Minggu, 14 November 2010

(Membaca) Sastra & Filsafat: Upaya Memungut Realitas dan Penegasan Eksistensi

Nandang Darana *
http://filsafat.kompasiana.com/

Sebagai hasil proses kreasi estetis kepengarangan dan refleksi atas realitas, karya sastra memiliki keakraban dengan filsafat: sama-sama memungut realitas sebagai sumber inspirasi. Bedaannya, seperti menurut Mudji Sutrisno, terletak pada metodologi yang digunakan. Sastra merupakan ziarah penjelajahan seluruh realitas tanpa pretensi membuat rumusan sistematis; sedangkan filsafat tampil sebagai refleksi atas ziarah dimaksud secara sistematis. Pada titik ini, filsafat mengambil sastra sebagai bahan bakunya. Keakraban demikian, ditunjukkan pula oleh kemampuan sastra untuk menjelaskan konsepsi filosofis secara lebih komunikatif, segar dan hidup. Barangkali karena pandangan seperti inilah Takdir menulis tiga jilid roman Grotta Azzurra. Roman –yang dikritik Teeuw sebagai “terlalu dikuasai perfilsafatan kebudayaan”—pada 1970.

“Berbicara tentang sastra berarti berbicara tentang manusia dan masyarakat,” tulis Mochtar Lubis. Oleh sebab itu, karya sastra tidak dapat dipi¬sahkan dari pemikiran-pemikiran dan perasaan yang hadir di masyarakat. Ia dipandang sebagai cerminan suatu kondisi atau keadaan yang tengah berkembang. Dengan demikian, karya sastra tidak saja melulu bermuatan estetis. Dalam karya sastra terpancar juga pemikiran, kehidupan, dan tradisi yang hidup dalam suatu masyarakat. Dengan demikian, berbicara karya sastra berarti juga berbicara suatu segi kebudayaan. “Seni harus menjadi gerakan kontra terhadap roh zaman yang sedang melembek,” tulis Nietzsche. “Gerakan seni adalah cara untuk menghidupkan kembali arete Yunani (kebajikan Yunani), virtu renaissance (kebaikan renaisans) dan Zarathrusta (agama-agama kuna),” lanjutnya.

Sesuai tuntutan Nietzsche, tidak mengherankan bila dalam karya sastra muncul tawaran tentang makna tertentu kehidupan –sehingga sanggup mengundang diskusi. Kajian atas karya sastra yang dilakukan dengan menggunakan kerangka pemikiran tertentu di luar kaidah-kaidah sastra (estetika), dalam teori kritik sastra, disebut kajian sastra secara ekstrinsik. Kajian ini lebih ditekankan pada aspek gagasan serta latar belakang kemunculan karya sastra tersebut. Sejauh tema dalam suatu karya sastra mengarah pada aliran tertentu, ia pun layak dikaji berdasarkan kecenderungan filsafatnya. Salah satunya adalah membuat tinjauan atas karya sastra dengan kerangka eksistensialisme.

Caligula karya Albert Camus, sanggup merangsang diskursus tentang keharusan eksistensial manusia. Menurut Camus, kebenaran adalah pemberontakan terhadap takdir, dan kekeliruan bila meniadakan manusia. Orang Asing, karya lain Albert Camus, juga memunculkan tema eksistensial tentang absurditas kehidupan manusia dan pemberontakan terhadap konvensi yang ada mengenai hirarki manusia. Masalah absurditas diangkat dengan porsi yang lebih besar dalam karya Camus lainnya, Mitologi Sisiphus. Jean-Paul Sartre mengangkat absurditas dan kebebasan dalam naskah drama berjudul Pintu Tertutup. Tema eksistensial tentang absurditas juga dimunculkan Sartre dalam romannya, Rasa Muak.

Eksistensialisme Sartre yang ateistis mendapat perimbangan dari teisme Iqbal yang “melihat Tuhan dalam cahaya pribadi”. Bagi Iqbal, setiap wujud mempunyai individualitas, yakni gerak menaik yang dalam jalannya memungut semua wujud hidup. Dengan cara ini, Iqbal menegaskan eksistensi manusia sebagai pencipta tandingan seraya menyapa “Sang Maha Baik dari seluruh pencipta”.

