Senin, 15 Juni 2009

Ludruk Karya Budaya, Cermin Yang Hidup

Jabbar Abdullah*
http://id-id.facebook.com/people/Jabbar-Abdullah/1020385855

Marsudyo wong cilik biso gumuyu (Berupayalah membuat orang kecil bisa tersenyum)– Semar –

Segala yang menjadi perhatian sudah barang tentu memiliki “sesuatu” yang menarik dan patut untuk disimak. Begitu pula ketika membincangkan Ludruk Karya Budaya (LKB) yang menurut saya telah menjadi “legenda hidup” sebagai salah satu ludruk yang –mungkin– tertua dan pernah ada di Jawa Timur yang mampu bertahan hidup selama 40 tahun. Berangkat dari hasrat dan adanya “sesuatu” yang menarik itulah tulisan ini dimunculkan dengan maksud untuk menyelami lebih dalam proses kreatif LKB dalam melangsungkan tugas berkeseniannya untuk menjadikan kesenian ludruk lebih bermartabat dan terhormat serta bukan hanya sekadar hiburan saja.

Bagi yang sempat membaca, secara historis, sosok LKB telah diuraikan cukup gamblang oleh Khairul Inayah dengan judul “40 Tahun Ludruk Karya Budaya” pada Minggu (31/5) di rubrik Serambi Budaya, Radar Mojokerto. Untuk itu, dalam tulisan ini saya tidak akan mengulang-hadirkan lagi tentang riwayat hidup LKB. Lebih jauh, saya ingin mempertanyakan, apakah kita sebagai masyarakat kesenian (terutama di Mojokerto) benar-benar telah ber-andarbeni dan perhatian terhadap taqdir seni-budaya kita yang miliki?

Pada tanggal 29 Mei 2009 lalu, LKB telah berusia 40 tahun. Selama 40 tahun “berjihad” di ranah seni tradisi (ludruk), LKB (dalam kondisi apapun) telah menunjukkan diri sebagai sosok ludruk yang mandiri dan tangguh dengan tidak sekalipun mengemis, apalagi merengek-rengek untuk “disusui” oleh “Nippon” dalam menghidupi rumah tangga ludruknya. Lebih jauh, Cak Edy Karya menegaskan bahwa kebiasaan “menyusu” tidak baik untuk “kesehatan” (baca: martabat) ludruk itu sendiri, apalagi jika telah menjadi hobi. Bahkan, LKB semampu mungkin untuk dapat menjadi sosok ludruk yang “tangannya di atas daripada tangannya berada di bawah”. Sejak awal Cak Edy Karya telah menanamkan keyakinan kepada anggota ludruknya bahwa ludruk ini harus mampu mandiri dan tidak condong ke mana-mana.

Secara tidak langsung, prinsip kemandirian ini berdampak pada ruang gerak ludruk itu sendiri. Dalam konteks ini, sepertinya LKB telah memetik buahnya. Karena tidak terikat kepada siapapun dan apapun, LKB bebas terbang sesukanya untuk tampil –kapanpun dan di manapun– sesuai dengan job yang mereka terima hingga menerima undangan sebagai bintang tamu atau terkadang juga mengikuti beberapa lomba.

Prinsip lain yang tak kalah pentingnya adalah “andarbeni” (rasa memiliki). Cak Edy Karya menempatkan prinsip ini dalam skala prioritas yang sejak dini dan secara kontinyu harus selalu dipupuk demi mencegah perceraian dalam rumah tangga LKB. Kurangnya rasa andarbeni ini bisa jadi untuk ke depannya turut memberikan pengaruh kuat –bahkan menentukan– terhadap nasib atau “taqdir” hidup dan matinya LKB, mungkin juga bagi grup ludruk atau komunitas secara umum. Andarbeni dapat tumbuh subur manakala telah tercipta suasana yang kondusif dan kekeluargaan agar seluruh anggota dapat kerasan serta nyaman untuk tinggal di rumah bernama LKB. Sedangkan muaranya adalah kerinduan yang mendalam untuk pulang kala berada di luar rumah dan nyambangi tatkala ada anggotanya yang memasuki masa pensiun.

