Aang Fatihul Islam
http://forumsastrajombang.blogspot.com/
Pagi itu mentari mengintip dari ufuk timur bersama desiran angin yang berenang dalam hawa yang menguapkan percikan kecil api neraka. Aku melangkahkan kakiku menuju pintu kereta tua peninggalan zaman Belandah. Di atas kursih yang tidak empuk itu aku melihat segerombolan orang bergaya lux, umur setengah baya lagi bersenda gurau tentang karirnya yang lagi melambung dan ngerumpi tentang penghasilannya yang melejit sukses karena jadi juragan dengan karyawan yang banyak. Gaya segerombolan orang itu begitu angkuh dengan tatapan mata yang penuh dengan kekosongan dan ketidakjujuran. Di balik gerbong kereta tua, mereka menyatu dalam tawa yang tak beraturan dan begitu menyakitkan hati bagi orang-orang yang susah. Orang- orang itu begitu riang merayakan kebahagiaan mereka tanpa mempedulikan orang disekitarnya. Aku terbawa dalam lamunan yang begitu mengaburkan pandanganku dalam cerobong ketidakjelasan.
Tiba-tiba lamunanku terkaburkan ketika ada seorang pengemis tua dengan pakaian compang-camping yang memanggil namaku dalam kebisingan. “hei nak apa kabar?” dan aku membalasnya “baik kek”, kemudian aku bertanya lagi “kakek kok kenal aku?” sembari pengemis itu menjawab tanyaku “ya kan dulu kita pernah berkenalan waktu di kereta”. “Oh ya…ya…kakek Karmin ya?” (tanyaku pada pengemis tua) “ya benar nak” (jawab pengemis itu, sambil mengusapkan keringatnya yang terus keluar dari pori-pori di sekujur tubuhnya). Hatiku bergetar seakan ada sebuah kenangan dalam relung hatiku tentang kakek itu.
Tiba-tiba aku teringat tentang sesuatu hal, ternyata pengemis tua itu pernah bersenda gurau denganku tiga bulan yang silam, aku begitu tertegun ternyata daya ingatnya begitu kuat sampai-sampai aku saja lupa. Yang masih membuat aku bertanya-tanya kenapa kakek itu sekarang menjadi seorang pengemis? Padahal dulu waktu aku bertemu dengannya kurang lebih sebulan yang lalu dia masih begitu bersih pakaiannya. Sebenarnya siapa kakek karmin itu? (hatiku terus mengusik beberapa pertanyaan ).
Pengemis tua itu mengeluarkan keringat begitu banyak, raut mukanya pucat memutih dan tubuhnya begitu kecil lunglai bagaikan rumput ilalang yang goyang ketika terkena angin, dia berjalanan sempoyongan dan di balik wajahnya yang kusam seakan begitu banyak beban yang begitu berat melilit tubuhnya. Ia bejalan diantara orang-orang yang bergaya lux itu sembari membungkukkan tubuhnya yang layuh dengan jalan yang terseyok-seyok menuju pintu kereta yang sedang dinaikinya. Ia berjalan lalu turun dari pintu kereta dan melanjutkan perjalananya menuju sebuah tempat yang aneh dan terpencil. Aku penasaran dengan sesosok pengemis tua itu lalu tanpa berfikir panjang aku mengikutinya secara sembunyi-sembunyi. Pengemis tua itu menuju di suatu rumah yang sangat tertutup kayaknya tidak gampang diketahui orang dan terkesan rahasia. Mataku melotot menjurus pada rumah tua itu bagaikan lampu senter yang berisi anak panah yang siap menembus dada rumah tua itu, rumah yang begitu misterius dengan sejuta rahasia yang tertutup rapi dalam rajutan fatmurgana yang begitu menyilaukan mata sehinggah membuat kabur orang yang melihatnya.
Pohon yang begitu rindang dan hijau di balik rumah itu seakan memanas dan berubah menjadi merah kusam dan mengedip-ngedipkan pelapis matanya pada bola mataku, hatiku melayang dalam puing-puing langit yang kusam dan memerah, seakan murka pada dunia yang begitu semerawut dengan maraknya orang kaya yang menindas kaum yang lemah dengan sejuta dalih yang mengerutkan dahi pada siapa saja yang mendengar, apalagi melihatnya. Tiba-tiba telingaku mendengar getaran yang begitu kuat yang berubah menjadi nyanyian, nyanyian itu begitu sumbang dan nampak kehilangan nilai estetisnya. Telingaku serasa begitu sakit ketika nyanyian yang tidak ada nilai estetisnya itu berdengung dari bilik langit dan berputar-putar di antara rumah tua yang begitu misterius itu. Nyanyian itu seakan menggiringku untuk masuk ke dalam rumah itu dalam tirai yang begitu eksotis dalam dekapan angin sumbang yang menggaung dalam kepulan asap yang hitam pekat dan beraroma busuk dalam cerobong yang kelam.
