A Rodhi Murtadho
http://forum-sastra-lamongan.blogspot.com/
Pagar di depan rumah mulai berkarat. Entah sejak kapan karatan itu mulai menyelimuti besi pagar. Daun yang ada di atasnya selalu saja bergerak. Sejak kapan daun itu berada di sana. Aku tak tahu pasti. Setahun yang lalu, seingatku, belum ada daun yang berada di atas pagar. Selalu saja aku bertanya dalam hati. Daun itukah yang menyebabkan pagar berkarat? Aku semakin bingung dengan pertanyaan yang muncul dalam benakku.
Aku mulai menyentuh pagar. Megingat kembali pemasangan pagar. Besi yang berkilat dan terbaluri cat warna hitam. Dan semua itu aku kerjakan sendiri.
“Pak sedang apa?” Tanya istriku sambil menggendong Rani, anak kami.
Aku mau menjawab. Apa yang sebenarnya kulakukan dan kupikirkan saat itu. Tapi aku ingat Rani, anak perempuanku, yang berada dalam gendongannya. Ingat kebutuhan susunya yang akhir bulan ini belum terpenuhi. Paling tidak, akhir bulan ini, aku harus membeli susunya.
“Tidak apa-apa, hanya menikmati udara segar.” Jawabku.
Terlihat mimik makin bertanya-tanya pada raut istriku. Ia mengalihkan pandangan pada Rani. Mungkin ia tahu kesedihanku. Seorang suami yang tidak bisa bekerja penuh untuk memenuhi segala kebutuhan keluarga. Mungkin hanya kebutuhan untuk sehari-hari saja. Untuk makan, bayar air, dan bayar listrik sebagai kewajiban masyarakat kota.
Aku makin tertekan akhir-akhir ini. Kebutuhan keluarga makin bertambah. Gaji yang aku terima tetap. Rani hadir sebagai anugerah sekaligus idaman bagi kami. Aku sebagai kepala keluarga merasa tak mampu dan kadang juga rendah diri. Namun tekad yang aku genggam, bahwa kebutuhan anakku, Rani, mengenai gizinya harus terpenuhi. Namun bagaimana caranya. Aku semakin bingung memikirkannya.
“Ayo masuk pak, mulai dingin di luar. Hari mulai malam soalnya.”
“Ya, bu. Sebentar lagi. Kamu saja duluan, nanti aku menyusul.” Elakku.
“Sudahlah pak, ayo masuk!”
Entah apa yang ada dalam benak istriku. Seakan ia tahu kepedihan yang aku rasakan. Mengerti tentang keadaanku yang mulai tua. Hanya menggantungkan diri pada perusahaan yang hanya menggajiku tetap meski telah bekerja puluhan tahun di sana.
“Baiklah bu.” Aku mulai menurut.
Entah apa yang terjadi ketika aku melangkahkan kaki menuju rumah, aku selalu memikirkan pagar yang aku lihat, yang aku sentuh, dan memang karatan.
“Kapan aku bisa menggantinya?” tanyaku lirih pada diriku sendiri.
Terdengar tangis Rani yang baru saja dibaringkan istriku di ranjang. Suaranya amat keras. Tak seperti biasanya ia menangis begitu keras. Kalau ia ngompol atau lapar suara tangisnya tak sekeras ini. Aku hafal tangisnya. Kami mulai dilanda rasa kecemasan.
“Pak, badan Rani kok panas ya?” kata istriku sambil menyentuh jidat dan tubuh Rani. “Padahal tadi, ketika saya gendong badannya tak sepanas ini.”
Entah apalagi ini. Kecemasanku sebagai kepala rumah tangga semakin meningkat. Aku terus saja merasakannya bahkan mimik mukaku mulai berubah.
“Apa perlu kita bawa Rani ke dokter pak?” Tanya istriku.
Mimik mukaku makin tak dapat disembunyikan lagi. Istriku mulai menyadari hal itu. Ia pun kelihatan ikut cemas merasakan apa yang aku rasakan.
“Dikompres saja dulu. Mungkin besok suhu panasnya kembali normal.”
“Ya, Pak.” Kata istriku yang selama ini menurut kepadaku.
