ia tidak menemukan cara memberontak kecuali mengakhiri hidupnya dengan menerjunkan diri ke dasar jurang berbatu. Begitu pula cerpen dalam Ranti Menderas, Langit Zahra, Cermin, dan Mata.
Dalam dominasi tema perempuan sebagai korban kekuasaan, cerpen Lelaki di Atas Tembok Berlin menyodorkan arah yang berlawanan. Perempuan dalam cerpen tersebut tampil begitu berkuasa. Laki-laki di sana hadir sebagai pecundang. Cerpen ini berkisah tentang Bismo Kumbara, lelaki yang ditindas istrinya. Bismo tidak berdaya sebagai suami yang mestinya mengendalikan Gendari, istrinya. Kekecewaan menghadapi istrinya yang keras kepala ia tumpahkan pada seorang pelacur. Tetapi kemudian pelacur pun menolaknya setelah dibayar lebih tinggi oleh Gendari supaya menjauhi Bismo. Meskipun kekuasaan perempuan di sana tidak bertolak dari ideologi feminisme seperti yang diusung Nawal el Sadawi, namun mampu memberi warna lain, meski penggarapannya nampak kedodoran. Terutama pada alur dan percakapan tokoh-tokohnya.
Pengarang yang memilih tema mistis religius nampaknya juga terperangkap dalam kesadaran paternalistik. Lihatlah, cerpen Lelaki yang Hadir di Tengah Malam, ia hadir justru makin mempertegas dominasi laki-laki sebagai realitas yang tidak bisa ditolak. Aku-narator, yang seorang perempuan dan bersuami, mencintai lelaki lain. Meskipun lelaki tersebut hanya berwujud lebih sebagai sosok simbolik, si perempuan merasa berdosa kepada suaminya. Sebagaimana cerpen yang disarati beban ideologis, cerpen ini jatuh dalam pola pemikiran religiusitas formalistik yang membosankan.
Dokumen Jibril dan Sikat Gigi, merupakan dua cerpen yang menawarkan hal yang tidak terlalu klise. Dokumen Jibril, tampak kekuatannya pada tempo bercerita yang cepat dengan eksplorasi bahasa yang menarik, membalut plot cerita yang meliuk-liuk menjadi semakin mengasyikan. Ucu juga pandai membuat metafora-metafora menyegarkan meski tidak selalu sinkron. Bacalah satu paragraf berikut ini:
Seperti kue yang sejak dari proses cetak tak pernah mempunyai hak untuk protes, lantai itu pun tak pernah ditanyai apakah ia mau menjadi penjajah abadi dari kehidupan tanah yang ada di bawahnya? Campuran kasar yang terdiri dari semen, pasir, kerikil itu seolah ditempel begitu saja, direnggut keakuannya, diputus dari masa lalunya. Seolah mereka tidak mempunyai sejarah; kerikil diputus dari batunya, pasir digerus dari sungainya, semen ditambang dari pabriknya.
Pada cerpen Sikat Gigi, Dewi Lestari bertutur ringan namun mendalam mengenai hubungan persahabatan dua orang berbeda jenis yang melibatkan sikat gigi. Uniknya, keterlibatan sikat gigi menjadi sangat menentukan hubungan keduanya. Kehadiran sikat gigi, benda penting yang sering diabaikan, menjadikan cerpen tersebut memiliki pola ungkap yang lumayan personal.
Begitulah, lagi-lagi sesuai yang tertulis pada pengantar Ahmadun, kumpulan cerpen Dokumen Jibril tampaknya memang tidak bermaksud membuat gebrakan atau apalah namanya. Meskipun demikian keragaman tema yang ditawarkan setidaknya memperlihatkan dinamika penulisan fiksi oleh pengarang perempuan dalam memberi warna terhadap blantika sastra Indonesia yang apa boleh buat telanjur didominasi penulis laki-laki.