Di balik kepulan asap yang hitam pekat itu, tiba-tiba aku mendengar jeritan orang tua yang merintih kesakitan, “maafkan saya tuan……, maafkan saya tuan….” Suara itu begitu kencang menyengir kendang telingaku. Hatiku bergetar dan keringat panas dingin mengalir dalam tubuhku laksana derasnya aliran sungai yang begitu tenang mengalir dalam sela-sela tubuhku. Aku terperangkap dalam suasana hati yang tidak karuan ketika mendengar jeritan yang begitu beringas itu. ”Tuan saya akan berusaha untuk mendapatkan uang yang lebih banyak lagi” suara itu terdengar lagi. “brengsek……saya tidak perduli, karena hari ini kamu dapat uang sedikit maka kamu harus dihukum” jawab suara yang kayaknya majikannya.
Hatiku bergumam “apakah suara rintihan itu adalah pengemis tua tadi yang aku jumpai di kereta tua yang kusam?” tiba-tiba sekelumit suara yang meyakinkan aku kalau suara rintihan tadi adah pengemis tua tadi. “Kamu harus mengemis lagi pak tua atau hari ini kamu tidak akan saya beri makan?” suara itu kembali dilemparkan dalam rumah itu. “Tapi tuan saya sudah dua hari tidak dapat jatah makan?” (jawab suara yang tersendat-sendat), majikan membantring piring “pyar…pyar”, sambil berkata dengan nada kasar dan tinggi “aku tidak peduli pokoknya kalau kamu tidak menghasilkan apa-apa hari ini, aku tetap tidak kasih jatah makan, faham?”, “Baik tuan saya akan segera mengemis lagi” (jawab suara kakek tua itu). Sekarang aku semakin lebih yakin bahwa ternyata suara kakek tua yang kudengar tadi adalah kakek Karmin setelah aku melihat dia keluar dari bilik pintu dengan sempoyongan dan wajah yang memerah dan memucat bagaikan buah semangka yang masih pelonco.
Hatiku terasa tercabik-cabik kala melihat kakek setua itu harus menanggung beban dalam tirani sang juragan yang bergaya lux. Juragan yang memeras keringat seorang kakek tua yang dijadikan seorang pengemis. “Juragan itu nampaknya pernah kujumpai sebelumnya tapi dimana ya?” (hatiku terus membimbingku dengan jejeran pertanyaan). Ternyata dugaanku benar bahwa Juragan itu adalah orang bergaya lux yang telah kujumpai di gerbong kereta peninggalan zaman Belandah itu. Mungkin kakek ini adalah korban dari kaum oportunis yang memanfaatkan kelemahan seorang kakek tua rentah agar banyak orang yang iba dan mengasihkan uangnya karena tidak tega dengan kondisinya. Ternyata benar dugaanku, orang itu memang orang bergaya lux yang telah memamerkan karirnya ketika aku ketemu di gerbong kereta peningglan zaman Belandah. Yang menjadi pertanyaan relung hatiku apakah yang ia maksud dengan profesi menjadi juragan adalah menjadi juragan para manusia lemah yang ia jadikan pengemis yang dengan itu dia menikmati hartanya dari keringat para kaum lemah itu? Kalau benar sungguh perbuatan yang biadap.
Hatiku berontak, berteriak, dan bertanya, “kenapa semua ini bisa terjadi? apakah ini semua sudah takdir dari Tuhan ataukah ini semua adalah takdir yang sengaja diciptakan oleh manusia?” hatiku mulai gelisah gak karuan. Sejuta pertanyaan-pertanyaan keluar dari lubuk hatiku menggumpal menjadi partikel-partikel yang menyatu dalam darah dan urat nadiku, mencair jadi embun yang begitu panas dan keruh. Hatiku perputar dan menyatu dalam deburan ombak yang menggulung dan menggema dalam nyanyian yang begitu sumbang. Aku tak tak tahu seandainya kutitipkan dukaku pada laut pasti laut akan menggiring gelombang, jika kutitipkan dukaku pada gunung pasti gunung meluapkan api, jika kutitipkan dukaku pada angin pastilah angin menggiring kabut hitam pekat, bila kutitipkan dukaku pada awan pastilah awan menggiring mendung. Aku tak tahu lagi waktu itu apa saja kekalutan dan duka yang begitu dalam yang menggumpal dalam hati dan otakku yang mengantri dalam rajutan suara yang ingin aku keluarkan dan berteriak sekeras-kerasnya.
