Nandang Darana *
http://filsafat.kompasiana.com/
Sebagai hasil proses kreasi estetis kepengarangan dan refleksi atas realitas, karya sastra memiliki keakraban dengan filsafat: sama-sama memungut realitas sebagai sumber inspirasi. Bedaannya, seperti menurut Mudji Sutrisno, terletak pada metodologi yang digunakan. Sastra merupakan ziarah penjelajahan seluruh realitas tanpa pretensi membuat rumusan sistematis; sedangkan filsafat tampil sebagai refleksi atas ziarah dimaksud secara sistematis. Pada titik ini, filsafat mengambil sastra sebagai bahan bakunya. Keakraban demikian, ditunjukkan pula oleh kemampuan sastra untuk menjelaskan konsepsi filosofis secara lebih komunikatif, segar dan hidup. Barangkali karena pandangan seperti inilah Takdir menulis tiga jilid roman Grotta Azzurra. Roman –yang dikritik Teeuw sebagai “terlalu dikuasai perfilsafatan kebudayaan”—pada 1970.
“Berbicara tentang sastra berarti berbicara tentang manusia dan masyarakat,” tulis Mochtar Lubis. Oleh sebab itu, karya sastra tidak dapat dipi¬sahkan dari pemikiran-pemikiran dan perasaan yang hadir di masyarakat. Ia dipandang sebagai cerminan suatu kondisi atau keadaan yang tengah berkembang. Dengan demikian, karya sastra tidak saja melulu bermuatan estetis. Dalam karya sastra terpancar juga pemikiran, kehidupan, dan tradisi yang hidup dalam suatu masyarakat. Dengan demikian, berbicara karya sastra berarti juga berbicara suatu segi kebudayaan. “Seni harus menjadi gerakan kontra terhadap roh zaman yang sedang melembek,” tulis Nietzsche. “Gerakan seni adalah cara untuk menghidupkan kembali arete Yunani (kebajikan Yunani), virtu renaissance (kebaikan renaisans) dan Zarathrusta (agama-agama kuna),” lanjutnya.
Sesuai tuntutan Nietzsche, tidak mengherankan bila dalam karya sastra muncul tawaran tentang makna tertentu kehidupan –sehingga sanggup mengundang diskusi. Kajian atas karya sastra yang dilakukan dengan menggunakan kerangka pemikiran tertentu di luar kaidah-kaidah sastra (estetika), dalam teori kritik sastra, disebut kajian sastra secara ekstrinsik. Kajian ini lebih ditekankan pada aspek gagasan serta latar belakang kemunculan karya sastra tersebut. Sejauh tema dalam suatu karya sastra mengarah pada aliran tertentu, ia pun layak dikaji berdasarkan kecenderungan filsafatnya. Salah satunya adalah membuat tinjauan atas karya sastra dengan kerangka eksistensialisme.
Caligula karya Albert Camus, sanggup merangsang diskursus tentang keharusan eksistensial manusia. Menurut Camus, kebenaran adalah pemberontakan terhadap takdir, dan kekeliruan bila meniadakan manusia. Orang Asing, karya lain Albert Camus, juga memunculkan tema eksistensial tentang absurditas kehidupan manusia dan pemberontakan terhadap konvensi yang ada mengenai hirarki manusia. Masalah absurditas diangkat dengan porsi yang lebih besar dalam karya Camus lainnya, Mitologi Sisiphus. Jean-Paul Sartre mengangkat absurditas dan kebebasan dalam naskah drama berjudul Pintu Tertutup. Tema eksistensial tentang absurditas juga dimunculkan Sartre dalam romannya, Rasa Muak.
Eksistensialisme Sartre yang ateistis mendapat perimbangan dari teisme Iqbal yang “melihat Tuhan dalam cahaya pribadi”. Bagi Iqbal, setiap wujud mempunyai individualitas, yakni gerak menaik yang dalam jalannya memungut semua wujud hidup. Dengan cara ini, Iqbal menegaskan eksistensi manusia sebagai pencipta tandingan seraya menyapa “Sang Maha Baik dari seluruh pencipta”.
