Kamis, 09 September 2010

Cinta di Bulan Ramadhan

Denny Mizhar
Malang Post, Minggu, 5 September 2010

Gadis, sudahlah. Jangan menangis. Tak ada gunanya. Lelaki yang kau cintai telah melukaimu. Apa pantas kau mengiba dan meratapinya, bahkan mengharapnya kembali? Mari, buka mata hatimu. Lalu tenggelamkan diri dengan do’a-do’a kepada Tuhan. Aku yakin. Segalanya akan baik-baik saja. Hidup itu sementara, jangan dibuat bersusah-susah. Mari, memaknai segala peristiwa pasti akan lebih indah. Mari, berfikir hal yang penting agar diri berguna buat sesama.

***

Gadis berhari-hari mengunci dirinya dalam kamarnya. Tak ada yang tahu apa yang sedang dilakukannya. Hanya pesan pendek, sering aku terima itupun kadang tak tuntas mengirimnya?putus di tengah percakapan.

Seorang temannya menemuiku, menanyakan perihal masalah yang menimpahnya. Hingga kenapa harus mengunci diri dalam kamarnya. Aku sendiri tak tahu. Maka kujawab sekenanya

“Ia sedang patah hati yang dalam dan ingin tenangkan diri. Supaya jadi baik-baik saja, ketika keluar kamar dan tak ada yang mengira ia sedang patah hati”

Temannya malah mendebatku

“Bahwa siapa yang tidak tahu! akan sakit hatinya?semua sudah tahu”.

Aku pun berlagak tidak tahu, permasalahan yang sedang dialami oleh Gadis dengan detail. “Memangnya kau tahu apa yang sedang terjadi pada Gadis?”

Temannya menjawab

“Kekasihnya telah menduakannya. Gadis sangat terpukul atas kejadian tersebut”.

Aku pun tersenyum dan menggerakkan kepala ke bawah agar terlihat mengamini apa yang dikatakannya, seakan-akan baru tahu permasalahan Gadis secara detail.

Temannya melangkahkan kaki menjauh dariku yang terus berfikir. Apa yang bisa aku perbuat untukknya sedang aku bukan apa-apanya. Hanya, baru saja kenal dan aku tertarik padanya. Ah, dasar naluri lelakiku muncul tiba-tiba saat bertemu dengannya pertama kali. Padahal sudah lama rasa cinta menghilang dari peredaran orbit hati.

Pada suatu malam ketika bulan purnama. Seorang lelaki datang padaku yang mengaku kekasih Gadis. Bercerita tentang perihal hubungannya sama Gadis. Bahwa ia sangat mencintainya. Tapi sayang, Gadis tak mampu memberikan apa yang diharapkan. Lalu ia bertemu dengan perempuan semasa SMA-nya yang pernah dicintainya. Sebab jarak yang jauh lalu ia meninggalkannya.

Kini, jaraknya sudah dekat maka ia pun kembali lagi pada perempuan yang semasa SMA dicintainya. Tetapi sebenarnya ia masih cinta pada Gadis. Berhubung Gadis tak dapat memenuhi apa yang diharapkannya, ia harus meninggalkan Gadis. Sesekali ia mengoda Gadis. Agar mau berubah dan ia pun akan kembali pada Gadis. Perubahan yang diharapkan pada Gadis adalah agar Gadis dapat masak, agar Gadis berjilbab, agar Gadis meninggalkan teman-teman mainnya, agar Gadis tak seperti anak kecil, agar Gadis Dewasa. Agar Gadis…..

Sehabis ia bercerita panjang lebar kali tinggi, tentang hubungannya sama Gadis. Ia berpamitan pulang. Dan mengatakan padaku

“Tolong Mas, disampaikan pada Gadis, tentang apa yang aku ceritakan padamu!”.

Sungguh, lelaki macam apa itu? Memaksa kehendaknya untuk orang lain berubah. Padahal perubahan harusnya melewati kesadaran dari pelakunya. Bukan pemaksaan. Aku mengingat pemikir-pemikir positivisme, bahwa hubungan relasi antara diri dan diluar diri adalah subyek dan obyek. Sehingga apapun yang diluar dirinya adalah obyek yang dapat dirubah semaunya. Dengan adanya unsur paksaan dan ekploitasi. Ah, robotlah jadinya. Sudah sebegitu parahkan pemikiran positivisme masuk dalam alur logika kita?