Dalam lamunanku yang membising tiba-tiba nyanyian itu kembali mengusik hatiku yang semakin kacau. Aku berfikir bahwa sumbangnya nyanyian itu adalah bentuk bela sungkawa yang di interprestasikan dalam alunan lagu dari langit.Aku berharap semua yang kulihat tadi hanyalah mimpi. Ketika pikiranku melayang tiba-tiba pengemis tua itu datang kepadaku dengan keringat dingin di sekujur tubuhnya. Seakan-akan dia ingin ngomong sesuatu kepadaku, aku memberanikan diri untuk menatapnya dengan senyuman hangat “ada apa kek?” tanyaku dengan halus “aku bingung harus ngomong apa nak?”(bajunya yang compang-camping penuh dengan debu dan tetesan darah). Aku kembali memberanikan diriku untuk melemparkan pertanyaan “emangnya apa yang terjadi pada diri kakek?” dengan gemetaran kakek itu menjawab “aku ingin ketemu keluargaku nak tapi aku tidak tahu kemana aku harus mencarinya” tiba-tiba badan kakek itu lemas dan jatuh tersungkur dalam tanah “brookkk,,,” ,tanpa berfikir panjang aku segera membopong badan kakek itu ke sebuah gubuk tua yang ada di tengah sawah.
Tiba-tiba hujan turun begitu lebatnya, tapi kakek itu masih tidur terlelap dalam dekapan gubuk tua yang penuh dengan jerami. Malam pun tiba membawa angin yang membuai kita dalam kegelapan yang sunyi. Aku begitu panik dan hatiku berbisik “jangan-jangan kakek tua itu meninggal?”, tiba-tiba badanku begitu capek dan lemas karena seharian badanku belum sama sekali kemasukan makanan dan minuman. Tiba-tiba mataku berkunang-kunang dan tanpa sadar “brookk,,,,” aku pun tersungkur ke tanah dalam gubuk itu berjam-jam. Sampai pada akhirnya dalam tidurku yang begitu lelap, tiba-tiba kakek tua itu membangunkan aku dan akupun begitu kaget “nak bangunlah” akupun tersentak dalam tidurku yang lelap, dengan senyum yang hangat kakek itu telah membawakanku segelas air putih dan sebungkus nasi “nak minumlah air putih ini dan makanlah nasi ini agar badanmu jadi enakan dan tenagamu pulih kembali”, aku pun tercengang dengan kelembutan sikap kakek tua itu, dia memperlakukanku seperti anaknya seakan dia begitu rindu dengan keluarga dan anaknya yang telah lama menghilang entah kemana.
Dengan sikap yang begitu tenang kakek tua itu tiba-tiba berdiri tegak dan kokoh seakan dia telah menemukan siapa dirinya sebenarnya. Lalu kakek itu bercerita tentang keluarganya yang hilang dan dia juga sudah ingat dimana dia dulu terdampar ketika naik pesawat terbang “Asal jadi”. Pesawat itu jatuh entah ada kerusakan pada mesin ataukah karena kesalahan teknis dari sang pilot. Dia lupa pada masa lalunya karena walaupun dia selamat tapi kepalanya terbentur keras ke benda tumpul di pesawat. Ketika dia ditemukan sudah tidak ingat apa-apa akan keluarganya bahkan siapa dirinya. Tapi karena ada orang yang memanfaatkan kondisi yang tidak baik itu, maka dia pun di bawah pulang, diberi makan dan lambat waktu dipaksa untuk jadi pengemis dan mencari uang buat mereka. Rupanya ketika aku bertemu dengan kakek itu, dia masih diperlakukan baik oleh orang yang menolong dan ingin memanfaatkannya. Karena dia tidak ingat siapa dirinya maka dia diberi nama Karmin. Tapi saat ini dia sudah tersadarkan akan siapa dirinya.