Dalam Sastra Indonesia, Ziarah karya Iwan Simatupang adalah novel yang sarat dengan tema eksistensi; kehidupan, kematian, kebebasan, pertanggung-jawaban, dan keterasingan. Dami N. Toda menyebutkan bahwa Ziarah memiliki keterkaitan secara interteks dengan Orang Asing karya Camus. Sementara Budiarto Danujaya menghubungkan Ziarah dengan karya filosofis Sartre, Ada dan Ketiadaan.

Selain novel Iwan Simatupang, Atheis karya Achdiat Kartamihardja memunculkan tema eksistensi yang lain. Roman ini bertutur tentang kisah manusia yang tengah mencari penegasan identitas diantara modernitas dan tradisi serta agama. Pencarian yang sama terdapat pula dalam karya Montinggo Busye, Sanu Infinita Kembar. Bahkan lebih mendalam, jati diri dilacak hingga menembus kedalaman mistikal dengan menguak batas-batas antara hidup dan mati.

Sementara dalam puisi, sajak Aku karya Chairil Anwar jelas-jelas bercorak eksistensialis. Kalimat “Aku ini binatang jalang/ Dari kumpulannya terbuang” adalah pengumuman eksistensialis dari Chairil Anwar. Menurut Herry Dim, Aku Chairil Anwar tersebut merupakan upaya (baca: pemberontakan) ke arah penegasan eksistensi diri. Manusia sebagai persona, sebagai individu yang total, dicoba didengungkan Chairil Anwar guna menegaskan hak-hak manusia perorangan. Pada wilayah eksistensialis, hal tersebut merupakan pemberontakan terhadap Sosialisme yang tengah jadi maintrend dalam diskursus intelektual masyarakat Indonesia saat itu. Alhasil, adanya gagasan atau pemikiran dalam sebuah karya sastra dapat dianggap sah. Dalam hal ini, seni tidak saja untuk seni tapi juga untuk sesuatu yang lain, semisal perubahan masyarakat. Berikut ini adalah contoh pembacaan atas beberapa naskah drama Arifin C. Noer dari sudut pandang eksistensialisme.
**
Dalam karya-karya Arifin C. Noer (ACN), tema-tema eksistensial yang jadi bahan permenungan Camus, Sartre, atau lainnya tampak cukup kental. Selain itu, karya-karya ACN pun dapat dikait¬kan dan dilacak hingga zaman romantisme yang banyak berbicara tentang perjalanan hidup manusia, kemunafikan, moralitas, dan anti kemapanan. Namun sebagai seorang muslim, ACN tentu tidak dapat keluar dari kerangka normatif keaga¬maannya. Pikiran-pikirannya tidak dapat dikatakan murni eksis-tensialis. Dengan sendirinya, masalah-masalah eksistensialis mendapat muatan religius.

Dalam Sumur Tanpa Dasar (STD), ACN bertutur tentang konflik antara iman dan eksistensi diri. Dari situ terlihat upaya ACN untuk melakukan pembongkaran terhadap nilai-nilai yang ada di masyarakat. Khususnya yang berkaitan dengan nilai-nilai etik religiusitas dan kebebasan manusiawi. Contoh lain adalah Tengul. Karya ACN ini bertutur tentang kisah manusia yang dipermainkan Sang Nasib. Kedangkalan imanlah akhirnya yang mengantarkan manusia pada lembah kehi¬naan, merendahkan diri di hadapan demit, suatu drama peng¬ingkaran terhadap nilai-nilai kemanusiaan yang begitu luhur. Padahal, bukankah manusia lebih tinggi derajatnya dari pada demit? Dari sisi lain, karya ini pun menunjukkan betapa absurd¬nya manusia ketika sudah tidak lagi berpegang pada akal sehat dan, terutama, iman.

