Yudi Latif
http://www.kompas.com/r
Sastra-Spiritualitas Nusantara
Tradisi sastra-spiritualitas juga memantul di kepulauan Nusantara, antara lain dengan menggunakan bahasa Melayu. Bahasa Melayu telah mengalami banyak perkembangan sebelum ia digunakan sebagai alat bagi sastra metafisika dan filosofis Islam. Kedatangan para pelayar Arab dan kaum misionaris, terutama sejak penyebaran Islam di Nusantara, mulai mengenalkan huruf-huruf abjad Arab sebagai simbol-simbol tertulis bahasa Melayu (Al-Atas, 1969). Kontribusi kedua yang diberikan oleh para wali sufi dan kaum misionaris adalah pengenalan dan penyebaran ajaran dan sastra Islam, terutama dalam bidang tasauf (sufisme) dan kalam (teologi). Sama dengan bahasa yang digunakan dalam pelbagai wacana sufi, sastra sufi dari dunia Arab dan Persia diperkenalkan ke dunia Melayu. Beberapa karya telah diterjemahkan dan yang lainnya diajarkan dalam bahasa asli mereka.
Jejak-jejak para ilmuwan dan sufi Muslim yang paling klasik bisa ditemukan dalam tulisan-tulisan para pemikir sufi Melayu setelah abad ke-7 H/13 M. Istilah-istilah yang beragam, bersama makna dan hubungan-hubungan di antara mereka, dibawa ke Melayu dan membantu mengembangkan bahasa tersebut sebagai alat untuk menuangkan pemikiran religius dan ilmiah. Lebih-lebih, orang-orang Melayu sendiri telah memformulasikan istilah-istilah yang merujuk pada pelbagai makna spiritual dan nonspiritual dalam tindakan yang sama. Hamzah Fanshuri, pemikir dan penyair sufi Melayu abad ke-11 H/17 M, misalnya, merujuk pada kehendak Tuhan (iradah) untuk menciptakan dunia dengan kata hendak alih-alih mahu. Berkaitan dengan pengetahuan, bahasa Melayu membedakan antara tahu (mengetahui), faham (memahami), kenal (mengetahui dengan pasti).
Transformasi makna dari dimensi horizontal ke dimensi vertikal, realitas melalui diferensiasi muatan semantik kata-kata Melayu menandai sebuah perubahan historis, yang bertujuan mencapai formulasi bahasa sistematik untuk wacana filosofis melalui media sastra. Sebagaimana kita tahu, sebelum kedatangan Islam, mitos-mitos telah digunakan untuk menunjukkan adanya realitas yang lebih tinggi dari manusia. Ekspresi estetik dalam sastra dahulu merupakan pemikiran manusia yang dominan dan menyeluruh tanpa menyediakan bahasa abstrak apa pun untuk mengakomodasi aspek-aspek intelektual pikiran manusia.
Namun, para wali sufi di dunia Melayu-Indonesia tidak mengeliminasi seluruh unsur dongeng dan hikayat dalam sastra Melayu ketika memperkenalkan pelbagai risalah sufi kepada masyarakat di sini. Melalui tahapan gradual, arti penting dari hikayat-hikayat itu menurun, sementara ajaran-ajaran esoterik Islam mulai menggantikan tempat mereka. Orang-orang Melayu, melalui proses Islamisasi gradual, pertama melalui pengenalan syariat kemudian tasauf (terutama metafisika sufi) menyadari perbedaan antara bacaan-bacaan populer yang menghibur dan sastra formal. Di sini istilah hikayat pada umumnya merupakan bacaan estetik yang digunakan untuk hiburan, sementara kitab sebagai istilah yang diberikan untuk sastra formal yang serius.
Sementara itu mengenai tema, teori tentang penciptaan dalam sastra Islam sama tuanya dengan ajaran Islam sendiri. Selain itu, sastra Islam juga menggunakan simbol-simbol untuk mengungkapkan kerinduan akan cinta-Nya dan merepresentasikan asal-muasal sumber penciptaan. Amir Hamzah, misalnya, digambarkan oleh A. Teeuw sebagai “satu-satunya penyair Melayu ‘modern’ yang kembali pada puisi Melayu religius ‘tradisional’ yang berwarna-mistik, yang pada gilirannya bisa ditelusuri kembali secara langsung atau tidak langsung kepada para mistikus besar Islam (Jalaluddin Rumi, Ibn Arabi).”