*) Cerpenis dan pengamat sastra
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Ginandjar Wiludjeng
A. Junianto
A. Kurnia
A. Qorib Hidayatullah
A. Yusrianto Elga
A.S Laksana
A’yat Khalili
Aang Fatihul Islam
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi WM
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Malik
Abdul Razak
Abdul Rosyid
Abdul Wahab
Abdurrahman Wahid
Abu Salman
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Adam Chiefni
Ade P. Nasution
Adhitia Armitriant
Adi Prasetyo
Adrizas
AF. Tuasikal
Afriza Hanifa
Afrizal Malna
Agama Para Bajingan
Agnes Rita Sulistyawaty
Aguk Irawan M.N.
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Ahda Imran
Ahid Hidayat
Ahmad Baso
Ahmad Faishal
Ahmad Fatoni
Ahmad Hasan MS
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Khotim Muzakka
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Naufel
Ahmad Rofiq
Ahmad S. Zahari
Ahmad Syauqi Sumbawi
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ahsanu Nadia
Aini Aviena Violeta
Ainul Fiah
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Akhmad Sofyan Hadi
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Akmal Nasery Basral
Alam Terkembang
Alang Khoiruddin
Alex R. Nainggolan
Alfian Dippahatang
Ali Audah
Ali Mahmudi CH
Ali Rif’an
Almania Rohmah
Ami Herman
Amien Wangsitalaja
Aminah
Aminullah HA.Noor
Amir Sutaarga
Anam Rahus
Anata Siregar
Andari Karina Anom
Andina Dwifatma
Andong Buku #3
Andre Mediansyah
Andri Awan
Anett Tapai
Anggie Melianna
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anjrah Lelono Broto
Anton Bae
Anton Kurnia
Anton Wahyudi
Anwar Nuris
Ardi Bramantyo
Ardus M Sawega
Arie MP Tamba
Arie Yani
Arief Joko Wicaksono
Arief Junianto
Ariera
Arif Bagus Prasetyo
Aris Kurniawan
Arman A.Z.
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Sambodja
Asmaul Fauziyah
Asti Musman
Atafras
Awalludin GD Mualif
Ayu Wulan Sari
Aziz Abdul Gofar
Azizah Hefni
Bagus Takwin
Bahrul Ulum A. Malik
Balada
Bale Aksara
Balok Sf
Bambang Kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Beni Setia
Benny Arnas
Benny Benke
Beno Siang Pamungkas
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Berita Duka
Berita Koran
Bernando J Sujibto
Berthold Damshauser
BI Purwantari
Binhad Nurrohmat
Bobby Gunawan
Bonari Nabonenar
Brunel University London
Budaya
Budi Darma
Budi P. Hatees
Budiman S. Hartoyo
Burhanuddin Bella
Camelia Mafaza
Catatan
Cerbung
Cerpen
Chairul Akhmad
Chamim Kohari
Chavchay Syaifullah
Cover Buku
Cucuk Espe
D. Zaini Ahmad
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Dahta Gautama
Daisuke Miyoshi
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Danusantoso
Dareen Tatour
Darju Prasetya
David Kuncara
Denny Mizhar
Denza Perdana
Desi Sommalia Gustina
Desiana Medya A.L
Dewan Kesenian Lamongan (DKL)
Dewi Indah Sari
Dewi Susme
Dian Sukarno
Didik Harianto
Didik Kusbiantoro
Dina Jerphanion
Dina Oktaviani
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jawa Timur
Dipo Handoko
Diyah Errita Damayanti
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddy Wisnu Pribadi
Dody Kristianto
Dody Yan Masfa
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dr Junaidi SS MHum
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi Wiyana
Dyah Ratna Meta Novia
Dyah Sulistyorini
Ecep Heryadi
Eddy Pranata PNP
Edeng Syamsul Ma’arif
Eep Saefulloh Fatah
EH Kartanegara
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Hendrawan Sofyan
Eko Hendri Saiful
Eko Windarto
Elnisya Mahendra
Elva Lestary
Emha Ainun Nadjib
Emil WE
Endah Sulwesi
Endo Suanda
Eppril Wulaningtyas R
Esai
Evan Ys
F. Moses
F. Rahardi
Fadlillah Malin Sutan
Fahmi Faqih
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fajar Kurnianto
Fanani Rahman
Fanny Chotimah
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Febby Fortinella Rusmoyo
Felix K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Gabriel Garcia Marquez
Galang Ari P.