Ternyata dia adalah seorang saudagar kaya yang tinggal di sebuah perumahan mewah di Jakarta nama aslinya adalah Subroto Djoyodiningrat. Setelah ingat akan semuanya akupun mengantar kakek tua itu ke keluarganya dan mereka pun kembali berkumpul dalam suasana yang begitu haru. Keluarga kakek tua itu begitu bahagia dan memeluknya dengan begitu hangatnya. Aku begitu bahagia karena kakek itu sudah menemukan siapa dirinya dan keluarganya. Akupun segera kembali ke kampung halamanku dengan hati yang lega karena kakek yang malang itu telah kembali menemukan kebahagiaannya. Nyanyaian yang semula terdengar sumbang seakan kembali menjadi riang gembira dengan eksotis keindahan alam yang bernyanyi riang mengiringi kebahagiaanku dan kebahagiaan mereka. Burung- burungpun kembali berkicau riang bersama ranting-ranting pohon yang bergoyang dalam lembutnya hembusan angin. Sebuah perpaduan bunyi yang begitu indah dan merdu. Kesumbangan nyanyian itu kini telah pergi dan kebahagiaanpun datang menyambut.
*Penulis adalah penggiat sastra dan budaya, pimpinanan komunitas lembah “endhut ireng” Jombang*
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Ginandjar Wiludjeng
A. Junianto
A. Kurnia
A. Qorib Hidayatullah
A. Yusrianto Elga
A.S Laksana
A’yat Khalili
Aang Fatihul Islam
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi WM
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Malik
Abdul Razak
Abdul Rosyid
Abdul Wahab
Abdurrahman Wahid
Abu Salman
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Adam Chiefni
Ade P. Nasution
Adhitia Armitriant
Adi Prasetyo
Adrizas
AF. Tuasikal
Afriza Hanifa
Afrizal Malna
Agama Para Bajingan
Agnes Rita Sulistyawaty
Aguk Irawan M.N.
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Ahda Imran
Ahid Hidayat
Ahmad Baso
Ahmad Faishal
Ahmad Fatoni
Ahmad Hasan MS
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Khotim Muzakka
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Naufel
Ahmad Rofiq
Ahmad S. Zahari
Ahmad Syauqi Sumbawi
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ahsanu Nadia
Aini Aviena Violeta
Ainul Fiah
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Akhmad Sofyan Hadi
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Akmal Nasery Basral
Alam Terkembang
Alang Khoiruddin
Alex R. Nainggolan
Alfian Dippahatang
Ali Audah
Ali Mahmudi CH
Ali Rif’an
Almania Rohmah
Ami Herman
Amien Wangsitalaja
Aminah
Aminullah HA.Noor
Amir Sutaarga
Anam Rahus
Anata Siregar
Andari Karina Anom
Andina Dwifatma
Andong Buku #3
Andre Mediansyah
Andri Awan
Anett Tapai
Anggie Melianna
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anjrah Lelono Broto
Anton Bae
Anton Kurnia
Anton Wahyudi
Anwar Nuris
Ardi Bramantyo
Ardus M Sawega
Arie MP Tamba
Arie Yani
Arief Joko Wicaksono
Arief Junianto
Ariera
Arif Bagus Prasetyo
Aris Kurniawan
Arman A.Z.
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Sambodja
Asmaul Fauziyah
Asti Musman
Atafras
Awalludin GD Mualif
Ayu Wulan Sari
Aziz Abdul Gofar
Azizah Hefni
Bagus Takwin
Bahrul Ulum A. Malik
Balada
Bale Aksara
Balok Sf
Bambang Kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Beni Setia
Benny Arnas
Benny Benke
Beno Siang Pamungkas
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Berita Duka
Berita Koran
Bernando J Sujibto
Berthold Damshauser
BI Purwantari
Binhad Nurrohmat
Bobby Gunawan
Bonari Nabonenar
Brunel University London
Budaya
Budi Darma
Budi P. Hatees
Budiman S. Hartoyo
Burhanuddin Bella
Camelia Mafaza
Catatan
Cerbung
Cerpen
Chairul Akhmad
Chamim Kohari
Chavchay Syaifullah
Cover Buku
Cucuk Espe
D. Zaini Ahmad
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Dahta Gautama
Daisuke Miyoshi
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Danusantoso
Dareen Tatour
Darju Prasetya
David Kuncara
Denny Mizhar
Denza Perdana
Desi Sommalia Gustina
Desiana Medya A.L
Dewan Kesenian Lamongan (DKL)
Dewi Indah Sari
Dewi Susme
Dian Sukarno
Didik Harianto
Didik Kusbiantoro
Dina Jerphanion
Dina Oktaviani
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jawa Timur
Dipo Handoko
Diyah Errita Damayanti
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddy Wisnu Pribadi
Dody Kristianto
Dody Yan Masfa
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dr Junaidi SS MHum
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi Wiyana
Dyah Ratna Meta Novia
Dyah Sulistyorini
Ecep Heryadi
Eddy Pranata PNP
Edeng Syamsul Ma’arif
Eep Saefulloh Fatah
EH Kartanegara
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Hendrawan Sofyan
Eko Hendri Saiful
Eko Windarto
Elnisya Mahendra
Elva Lestary
Emha Ainun Nadjib
Emil WE
Endah Sulwesi
Endo Suanda
Eppril Wulaningtyas R
Esai
Evan Ys
F. Moses
F. Rahardi
Fadlillah Malin Sutan
Fahmi Faqih
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fajar Kurnianto
Fanani Rahman
Fanny Chotimah
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Febby Fortinella Rusmoyo
Felix K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Gabriel Garcia Marquez
Galang Ari P.
