Nurel Javissyarqi
http://pustakapujangga.com/
Puisi bertitel Kepada Tanah Jawa, bukti Rabindranath Tagore (7 Mei 1861 - 7 Agus 1941) pada tahun 1927, di usianya ke 66, selepas jauh mendapatkan Nobel Sastra 1913, dirinya berada di bencah tanah Jawa.
Halaman 357, tepatnya sub judul, Hubungan Kita dengan Rabindranath Tagore. Ki Hadjar Dewantara dalam bukunya, bagian II A: Kebudayaan (terbitan Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa, 1967), berkata, bahwa pada tahun 1927, Sang Pujangga Rabindranath Tagore berkunjung ke perguruan Mataram Jogjakarya.
Dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Pablo_Neruda. Menyebutkan Neruda di tahun 1927 dalam usianya ke 23, putus asa oleh kemiskinan, menerima jabatan konsul kehormatan di Rangoon, kolonial Burma, tempat yang belum pernah didengarnya.
Lalu bekerja serabutan di Kolombo (Sri Lanka), Batavia serta Singapura. Di tanah Jawa, bertemu dan menikahi istri pertama, seorang Belanda pegawai bank, yang bernama Maryka Antonieta Hagenaar Vogelzang.
Sementara menjalani tugas diplomatik, Neruda banyak membaca puisi, bereksperimen berbagai bentuk puisi. Menulis jilid pertama, dari kumpulan puisinya dua jilid, Residencia en la tierra (Menetap di Negeri), mencakup banyak puisi surealis yang belakangan terkenal. Pablo Neruda lahir di Parral, sebuah kota sekitar 300 km di selatan Santiago, Chili, 12 Juli 1904, meninggal 23 September 1973, dalam umurnya 69 tahun. Yang mendapatkan Nobel di bidang sastra tahun 1971.
***
Sejarah waktu bergerak, bersama kematangan jiwa menyepakati soal mengolah misteri tubuh, merebut ingatan lama, membetot alam purba dari kesilapan ditumpuk padatan kerja.
Lupa mengeja bathin mengejawantah, luasnya kesadaran ladang-ladang kemungkinan patut digali, penuh suntuk berkeringat, terbakarnya lemak terlena.
Alasan logika mudah dibenarkan, dengan serentetan perolehan akal, meski belum tentu, ketika adanya penalaran baru, lebih runtut dari sebelumnya.
Dan persoalan hati kerap tak masuk akal, tapi mudah diterima, pun ditolak dengan kebencian, di sinilah pijakan keliaran menerka, meyakini keraguan.
Atau keraguan sekaligus memberikan gambaran realis, titik-titik seimbang setaburan gemintang, dipetik demi pengetahaun di tempat lain.
Gitanyali mengantarkan Tagore mendapatkan Nobel, serta menyorong nasibnya bertemu Ramona Victoria EpifanÃa Ocampo (7 April 1890 – 27 Januari 1979) di Argentina.
Detik-detik penuh kelembutan kasih sayang, yang dikenang sepanjang jaman, meski keduanya jauh berselisih usia, Tagore 63 dan Victoria 34 tahun.
Atas dorongan ketidakmungkinan itu, kupertemukan Tagore-Neruda di tlatah Jawa, dalam masa-masa tak terjamah.
Kala itu, Tagore telah jadi pujangga besar dunia dan sudah berkeliling Eropa, namun dirasa belum genap takdirnya, kalau tidak injakkan telapak kaki di tanah Dwipa, yang dianggapnya tanah kedua India.
Di mana kisah besar seperti Ramayana, meresap ke tulang sum-sum bumi Jawa, sementara Pablo Neruda, dihempaskan nasib pahit kemiskinan sampai Batavia.
Menetap beberapa lama sebab menikahi orang belanda, dan kandas berceraian, sebelum menikah lagi dan lagi.
Waktu tidak dapat diatur lewat ketetapan pasti, kadang hanyut searus sungai menderas, pun pelan gemerincing di kaki-kaki batu, pula mandek datangnya el-maut.
Juga rahasia di balik penciptaan karya, seakan tiba-tiba atau keberuntungan, padahal sudah dipersiapkan atas jiwa kematangan.
Usaha keras membathin laksanakan perintah hati menyeberangi kemungkinan lahiriah, lantas melancong melampaui tubuh gagasan sebelumnya.