Dalam Sastra Indonesia, Ziarah karya Iwan Simatupang adalah novel yang sarat dengan tema eksistensi; kehidupan, kematian, kebebasan, pertanggung-jawaban, dan keterasingan. Dami N. Toda menyebutkan bahwa Ziarah memiliki keterkaitan secara interteks dengan Orang Asing karya Camus. Sementara Budiarto Danujaya menghubungkan Ziarah dengan karya filosofis Sartre, Ada dan Ketiadaan.
Selain novel Iwan Simatupang, Atheis karya Achdiat Kartamihardja memunculkan tema eksistensi yang lain. Roman ini bertutur tentang kisah manusia yang tengah mencari penegasan identitas diantara modernitas dan tradisi serta agama. Pencarian yang sama terdapat pula dalam karya Montinggo Busye, Sanu Infinita Kembar. Bahkan lebih mendalam, jati diri dilacak hingga menembus kedalaman mistikal dengan menguak batas-batas antara hidup dan mati.
Sementara dalam puisi, sajak Aku karya Chairil Anwar jelas-jelas bercorak eksistensialis. Kalimat “Aku ini binatang jalang/ Dari kumpulannya terbuang” adalah pengumuman eksistensialis dari Chairil Anwar. Menurut Herry Dim, Aku Chairil Anwar tersebut merupakan upaya (baca: pemberontakan) ke arah penegasan eksistensi diri. Manusia sebagai persona, sebagai individu yang total, dicoba didengungkan Chairil Anwar guna menegaskan hak-hak manusia perorangan. Pada wilayah eksistensialis, hal tersebut merupakan pemberontakan terhadap Sosialisme yang tengah jadi maintrend dalam diskursus intelektual masyarakat Indonesia saat itu. Alhasil, adanya gagasan atau pemikiran dalam sebuah karya sastra dapat dianggap sah. Dalam hal ini, seni tidak saja untuk seni tapi juga untuk sesuatu yang lain, semisal perubahan masyarakat. Berikut ini adalah contoh pembacaan atas beberapa naskah drama Arifin C. Noer dari sudut pandang eksistensialisme.
**
Dalam karya-karya Arifin C. Noer (ACN), tema-tema eksistensial yang jadi bahan permenungan Camus, Sartre, atau lainnya tampak cukup kental. Selain itu, karya-karya ACN pun dapat dikait¬kan dan dilacak hingga zaman romantisme yang banyak berbicara tentang perjalanan hidup manusia, kemunafikan, moralitas, dan anti kemapanan. Namun sebagai seorang muslim, ACN tentu tidak dapat keluar dari kerangka normatif keaga¬maannya. Pikiran-pikirannya tidak dapat dikatakan murni eksis-tensialis. Dengan sendirinya, masalah-masalah eksistensialis mendapat muatan religius.
Dalam Sumur Tanpa Dasar (STD), ACN bertutur tentang konflik antara iman dan eksistensi diri. Dari situ terlihat upaya ACN untuk melakukan pembongkaran terhadap nilai-nilai yang ada di masyarakat. Khususnya yang berkaitan dengan nilai-nilai etik religiusitas dan kebebasan manusiawi. Contoh lain adalah Tengul. Karya ACN ini bertutur tentang kisah manusia yang dipermainkan Sang Nasib. Kedangkalan imanlah akhirnya yang mengantarkan manusia pada lembah kehi¬naan, merendahkan diri di hadapan demit, suatu drama peng¬ingkaran terhadap nilai-nilai kemanusiaan yang begitu luhur. Padahal, bukankah manusia lebih tinggi derajatnya dari pada demit? Dari sisi lain, karya ini pun menunjukkan betapa absurd¬nya manusia ketika sudah tidak lagi berpegang pada akal sehat dan, terutama, iman.
