Kamis, 09 September 2010

PERNIKAHAN SEMU

Lina Kelana
http://lina-kelana.blogspot.com/

Ini adalah kesekian kali dari pernikahan pernikahanku sebelumnya. Aku susun, kudirikan dan kurobohkan kemudian. Ketidakpercayaan yang disodorkan Priyadi adalah kegamangan yang bukan tanpa alasan jika aku menginginkan dia segera meminangku. Aku sangat menyukainya, namun di sisi lain aku tak menginginkan dia terkapar kecewa seperti suami suamiku sebelumnya.

Bukan sebuah keniscayaan jika orang kemudian meragukan kegigihanku mencari suami yang benar benar nyata dan sejati. Demikian juga tentang bagaimana aku dengan mudahnya mendapatkan seseorang dan menyakiti wanita lain. Jika disebut sebagai suatu keahlian, aku rasa itu tak benar, sebab tak ada kebanggaan sedikitpun untuk melakukan kesalahan yang sama beberapa kali.

“Mas Pri, apakah mas Pri tidak pernah menginginkan kita hidup dalam satu rumah tangga bersama anak anak kita?” tanyaku pada mas Pri suatu ketika sesaat setelah dia mengatakan keraguannya untuk melanjutkan hubungan terlarang kami.

Mas Pri adalah seorang duda keren warga kampung sebelah. Dia ditinggal mati oleh istrinya empat tahun yang lalu karena kanker payudara. Mas Pri sebuah usaha kue yang terkenal sampai luar daerah. Selain usaha dan keramahannya, mas Pri adalah seorang yang tampan dan cakap dalam bekerja. Tak heran jika banyak wanita yang menyukainya, tak ketinggalan pula para gadis belia. Sedang aku, aku adalah seorang istri dari seorang pedagang sayur di pasar. Dalam keseharian suamiku seorang ojek biasa, siang hari dia gunakan untuk mencari penumpang, sedang malam harinya digunakan untuk tengkulak sayur mayur di pasar.

Aku dan mas Pri bersepakat untuk mencoba saling mengenal sejak tiga bulan yang lalu. Ketika aku terjebak hujan di suatu sore dan suamiku tak jua datang menjemputku. Aku tahu hubungan ini tak menjamin sepenuhnya untuk kami bersama, namun aku meyakini hal tersebut lambat laun akan benar benar terjadi. Dan itu pasti akan terjadi.

Seperti pernikahan sebelumnya. Aku mencintai suamiku dengan sangat, pun aku mencintai kekasih kekasihku yang kujadikan calon suamiku berikutnya dengan sangat cinta.

“Piye to nduk, kowe iki cah wadon (bagaimana to nak, kamu ini seorang wanita) Harus bisa jaga martabat..”, kata ibuku mengingatkan.

Ketidaksetujuan ibuku atas apa yang kulakukan memang sangat berdasar, mengingat wong wadon(seorang wanita) harus bisa menghargai diri untuk bisa diajeni(dihargai) oleh oranglain dan masyarakat. Tetapi apakah salah jika sampai keempat suamiku tak bisa menyamankan gelisahku dan membuatku tenang sehingga aku terus mencari dan mencari?

Edy, suamiku yang pertama. Dia seorang yang lugu dan polos. Keluguannya ini mungkin karena ciri orang ndeso(desa), ataukah memang usia kami belum mencapai usia 23tahun waktu itu. Suamiku berumur 20tahun dan aku berusia 17tahun saat kami menikah. Kami menikah karena perjodohan keluarga. Setelah menikah, aku diboyong ke rumah mas Edy. Kehidupan keluargaku dengan mas Edy di topang sepenuhnya oleh orangtua mas Edy. Mas Edy seorang anak tunggal, sehingga selalu dimanja oleh orangtuanya. Dan aku tak menyukai itu. sebagai menantu dari seorang Kasun(Ketua Dusun), aku sangat dikenal oleh warga sekitar. Dari sinilah pemberontakanku dimulai. Secara ekonomi, aku adalah menantu yang sangat beruntung, sebagai seorang yang telah bersuami, aku tak pernah memasak dan menyiapkan makanan untuk suamiku, pun memikirkan segala keperluan dapur dan menu keseharian suamiku, sebab semua dilakukan oleh ibu mertuaku. Pekerjaanku hanya mencuci, dan sesekali membantu menyapu rumah dan pekarangan. Aku hanya duduk, berkumpul dengan keluarga, dan tentu saja menunaikan tugasku sebagi istri. Kehidupan sempurna dambaan setiap wanita bukan? Namun aku merasa hidup hanya“kelurusan” yang rutin, statis, dan membosankan.