Ada keserupaan mimpi, lagi seakan terjadi, padahal tengah berjalin, begitulah kelahiran berulang, memasuki pepintu alam, penuh warna hakikat kedalamannya.
Pertemuan Tagore-Neruda tidak dibuktikan lewat kata-kata, namun dengan memenangkan hadiah yang sama, Nobel di bidang sastra, jiwa besar keduanya berjumpa lebih berwibawa.
Ada kesungguhan ampuh, tatkaka kaki-kaki Neruda di atas tanah serupa, kemendadakan jatuh takut sesuatu, secepat kilat kelopak mata terkatup, keterpejaman menyongsong ketakjuban, menghantar ke ruang kalbu saling terpaut rindu.
Atau dataran berbeda sama masanya, keterpisahan tidak suka, seperti di sisi jalan lain saling menuju satu arah, pun berpapasan sekadar kerling tidak mengenal.
Namun ada suara keganjilan, gema yang suatu waktu hadir dengan wujud tidak serupa, tetapi dari simpanan saling merindu sama-sama terluka.
Para insan berjiwa tangguh, memiliki daya tarik mendekat pula menjauh, dinaya terpantul atas niatan menyunggi beban hasrat kesunyian masing-masing, sedang jiwa yang tanggung hanya selintas lenyap.
Neruda sudah kenal sepak terjang Tagore, kebetulan itu kuasa tuhan pertemukan bahagia, Neruda tengah bulan madu di sekitar candi Borobudur, menikmati kesempatan menghirup alam tropis, di ketinggian gunung peradaban.
Setiap pagi-pagi bersama istri menaiki ondak-ondakan candi, sambil membawa catatan kembara, merevisi di samping relief-relief, yang masih sunyi pengunjung.
Ada semangat mengabadikan karya, kala menatap arca bergelimpangan hilang kepalanya, jiwanya terbang membumbung, bagai burung mengitari percandian.
Siang teduh dipayungi mendung, menggiring lamunan jauh, sambil memadukan irama puisinya dengan alam sekitar, yang sejuk permai.
Kadang sang istri bermanja-manjaan, ingin dikedup hangat sayang, ada kilauan cahaya, tatkala pengantin muda berpaut pagut ke dalam kuluman bibir tak habis manis, kian hari menggemuruh.
Merontokkan perasaan malu menjadi akrab bersahabat, sedegupan jantung selaguan alam Dwipa, dan apa yang digurat, kelak bernyanyian syahdu senantiasa dirindu.
Kedua insan hendak turun pulang menuju pondokan, tiba-tiba pandangan Neruda, disentakkan bayangan dikenalnya lewat majalah.
Dirinya merinding bergetar memasuki alam serupa mimpi, ketaksangkaan mengharu bathin sukmanya, menatap berkeyakinan dalam jiwa berselidik.
Benarkah yang duduk Rabindranath Tagore, pelan-lahan didekatinya sosok alim nan rupawan. Neruda perkenalkan diri disertai istrinya, lalu menanyakan kebenaran pertemuannya dengan pujangga Bengali.
Bibir Tagore terkatub bergetar bukan apa, usinya sudah lanjut, disamping habis menaiki tangga percandian, tapak-tapak melelahkan, hingga mengatur nafas sebelum berucap, pelan berkata, membenarkan pertemuan.
Dilihatnya Neruda membawa berkas-berkas kertas, namun tidak ditanya isinya, cepat-cepat jiwa muda Neruda mengulurkan tangan memberikannya, demi diselidik meminta pengertian.
Dengan lembut, Tagore menatap tulisan, membacanya dalam hati, meresapi betul tiap kata. Lalu dipandangnya hamparan percandian, didongakkan kepala ke langit tersenyum. Sedang Neruda sudah dari tadi merinding, seakan di hadapan maha guru spiritual.
Pertemuan singkat itu membekas di benak Neruda, seolah dapati karcis memasuki dunia sastra dengan jiwa besarnya, di ubun-ubunnya seakan mendapati restu pujangga India.
Tanah Jawa jadi saksi sejarah, bertemunya jiwa-jiwa mengemban hikayat hayat, demi mata air kesusastraan dunia, bathin purna sekepal batu mutiara memantulkan percaya diri demikian indah.
Lagu keraguan langgam surut, pula kadang berpasang segelombang laut selatan, suara-suara alam menguak tabir pertemuan dengan keluguan rupawan.