Tiba-tiba poselku berbunyi.

“Kak telpon aku”.

Rupanya Gadis mengharap aku menelponnya. Sebagai manusia aku tak bisa membiarkan orang lain meminta tolong dan butuh bantuanku, aku biarkan begitu saja. Lalu aku pencet call Gadis. Masih terdengar nada terisak-isak. Habis menangis seharian, katanya. Lalu mengisahkan lelaki yang baru saja datang padaku. Bahwa ia mempermainkan hatinya. Aku pun bilang

“Kenapa kau mau dipermainkan?”

Gadis mengatakan bahwa dirinya sangat mencintai lelaki tersebut, hingga terkadang buta dirasakannya. Tak peduli berkali-kali disakiti, tetap saja mengharapkannya. Tetapi gadis kali ini sadar, bahwa ia harus memutuskan untuk melupakan. Akan tetapi, Gadis tidak bisa. Katanya.

Dengan sadar diri, aku bukanlah Gadis. Aku tak mengerti perihal perasaannya. Aku hanya membantu memecahkan kebuntuan-kebuntuan fikirannya yang gelap. Akibat perasaan cinta butanya. Aku katakanya padanya

“Gadis yang dilakukan kekasihmu itu bukanlah cinta tetapi penguasaan terhadap dirimu. Relakan saja ia pergi dan terimalah kenyataan yang terjadi. Bahwa ia telah mencintai orang lain. Bukan lagi dirimu”

Tiba-tiba telpon terputus.

Aku sebenarnya takut untuk memberikan solusi-solusi padanya. Apakah aku dengan tanpa tendensi atau punya tendensi untuk membantunya. Sebab aku mencintainya. Dan yang aku tahu. Bahwa, aku tak ingin serupa yang aku diskripsikan pada lelaki yang dicintai Gadis. Ada unsur penguasaan atas cinta, tetapi bukanlah cinta yang membebaskan yang mencari jalan kebenaran bagi dirinya sendiri.

Teringat buku yang aku baca tentang kekuasaan cinta dan keadilan karya Paul Tillich. Aku membelinya bersama Gadis ketika awal kita kenal. Gadis bertanya padaku perihal buku tersebut. Setelah aku buka dan baca, memang agak berat. Mungkin juga bagi Gadis yang tak pernah baca buku akan mengalami kesulitan. Lalu aku katakan

“Ini persoalan ontologis cinta kekuasaan dan keadilan”.

Gadis tidak paham apa itu ontologis. Aku pun bilang

“Kau tau filsafat. Nah, ontologis itu bagian pembahasan dalam filsafat. membahas tentang objek apa yang di telaah ilmu. Bagaimana wujud yang hakiki dari objek tersebut. Bagaimana hubungan antara objek tadi dengan daya tangkap manusia ”.

Gadis malah bingung. Aku pun diam. Lalu gadis mengajak pulang. Aku mengantarkan gadis kerumahnya. Kenangan yang indah walau sesaat. Ketika itu, sehari sebelum puasa Ramadhan tiba.

***

Gadis, sudahlah. Jangan menangis. Tak ada gunanya. Lelaki yang kau cintai telah melukaimu. Apa pantas kau mengiba dan meratapinya, bahkan mengharapnya kembali? Mari, buka mata hatimu. Lalu tenggelamkan diri dengan do’a-do’a kepada Tuhan. Aku yakin. Segalanya akan baik-baik saja. Hidup itu sementara, jangan dibuat bersusah-susah. Mari, memaknai segala peristiwa pasti akan lebih indah. Mari, berfikir hal yang penting agar diri berguna buat sesama.

Aku kirimkan lagi pesan singkat pada Gadis, yang mulai bisa melupakan kekasihnya. Dengan seringnya kita berkomunikasi lewat telpon. Aku pun sedikit membuka kesadarannya. Bahwa hidup itu tak harus tengelam dalam permasalahn yang dangkal. Aku sering mengibaratkan cinta Tuhan pada manusia. Tak pernah pupus walau manusia selalu menjauhinya, ketika hendak mendekat tetap saja Tuhan menerima. Sebab Tuhan Maha Pema’af. Begitupun manusia yang di dalam dirinya ada pancaran roh Tuhan. Maka, paling tidak mendekati “serupa” Tuhan. Itulah kenyakinan terhadap kebertuhananku dan pemahamanan atas keberagamaanku.