Beberapa karya lainnya, berturut-turut: Umang-umang, tentang amarah dan kegondokkan para penjahat yang ingin memba¬las dendam terhadap keadaan yang menyebabkannya jatuh ke dalam kemiskinan dan kejahatan; Ari-ari Atawa Interogasi No.2, ten¬tang orang-orang yang tertindas secara ekonomi, budaya dan keyakinan spiritual; Ozone Atawa Orkes Madun IV yang bertutur tentang kebingungan manusia modern menghadapi temuan-temuannya serta menghadapi ketidakseimbangan hidup; dan lain-lain. Dipandang dari sudut eksistensialis, penggambaran terse¬but dapat dianggap sebagai upaya perumusan dan pencarian jati diri, bagaimana semestinya manusia eksis.
Seperti ditunjukkan dalam STD, manusia modern telah terjebak pada jenis “iman” yang baru, yakni pikiran alias dirinya sendiri. Karena itu, modernitas lebih berpihak pada materialisme. Manusia modern akhirnya jadi manusia yang perkasa namun menyedihkan. Ia sibuk dengan kalku¬lasi matematis yang serba rasional, sambil mengubur dirinya sebagai makhluk spiritual. Pada tingkat yang lebih mendasar, modernisme tidak saja mengancam moralitas. Ia juga jadi ancaman bagi, dalam istilah MacIntyre, kedirian. Jika sudah demikian, di mana makna hidup ditempatkan?
Dalam kondisi seperti itu, manusia kehilangan hati nurani dalam hubungan sosialnya. Pada rentang waktu berikutnya, hal ini mengantarkan manusia pada medan kegelisahan dan kecema¬san yang begitu luas. “Tidak ada yang tersisa lagi kecuali menempati status yang sama dengan binatang,” tulis Syafi’i Ma’arif, mengutip Slozhenitsyn, seorang penulis Rusia. Dengan lain kata, seperti kata Ionesco, manusia modern telah berhenti hidup secara batiniah. Karena itu ia tidak pernah mengenyam ketenangan batiniah. Walaupun, sebenarnya masalah kemanusiaan dewasa ini cukuplah sederhana. Yakni, bagaimana mencari keseimbangan hidup antara keinginan-keinginan yang tak terpuaskan dan pengendalian diri. Namun manusia telah terlanjur dilanda kebuntuan-pikir, keputusasaan serta kebingun¬gan. Inilah gambaran manusia modern yang dimunculkan ACN dalam Ozone Atawa Orkes Madun IV. Agar manusia modern dapat keluar dari kemelut ini, manusia mesti berani keluar dari kebudayaan modernitas untuk masuk pada kebu¬dayaan baru. “Memang kehidupan lama yang kupakai harus diganti kehidupan baru yang menerbitkan harapan. Karenanya harus ada keterbukaan terhadap gagasan-gagasan dan pemikiran baru,” tulis ACN lewat tokoh utamanya, Sandek. Untuk itu, manusia mesti berpikir sehat dalam arti seluas-luasnya dan dalam pengertian sejernih-jernihnya, agar kehidupan yang penuh ancaman kembali kepada kedamaian. Kedamaian dalam kerangka ACN adalah kembali kepada keimanan –sete-lah bertuhan pada pikiran.
Menilik tema-tema yang dimunculkan ACN dalam setiap naskah dramanya, justru ia lebih banyak berbicara tentang tema-tema kemanusiaan yang lebih riil. Khususnya dalam konteks ke-Indonesia-an. Peristiwa-peristiwa yang muncul dalam setiap lakonnya, senantiasa merujuk pada fenomena umum yang tengah marak di masyarakat. “Arifin mempermainkan sense dan nonsens –terkadang dengan terlalu pintar dan sadar,” tulis Goenawan Mohamad. Dengan ungkapan lain, lewat cara penyajian yang surealis-simbolik, ACN mencoba memunculkan pikiran-pikiran bawah-sadar manusia Indonesia. Tema-tema semisal kemiskinan, keterasingan, keimanan, dan selainnya, adalah persoalan yang kerap muncul dalam pikiran masyarakat Indonesia. Melalui tema-tema tersebut, ACN merambah wilayah pemikiran eksistensial.
***
*) Lahir di Majalengka, Jawa Barat. Mendalami dunia tulis menulis sejak 1992, semasa menjadi mahasiswa Jurusan Aqidah-Filsafat UIN Bandung, namun kehilangan gairah menulis sejak 2004. Pada awal 2009 gairah itu muncul lagi, meski dengan tertatih-tatih: terlalu banyak yang telah dilewatkan dan mesti belajar lagi dari nol!