Kompres ternyata tak mampu menurunkan panas Rani. Bahkan suara tangsisnya tampak semakin keras. Padahal hari sudah mulai malam. Kami mulai kebingungan dan semakin cemas.
“Pak, Rani mencret!” kata istriku.
Tengah malam yang gulita membuat aku semakin merasa khawatir kepada anugerah yang Tuhan berikan kepada kami. Namun aku tak bisa mengelak lagi pada tanggung jawabku sebagai kepala keluarga.
“Istriku, kamu sudah tahu keadaanku, keadaan uang kita. Menurutmu apa yang harus kita lakukan? Tak ada sanak famili di sini. Dan tetangga di sini sangat individual. Apa yang harus kita lakukan pada Rani?”
“Kita bawa saja ke dokter pak. Meski kita seminggu atau bahkan sebulan kalau perlu kita puasa demi kesembuhan Rani.”
“Baiklah kalau begitu. Kita bawa Rani ke dokter sekarang.”
“Ya pak. Tapi aku bersihkan dulu kotoran ini.” Sambil menunjuk pada pantat Rani yang memang blepotan dengan mencretnya.
Tapi istriku lama sekali di kamar mandi. Ia seperti bermain air di dalam kamar mandi. Begitu juga dengan Rani yang tak henti-hentinya menangis dan semakin menggaung suaranya di kamar mandi. Membuat suara tangisnya semakin keras.
“Ada apa istriku?”
“Rani tidak bisa berhenti mencretnya.”
Kepanikan yang muncul dari tadi bertambah dalam diri ini. Degup jantung mulai cepat. Berdendang tak beraturan. Semakin cepat.
“Lho kok berhenti ya pak.”
“Coba kau bawa dia ke kamar tidur, aku panggilkan saja dokternya ke sini.”
Aku mulai melangkahkan kaki keluar rumah. Sampai di pintu depan kubuka pintu. Istriku berteriak. Detak jantung seperti ada yang menukul. Berdentang. Layaknya gong yang dipukul.
“Pak ke sini, cepat!” Teriak istriku.
Aku langsung saja mempercepat langkah. Kecemasan semakin terasa bahkan terasa akan mencabut nyawa ini. Namun yang kulihat dalam kamar, istriku tersenyum. Hal inilah yang membuatku kaget dan sekaligus heran. Hal ini juga yang memicuku untuk marah.
“Pak, Rani mencret Emas.”
“Apa?”
“Ya, pak. Rani mencret emas. Coba bapak lihat sendiri.”
Aku mulai melangkah mendekatkan diriku pada mereka. Kulihat pantat Rani yang penuh dengan warna kuning bercahaya memantulkan sinar lampu kamar.
“Ya, bu. Lantas apa yang harus kita lakukan. Bagaimana kita harus memeriksakan Rani ke dokter.”
“Tak usah pak. Jangan-jangan dokter mendiagnosa dan menyatakan Rani sakit. Kemudian menyuruh Rani harus rawat inap. Terus nanti emas yang dikeluarkan Rani pasti diambil dokter atau suster yang merawatnya dan membaginya dengan teman-temanya. Kita bagaimana? Kita harus membayar ongkos rumah sakit terus kita juga tidak kebagian emas yang dikeluarkan Rani.”
Benar juga apa yang dikatakan istriku. Hal inilah yang membuatku untuk sependapat dengannya. Kebutuhan keluarga yang makin hari makin naik seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan Rani.
“Lantas apa yang akan kita lakukan dengan emas yang dikeluarkan Rani? Apa harus kita jual? Jual kemana? orang pasti mencurigai kita.” Kataku.
“Ya ke tukang emas yang ada di pasar. Aku pernah melihat mereka membeli emas berupa anting walau hanya sebelah. Mereka pasti mau kalau membeli emas yang dikeluarkan Rani, pak”
Emas yang dikeluarkan Rani akhirnya kami jual ke penjual emas yang ada di pasar. Walau membeli dengan harga separuh dari harga emas pasaran, kami merelakan begitu saja. Yang ada dalam pikiran kami, emas itu tidak kami cari hanya menunggu dari pantat Rani. Yang tentu saja tanpa susah payah mendapatkannya.