Beberapa karya lainnya, berturut-turut: Umang-umang, tentang amarah dan kegondokkan para penjahat yang ingin memba¬las dendam terhadap keadaan yang menyebabkannya jatuh ke dalam kemiskinan dan kejahatan; Ari-ari Atawa Interogasi No.2, ten¬tang orang-orang yang tertindas secara ekonomi, budaya dan keyakinan spiritual; Ozone Atawa Orkes Madun IV yang bertutur tentang kebingungan manusia modern menghadapi temuan-temuannya serta menghadapi ketidakseimbangan hidup; dan lain-lain. Dipandang dari sudut eksistensialis, penggambaran terse¬but dapat dianggap sebagai upaya perumusan dan pencarian jati diri, bagaimana semestinya manusia eksis.

Seperti ditunjukkan dalam STD, manusia modern telah terjebak pada jenis “iman” yang baru, yakni pikiran alias dirinya sendiri. Karena itu, modernitas lebih berpihak pada materialisme. Manusia modern akhirnya jadi manusia yang perkasa namun menyedihkan. Ia sibuk dengan kalku¬lasi matematis yang serba rasional, sambil mengubur dirinya sebagai makhluk spiritual. Pada tingkat yang lebih mendasar, modernisme tidak saja mengancam moralitas. Ia juga jadi ancaman bagi, dalam istilah MacIntyre, kedirian. Jika sudah demikian, di mana makna hidup ditempatkan?

Dalam kondisi seperti itu, manusia kehilangan hati nurani dalam hubungan sosialnya. Pada rentang waktu berikutnya, hal ini mengantarkan manusia pada medan kegelisahan dan kecema¬san yang begitu luas. “Tidak ada yang tersisa lagi kecuali menempati status yang sama dengan binatang,” tulis Syafi’i Ma’arif, mengutip Slozhenitsyn, seorang penulis Rusia. Dengan lain kata, seperti kata Ionesco, manusia modern telah berhenti hidup secara batiniah. Karena itu ia tidak pernah mengenyam ketenangan batiniah. Walaupun, sebenarnya masalah kemanusiaan dewasa ini cukuplah sederhana. Yakni, bagaimana mencari keseimbangan hidup antara keinginan-keinginan yang tak terpuaskan dan pengendalian diri. Namun manusia telah terlanjur dilanda kebuntuan-pikir, keputusasaan serta kebingun¬gan. Inilah gambaran manusia modern yang dimunculkan ACN dalam Ozone Atawa Orkes Madun IV. Agar manusia modern dapat keluar dari kemelut ini, manusia mesti berani keluar dari kebudayaan modernitas untuk masuk pada kebu¬dayaan baru. “Memang kehidupan lama yang kupakai harus diganti kehidupan baru yang menerbitkan harapan. Karenanya harus ada keterbukaan terhadap gagasan-gagasan dan pemikiran baru,” tulis ACN lewat tokoh utamanya, Sandek. Untuk itu, manusia mesti berpikir sehat dalam arti seluas-luasnya dan dalam pengertian sejernih-jernihnya, agar kehidupan yang penuh ancaman kembali kepada kedamaian. Kedamaian dalam kerangka ACN adalah kembali kepada keimanan –sete-lah bertuhan pada pikiran.

Menilik tema-tema yang dimunculkan ACN dalam setiap naskah dramanya, justru ia lebih banyak berbicara tentang tema-tema kemanusiaan yang lebih riil. Khususnya dalam konteks ke-Indonesia-an. Peristiwa-peristiwa yang muncul dalam setiap lakonnya, senantiasa merujuk pada fenomena umum yang tengah marak di masyarakat. “Arifin mempermainkan sense dan nonsens –terkadang dengan terlalu pintar dan sadar,” tulis Goenawan Mohamad. Dengan ungkapan lain, lewat cara penyajian yang surealis-simbolik, ACN mencoba memunculkan pikiran-pikiran bawah-sadar manusia Indonesia. Tema-tema semisal kemiskinan, keterasingan, keimanan, dan selainnya, adalah persoalan yang kerap muncul dalam pikiran masyarakat Indonesia. Melalui tema-tema tersebut, ACN merambah wilayah pemikiran eksistensial.
***