Galuh Tulus Utama
Gampang Prawoto
Gandra Gupta
Ganug Nugroho Adi
Gerson Poyk
Ghassan Kanafani
Gita Nuari
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunoto Saparie
H.B. Jassin
Habibullah
Hadi Napster
Hadriani Pudjiarti
Halim HD
Halimi Zuhdy
Hamberan Syahbana
Han Gagas
Hanibal W. Y. Wijayanta
Hardi
Haris del Hakim
Haris Saputra
Harri Ash Shiddiqie
Hartono Harimurti
Hary B Kori’un
Hasan Aspahani
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
HE. Benyamine
Hendra Junaedi
Hendra Makmur
Heri CS
Heri Latief
Heri Listianto
Herman RN
Herry Lamongan
Heru CN
Heru Nugroho
Hikmat Gumelar
HL Renjis Magalah
Hudan Nur
Hujuala Rika Ayu
Huminca Sinaga
IBM. Dharma Palguna
Ibnu Wahyudi
Ida Farida
Idris Pasaribu
Ignas Kleden
Ignatius Haryanto
Iksan Basoeky
Ilham Khoiri
Imam Cahyono
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Ira Puspitaningsih
Irfan Budiman
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Iskandar Zulkarnain
Ismail Marzuki
Iva Titin Shovia
Iwan Kurniawan
Jabbar Abdullah
Jafar Fakhrurozi
Jalan Raya Simo Sungelebak
Jamal D. Rahman
Jamal T. Suryanata
Javed Paul Syatha
Jayaning S.A
JILFest 2008
Jody Setiawan
Johan Edy Raharjo
Johannes Sugianto
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Jual Buku
Jual Buku Paket Hemat
Juan Kromen
Julika Hasanah
Jurnalisme Sastrawi
Jusuf AN
Juwairiyah Mawardy
Ka’bati
Karanggeneng
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Keith Foulcher
Kemah Budaya Panturan (KBP)
Khansa Arifah Adila
Khoirul Inayah
Khoirul Rosyadi
Khudori Husnan
Ki Ompong Sudarsono
Kirana Kejora
Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia
Korrie Layun Rampan
Kostela
Kritik Sastra
Kukuh S Wibowo
Kurnia Effendi
Kurniawan
Kuswaidi Syafi'ie
L.N. Idayanie
Laili Rahmawati
Lamongan
Lan Fang
Langgeng Widodo
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Lely Yuana
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember
Liestyo Ambarwati Khohar
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liza Wahyuninto
Lucia Idayanie
Lukman A Sya
Lutfiah
Lynglieastrid Isabellita
M Arman AZ
M Ismail
M Thobroni
M. Afifuddin
M. Arwan Hamidi
M. Lukluk Atsmara Anjaina
M. Lutfi
M. Luthfi Aziz
M. Nurdin
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.S. Nugroho
Mahendra Cipta
Mahmud Jauhari Ali
Mahmud Syaltut Usfa
Mahmudi Arif Dahlan
Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Martin Aleida
Maruli Tobing
Mas Ruscita
Mashuri
Masuki M. Astro
Matroni
Matroni Muserang
Media: Crayon on Paper
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Mia Arista
Mia El Zahra
Mikael Johani
Misbahus Surur
Misran
Mohamad Ali Hisyam
Mohammad Eri Irawan
Much. Khoiri
Muh. Muhlisin
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Aris
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Rain
Muhammad Taufiqurrohman
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun
Muhammadun AS
Muhidin M Dahlan
Mujtahid
Mujtahidin Billah
Mukti Sutarman Espe
Mulyadi SA
Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik
Munawir Aziz
Musfarayani
Musfi Efrizal
Nafisatul Husniah
Nandang Darana
Naskah Teater
Nelson Alwi
Ni Made Purnamasari
Nikmatus Sholikhah
Nina Herlina Lubis
Nina Susilo
Ning Elia
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel-novel berbahasa Jawa
Novelet
Nunuy Nurhayati
Nur Azizah
Nur Hamzah
Nur Kholiq
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurul Aini
Nurul Anam
Nurul Komariyah
Nuryana Asmaudi SA
Nyoman Tusthi Eddy
Obrolan
Okty Budiati
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Otto Sukatno CR
Oyos Saroso H.N.