Mas Edy seorang yang baik, santun dan patuh kepada orangtuanya. Dia suami yang perkasa. Benar benar suami yang diinginkan banyak wanita. Kesempurnaan yang harusnya kunikmati dengan segala kebahagiaan dan kecukupan yang ada.

Hari berganti aku lewati seperti air mengalir, sempurna yang utuh. Tanpa konflik dan pertengkaran. Hal yang membahagiakan seharusnya, tetapi kejenuhan mulai menggodaku. Aku terpikat dengan teman mas Edy, sosok kekar dan sedikit kasar. Akan bahagia jika aku menjadi istrinya, begitu pikirku. Aku mencari berbagai cara untuk menghancurkan pernikahanku. Namun lagi lagi suamiku dapat mendamaikan suasana. Suamiku layaknya sungai yang dingin, seberapapun kobaran api yang didekatkan kepadanya, segera padam dalam waktu yang tidak lama. Suamiku orang yang tak punya emosi. Aku jenuh. Aku masih berjuang mencari sebab agar aku dicerai. Hingga suatu saat aku kepergok berbuat serong. Aku berhasil membuat suamiku marah dan mengeluarkan kata talak kepadaku. Keluarga menyesalkan kejadian ini dan menginginkan kami kembali rujuk, namun aku menolak, alasanku aku trauma. Tetapi sungguh itu bukan alasan yang sebenarnya. Aku tak bisa hidup tanpa geliat. Tidak, aku tidak bisa.

“Nduk, mbokya dipikir ulang, susah lho mendapat suami jika statusmu sudah janda”, jelas ibuku.

Benarkan seorang wanita akan sulit mendapatkan pasangan jika telah berstatus janda?. Bukankah zaman sekarang semakin marak pernikahan beda usia dan status? Mengapa ini menjadi halangan untuk mencari seseorang yang tepat dalam hidupku?. Pertanyaan datang silih berganti dalam benakku. Sedikit keraguan tersimpan di sana. Benarkah yang dikatakan ibuku?, Bukankah Tuhan tak membatasi kasihsayangNya kepada hambaNya?

Lima bulan berlalu dari percerianku dengan mas Edy, aku bertemu dengan mas Junet. Dua bulan berpacaran, kami memutuskan untuk menikah. Kami membeli sebuah kontrakan di tempat suamiku bekerja sebagai buruh pabrik. Mas Junet sosok yang tegas dan berwibawa, namun tidak sebagai seorang suami. Dia selalu membutuhkan bantuan setiap kali hendak menuanikan tugasnya itu. Ingin saja aku mencari kepuasan di luar, tetapi kemudian kubatalkan. Aku tak ingin mati nahas akibat aids yang semakin menjadi biduan bagi masyarakat.

“Mas, bisakah mas mencari jalan keluar atas masalah kita ini?”, keluhku suatu ketika suamiku mengeluh tak sanggup lagi menghangatkan gigil malamku.

Usulan halus yang kuberikan selalu ditolak keras oleh mas Junet. Pertengkaran kemudian tak terhindarkan. Hingga terlontar kalimat “mas, ceraikan aku”, dan bersambut ”baik dik, aku menceraikanmu” oleh mas Junet dengan bercampur emosi. Tali pernikahan kamipun berakhir.

Aku kembali menjadi janda. Demikian seterusnya selama empat kali. Keempat suamiku memiliki keunikan yang berbeda, masing masing dari mereka selalu memberi kesan yang menyenangkan, tetapi entah mengapa aku selalu tak berani menghadapi kesulitan yang kutemukan bersama mereka?.Mengapa perceraian selalu menjadi jalan utama bagi ketidakpuasanku pada suami suamiku?. Apakah ini akibat pernikahan dini yang kulakukan sebelumnya hingga aku tak pernah belajar menerima ketidakcocokan yang ada dalam hidupku, ah entahlah aku tak tahu. Aku tahu tak akan pernah ada sosok sempurna yang kutemu, karena memang fitrah manusia adalah kekurangsempurnaan, tetapi mengapa aku masih belum sanggup menerima kekurangan oranglain dan selalu kecewa jika harapanku tidak terpenuhi oleh suamiku.