*) Lahir di Majalengka, Jawa Barat. Mendalami dunia tulis menulis sejak 1992, semasa menjadi mahasiswa Jurusan Aqidah-Filsafat UIN Bandung, namun kehilangan gairah menulis sejak 2004. Pada awal 2009 gairah itu muncul lagi, meski dengan tertatih-tatih: terlalu banyak yang telah dilewatkan dan mesti belajar lagi dari nol!

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Ginandjar Wiludjeng A. Junianto A. Kurnia A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.S Laksana A’yat Khalili Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Razak Abdul Rosyid Abdul Wahab Abdurrahman Wahid Abu Salman Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adam Chiefni Ade P. Nasution Adhitia Armitriant Adi Prasetyo Adrizas AF. Tuasikal Afriza Hanifa Afrizal Malna Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunyoto Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Baso Ahmad Faishal Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Naufel Ahmad Rofiq Ahmad S. Zahari Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ainul Fiah Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akhudiat Akmal Nasery Basral Alam Terkembang Alang Khoiruddin Alex R. Nainggolan Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Almania Rohmah Ami Herman Amien Wangsitalaja Aminah Aminullah HA.Noor Amir Sutaarga Anam Rahus Anata Siregar Andari Karina Anom Andina Dwifatma Andong Buku #3 Andre Mediansyah Andri Awan Anett Tapai Anggie Melianna Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Bae Anton Kurnia Anton Wahyudi Anwar Nuris Ardi Bramantyo Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arie Yani Arief Joko Wicaksono Arief Junianto Ariera Arif Bagus Prasetyo Aris Kurniawan Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Asmaul Fauziyah Asti Musman Atafras Awalludin GD Mualif Ayu Wulan Sari Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Bagus Takwin Bahrul Ulum A. Malik Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Beno Siang Pamungkas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Bernando J Sujibto Berthold Damshauser BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Camelia Mafaza Catatan Cerbung Cerpen Chairul Akhmad Chamim Kohari Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Zaini Ahmad D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Daisuke Miyoshi Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Danusantoso Dareen Tatour Darju Prasetya David Kuncara Denny Mizhar Denza Perdana Desi Sommalia Gustina Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewi Indah Sari Dewi Susme Dian Sukarno Didik Harianto Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jawa Timur Dipo Handoko Diyah Errita Damayanti Djoko Pitono Djoko Saryono Doddy Wisnu Pribadi Dody Kristianto Dody Yan Masfa Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi SS MHum Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Wiyana Dyah Ratna Meta Novia Dyah Sulistyorini Ecep Heryadi Eddy Pranata PNP Edeng Syamsul Ma’arif Eep Saefulloh Fatah EH Kartanegara Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendrawan Sofyan Eko Hendri Saiful Eko Windarto Elnisya Mahendra Elva Lestary Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Sulwesi Endo Suanda Eppril Wulaningtyas R Esai Evan Ys F. Moses F. Rahardi Fadlillah Malin Sutan Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fanny Chotimah Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Febby Fortinella Rusmoyo Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Gabriel Garcia Marquez Galang Ari P. Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gandra Gupta Ganug Nugroho Adi Gerson Poyk Ghassan Kanafani Gita Nuari Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunoto Saparie H.B. Jassin Habibullah Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Hardi Haris del Hakim Haris Saputra Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Aspahani Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana HE. Benyamine Hendra Junaedi Hendra Makmur Heri CS Heri Latief Heri Listianto Herman RN Herry Lamongan Heru CN Heru Nugroho Hikmat Gumelar HL Renjis Magalah Hudan Nur Hujuala Rika Ayu Huminca Sinaga IBM. Dharma Palguna Ibnu Wahyudi Ida Farida Idris Pasaribu Ignas Kleden Ignatius Haryanto Iksan Basoeky Ilham Khoiri Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Ira Puspitaningsih Irfan Budiman Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Zulkarnain Ismail Marzuki Iva Titin Shovia Iwan Kurniawan Jabbar Abdullah Jafar Fakhrurozi Jalan Raya Simo Sungelebak Jamal D. Rahman Jamal T. Suryanata Javed Paul Syatha Jayaning S.A JILFest 2008 Jody Setiawan Johan Edy Raharjo Johannes Sugianto Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Juan Kromen Julika Hasanah Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Ka’bati