Sedangkan 3 bentuk komunikasi yang diterapkan LKB yang juga dalam rangka menjaga keharmonisan rumah tangga ludruknya adalah tedean, spelan dan nyebeng. “Tedean” merupakan bentuk komunikasi yang wajib dilakukan antara anggota yunior dan senior dalam rangka menumbuhkan keakraban dan mempererat rasa persaudaraan antara sesama anggota ludruk. Komunikasi berupa tanya-jawab seputar dunia ludruk, mulai dari keaktoran sampai urusan dapur. Hal ini diperlukan agar tidak terjadi pengkastaan di antara anggotanya. Di samping itu, adanya tedean juga diharapkan dapat mengikis kecemburuan serta menjadi awal dari proses regenerasi.

Sementara “spelan” adalah bentuk komunikasi yang terjadi ketika hendak pentas dan naik panggung. Sedapat mungkin tiap-tiap anggota (terutama yunior) untuk bertanya (janjian) tentang kapan saatnya harus keluar (baca: naik panggung) yang biasanya terjadi saat menyuguhkan lawakan. Komunikasi semacam ini diperlukan juga turut menentukan kualitas sebuah pertunjukan ludruk. Seorang pemain diharapkan mampu berpikir kreatif agar pertunjukkan yang disuguhkan tidak monoton alias itu-itu melulu. Di samping itu, spelan juga bertujuan untuk menjaga efisiensi waktu agar tidak molor dari waktu yang telah ditentukan.

Kemudian komunikasi yang ketiga adalah “nyebeng”. Yakni komunikasi yang diwujudkan dengan diwajibkannya anggota yunior menonton atau melihat seniornya pentas. Lebih jauh lagi, sedapat mungkin nyebeng ini diterapkan di luar dengan menonton grup ludruk lainnya untuk menambah pengetahuan dan wawasan baru (kreatifitas) tentang dunia perludrukan. Komunikasi ini juga tidak menutup kemungkinan berlaku bagi anggota senior. Singkat kata, kalau ingin ditonton, maka juga harus mau menonton.

Dalam konteks sosial, LKB sadar betul bahwa mereka juga menjadi bagian dari masyarakat. Karena itulah mereka terus berupaya membangun pola interaksi yang baik saat menjalankan tugas kesenimanannya, baik secara individu maupun kolektif. Dengan kata lain, LKB memiliki tanggung jawab moral dan sosial ketika di hadapkan pada realitas masyarakat tempat di mana mereka berproses kreatif. Kesadaran inilah yang kemudian menjadikan LKB banyak mendapatkan apresiasi positif ketika pentas, baik dari masyarakat kesenian (penonton) maupun para pengamat ludruk. Kepercayaan ini tidak disia-siakan oleh LKB. Mereka senantiasa melakukan pembenahan diri (bercermin) di segala lini yang berkaitan dengan perludrukan dan membayar kepercayaan masyarakat dengan tampil sebaik-baiknya ketika mendapat tanggapan. Karena yang terpenting bagi Cak Edy Karya selaku pimpinan LKB adalah main yang baik dulu, urusan nominal belakangan.

Jika LKB mampu mencuri hati para penontonnya, maka tidak menutup kemungkinan kalau LKB bukan hanya menjadi milik dirinya sendiri melainkan juga akan menjadi milik semua lapisan masyarakat.

Kesadaran di atas jugalah yang membuat LKB terbebas dari “penyakit” kesenimanan, yaitu ujub (narsis atau ke-aku-an) dan eskapisme, yaitu seniman yang tidak konsisten dalam ngopeni kesenian yang digelutinya sehingga “loncat sana-loncat sini” untuk menutupi ketidak-kreatifannya. Seniman semacam ini biasanya mengalami krisis eksistensi karena ketidakmampuannya –kalau tidak dikatakan malas– menghidupi keseniannya.