Mas Abdi kuharap sebagai suami terakhir yang kumiliki tanpa harus bercerai lagi. Aku memilihnya karena aku mengenalnya. Orangtuaku tak bisa lagi memilihkan lelaki sebagai pendampingku. Sebab agama memang melarang orangtua “memaksa” anak gadisnya menikah dengan lelaki pilihannya jika telah berstatus janda. Maka keduaorangtuaku pun merestuiku memilih mas Abdi sebagai teman hidupku.

Setahun menikah, aku belum juga dikaruniai seorang momongan. Demikian juga dari pernikahanku sebelumnya, aku tak pernah hamil. Mungkin Tuhan sengaja tak memberiku sebab mereka akan terlantar dan tersakiti karena sikapku yang selalu bercerai. Aku yakin Tuhan akan memberiku anak pada waktu yang tepat dan tak disangka sangka.

Mas Abdi seorang pria dan suami yang baik. Tapi dia bukan seorang umat agama yang baik. Mas Abdi tak pernah mau diajak untuk beribadah.

“Kalau sudah takdir ya sudah dik. Jika kita ditakdirkan masuk surga ya masuk surga saja, jika ditakdirkan masuk neraka ya masuk neraka saja. kenapa harus jungkir balik sholat, toh nasib kita ya begini begini saja”, tukas mas Abdi ketus.

Mas Abdi, pria yang kupikir baik sebaik namanya, Abdi, hamba yang patuh Tuhannya. Namun ternyata perkiraanku salah, nama yang baik tak menjamin pribadi yang baik pula. Aku berjuang keras menaklukkan hati suamiku agar mau “tunduk” kepada Tuhannya, bahkan tak malu aku mendatangkan ustadz untuk membantunya, namun lagi lagi mas Abdi menentang keras usahaku. Tak segan Pak Ustadzpun dibentak kasar oleh mas Abdi.

Tak sanggup menata laku hidup yang semakin berantakan bersama mas Abdi, aku kemudian menemu sosok lembut. Mas Pri, kakak kelasku sewaktu di SMA Pertiwi kami, Sidomulyo. Mas Pri yang memendan rasa kepadaku sejak SMA itu ternyata masih mau menerimaku yang sudah tiga kali menjanda. Dia mau menikahiku jika aku telah bercerai dengan alasan yang tepat dan tanpa rekayasa.

“Lis, aku tak kan merebutmu dari suamimu. Pikirkan baik baik lebih banyak mana manfaat antara kau bercerai dengan suamimu dan menikah denganku atau bertahan dan menjadikanku idaman hatimu”, tanya mas Pri.

Aku tertegun, hatiku tersentuh, menyadari semua yang pernah aku lakukan selama ini. Apakah aku begitu ceroboh dalam bertindak hingga tak terpikirkan olehku bagaimana akibat yang timbul untukku dan oranglain?. Aku salah, lebih suka membiarkan egoku merongrong akalku. Tetapi bagaimana dengan naluri ketidakpuasanku ini. Jika aku memilih mas Pri sebagai suamiku, tidakkah aku melakukan perceraian kembali dengannya?. Salahkan aku jika selalu mengharapkan sosok yang bisa membuatku nyaman tanpa sedikitpun gelisah menyapaku?. Inikah wujud kebenaran dari pernyataan yang mengatakan bahwa jodoh tidaknya seseorang dengan kita tergantung bagaimana/seberapa kita meyakini dan mengamini atas apa yang kita pilih, bahwa kita memiliki pengaruh yang besar dalam pemilihan dan penentuan jodoh kita sendiri?. Ataukah memang kita tidak memiliki kewenangan atas hidup kita sendiri?. Seolah kehilangan lidah, Aku diam. Aku semakin dibelit pertanyaan yang tak bisa kujawab. Mas Pri, benarkan mas Pri adalah jodohku, ataukah aku harus berjuang meluruskan langkah mas Edy yang telah jauh menikung dari kebenaran?. Kusembunyikan gelisahku, berharap malam ini kutemu sebuah kepastian yang entah bagaimana kudapat. Bercerai kembali, atau mempertahankn biduk rumah tangga yang rapuh ini.