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Ginandjar Wiludjeng
A. Junianto
A. Kurnia
A. Qorib Hidayatullah
A. Yusrianto Elga
A.S Laksana
A’yat Khalili
Aang Fatihul Islam
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi WM
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Malik
Abdul Razak
Abdul Rosyid
Abdul Wahab
Abdurrahman Wahid
Abu Salman
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Adam Chiefni
Ade P. Nasution
Adhitia Armitriant
Adi Prasetyo
Adrizas
AF. Tuasikal
Afriza Hanifa
Afrizal Malna
Agama Para Bajingan
Agnes Rita Sulistyawaty
Aguk Irawan M.N.
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Ahda Imran
Ahid Hidayat
Ahmad Baso
Ahmad Faishal
Ahmad Fatoni
Ahmad Hasan MS
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Khotim Muzakka
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Naufel
Ahmad Rofiq
Ahmad S. Zahari
Ahmad Syauqi Sumbawi
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ahsanu Nadia
Aini Aviena Violeta
Ainul Fiah
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Akhmad Sofyan Hadi
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Akmal Nasery Basral
Alam Terkembang
Alang Khoiruddin
Alex R. Nainggolan
Alfian Dippahatang
Ali Audah
Ali Mahmudi CH
Ali Rif’an
Almania Rohmah
Ami Herman
Amien Wangsitalaja
Aminah
Aminullah HA.Noor
Amir Sutaarga
Anam Rahus
Anata Siregar
Andari Karina Anom
Andina Dwifatma
Andong Buku #3
Andre Mediansyah
Andri Awan
Anett Tapai
Anggie Melianna
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anjrah Lelono Broto
Anton Bae
Anton Kurnia
Anton Wahyudi
Anwar Nuris
Ardi Bramantyo
Ardus M Sawega
Arie MP Tamba
Arie Yani
Arief Joko Wicaksono
Arief Junianto
Ariera
Arif Bagus Prasetyo
Aris Kurniawan
Arman A.Z.
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Sambodja
Asmaul Fauziyah
Asti Musman
Atafras
Awalludin GD Mualif
Ayu Wulan Sari
Aziz Abdul Gofar
Azizah Hefni
Bagus Takwin
Bahrul Ulum A. Malik
Balada
Bale Aksara
Balok Sf
Bambang Kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Beni Setia
Benny Arnas
Benny Benke
Beno Siang Pamungkas
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Berita Duka
Berita Koran
Bernando J Sujibto
Berthold Damshauser
BI Purwantari
Binhad Nurrohmat
Bobby Gunawan
Bonari Nabonenar
Brunel University London
Budaya
Budi Darma
Budi P. Hatees
Budiman S. Hartoyo
Burhanuddin Bella
Camelia Mafaza
Catatan
Cerbung
Cerpen
Chairul Akhmad
Chamim Kohari
Chavchay Syaifullah
Cover Buku
Cucuk Espe
D. Zaini Ahmad
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Dahta Gautama
Daisuke Miyoshi
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Danusantoso
Dareen Tatour
Darju Prasetya
David Kuncara
Denny Mizhar
Denza Perdana
Desi Sommalia Gustina
Desiana Medya A.L
Dewan Kesenian Lamongan (DKL)
Dewi Indah Sari
Dewi Susme
Dian Sukarno
Didik Harianto
Didik Kusbiantoro
Dina Jerphanion
Dina Oktaviani
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jawa Timur
Dipo Handoko
Diyah Errita Damayanti
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddy Wisnu Pribadi
Dody Kristianto
Dody Yan Masfa
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dr Junaidi SS MHum
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi Wiyana
Dyah Ratna Meta Novia
Dyah Sulistyorini
Ecep Heryadi
Eddy Pranata PNP
Edeng Syamsul Ma’arif
Eep Saefulloh Fatah
EH Kartanegara
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Hendrawan Sofyan
Eko Hendri Saiful
Eko Windarto
Elnisya Mahendra
Elva Lestary
Emha Ainun Nadjib
Emil WE
Endah Sulwesi
Endo Suanda
Eppril Wulaningtyas R
Esai
Evan Ys
F. Moses
F. Rahardi
Fadlillah Malin Sutan
Fahmi Faqih
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fajar Kurnianto
Fanani Rahman
Fanny Chotimah
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Febby Fortinella Rusmoyo
Felix K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Gabriel Garcia Marquez
Galang Ari P.