Pesona kejujuran bumi menghantar setiap cerita pada derajat ketinggian sah, seperti bayangan warna surga, meski belum memasuki nikmatnya.
Demikian tafsiranku, yang sejatinya alam menafaskan pertemuan mereka. Diriku sekadar tangkai pepaya, dimainkan anak-anak nasib di sungai kehidupan.
Maka haturkan maaf kepada bunda pertiwi, kalau sampai kini, belum ada anak-anaknya menyembul keluar gelanggang dunia sastra, seperti keduanya.
Semoga kelak tumbuh jiwa-jiwa seluas cakrawala, mengharumkan bangsa, tidak sekadar mewangi di telatah tanah airnya semata.
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Ginandjar Wiludjeng
A. Junianto
A. Kurnia
A. Qorib Hidayatullah
A. Yusrianto Elga
A.S Laksana
A’yat Khalili
Aang Fatihul Islam
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi WM
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Malik
Abdul Razak
Abdul Rosyid
Abdul Wahab
Abdurrahman Wahid
Abu Salman
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Adam Chiefni
Ade P. Nasution
Adhitia Armitriant
Adi Prasetyo
Adrizas
AF. Tuasikal
Afriza Hanifa
Afrizal Malna
Agama Para Bajingan
Agnes Rita Sulistyawaty
Aguk Irawan M.N.
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Ahda Imran
Ahid Hidayat
Ahmad Baso
Ahmad Faishal
Ahmad Fatoni
Ahmad Hasan MS
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Khotim Muzakka
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Naufel
Ahmad Rofiq
Ahmad S. Zahari
Ahmad Syauqi Sumbawi
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ahsanu Nadia
Aini Aviena Violeta
Ainul Fiah
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Akhmad Sofyan Hadi
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Akmal Nasery Basral
Alam Terkembang
Alang Khoiruddin
Alex R. Nainggolan
Alfian Dippahatang
Ali Audah
Ali Mahmudi CH
Ali Rif’an
Almania Rohmah
Ami Herman
Amien Wangsitalaja
Aminah
Aminullah HA.Noor
Amir Sutaarga
Anam Rahus
Anata Siregar
Andari Karina Anom
Andina Dwifatma
Andong Buku #3
Andre Mediansyah
Andri Awan
Anett Tapai
Anggie Melianna
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anjrah Lelono Broto
Anton Bae
Anton Kurnia
Anton Wahyudi
Anwar Nuris
Ardi Bramantyo
Ardus M Sawega
Arie MP Tamba
Arie Yani
Arief Joko Wicaksono
Arief Junianto
Ariera
Arif Bagus Prasetyo
Aris Kurniawan
Arman A.Z.
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Sambodja
Asmaul Fauziyah
Asti Musman
Atafras
Awalludin GD Mualif
Ayu Wulan Sari
Aziz Abdul Gofar
Azizah Hefni
Bagus Takwin
Bahrul Ulum A. Malik
Balada
Bale Aksara
Balok Sf
Bambang Kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Beni Setia
Benny Arnas
Benny Benke
Beno Siang Pamungkas
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Berita Duka
Berita Koran
Bernando J Sujibto
Berthold Damshauser
BI Purwantari
Binhad Nurrohmat
Bobby Gunawan
Bonari Nabonenar
Brunel University London
Budaya
Budi Darma
Budi P. Hatees
Budiman S. Hartoyo
Burhanuddin Bella
Camelia Mafaza
Catatan
Cerbung
Cerpen
Chairul Akhmad
Chamim Kohari
Chavchay Syaifullah
Cover Buku
Cucuk Espe
D. Zaini Ahmad
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Dahta Gautama
Daisuke Miyoshi
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Danusantoso
Dareen Tatour
Darju Prasetya
David Kuncara
Denny Mizhar
Denza Perdana
Desi Sommalia Gustina
Desiana Medya A.L
Dewan Kesenian Lamongan (DKL)
Dewi Indah Sari
Dewi Susme
Dian Sukarno
Didik Harianto
Didik Kusbiantoro
Dina Jerphanion
Dina Oktaviani
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jawa Timur
Dipo Handoko
Diyah Errita Damayanti
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddy Wisnu Pribadi
Dody Kristianto
Dody Yan Masfa
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dr Junaidi SS MHum
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi Wiyana
Dyah Ratna Meta Novia
Dyah Sulistyorini
Ecep Heryadi
Eddy Pranata PNP
Edeng Syamsul Ma’arif
Eep Saefulloh Fatah
EH Kartanegara
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Hendrawan Sofyan
Eko Hendri Saiful
Eko Windarto
Elnisya Mahendra
Elva Lestary
Emha Ainun Nadjib
Emil WE
Endah Sulwesi
Endo Suanda
Eppril Wulaningtyas R
Esai
Evan Ys
F. Moses
F. Rahardi
Fadlillah Malin Sutan
Fahmi Faqih
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fajar Kurnianto
Fanani Rahman
Fanny Chotimah
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Febby Fortinella Rusmoyo
Felix K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Gabriel Garcia Marquez
Galang Ari P.