Di sini tampak betapa kayanya contoh-contoh historis bagaimana dimensi reliogisitas dalam sastra tumbuh seiring dengan dinamika perkembangan masyarakat. Mitos-mitos lokal berakulturasi dengan mitos-mitos baru yang secara gradual menumbuhkan kesadaran baru akan dimensi transendental yang berpijak pada pertimbangan rasional.
Memasuki perkembangan budaya kontemporer, tampaknya tema sastra bercorak religius tidak pernah mati. Apakah ia sebagai jawaban atas kekeringan kehidupan batin manusia modern ataukah sebagai pelarian dari kekerasan kehidupan yang masih diliputi konflik antarnegara, sosial, agama, etnis, individu, batin, dan degradasi lingkungan hidup yang membuat dunia sastra mau tak mau harus ambil bagian dalam dunia yang semakin sakit ini. Maka, mau tak mau, dalam dunia seperti ini, untuk meminjam ungkapan Romo Mangunwijaya dua puluh tahun yang lalu, “setiap karya sastra yang berkualitas selalu berjiwa religius.”
Ini mengingatkan kita akan salah seorang pemikir Islam terkemuka Mohammad Iqbal, bahwa di atas fase penghayatan religius dalam arti pemahaman (thought) masih ada penghayatan yang lebih tinggi, yakni yang sering disebut mistik. Mistik di sini bukanlah sebentuk mistikisme atau takhayul, yang pada dasarnya menunjuk pada pengingkaran atau pelarian dari kehidupan nyata, melainkan pendewasaan yang lebih menuju ke dalam, atau menurut Iqbal, “pencarian kepribadian yang merdeka, bukan karena pelepasan diri dari ikatan Hukum (agama), melainkan berkat penemuan sumber-sumber terakhir dari hukum di dalam kedalaman hati.” Atau bagi Romo Mangun disebut sebagai “religiositas yang dewasa.” Yakni sebuah karya sastra yang mampu menyuguhkan kandungan kadar religiositasnya. Bukan religiositas dalam arti formal keagamaan, tetapi dalam daya kemampuannya membuat orang bertanya pada dan tentang diri: apa maknanya, apa makna hidupnya?
Lontaran-lontaran pertanyaan eksistensial manusia seperti apa itu hidup dan mati, konflik batin (religius), dari para pembaru religius, perenung filsafat, pengelana kearifan, pencinta keraguan, pendamba keabadian, ketika sastra hidup di tengah kancah budaya yang saling membunuh dan budaya yang saling mengelabui, pada hakikatnya telah mendesak bahwa setiap karya sastra yang berkualitas memang harus selalu berjiwa religius.
Bagi mereka yang pernah menyelami karya-karya penulis tanah air seperti Bukan Pasar Malam, Telegram, Godlob, Khutbah di Atas Bukit, Dilarang Mencintai Bunga-bunga, hingga Atheis, untuk menyebut beberapa saja, jelas ada dimensi religiositas dan pergolakan batin di dalamnya. Sementara dalam karya-karya Pramoedya Ananta Toer kita bisa melihat gambaran, citra manusia Indonesia. Ia berbicara tentang kesewenang-wenangan sekaligus ketakberdayaan di bawah sistem yang pada hakikatnya jahat. Tapi ia juga berkisah secara lirih tentang emansipasi, perlawanan, dan pembebasan. Pram ingin memahami manusia dengan suka dan dukanya dalam situasi hidupnya. Karena bagi Pram, seperti pernah dikatakannya, “masalah sastra adalah manusia dalam kehidupannya”.