Gadis sudah mulai tak menangis lagi, tapi masih teringat kekasihnya. Aku pun terus menghiburnya. Aku tak dapat mengatakan cinta padanya, sebab pernah ketika awal-awal bertemu aku mengatakan cinta padanya dan mengharap sebagai kekasihnya. Gadis hanya memberi jawaban, bahwa aku di anggapnya saudara. Tapi tak apalah. Aku yakin hati manusia bisa berubah, karena yang ada di dunia ini semuanya relatif kebenarannya kecuali kebenaran Tuhan.

Temannya masih sering bertanya padaku, ketika berpapasan betemu di gang sebelah rumahku. Lelaki itu, kekasih Gadis sudah jarang menghubunginya. Walau kadang-kadang masih mengirimkan pesan pendek pada Gadis. Tapi Gadis tidak menghiraukannya. Cerita gadis padaku.

Gadis pun pergi ke luar kota untuk mencari susana yang baru. Gadis berharap dapat melupakan dengan purnah jalinan cinta kasih yang pernah dilaluinya.

“Kak, Gadis pergi dulu. Tidak lama kok” pesan singkat masuk di ponselku.

***

Aku masih tetap berdo’a pada Tuhan. Agar Gadis membuka hati untukku. Malam-malam pada bulan Ramadhan aku lewati dengan khusuk beribadah pada Tuhan. Membaca Al-Qu’an. Membaca buku-buku agama. Ketika, tepat aku membaca surat Ar-Rahman, aku teringat Gadis. Surat ini adalah paling disuka, karena Gadis sering mendengar ketika menjelang subuh. Gadis pernah bercerita padaku tentang itu.

Suara ponselku berbunyi, tanda ada pesan singkat masuk. Aku menghentikan membaca sesampai perhentian ayat yang tak mengurangi arti utuhnya. Aku membuka ponselku, Gadis mengirimkan pesan singkat.

“Kak, besok bareng terawih ya? “

Dengan cepat aku membalasnya “Iya”.

Ah, Tuhan pertanda apakah ini. Tadi aku mengingatnya, lalu Gadis mengirimkan pesan padaku. Besok mengajakku berangkat terawih bareng.

Aku pun melewati waktu dengan sewajarnya, aku pasrahkan pada Tuhan apa yang terjadi nanti. Aku percaya, yang membolak-balikkan hati manusia adalah Dia.

***

Kita bareng berangkat terawih dengan jalan kaki. Rumah kita tidak jauh. Aku yang mendatanginya dan menjemputnya. Aku berusaha bersikap biasa tanpa tendensi apapun. Dalam kantong celanaku sudah aku persiapkan sebatang coklat dan Al-Qur’an kecil yang aku bungkus dengan kertas kado. Sehabis sholat terawih aku memberikan padanya. Gadis tersenyum dengan manis. Tak biasanya Gadis tersenyum dengan manis sejak betermu awal denganku. Gadis menerimanya dan mengucapkan terima kasih. Dalam berjalanan pulang, kita saling bercanda. Aku pun sesekali bercerita tentang masalah bangsa yang tak kunjung sirna. Gadis menikmatinya. Malahan bertanya-tanya masalah-masalah bangsa yang belum tuntas-tuntas untuk diselesaikan. Dari persoalan Lumpur Lapindo, masih banyaknya angka kemiskinan, politik yang kacau. Gadis semakin penasaran, mungkin saja Gadis jarang membincal hal-hal yang saban hari aku geluti meski masih dalam wacana belum banyak aksi. Persoalan yang baru saja terjadi dan masih hangat-hangatnya pun menjadi perbincangan kita. Yakni masalah, sikap bangsa atas Malaysia. Aku melihat wajah Gadis berseri-seri penuh arti.

Sesampai di rumahnya, gadis mempersilahkan aku duduk dulu. Gadis masuk ke dalam rumah dengan keluar kembali membawa secangkir kopi. Kopi belum aku minum, gadis mengagetkan aku. Bahwa gadis mengatakan cinta padaku.