Karanggeneng Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Keith Foulcher Kemah Budaya Panturan (KBP) Khansa Arifah Adila Khoirul Inayah Khoirul Rosyadi Khudori Husnan Ki Ompong Sudarsono Kirana Kejora Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kukuh S Wibowo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie L.N. Idayanie Laili Rahmawati Lamongan Lan Fang Langgeng Widodo Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lely Yuana Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Liestyo Ambarwati Khohar Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lucia Idayanie Lukman A Sya Lutfiah Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Ismail M Thobroni M. Afifuddin M. Arwan Hamidi M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Luthfi Aziz M. Nurdin M. Yoesoef M.D. Atmaja M.S. Nugroho Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahmud Syaltut Usfa Mahmudi Arif Dahlan Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Martin Aleida Maruli Tobing Mas Ruscita Mashuri Masuki M. Astro Matroni Matroni Muserang Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mia Arista Mia El Zahra Mikael Johani Misbahus Surur Misran Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan Much. Khoiri Muh. Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Aris Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun Muhammadun AS Muhidin M Dahlan Mujtahid Mujtahidin Billah Mukti Sutarman Espe Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik Munawir Aziz Musfarayani Musfi Efrizal Nafisatul Husniah Nandang Darana Naskah Teater Nelson Alwi Ni Made Purnamasari Nikmatus Sholikhah Nina Herlina Lubis Nina Susilo Ning Elia Noor H. Dee Noval Jubbek Novel-novel berbahasa Jawa Novelet Nunuy Nurhayati Nur Azizah Nur Hamzah Nur Kholiq Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Aini Nurul Anam Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Okty Budiati Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Otto Sukatno CR Oyos Saroso H.N. Pagan Press Pagelaran Musim Tandur Palupi Panca Astuti Parimono V / 40 Plandi Jombang Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Petrus Nandi Politik Politik Sastra Pradana Boy ZTF Pramoedya Ananta Toer Pramono Pringadi AS Prof Dr Fabiola D. Kurnia Prosa Puisi Puji Santosa Puji Tyasari Puput Amiranti N Purnawan Andra Purnawan Kristanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang Group PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Ng. Ronggowarsito Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Rahmat Kemat Hidayatullah Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rasanrasan Boengaketji Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Resensi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Ririe Rengganis Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rusmanadi S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saiful Amin Ghofur Saiful Anam Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman S. Yoga Samsudin Adlawi Samsul Anam Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang KSII Santi Puji Rahayu Sapardi Djoko Damono Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra dan Kuasa Simbolik Sastra Jawa Timur Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra Boenga Ketjil #33 Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Khoeriyah Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputra Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soegiharto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sri Weni Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudirman Sugi Lanus Sukron Ma’mun Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaf Anton Wr Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syarif Wadja Bae Sylvianita Widyawati TanahmeraH ArtSpace Tarmuzie (1961-2019) Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tia Setiadi Tirto Suwondo Tita Tjindarbumi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tosa Poetra Tri Nurdianingsih Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulul Azmiyati Umar Fauzi Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Usman Arrumy Utari Tri Prestianti Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W Haryanto W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wan Anwar Wawan Eko Yulianto Wawancara Wina Bojonegoro Wita Lestari Wong Wing King Wowok Hesti Prabowo Xu Xi (Sussy Komala) Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanusa Nugroho Yasraf Amir Piliang Yayat R. Cipasang Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopi Setia Umbara Yudhi Herwibowo Yudi Latif Yusri Fajar Yusuf Ariel Hakim Yuval Noah Harari Zacky Khairul Uman Zainuddin Sugendal Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zed Abidien Zehan Zareez Zhaenal Fanani Zubaidi Khan Zuniest