Pagan Press
Pagelaran Musim Tandur
Palupi Panca Astuti
Parimono V / 40 Plandi Jombang
Pawang Surya Kencana
PDS H.B. Jassin
Petrus Nandi
Politik
Politik Sastra
Pradana Boy ZTF
Pramoedya Ananta Toer
Pramono
Pringadi AS
Prof Dr Fabiola D. Kurnia
Prosa
Puisi
Puji Santosa
Puji Tyasari
Puput Amiranti N
Purnawan Andra
Purnawan Kristanto
Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin
Pustaka Ilalang Group
PUstaka puJAngga
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R. Ng. Ronggowarsito
Rachmad Djoko Pradopo
Radhar Panca Dahana
Rahmat Kemat Hidayatullah
Rahmat Sularso Nh
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rasanrasan Boengaketji
Raudal Tanjung Banua
Redland Movie
Reiny Dwinanda
Resensi
Rialita Fithra Asmara
Ribut Wijoto
Riki Dhamparan Putra
Riki Utomi
Ririe Rengganis
Risang Anom Pujayanto
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Roso Titi Sarkoro
Rozi Kembara
Rukardi
Rumah Budaya Pantura (RBP)
Rusmanadi
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saiful Amin Ghofur
Saiful Anam
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Salman S. Yoga
Samsudin Adlawi
Samsul Anam
Sanggar Lukis Alam
Sanggar Pasir
Sanggar Rumah Ilalang KSII
Santi Puji Rahayu
Sapardi Djoko Damono
Saroni Asikin
Sartika Dian Nuraini
Sastra dan Kuasa Simbolik
Sastra Jawa Timur
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sayyid Fahmi Alathas
SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang
SelaSastra Boenga Ketjil
SelaSastra Boenga Ketjil #33
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Setia Naka Andrian
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sinopsis
Siti Khoeriyah
Siti Muyassarotul Hafidzoh
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputra
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Slamet Rahardjo Rais
Soegiharto
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Spectrum Center Press
Sri Weni
Sri Wintala Achmad
Suci Ayu Latifah
Sucipto Hadi Purnomo
Sudirman
Sugi Lanus
Sukron Ma’mun
Sulaiman Djaya
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Supriyadi
Surya Lesmana
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyanto
Syaf Anton Wr
Syaifuddin Gani
Syaiful Amin
Syarif Wadja Bae
Sylvianita Widyawati
TanahmeraH ArtSpace
Tarmuzie (1961-2019)
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Presetyo
Teguh Setiawan
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Tia Setiadi
Tirto Suwondo
Tita Tjindarbumi
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan
Tosa Poetra
Tri Nurdianingsih
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Ulul Azmiyati
Umar Fauzi
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Usman Arrumy
Utari Tri Prestianti
Viddy AD Daery
Virdika Rizky Utama
W Haryanto
W.S. Rendra
Wahyu Prasetya
Wan Anwar
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wina Bojonegoro
Wita Lestari
Wong Wing King
Wowok Hesti Prabowo
Xu Xi (Sussy Komala)
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yanusa Nugroho
Yasraf Amir Piliang
Yayat R. Cipasang
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yopi Setia Umbara
Yudhi Herwibowo
Yudi Latif
Yusri Fajar
Yusuf Ariel Hakim
Yuval Noah Harari
Zacky Khairul Uman
Zainuddin Sugendal
Zamakhsyari Abrar
Zawawi Se
Zed Abidien
Zehan Zareez
Zhaenal Fanani
Zubaidi Khan
Zuniest
Tidak ada komentar:
Posting Komentar