Ekonomi keluarga semakin membaik dari hari ke hari. Kewajiban sebagai masyarakat kota terpenuhi dengan baik. Susu Rani juga tercukupi dengan baik dan tidak telat. Semua dihasilkan dari mencret Rani. Aku mulai melirik pagar yang sebulan lalu aku lihat dan memang berkarat di bawah daun mangga. Ada pemandangan ganjil di sana. Daun yang berada di atasnya ternyata hilang. Entah terbang ke mana? Atau jatuh di mana? Di bawah pohon itu tidak ada satu pun daun yang gugur. Aku semakin bingung lagi ketika aku mendekatkan diriku ke pagar.
“Kemana juga karatannya?” tanyaku lirih dalam hati.
Aku mulai menyentuh pagar yang aku yakini memang berkarat. Sekarang tidak lagi berkarat. Kemana lunturnya karatan itu? Sementara di bawah juga bersih. Tak ada bekas karatan yang jatuh. Aku mulai bingung.
“Pak sedang apa?” Istriku memanggil.
Bagaimana aku mengutarakan keganjilan yang aku dapatkan ini. Sementara sebulan lalu saja aku tidak mengutarakan kalau ada daun di atas pagar dan pagarnya berkarat. Aku tidak bisa menyembunyikan kegelisahan dalam hatiku. Mimik muka yang terpasang juga mudah sekali dianalisa oleh istriku.
“Tidak bu.” Jawabku.
“Kok kelihatannya bingung, ada apa?”
Sore yang semakin dingin. Angin yang berhembus juga semakin tak kenal kompromi. Walau begitu tak ada daun mangga yang jatuh satu pun. Aku menjadi semakin bingung. Pagar yang berwarna kusam pun mulai mengkilat lagi diterpa angin.
Suara tangis Rani yang semakin keras. Biasanya dia akan mencret emas. Dan memang itulah yang kami tunggu. Kami segera berlari ke dalam kamar dimana Rani dibaringkan. Dan seperti yang kami sangka. Segumpal emas yang bekilau ada di sana. Tepat di bawah pantatnya. Namun yang membuat kami terheran. Mengapa suhu badannya tak kunjung turun. Apa ini sebagai akibat Rani mencret emas.
“Cepat kau simpan bu, besok saja kita jual ke pasar.”
“Ya, pak.”
Istriku mulai mengambil segumpal emas yang ada di pantat Rani. Menyimpan dengan baik di tas plastik warna hitam. ia nampak begitu gembira dengan apa yang ia dapat kali ini. Segumpal emas, mungkin setengah kilo. Tak seperti biasanya mungkin hanya sekitar satu ons saja.
“Kita bisa kaya pak!”
“Ya, bu.”
“Kita bisa ganti rumah, dan segala macam perabot.”
“Ya, bu.”
Aku tak bisa berbuat apa-apa lagi pada istriku. Memang dia adalah seorang istri. Seorang prempuan yang biasanya memang butuh kemanjaan dari harta yang melimpah. Kini ia dapat dari Rani, anak kami. Senyum dan tawa yang menghias bibir kami sebulan menjadi kelu ketika Rani menghentikan tangisnya mendadak setelah istriku mengambil segumpal emas yang ada di pantatnya. Mendadak dan sangat mendadak sekali. Dan itulah yang membuat bibir kami yang sebelumnya penuh dengan senyum dan tawa manis sekarang jadi kelu dan beku.
Sidoarjo, 20 Januari 2006
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Minggu, 11 Januari 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Ginandjar Wiludjeng
A. Junianto
A. Kurnia
A. Qorib Hidayatullah
A. Yusrianto Elga
A.S Laksana
A’yat Khalili
Aang Fatihul Islam
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi WM
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Malik
Abdul Razak
Abdul Rosyid
Abdul Wahab
Abdurrahman Wahid
Abu Salman
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Adam Chiefni
Ade P. Nasution
Adhitia Armitriant
Adi Prasetyo
Adrizas
AF. Tuasikal
Afriza Hanifa
Afrizal Malna
Agama Para Bajingan
Agnes Rita Sulistyawaty
Aguk Irawan M.N.