Galuh Tulus Utama
Gampang Prawoto
Gandra Gupta
Ganug Nugroho Adi
Gerson Poyk
Ghassan Kanafani
Gita Nuari
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunoto Saparie
H.B. Jassin
Habibullah
Hadi Napster
Hadriani Pudjiarti
Halim HD
Halimi Zuhdy
Hamberan Syahbana
Han Gagas
Hanibal W. Y. Wijayanta
Hardi
Haris del Hakim
Haris Saputra
Harri Ash Shiddiqie
Hartono Harimurti
Hary B Kori’un
Hasan Aspahani
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
HE. Benyamine
Hendra Junaedi
Hendra Makmur
Heri CS
Heri Latief
Heri Listianto
Herman RN
Herry Lamongan
Heru CN
Heru Nugroho
Hikmat Gumelar
HL Renjis Magalah
Hudan Nur
Hujuala Rika Ayu
Huminca Sinaga
IBM. Dharma Palguna
Ibnu Wahyudi
Ida Farida
Idris Pasaribu
Ignas Kleden
Ignatius Haryanto
Iksan Basoeky
Ilham Khoiri
Imam Cahyono
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Ira Puspitaningsih
Irfan Budiman
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Iskandar Zulkarnain
Ismail Marzuki
Iva Titin Shovia
Iwan Kurniawan
Jabbar Abdullah
Jafar Fakhrurozi
Jalan Raya Simo Sungelebak
Jamal D. Rahman
Jamal T. Suryanata
Javed Paul Syatha
Jayaning S.A
JILFest 2008
Jody Setiawan
Johan Edy Raharjo
Johannes Sugianto
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Jual Buku
Jual Buku Paket Hemat
Juan Kromen
Julika Hasanah
Jurnalisme Sastrawi
Jusuf AN
Juwairiyah Mawardy
Ka’bati
Karanggeneng
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Keith Foulcher
Kemah Budaya Panturan (KBP)
Khansa Arifah Adila
Khoirul Inayah
Khoirul Rosyadi
Khudori Husnan
Ki Ompong Sudarsono
Kirana Kejora
Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia
Korrie Layun Rampan
Kostela
Kritik Sastra
Kukuh S Wibowo
Kurnia Effendi
Kurniawan
Kuswaidi Syafi'ie
L.N. Idayanie
Laili Rahmawati
Lamongan
Lan Fang
Langgeng Widodo
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Lely Yuana
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember
Liestyo Ambarwati Khohar
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liza Wahyuninto
Lucia Idayanie
Lukman A Sya
Lutfiah
Lynglieastrid Isabellita
M Arman AZ
M Ismail
M Thobroni
M. Afifuddin
M. Arwan Hamidi
M. Lukluk Atsmara Anjaina
M. Lutfi
M. Luthfi Aziz
M. Nurdin
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.S. Nugroho
Mahendra Cipta
Mahmud Jauhari Ali
Mahmud Syaltut Usfa
Mahmudi Arif Dahlan
Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Martin Aleida
Maruli Tobing
Mas Ruscita
Mashuri
Masuki M. Astro
Matroni
Matroni Muserang
Media: Crayon on Paper
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Mia Arista
Mia El Zahra
Mikael Johani
Misbahus Surur
Misran
Mohamad Ali Hisyam
Mohammad Eri Irawan
Much. Khoiri
Muh. Muhlisin
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Aris
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Rain
Muhammad Taufiqurrohman
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun
Muhammadun AS
Muhidin M Dahlan
Mujtahid
Mujtahidin Billah
Mukti Sutarman Espe
Mulyadi SA
Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik
Munawir Aziz
Musfarayani
Musfi Efrizal
Nafisatul Husniah
Nandang Darana
Naskah Teater
Nelson Alwi
Ni Made Purnamasari
Nikmatus Sholikhah
Nina Herlina Lubis
Nina Susilo
Ning Elia
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel-novel berbahasa Jawa
Novelet
Nunuy Nurhayati
Nur Azizah
Nur Hamzah
Nur Kholiq
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurul Aini
Nurul Anam
Nurul Komariyah
Nuryana Asmaudi SA
Nyoman Tusthi Eddy
Obrolan
Okty Budiati
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Otto Sukatno CR
Oyos Saroso H.N.