Pada akhirnya memang semuanya “tergantung pada kata” (dan sudah tentu kita), untuk meminjam judul buku karya A. Teeuw, dan juga tergantung pada bahasa yang sarat makna. Ketika mengupas sajak karya Abdul Hadi W.M. berjudul “Ombak Itulah”, A. Teeuw berkata, “Jadi kepenyairan, sebagai inti eksistensi, seluruhnya tergantung pada Yang Lain, si kau, entah siapa persis yang dimaksudkan dengan kau itu. Identitas kekasih dengan Tuhan bukan sesuatu yang aneh dalam tradisi puisi, baik di Barat maupun di Timur; mistik, identifikasi asyik-masyuk, Tuhan dan engkau sebagai kakasih malahan sangat biasa.” Dalam karya sastra kita bisa merasakan pentingnya kehadiran-Nya, sekaligus kegelisahan akan ketidakhadiran-Nya. Karena itu ia menjadi momen pencarian dan pelarian, ketakjuban dan pembangkangan. Dalam sajak, misalnya, kita bisa menyelami relasi cinta yang hendak diungkapkan dengan bahasa simbol oleh sang penyair, dari cinta fisik menuju ke cinta metafisik! Karena bukankah dalam sastra kehidupan bisa dihayati dalam rasa. (bersambung)
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Ginandjar Wiludjeng
A. Junianto
A. Kurnia
A. Qorib Hidayatullah
A. Yusrianto Elga
A.S Laksana
A’yat Khalili
Aang Fatihul Islam
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi WM
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Malik
Abdul Razak
Abdul Rosyid
Abdul Wahab
Abdurrahman Wahid
Abu Salman
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Adam Chiefni
Ade P. Nasution
Adhitia Armitriant
Adi Prasetyo
Adrizas
AF. Tuasikal
Afriza Hanifa
Afrizal Malna
Agama Para Bajingan
Agnes Rita Sulistyawaty
Aguk Irawan M.N.
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Ahda Imran
Ahid Hidayat
Ahmad Baso
Ahmad Faishal
Ahmad Fatoni
Ahmad Hasan MS
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Khotim Muzakka
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Naufel
Ahmad Rofiq
Ahmad S. Zahari
Ahmad Syauqi Sumbawi
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ahsanu Nadia
Aini Aviena Violeta
Ainul Fiah
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Akhmad Sofyan Hadi
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Akmal Nasery Basral
Alam Terkembang
Alang Khoiruddin
Alex R. Nainggolan
Alfian Dippahatang
Ali Audah
Ali Mahmudi CH
Ali Rif’an
Almania Rohmah
Ami Herman
Amien Wangsitalaja
Aminah
Aminullah HA.Noor
Amir Sutaarga
Anam Rahus
Anata Siregar
Andari Karina Anom
Andina Dwifatma
Andong Buku #3
Andre Mediansyah
Andri Awan
Anett Tapai
Anggie Melianna
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anjrah Lelono Broto
Anton Bae
Anton Kurnia
Anton Wahyudi
Anwar Nuris
Ardi Bramantyo
Ardus M Sawega
Arie MP Tamba
Arie Yani
Arief Joko Wicaksono
Arief Junianto
Ariera
Arif Bagus Prasetyo
Aris Kurniawan
Arman A.Z.
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Sambodja
Asmaul Fauziyah
Asti Musman
Atafras
Awalludin GD Mualif
Ayu Wulan Sari
Aziz Abdul Gofar
Azizah Hefni
Bagus Takwin
Bahrul Ulum A. Malik
Balada
Bale Aksara
Balok Sf
Bambang Kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Beni Setia
Benny Arnas
Benny Benke
Beno Siang Pamungkas
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Berita Duka
Berita Koran
Bernando J Sujibto
Berthold Damshauser
BI Purwantari
Binhad Nurrohmat
Bobby Gunawan
Bonari Nabonenar
Brunel University London
Budaya
Budi Darma
Budi P. Hatees
Budiman S. Hartoyo
Burhanuddin Bella
Camelia Mafaza
Catatan
Cerbung
Cerpen
Chairul Akhmad
Chamim Kohari
Chavchay Syaifullah
Cover Buku
Cucuk Espe
D. Zaini Ahmad
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Dahta Gautama
Daisuke Miyoshi
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Danusantoso
Dareen Tatour
Darju Prasetya
David Kuncara
Denny Mizhar
Denza Perdana
Desi Sommalia Gustina
Desiana Medya A.L
Dewan Kesenian Lamongan (DKL)
Dewi Indah Sari
Dewi Susme
Dian Sukarno
Didik Harianto
Didik Kusbiantoro
Dina Jerphanion
Dina Oktaviani
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jawa Timur
Dipo Handoko
Diyah Errita Damayanti
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddy Wisnu Pribadi
Dody Kristianto
Dody Yan Masfa
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dr Junaidi SS MHum
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi Wiyana
Dyah Ratna Meta Novia
Dyah Sulistyorini
Ecep Heryadi
Eddy Pranata PNP
Edeng Syamsul Ma’arif
Eep Saefulloh Fatah
EH Kartanegara
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Hendrawan Sofyan
Eko Hendri Saiful
Eko Windarto
Elnisya Mahendra
Elva Lestary
Emha Ainun Nadjib
Emil WE
Endah Sulwesi
Endo Suanda
Eppril Wulaningtyas R
Esai
Evan Ys
F. Moses
F. Rahardi
Fadlillah Malin Sutan
Fahmi Faqih
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fajar Kurnianto
Fanani Rahman
Fanny Chotimah
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Febby Fortinella Rusmoyo
Felix K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Gabriel Garcia Marquez
Galang Ari P.