Galuh Tulus Utama
Gampang Prawoto
Gandra Gupta
Ganug Nugroho Adi
Gerson Poyk
Ghassan Kanafani
Gita Nuari
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunoto Saparie
H.B. Jassin
Habibullah
Hadi Napster
Hadriani Pudjiarti
Halim HD
Halimi Zuhdy
Hamberan Syahbana
Han Gagas
Hanibal W. Y. Wijayanta
Hardi
Haris del Hakim
Haris Saputra
Harri Ash Shiddiqie
Hartono Harimurti
Hary B Kori’un
Hasan Aspahani
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
HE. Benyamine
Hendra Junaedi
Hendra Makmur
Heri CS
Heri Latief
Heri Listianto
Herman RN
Herry Lamongan
Heru CN
Heru Nugroho
Hikmat Gumelar
HL Renjis Magalah
Hudan Nur
Hujuala Rika Ayu
Huminca Sinaga
IBM. Dharma Palguna
Ibnu Wahyudi
Ida Farida
Idris Pasaribu
Ignas Kleden
Ignatius Haryanto
Iksan Basoeky
Ilham Khoiri
Imam Cahyono
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Ira Puspitaningsih
Irfan Budiman
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Iskandar Zulkarnain
Ismail Marzuki
Iva Titin Shovia
Iwan Kurniawan
Jabbar Abdullah
Jafar Fakhrurozi
Jalan Raya Simo Sungelebak
Jamal D. Rahman
Jamal T. Suryanata
Javed Paul Syatha
Jayaning S.A
JILFest 2008
Jody Setiawan
Johan Edy Raharjo
Johannes Sugianto
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Jual Buku
Jual Buku Paket Hemat
Juan Kromen
Julika Hasanah
Jurnalisme Sastrawi
Jusuf AN
Juwairiyah Mawardy
Ka’bati
Karanggeneng
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Keith Foulcher
Kemah Budaya Panturan (KBP)
Khansa Arifah Adila
Khoirul Inayah
Khoirul Rosyadi
Khudori Husnan
Ki Ompong Sudarsono
Kirana Kejora
Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia
Korrie Layun Rampan
Kostela
Kritik Sastra
Kukuh S Wibowo
Kurnia Effendi
Kurniawan
Kuswaidi Syafi'ie
L.N. Idayanie
Laili Rahmawati
Lamongan
Lan Fang
Langgeng Widodo
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Lely Yuana
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember
Liestyo Ambarwati Khohar
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liza Wahyuninto
Lucia Idayanie
Lukman A Sya
Lutfiah
Lynglieastrid Isabellita
M Arman AZ
M Ismail
M Thobroni
M. Afifuddin
M. Arwan Hamidi
M. Lukluk Atsmara Anjaina
M. Lutfi
M. Luthfi Aziz
M. Nurdin
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.S. Nugroho
Mahendra Cipta
Mahmud Jauhari Ali
Mahmud Syaltut Usfa
Mahmudi Arif Dahlan
Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Martin Aleida
Maruli Tobing
Mas Ruscita
Mashuri
Masuki M. Astro
Matroni
Matroni Muserang
Media: Crayon on Paper
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Mia Arista
Mia El Zahra
Mikael Johani
Misbahus Surur
Misran
Mohamad Ali Hisyam
Mohammad Eri Irawan
Much. Khoiri
Muh. Muhlisin
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Aris
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Rain
Muhammad Taufiqurrohman
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun
Muhammadun AS
Muhidin M Dahlan
Mujtahid
Mujtahidin Billah
Mukti Sutarman Espe
Mulyadi SA
Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik
Munawir Aziz
Musfarayani
Musfi Efrizal
Nafisatul Husniah
Nandang Darana
Naskah Teater
Nelson Alwi
Ni Made Purnamasari
Nikmatus Sholikhah
Nina Herlina Lubis
Nina Susilo
Ning Elia
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel-novel berbahasa Jawa
Novelet
Nunuy Nurhayati
Nur Azizah
Nur Hamzah
Nur Kholiq
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurul Aini
Nurul Anam
Nurul Komariyah
Nuryana Asmaudi SA
Nyoman Tusthi Eddy
Obrolan
Okty Budiati
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Otto Sukatno CR
Oyos Saroso H.N.