“Mas Pri, aku akan mempertahankan rumahtanggaku. jika usahaku tak jua menemu titik terang, maka aku yakin mas Pri_lah jodohku”, pasrahku pada Tuhan. Kurebahkan tubuhku, kuselimuti dengan selembar asa yang entah, akan aku istirahatkan penatku bersama malam, berharap esok fajar akan semakin cemerlang menatap sudut mataku. “mas Pri, biar waktu yang memutuskan dimana kita bersama, di dunia, atau di akhirat nanti”, lirihku pelan.

Babat, 02 Juni 2010

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Ginandjar Wiludjeng A. Junianto A. Kurnia A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.S Laksana A’yat Khalili Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Razak Abdul Rosyid Abdul Wahab Abdurrahman Wahid Abu Salman Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adam Chiefni Ade P. Nasution Adhitia Armitriant Adi Prasetyo Adrizas AF. Tuasikal Afriza Hanifa Afrizal Malna Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunyoto Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Baso Ahmad Faishal Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Naufel Ahmad Rofiq Ahmad S. Zahari Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ainul Fiah Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akhudiat Akmal Nasery Basral Alam Terkembang Alang Khoiruddin Alex R. Nainggolan Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Almania Rohmah Ami Herman Amien Wangsitalaja Aminah Aminullah HA.Noor Amir Sutaarga Anam Rahus Anata Siregar Andari Karina Anom Andina Dwifatma Andong Buku #3 Andre Mediansyah Andri Awan Anett Tapai Anggie Melianna Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Bae Anton Kurnia Anton Wahyudi Anwar Nuris Ardi Bramantyo Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arie Yani Arief Joko Wicaksono Arief Junianto Ariera Arif Bagus Prasetyo Aris Kurniawan Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Asmaul Fauziyah Asti Musman Atafras Awalludin GD Mualif Ayu Wulan Sari Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Bagus Takwin Bahrul Ulum A. Malik Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Beno Siang Pamungkas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Bernando J Sujibto Berthold Damshauser BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Camelia Mafaza Catatan Cerbung Cerpen Chairul Akhmad Chamim Kohari Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Zaini Ahmad D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Daisuke Miyoshi Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Danusantoso Dareen Tatour Darju Prasetya David Kuncara Denny Mizhar Denza Perdana Desi Sommalia Gustina Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewi Indah Sari Dewi Susme Dian Sukarno Didik Harianto Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jawa Timur Dipo Handoko Diyah Errita Damayanti Djoko Pitono Djoko Saryono Doddy Wisnu Pribadi Dody Kristianto Dody Yan Masfa Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi SS MHum Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Wiyana Dyah Ratna Meta Novia Dyah Sulistyorini Ecep Heryadi Eddy Pranata PNP Edeng Syamsul Ma’arif Eep Saefulloh Fatah EH Kartanegara Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendrawan Sofyan Eko Hendri Saiful Eko Windarto Elnisya Mahendra Elva Lestary Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Sulwesi Endo Suanda Eppril Wulaningtyas R Esai Evan Ys F. Moses F. Rahardi Fadlillah Malin Sutan Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fanny Chotimah Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Febby Fortinella Rusmoyo Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Gabriel Garcia Marquez Galang Ari P. Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gandra Gupta Ganug Nugroho Adi Gerson Poyk Ghassan Kanafani Gita Nuari Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunoto Saparie H.B. Jassin Habibullah Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Hardi Haris del Hakim Haris Saputra Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Aspahani Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana HE. Benyamine Hendra Junaedi Hendra Makmur Heri CS Heri Latief Heri Listianto Herman RN Herry Lamongan Heru CN Heru Nugroho Hikmat Gumelar HL Renjis Magalah Hudan Nur Hujuala Rika Ayu Huminca Sinaga IBM. Dharma Palguna Ibnu Wahyudi Ida Farida Idris Pasaribu Ignas Kleden Ignatius Haryanto Iksan Basoeky Ilham Khoiri Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Ira Puspitaningsih Irfan Budiman Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Zulkarnain Ismail Marzuki Iva Titin Shovia Iwan Kurniawan Jabbar Abdullah Jafar Fakhrurozi Jalan Raya Simo Sungelebak Jamal D. Rahman Jamal T. Suryanata Javed Paul Syatha Jayaning S.A JILFest 2008 Jody Setiawan Johan Edy Raharjo Johannes Sugianto Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Juan Kromen