Galuh Tulus Utama
Gampang Prawoto
Gandra Gupta
Ganug Nugroho Adi
Gerson Poyk
Ghassan Kanafani
Gita Nuari
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunoto Saparie
H.B. Jassin
Habibullah
Hadi Napster
Hadriani Pudjiarti
Halim HD
Halimi Zuhdy
Hamberan Syahbana
Han Gagas
Hanibal W. Y. Wijayanta
Hardi
Haris del Hakim
Haris Saputra
Harri Ash Shiddiqie
Hartono Harimurti
Hary B Kori’un
Hasan Aspahani
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
HE. Benyamine
Hendra Junaedi
Hendra Makmur
Heri CS
Heri Latief
Heri Listianto
Herman RN
Herry Lamongan
Heru CN
Heru Nugroho
Hikmat Gumelar
HL Renjis Magalah
Hudan Nur
Hujuala Rika Ayu
Huminca Sinaga
IBM. Dharma Palguna
Ibnu Wahyudi
Ida Farida
Idris Pasaribu
Ignas Kleden
Ignatius Haryanto
Iksan Basoeky
Ilham Khoiri
Imam Cahyono
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Ira Puspitaningsih
Irfan Budiman
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Iskandar Zulkarnain
Ismail Marzuki
Iva Titin Shovia
Iwan Kurniawan
Jabbar Abdullah
Jafar Fakhrurozi
Jalan Raya Simo Sungelebak
Jamal D. Rahman
Jamal T. Suryanata
Javed Paul Syatha
Jayaning S.A
JILFest 2008
Jody Setiawan
Johan Edy Raharjo
Johannes Sugianto
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Jual Buku
Jual Buku Paket Hemat
Juan Kromen
Julika Hasanah
Jurnalisme Sastrawi
Jusuf AN
Juwairiyah Mawardy
Ka’bati
Karanggeneng
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Keith Foulcher
Kemah Budaya Panturan (KBP)
Khansa Arifah Adila
Khoirul Inayah
Khoirul Rosyadi
Khudori Husnan
Ki Ompong Sudarsono
Kirana Kejora
Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia
Korrie Layun Rampan
Kostela
Kritik Sastra
Kukuh S Wibowo
Kurnia Effendi
Kurniawan
Kuswaidi Syafi'ie
L.N. Idayanie
Laili Rahmawati
Lamongan
Lan Fang
Langgeng Widodo
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Lely Yuana
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember
Liestyo Ambarwati Khohar
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liza Wahyuninto
Lucia Idayanie
Lukman A Sya
Lutfiah
Lynglieastrid Isabellita
M Arman AZ
M Ismail
M Thobroni
M. Afifuddin
M. Arwan Hamidi
M. Lukluk Atsmara Anjaina
M. Lutfi
M. Luthfi Aziz
M. Nurdin
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.S. Nugroho
Mahendra Cipta
Mahmud Jauhari Ali
Mahmud Syaltut Usfa
Mahmudi Arif Dahlan
Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Martin Aleida
Maruli Tobing
Mas Ruscita
Mashuri
Masuki M. Astro
Matroni
Matroni Muserang
Media: Crayon on Paper
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Mia Arista
Mia El Zahra
Mikael Johani
Misbahus Surur
Misran
Mohamad Ali Hisyam
Mohammad Eri Irawan
Much. Khoiri
Muh. Muhlisin
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Aris
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Rain
Muhammad Taufiqurrohman
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun
Muhammadun AS
Muhidin M Dahlan
Mujtahid
Mujtahidin Billah
Mukti Sutarman Espe
Mulyadi SA
Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik
Munawir Aziz
Musfarayani
Musfi Efrizal
Nafisatul Husniah
Nandang Darana
Naskah Teater
Nelson Alwi
Ni Made Purnamasari
Nikmatus Sholikhah
Nina Herlina Lubis
Nina Susilo
Ning Elia
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel-novel berbahasa Jawa
Novelet
Nunuy Nurhayati
Nur Azizah
Nur Hamzah
Nur Kholiq
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurul Aini
Nurul Anam
Nurul Komariyah
Nuryana Asmaudi SA
Nyoman Tusthi Eddy
Obrolan
Okty Budiati
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Otto Sukatno CR
Oyos Saroso H.N.