Pagan Press
Pagelaran Musim Tandur
Palupi Panca Astuti
Parimono V / 40 Plandi Jombang
Pawang Surya Kencana
PDS H.B. Jassin
Petrus Nandi
Politik
Politik Sastra
Pradana Boy ZTF
Pramoedya Ananta Toer
Pramono
Pringadi AS
Prof Dr Fabiola D. Kurnia
Prosa
Puisi
Puji Santosa
Puji Tyasari
Puput Amiranti N
Purnawan Andra
Purnawan Kristanto
Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin
Pustaka Ilalang Group
PUstaka puJAngga
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R. Ng. Ronggowarsito
Rachmad Djoko Pradopo
Radhar Panca Dahana
Rahmat Kemat Hidayatullah
Rahmat Sularso Nh
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rasanrasan Boengaketji
Raudal Tanjung Banua
Redland Movie
Reiny Dwinanda
Resensi
Rialita Fithra Asmara
Ribut Wijoto
Riki Dhamparan Putra
Riki Utomi
Ririe Rengganis
Risang Anom Pujayanto
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Roso Titi Sarkoro
Rozi Kembara
Rukardi
Rumah Budaya Pantura (RBP)
Rusmanadi
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saiful Amin Ghofur
Saiful Anam
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Salman S. Yoga
Samsudin Adlawi
Samsul Anam
Sanggar Lukis Alam
Sanggar Pasir
Sanggar Rumah Ilalang KSII
Santi Puji Rahayu
Sapardi Djoko Damono
Saroni Asikin
Sartika Dian Nuraini
Sastra dan Kuasa Simbolik
Sastra Jawa Timur
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sayyid Fahmi Alathas
SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang
SelaSastra Boenga Ketjil
SelaSastra Boenga Ketjil #33
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Setia Naka Andrian
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sinopsis
Siti Khoeriyah
Siti Muyassarotul Hafidzoh
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputra
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Slamet Rahardjo Rais
Soegiharto
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Spectrum Center Press
Sri Weni
Sri Wintala Achmad
Suci Ayu Latifah
Sucipto Hadi Purnomo
Sudirman
Sugi Lanus
Sukron Ma’mun
Sulaiman Djaya
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Supriyadi
Surya Lesmana
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyanto
Syaf Anton Wr
Syaifuddin Gani
Syaiful Amin
Syarif Wadja Bae
Sylvianita Widyawati
TanahmeraH ArtSpace
Tarmuzie (1961-2019)
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Presetyo
Teguh Setiawan
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Tia Setiadi
Tirto Suwondo
Tita Tjindarbumi
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan
Tosa Poetra
Tri Nurdianingsih
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Ulul Azmiyati
Umar Fauzi
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Usman Arrumy
Utari Tri Prestianti
Viddy AD Daery
Virdika Rizky Utama
W Haryanto
W.S. Rendra
Wahyu Prasetya
Wan Anwar
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wina Bojonegoro
Wita Lestari
Wong Wing King
Wowok Hesti Prabowo
Xu Xi (Sussy Komala)
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yanusa Nugroho
Yasraf Amir Piliang
Yayat R. Cipasang
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yopi Setia Umbara
Yudhi Herwibowo
Yudi Latif
Yusri Fajar
Yusuf Ariel Hakim
Yuval Noah Harari
Zacky Khairul Uman
Zainuddin Sugendal
Zamakhsyari Abrar
Zawawi Se
Zed Abidien
Zehan Zareez
Zhaenal Fanani
Zubaidi Khan
Zuniest
Tidak ada komentar:
Posting Komentar