Julika Hasanah Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Ka’bati Karanggeneng Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Keith Foulcher Kemah Budaya Panturan (KBP) Khansa Arifah Adila Khoirul Inayah Khoirul Rosyadi Khudori Husnan Ki Ompong Sudarsono Kirana Kejora Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kukuh S Wibowo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie L.N. Idayanie Laili Rahmawati Lamongan Lan Fang Langgeng Widodo Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lely Yuana Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Liestyo Ambarwati Khohar Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lucia Idayanie Lukman A Sya Lutfiah Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Ismail M Thobroni M. Afifuddin M. Arwan Hamidi M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Luthfi Aziz M. Nurdin M. Yoesoef M.D. Atmaja M.S. Nugroho Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahmud Syaltut Usfa Mahmudi Arif Dahlan Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Martin Aleida Maruli Tobing Mas Ruscita Mashuri Masuki M. Astro Matroni Matroni Muserang Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mia Arista Mia El Zahra Mikael Johani Misbahus Surur Misran Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan Much. Khoiri Muh. Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Aris Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun Muhammadun AS Muhidin M Dahlan Mujtahid Mujtahidin Billah Mukti Sutarman Espe Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik Munawir Aziz Musfarayani Musfi Efrizal Nafisatul Husniah Nandang Darana Naskah Teater Nelson Alwi Ni Made Purnamasari Nikmatus Sholikhah Nina Herlina Lubis Nina Susilo Ning Elia Noor H. Dee Noval Jubbek Novel-novel berbahasa Jawa Novelet Nunuy Nurhayati Nur Azizah Nur Hamzah Nur Kholiq Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Aini Nurul Anam Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Okty Budiati Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Otto Sukatno CR Oyos Saroso H.N. Pagan Press Pagelaran Musim Tandur Palupi Panca Astuti Parimono V / 40 Plandi Jombang Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Petrus Nandi Politik Politik Sastra Pradana Boy ZTF Pramoedya Ananta Toer Pramono Pringadi AS Prof Dr Fabiola D. Kurnia Prosa Puisi Puji Santosa Puji Tyasari Puput Amiranti N Purnawan Andra Purnawan Kristanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang Group PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Ng. Ronggowarsito Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Rahmat Kemat Hidayatullah Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rasanrasan Boengaketji Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Resensi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Ririe Rengganis Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rusmanadi S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saiful Amin Ghofur Saiful Anam Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman S. Yoga Samsudin Adlawi Samsul Anam Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang KSII Santi Puji Rahayu Sapardi Djoko Damono Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra dan Kuasa Simbolik Sastra Jawa Timur Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra Boenga Ketjil #33 Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Khoeriyah Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputra Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soegiharto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sri Weni Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudirman Sugi Lanus Sukron Ma’mun Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaf Anton Wr Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syarif Wadja Bae Sylvianita Widyawati TanahmeraH ArtSpace Tarmuzie (1961-2019) Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tia Setiadi Tirto Suwondo Tita Tjindarbumi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tosa Poetra Tri Nurdianingsih Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulul Azmiyati Umar Fauzi Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Usman Arrumy Utari Tri Prestianti Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W Haryanto W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wan Anwar Wawan Eko Yulianto Wawancara Wina Bojonegoro Wita Lestari Wong Wing King Wowok Hesti Prabowo Xu Xi (Sussy Komala) Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanusa Nugroho Yasraf Amir Piliang Yayat R. Cipasang Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopi Setia Umbara Yudhi Herwibowo Yudi Latif Yusri Fajar Yusuf Ariel Hakim Yuval Noah Harari Zacky Khairul Uman Zainuddin Sugendal Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zed Abidien Zehan Zareez Zhaenal Fanani Zubaidi Khan Zuniest