Segala upaya LKB yang diuraikan di atas hingga sampai pada fase kesadaran sosialnya merupakan bentuk “jihad kebudayaan” yang akan terus ditumbuh-kembangkan hingga LKB tak berwujud sebagai ludruk lagi, atau lebih tepatnya menjadi “situs kebudayaan”. Terlepas dari apa wujud akhir LKB nanti, mereka tetaplah layak dijadikan “cermin hidup” bagi kawan ludruk lainnya dari segala sisinya, terlebih dari sisi kemandiriannya. Karena bagaimanapun, harga diri kesenian tradisi (dalam hal ini ludruk) menempati peringkat teratas untuk senantiasa diperjuangkan dan dipertahankan hingga “maut” menjemput ludruk.

Akhirnya, saya mengucapkan: selamat ulang tahun untuk Ludruk Karya Budaya yang ke-40. Semoga tetap jaya dan “jihad kebudayaan”-nya bermanfaat bagi umat kebudayaan serta tetap mencipta karya yang berbudaya. Amin.

*) Pegiat Komunitas Lembah Pring Biro Mojokerto dan Pendiri Paguyuban Ludruk Karya Budaya Mojokerto (PaLu-KB) di Facebook.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Ginandjar Wiludjeng A. Junianto A. Kurnia A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.S Laksana A’yat Khalili Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Razak Abdul Rosyid Abdul Wahab Abdurrahman Wahid Abu Salman Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adam Chiefni Ade P. Nasution Adhitia Armitriant Adi Prasetyo Adrizas AF. Tuasikal Afriza Hanifa Afrizal Malna Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunyoto Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Baso Ahmad Faishal Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Naufel Ahmad Rofiq Ahmad S. Zahari Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ainul Fiah Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akhudiat Akmal Nasery Basral Alam Terkembang Alang Khoiruddin Alex R. Nainggolan Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Almania Rohmah Ami Herman Amien Wangsitalaja Aminah Aminullah HA.Noor Amir Sutaarga Anam Rahus Anata Siregar Andari Karina Anom Andina Dwifatma Andong Buku #3 Andre Mediansyah Andri Awan Anett Tapai Anggie Melianna Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Bae Anton Kurnia Anton Wahyudi Anwar Nuris Ardi Bramantyo Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arie Yani Arief Joko Wicaksono Arief Junianto Ariera Arif Bagus Prasetyo Aris Kurniawan Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Asmaul Fauziyah Asti Musman Atafras Awalludin GD Mualif Ayu Wulan Sari Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Bagus Takwin Bahrul Ulum A. Malik Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Beno Siang Pamungkas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Bernando J Sujibto Berthold Damshauser BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Camelia Mafaza Catatan Cerbung Cerpen Chairul Akhmad Chamim Kohari Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Zaini Ahmad D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Daisuke Miyoshi Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Danusantoso Dareen Tatour Darju Prasetya David Kuncara Denny Mizhar Denza Perdana Desi Sommalia Gustina Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewi Indah Sari Dewi Susme Dian Sukarno Didik Harianto Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jawa Timur Dipo Handoko Diyah Errita Damayanti Djoko Pitono Djoko Saryono Doddy Wisnu Pribadi Dody Kristianto Dody Yan Masfa Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi SS MHum Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Wiyana Dyah Ratna Meta Novia Dyah Sulistyorini Ecep Heryadi Eddy Pranata PNP Edeng Syamsul Ma’arif Eep Saefulloh Fatah EH Kartanegara Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendrawan Sofyan Eko Hendri Saiful Eko Windarto Elnisya Mahendra Elva Lestary Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Sulwesi Endo Suanda Eppril Wulaningtyas R Esai Evan Ys F. Moses F. Rahardi Fadlillah Malin Sutan Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fanny Chotimah Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Febby Fortinella Rusmoyo Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Gabriel Garcia Marquez Galang Ari P. Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gandra Gupta Ganug Nugroho Adi Gerson Poyk Ghassan Kanafani Gita Nuari Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunoto Saparie H.B. Jassin Habibullah Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Hardi Haris del Hakim Haris Saputra Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Aspahani Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana HE. Benyamine Hendra Junaedi Hendra Makmur Heri CS Heri Latief Heri Listianto Herman RN Herry Lamongan Heru CN Heru Nugroho Hikmat Gumelar HL Renjis Magalah Hudan Nur Hujuala Rika Ayu Huminca Sinaga IBM. Dharma Palguna Ibnu Wahyudi Ida Farida Idris Pasaribu Ignas Kleden Ignatius Haryanto Iksan Basoeky Ilham Khoiri Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Ira Puspitaningsih Irfan Budiman Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Zulkarnain Ismail Marzuki Iva Titin Shovia Iwan Kurniawan Jabbar Abdullah