Pagan Press
Pagelaran Musim Tandur
Palupi Panca Astuti
Parimono V / 40 Plandi Jombang
Pawang Surya Kencana
PDS H.B. Jassin
Petrus Nandi
Politik
Politik Sastra
Pradana Boy ZTF
Pramoedya Ananta Toer
Pramono
Pringadi AS
Prof Dr Fabiola D. Kurnia
Prosa
Puisi
Puji Santosa
Puji Tyasari
Puput Amiranti N
Purnawan Andra
Purnawan Kristanto
Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin
Pustaka Ilalang Group
PUstaka puJAngga
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R. Ng. Ronggowarsito
Rachmad Djoko Pradopo
Radhar Panca Dahana
Rahmat Kemat Hidayatullah
Rahmat Sularso Nh
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rasanrasan Boengaketji
Raudal Tanjung Banua
Redland Movie
Reiny Dwinanda
Resensi
Rialita Fithra Asmara
Ribut Wijoto
Riki Dhamparan Putra
Riki Utomi
Ririe Rengganis
Risang Anom Pujayanto
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Roso Titi Sarkoro
Rozi Kembara
Rukardi
Rumah Budaya Pantura (RBP)
Rusmanadi
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saiful Amin Ghofur
Saiful Anam
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Salman S. Yoga
Samsudin Adlawi
Samsul Anam
Sanggar Lukis Alam
Sanggar Pasir
Sanggar Rumah Ilalang KSII
Santi Puji Rahayu
Sapardi Djoko Damono
Saroni Asikin
Sartika Dian Nuraini
Sastra dan Kuasa Simbolik
Sastra Jawa Timur
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sayyid Fahmi Alathas
SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang
SelaSastra Boenga Ketjil
SelaSastra Boenga Ketjil #33
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Setia Naka Andrian
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sinopsis
Siti Khoeriyah
Siti Muyassarotul Hafidzoh
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputra
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Slamet Rahardjo Rais
Soegiharto
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Spectrum Center Press
Sri Weni
Sri Wintala Achmad
Suci Ayu Latifah
Sucipto Hadi Purnomo
Sudirman
Sugi Lanus
Sukron Ma’mun
Sulaiman Djaya
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Supriyadi
Surya Lesmana
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyanto
Syaf Anton Wr
Syaifuddin Gani
Syaiful Amin
Syarif Wadja Bae
Sylvianita Widyawati
TanahmeraH ArtSpace
Tarmuzie (1961-2019)
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Presetyo
Teguh Setiawan
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Tia Setiadi
Tirto Suwondo
Tita Tjindarbumi
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan
Tosa Poetra
Tri Nurdianingsih
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Ulul Azmiyati
Umar Fauzi
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Usman Arrumy
Utari Tri Prestianti
Viddy AD Daery
Virdika Rizky Utama
W Haryanto
W.S. Rendra
Wahyu Prasetya
Wan Anwar
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wina Bojonegoro
Wita Lestari
Wong Wing King
Wowok Hesti Prabowo
Xu Xi (Sussy Komala)
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yanusa Nugroho
Yasraf Amir Piliang
Yayat R. Cipasang
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yopi Setia Umbara
Yudhi Herwibowo
Yudi Latif
Yusri Fajar
Yusuf Ariel Hakim
Yuval Noah Harari
Zacky Khairul Uman
Zainuddin Sugendal
Zamakhsyari Abrar
Zawawi Se
Zed Abidien
Zehan Zareez
Zhaenal Fanani
Zubaidi Khan
Zuniest
Tidak ada komentar:
Posting Komentar