“Kak, di bulan Ramadhan ini. Aku menemukan banyak arti setelah mengenal Kakak. Aku tak lagi berdiam diri dalam kamar, meratapi malasah-masalah cinta pada kekasihku yang menyakitiku. Kak, Gadis cinta Kakak.”

Dengan hati yang berseri, aku pulang sehabis menghabiskan secangkir kopi cinta di malam bulan Ramadhan. Yang ku harapkan dapat terwujud.

Gadis mulai berbenah diri, sering mengaji, sering membaca buku, sesekali mengajakku membagi makanan buat anak-anak jalanan dari sisa uang yang Gadis punya. Tanpa, aku memaksa tanpa aku menyuruh. Malahan kadang Gadis mengingatkan padaku, agar jangan sampai daya kritis yang kumiliki hilang. Gadis pun menjelma martil yang mengerakkan kesadaranku untuk terus menanjak. Pada keutuhan kemanusiaanku. Aku pun berdo’a atas segala kesadaran diri padaNya “Di hening malam Ramadhan, aku berserah diri padaMu”.

Malang, 21 Ramadhan 1431 H

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Ginandjar Wiludjeng A. Junianto A. Kurnia A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.S Laksana A’yat Khalili Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Razak Abdul Rosyid Abdul Wahab Abdurrahman Wahid Abu Salman Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adam Chiefni Ade P. Nasution Adhitia Armitriant Adi Prasetyo Adrizas AF. Tuasikal Afriza Hanifa Afrizal Malna Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunyoto Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Baso Ahmad Faishal Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Naufel Ahmad Rofiq Ahmad S. Zahari Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ainul Fiah Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akhudiat Akmal Nasery Basral Alam Terkembang Alang Khoiruddin Alex R. Nainggolan Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Almania Rohmah Ami Herman Amien Wangsitalaja Aminah Aminullah HA.Noor Amir Sutaarga Anam Rahus Anata Siregar Andari Karina Anom Andina Dwifatma Andong Buku #3 Andre Mediansyah Andri Awan Anett Tapai Anggie Melianna Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Bae Anton Kurnia Anton Wahyudi Anwar Nuris Ardi Bramantyo Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arie Yani Arief Joko Wicaksono Arief Junianto Ariera Arif Bagus Prasetyo Aris Kurniawan Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Asmaul Fauziyah Asti Musman Atafras Awalludin GD Mualif Ayu Wulan Sari Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Bagus Takwin Bahrul Ulum A. Malik Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Beno Siang Pamungkas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Bernando J Sujibto Berthold Damshauser BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Camelia Mafaza Catatan Cerbung Cerpen Chairul Akhmad Chamim Kohari Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Zaini Ahmad D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Daisuke Miyoshi Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Danusantoso Dareen Tatour Darju Prasetya David Kuncara Denny Mizhar Denza Perdana Desi Sommalia Gustina Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewi Indah Sari Dewi Susme Dian Sukarno Didik Harianto Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jawa Timur Dipo Handoko Diyah Errita Damayanti Djoko Pitono Djoko Saryono Doddy Wisnu Pribadi Dody Kristianto Dody Yan Masfa Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi SS MHum Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Wiyana Dyah Ratna Meta Novia Dyah Sulistyorini Ecep Heryadi Eddy Pranata PNP Edeng Syamsul Ma’arif Eep Saefulloh Fatah EH Kartanegara Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendrawan Sofyan Eko Hendri Saiful Eko Windarto Elnisya Mahendra Elva Lestary Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Sulwesi Endo Suanda Eppril Wulaningtyas R Esai Evan Ys F. Moses F. Rahardi Fadlillah Malin Sutan Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fanny Chotimah Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Febby Fortinella Rusmoyo Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Gabriel Garcia Marquez Galang Ari P. Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gandra Gupta Ganug Nugroho Adi Gerson Poyk Ghassan Kanafani Gita Nuari Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunoto Saparie H.B. Jassin Habibullah Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Hardi Haris del Hakim Haris Saputra Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Aspahani Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana HE. Benyamine Hendra Junaedi Hendra Makmur Heri CS Heri Latief Heri Listianto Herman RN Herry Lamongan Heru CN Heru Nugroho Hikmat Gumelar HL Renjis Magalah Hudan Nur Hujuala Rika Ayu Huminca Sinaga IBM. Dharma Palguna Ibnu Wahyudi Ida Farida Idris Pasaribu Ignas Kleden Ignatius Haryanto Iksan Basoeky Ilham Khoiri Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Ira Puspitaningsih Irfan Budiman Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Zulkarnain Ismail Marzuki Iva Titin Shovia Iwan Kurniawan Jabbar Abdullah Jafar Fakhrurozi Jalan Raya