Jafar Fakhrurozi Jalan Raya Simo Sungelebak Jamal D. Rahman Jamal T. Suryanata Javed Paul Syatha Jayaning S.A JILFest 2008 Jody Setiawan Johan Edy Raharjo Johannes Sugianto Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Juan Kromen Julika Hasanah Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Ka’bati Karanggeneng Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Keith Foulcher Kemah Budaya Panturan (KBP) Khansa Arifah Adila Khoirul Inayah Khoirul Rosyadi Khudori Husnan Ki Ompong Sudarsono Kirana Kejora Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kukuh S Wibowo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie L.N. Idayanie Laili Rahmawati Lamongan Lan Fang Langgeng Widodo Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lely Yuana Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Liestyo Ambarwati Khohar Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lucia Idayanie Lukman A Sya Lutfiah Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Ismail M Thobroni M. Afifuddin M. Arwan Hamidi M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Luthfi Aziz M. Nurdin M. Yoesoef M.D. Atmaja M.S. Nugroho Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahmud Syaltut Usfa Mahmudi Arif Dahlan Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Martin Aleida Maruli Tobing Mas Ruscita Mashuri Masuki M. Astro Matroni Matroni Muserang Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mia Arista Mia El Zahra Mikael Johani Misbahus Surur Misran Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan Much. Khoiri Muh. Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Aris Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun Muhammadun AS Muhidin M Dahlan Mujtahid Mujtahidin Billah Mukti Sutarman Espe Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik Munawir Aziz Musfarayani Musfi Efrizal Nafisatul Husniah Nandang Darana Naskah Teater Nelson Alwi Ni Made Purnamasari Nikmatus Sholikhah Nina Herlina Lubis Nina Susilo Ning Elia Noor H. Dee Noval Jubbek Novel-novel berbahasa Jawa Novelet Nunuy Nurhayati Nur Azizah Nur Hamzah Nur Kholiq Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Aini Nurul Anam Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Okty Budiati Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Otto Sukatno CR Oyos Saroso H.N. Pagan Press Pagelaran Musim Tandur Palupi Panca Astuti Parimono V / 40 Plandi Jombang Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Petrus Nandi Politik Politik Sastra Pradana Boy ZTF Pramoedya Ananta Toer Pramono Pringadi AS Prof Dr Fabiola D. Kurnia Prosa Puisi Puji Santosa Puji Tyasari Puput Amiranti N Purnawan Andra Purnawan Kristanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang Group PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Ng. Ronggowarsito Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Rahmat Kemat Hidayatullah Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rasanrasan Boengaketji Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Resensi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Ririe Rengganis Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rusmanadi S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saiful Amin Ghofur Saiful Anam Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman S. Yoga Samsudin Adlawi Samsul Anam Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang KSII Santi Puji Rahayu Sapardi Djoko Damono Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra dan Kuasa Simbolik Sastra Jawa Timur Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra Boenga Ketjil #33 Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Khoeriyah Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputra Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soegiharto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sri Weni Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudirman Sugi Lanus Sukron Ma’mun Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaf Anton Wr Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syarif Wadja Bae Sylvianita Widyawati TanahmeraH ArtSpace Tarmuzie (1961-2019) Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tia Setiadi Tirto Suwondo Tita Tjindarbumi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tosa Poetra Tri Nurdianingsih Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulul Azmiyati Umar Fauzi Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Usman Arrumy Utari Tri Prestianti Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W Haryanto W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wan Anwar Wawan Eko Yulianto Wawancara Wina Bojonegoro Wita Lestari Wong Wing King Wowok Hesti Prabowo Xu Xi (Sussy Komala) Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanusa Nugroho Yasraf Amir Piliang Yayat R. Cipasang Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopi Setia Umbara Yudhi Herwibowo Yudi Latif Yusri Fajar Yusuf Ariel Hakim Yuval Noah Harari Zacky Khairul Uman Zainuddin Sugendal Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zed Abidien Zehan Zareez Zhaenal Fanani Zubaidi Khan Zuniest