Pagan Press
Pagelaran Musim Tandur
Palupi Panca Astuti
Parimono V / 40 Plandi Jombang
Pawang Surya Kencana
PDS H.B. Jassin
Petrus Nandi
Politik
Politik Sastra
Pradana Boy ZTF
Pramoedya Ananta Toer
Pramono
Pringadi AS
Prof Dr Fabiola D. Kurnia
Prosa
Puisi
Puji Santosa
Puji Tyasari
Puput Amiranti N
Purnawan Andra
Purnawan Kristanto
Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin
Pustaka Ilalang Group
PUstaka puJAngga
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R. Ng. Ronggowarsito
Rachmad Djoko Pradopo
Radhar Panca Dahana
Rahmat Kemat Hidayatullah
Rahmat Sularso Nh
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rasanrasan Boengaketji
Raudal Tanjung Banua
Redland Movie
Reiny Dwinanda
Resensi
Rialita Fithra Asmara
Ribut Wijoto
Riki Dhamparan Putra
Riki Utomi
Ririe Rengganis
Risang Anom Pujayanto
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Roso Titi Sarkoro
Rozi Kembara
Rukardi
Rumah Budaya Pantura (RBP)
Rusmanadi
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saiful Amin Ghofur
Saiful Anam
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Salman S. Yoga
Samsudin Adlawi
Samsul Anam
Sanggar Lukis Alam
Sanggar Pasir
Sanggar Rumah Ilalang KSII
Santi Puji Rahayu
Sapardi Djoko Damono
Saroni Asikin
Sartika Dian Nuraini
Sastra dan Kuasa Simbolik
Sastra Jawa Timur
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sayyid Fahmi Alathas
SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang
SelaSastra Boenga Ketjil
SelaSastra Boenga Ketjil #33
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Setia Naka Andrian
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sinopsis
Siti Khoeriyah
Siti Muyassarotul Hafidzoh
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputra
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Slamet Rahardjo Rais
Soegiharto
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Spectrum Center Press
Sri Weni
Sri Wintala Achmad
Suci Ayu Latifah
Sucipto Hadi Purnomo
Sudirman
Sugi Lanus
Sukron Ma’mun
Sulaiman Djaya
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Supriyadi
Surya Lesmana
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyanto
Syaf Anton Wr
Syaifuddin Gani
Syaiful Amin
Syarif Wadja Bae
Sylvianita Widyawati
TanahmeraH ArtSpace
Tarmuzie (1961-2019)
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Presetyo
Teguh Setiawan
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Tia Setiadi
Tirto Suwondo
Tita Tjindarbumi
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan
Tosa Poetra
Tri Nurdianingsih
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Ulul Azmiyati
Umar Fauzi
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Usman Arrumy
Utari Tri Prestianti
Viddy AD Daery
Virdika Rizky Utama
W Haryanto
W.S. Rendra
Wahyu Prasetya
Wan Anwar
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wina Bojonegoro
Wita Lestari
Wong Wing King
Wowok Hesti Prabowo
Xu Xi (Sussy Komala)
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yanusa Nugroho
Yasraf Amir Piliang
Yayat R. Cipasang
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yopi Setia Umbara
Yudhi Herwibowo
Yudi Latif
Yusri Fajar
Yusuf Ariel Hakim
Yuval Noah Harari
Zacky Khairul Uman
Zainuddin Sugendal
Zamakhsyari Abrar
Zawawi Se
Zed Abidien
Zehan Zareez
Zhaenal Fanani
Zubaidi Khan
Zuniest
Tidak ada komentar:
Posting Komentar