Galuh Tulus Utama
Gampang Prawoto
Gandra Gupta
Ganug Nugroho Adi
Gerson Poyk
Ghassan Kanafani
Gita Nuari
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunoto Saparie
H.B. Jassin
Habibullah
Hadi Napster
Hadriani Pudjiarti
Halim HD
Halimi Zuhdy
Hamberan Syahbana
Han Gagas
Hanibal W. Y. Wijayanta
Hardi
Haris del Hakim
Haris Saputra
Harri Ash Shiddiqie
Hartono Harimurti
Hary B Kori’un
Hasan Aspahani
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
HE. Benyamine
Hendra Junaedi
Hendra Makmur
Heri CS
Heri Latief
Heri Listianto
Herman RN
Herry Lamongan
Heru CN
Heru Nugroho
Hikmat Gumelar
HL Renjis Magalah
Hudan Nur
Hujuala Rika Ayu
Huminca Sinaga
IBM. Dharma Palguna
Ibnu Wahyudi
Ida Farida
Idris Pasaribu
Ignas Kleden
Ignatius Haryanto
Iksan Basoeky
Ilham Khoiri
Imam Cahyono
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Ira Puspitaningsih
Irfan Budiman
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Iskandar Zulkarnain
Ismail Marzuki
Iva Titin Shovia
Iwan Kurniawan
Jabbar Abdullah
Jafar Fakhrurozi
Jalan Raya Simo Sungelebak
Jamal D. Rahman
Jamal T. Suryanata
Javed Paul Syatha
Jayaning S.A
JILFest 2008
Jody Setiawan
Johan Edy Raharjo
Johannes Sugianto
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Jual Buku
Jual Buku Paket Hemat
Juan Kromen
Julika Hasanah
Jurnalisme Sastrawi
Jusuf AN
Juwairiyah Mawardy
Ka’bati
Karanggeneng
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Keith Foulcher
Kemah Budaya Panturan (KBP)
Khansa Arifah Adila
Khoirul Inayah
Khoirul Rosyadi
Khudori Husnan
Ki Ompong Sudarsono
Kirana Kejora
Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia
Korrie Layun Rampan
Kostela
Kritik Sastra
Kukuh S Wibowo
Kurnia Effendi
Kurniawan
Kuswaidi Syafi'ie
L.N. Idayanie
Laili Rahmawati
Lamongan
Lan Fang
Langgeng Widodo
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Lely Yuana
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember
Liestyo Ambarwati Khohar
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liza Wahyuninto
Lucia Idayanie
Lukman A Sya
Lutfiah
Lynglieastrid Isabellita
M Arman AZ
M Ismail
M Thobroni
M. Afifuddin
M. Arwan Hamidi
M. Lukluk Atsmara Anjaina
M. Lutfi
M. Luthfi Aziz
M. Nurdin
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.S. Nugroho
Mahendra Cipta
Mahmud Jauhari Ali
Mahmud Syaltut Usfa
Mahmudi Arif Dahlan
Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Martin Aleida
Maruli Tobing
Mas Ruscita
Mashuri
Masuki M. Astro
Matroni
Matroni Muserang
Media: Crayon on Paper
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Mia Arista
Mia El Zahra
Mikael Johani
Misbahus Surur
Misran
Mohamad Ali Hisyam
Mohammad Eri Irawan
Much. Khoiri
Muh. Muhlisin
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Aris
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Rain
Muhammad Taufiqurrohman
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun
Muhammadun AS
Muhidin M Dahlan
Mujtahid
Mujtahidin Billah
Mukti Sutarman Espe
Mulyadi SA
Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik
Munawir Aziz
Musfarayani
Musfi Efrizal
Nafisatul Husniah
Nandang Darana
Naskah Teater
Nelson Alwi
Ni Made Purnamasari
Nikmatus Sholikhah
Nina Herlina Lubis
Nina Susilo
Ning Elia
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel-novel berbahasa Jawa
Novelet
Nunuy Nurhayati
Nur Azizah
Nur Hamzah
Nur Kholiq
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurul Aini
Nurul Anam
Nurul Komariyah
Nuryana Asmaudi SA
Nyoman Tusthi Eddy
Obrolan
Okty Budiati
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Otto Sukatno CR
Oyos Saroso H.N.