Simo Sungelebak Jamal D. Rahman Jamal T. Suryanata Javed Paul Syatha Jayaning S.A JILFest 2008 Jody Setiawan Johan Edy Raharjo Johannes Sugianto Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Juan Kromen Julika Hasanah Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Ka’bati Karanggeneng Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Keith Foulcher Kemah Budaya Panturan (KBP) Khansa Arifah Adila Khoirul Inayah Khoirul Rosyadi Khudori Husnan Ki Ompong Sudarsono Kirana Kejora Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kukuh S Wibowo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie L.N. Idayanie Laili Rahmawati Lamongan Lan Fang Langgeng Widodo Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lely Yuana Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Liestyo Ambarwati Khohar Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lucia Idayanie Lukman A Sya Lutfiah Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Ismail M Thobroni M. Afifuddin M. Arwan Hamidi M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Luthfi Aziz M. Nurdin M. Yoesoef M.D. Atmaja M.S. Nugroho Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahmud Syaltut Usfa Mahmudi Arif Dahlan Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Martin Aleida Maruli Tobing Mas Ruscita Mashuri Masuki M. Astro Matroni Matroni Muserang Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mia Arista Mia El Zahra Mikael Johani Misbahus Surur Misran Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan Much. Khoiri Muh. Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Aris Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun Muhammadun AS Muhidin M Dahlan Mujtahid Mujtahidin Billah Mukti Sutarman Espe Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik Munawir Aziz Musfarayani Musfi Efrizal Nafisatul Husniah Nandang Darana Naskah Teater Nelson Alwi Ni Made Purnamasari Nikmatus Sholikhah Nina Herlina Lubis Nina Susilo Ning Elia Noor H. Dee Noval Jubbek Novel-novel berbahasa Jawa Novelet Nunuy Nurhayati Nur Azizah Nur Hamzah Nur Kholiq Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Aini Nurul Anam Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Okty Budiati Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Otto Sukatno CR Oyos Saroso H.N. Pagan Press Pagelaran Musim Tandur Palupi Panca Astuti Parimono V / 40 Plandi Jombang Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Petrus Nandi Politik Politik Sastra Pradana Boy ZTF Pramoedya Ananta Toer Pramono Pringadi AS Prof Dr Fabiola D. Kurnia Prosa Puisi Puji Santosa Puji Tyasari Puput Amiranti N Purnawan Andra Purnawan Kristanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang Group PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Ng. Ronggowarsito Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Rahmat Kemat Hidayatullah Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rasanrasan Boengaketji Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Resensi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Ririe Rengganis Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rusmanadi S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saiful Amin Ghofur Saiful Anam Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman S. Yoga Samsudin Adlawi Samsul Anam Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang KSII Santi Puji Rahayu Sapardi Djoko Damono Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra dan Kuasa Simbolik Sastra Jawa Timur Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra Boenga Ketjil #33 Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Khoeriyah Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputra Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soegiharto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sri Weni Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudirman Sugi Lanus Sukron Ma’mun Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaf Anton Wr Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syarif Wadja Bae Sylvianita Widyawati TanahmeraH ArtSpace Tarmuzie (1961-2019) Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tia Setiadi Tirto Suwondo Tita Tjindarbumi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tosa Poetra Tri Nurdianingsih Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulul Azmiyati Umar Fauzi Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Usman Arrumy Utari Tri Prestianti Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W Haryanto W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wan Anwar Wawan Eko Yulianto Wawancara Wina Bojonegoro Wita Lestari Wong Wing King Wowok Hesti Prabowo Xu Xi (Sussy Komala) Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanusa Nugroho Yasraf Amir Piliang Yayat R. Cipasang Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopi Setia Umbara Yudhi Herwibowo Yudi Latif Yusri Fajar Yusuf Ariel Hakim Yuval Noah Harari Zacky Khairul Uman Zainuddin Sugendal Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zed Abidien Zehan Zareez Zhaenal Fanani Zubaidi Khan Zuniest