Pagan Press
Pagelaran Musim Tandur
Palupi Panca Astuti
Parimono V / 40 Plandi Jombang
Pawang Surya Kencana
PDS H.B. Jassin
Petrus Nandi
Politik
Politik Sastra
Pradana Boy ZTF
Pramoedya Ananta Toer
Pramono
Pringadi AS
Prof Dr Fabiola D. Kurnia
Prosa
Puisi
Puji Santosa
Puji Tyasari
Puput Amiranti N
Purnawan Andra
Purnawan Kristanto
Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin
Pustaka Ilalang Group
PUstaka puJAngga
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R. Ng. Ronggowarsito
Rachmad Djoko Pradopo
Radhar Panca Dahana
Rahmat Kemat Hidayatullah
Rahmat Sularso Nh
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rasanrasan Boengaketji
Raudal Tanjung Banua
Redland Movie
Reiny Dwinanda
Resensi
Rialita Fithra Asmara
Ribut Wijoto
Riki Dhamparan Putra
Riki Utomi
Ririe Rengganis
Risang Anom Pujayanto
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Roso Titi Sarkoro
Rozi Kembara
Rukardi
Rumah Budaya Pantura (RBP)
Rusmanadi
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saiful Amin Ghofur
Saiful Anam
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Salman S. Yoga
Samsudin Adlawi
Samsul Anam
Sanggar Lukis Alam
Sanggar Pasir
Sanggar Rumah Ilalang KSII
Santi Puji Rahayu
Sapardi Djoko Damono
Saroni Asikin
Sartika Dian Nuraini
Sastra dan Kuasa Simbolik
Sastra Jawa Timur
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sayyid Fahmi Alathas
SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang
SelaSastra Boenga Ketjil
SelaSastra Boenga Ketjil #33
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Setia Naka Andrian
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sinopsis
Siti Khoeriyah
Siti Muyassarotul Hafidzoh
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputra
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Slamet Rahardjo Rais
Soegiharto
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Spectrum Center Press
Sri Weni
Sri Wintala Achmad
Suci Ayu Latifah
Sucipto Hadi Purnomo
Sudirman
Sugi Lanus
Sukron Ma’mun
Sulaiman Djaya
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Supriyadi
Surya Lesmana
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyanto
Syaf Anton Wr
Syaifuddin Gani
Syaiful Amin
Syarif Wadja Bae
Sylvianita Widyawati
TanahmeraH ArtSpace
Tarmuzie (1961-2019)
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Presetyo
Teguh Setiawan
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Tia Setiadi
Tirto Suwondo
Tita Tjindarbumi
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan
Tosa Poetra
Tri Nurdianingsih
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Ulul Azmiyati
Umar Fauzi
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Usman Arrumy
Utari Tri Prestianti
Viddy AD Daery
Virdika Rizky Utama
W Haryanto
W.S. Rendra
Wahyu Prasetya
Wan Anwar
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wina Bojonegoro
Wita Lestari
Wong Wing King
Wowok Hesti Prabowo
Xu Xi (Sussy Komala)
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yanusa Nugroho
Yasraf Amir Piliang
Yayat R. Cipasang
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yopi Setia Umbara
Yudhi Herwibowo
Yudi Latif
Yusri Fajar
Yusuf Ariel Hakim
Yuval Noah Harari
Zacky Khairul Uman
Zainuddin Sugendal
Zamakhsyari Abrar
Zawawi Se
Zed Abidien
Zehan Zareez
Zhaenal Fanani
Zubaidi Khan
Zuniest
Tidak ada komentar:
Posting Komentar