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Ahda Imran
Ahid Hidayat
Ahmad Baso
Ahmad Faishal
Ahmad Fatoni
Ahmad Hasan MS
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Khotim Muzakka
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Naufel
Ahmad Rofiq
Ahmad S. Zahari
Ahmad Syauqi Sumbawi
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ahsanu Nadia
Aini Aviena Violeta
Ainul Fiah
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Akhmad Sofyan Hadi
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Akmal Nasery Basral
Alam Terkembang
Alang Khoiruddin
Alex R. Nainggolan
Alfian Dippahatang
Ali Audah
Ali Mahmudi CH
Ali Rif’an
Almania Rohmah
Ami Herman
Amien Wangsitalaja
Aminah
Aminullah HA.Noor
Amir Sutaarga
Anam Rahus
Anata Siregar
Andari Karina Anom
Andina Dwifatma
Andong Buku #3
Andre Mediansyah
Andri Awan
Anett Tapai
Anggie Melianna
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anjrah Lelono Broto
Anton Bae
Anton Kurnia
Anton Wahyudi
Anwar Nuris
Ardi Bramantyo
Ardus M Sawega
Arie MP Tamba
Arie Yani
Arief Joko Wicaksono
Arief Junianto
Ariera
Arif Bagus Prasetyo
Aris Kurniawan
Arman A.Z.
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Sambodja
Asmaul Fauziyah
Asti Musman
Atafras
Awalludin GD Mualif
Ayu Wulan Sari
Aziz Abdul Gofar
Azizah Hefni
Bagus Takwin
Bahrul Ulum A. Malik
Balada
Bale Aksara
Balok Sf
Bambang Kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Beni Setia
Benny Arnas
Benny Benke
Beno Siang Pamungkas
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Berita Duka
Berita Koran
Bernando J Sujibto
Berthold Damshauser
BI Purwantari
Binhad Nurrohmat
Bobby Gunawan
Bonari Nabonenar
Brunel University London
Budaya
Budi Darma
Budi P. Hatees
Budiman S. Hartoyo
Burhanuddin Bella
Camelia Mafaza
Catatan
Cerbung
Cerpen
Chairul Akhmad
Chamim Kohari
Chavchay Syaifullah
Cover Buku
Cucuk Espe
D. Zaini Ahmad
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Dahta Gautama
Daisuke Miyoshi
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Danusantoso
Dareen Tatour
Darju Prasetya
David Kuncara
Denny Mizhar
Denza Perdana
Desi Sommalia Gustina
Desiana Medya A.L
Dewan Kesenian Lamongan (DKL)
Dewi Indah Sari
Dewi Susme
Dian Sukarno
Didik Harianto
Didik Kusbiantoro
Dina Jerphanion
Dina Oktaviani
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jawa Timur
Dipo Handoko
Diyah Errita Damayanti
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddy Wisnu Pribadi
Dody Kristianto
Dody Yan Masfa
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dr Junaidi SS MHum
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi Wiyana
Dyah Ratna Meta Novia
Dyah Sulistyorini
Ecep Heryadi
Eddy Pranata PNP
Edeng Syamsul Ma’arif
Eep Saefulloh Fatah
EH Kartanegara
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Hendrawan Sofyan
Eko Hendri Saiful
Eko Windarto
Elnisya Mahendra
Elva Lestary
Emha Ainun Nadjib
Emil WE
Endah Sulwesi
Endo Suanda
Eppril Wulaningtyas R
Esai
Evan Ys
F. Moses
F. Rahardi
Fadlillah Malin Sutan
Fahmi Faqih
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fajar Kurnianto
Fanani Rahman
Fanny Chotimah
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Febby Fortinella Rusmoyo
Felix K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Gabriel Garcia Marquez
Galang Ari P.
Galuh Tulus Utama
Gampang Prawoto
Gandra Gupta
Ganug Nugroho Adi
Gerson Poyk
Ghassan Kanafani
Gita Nuari
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunoto Saparie
H.B. Jassin
Habibullah
Hadi Napster
Hadriani Pudjiarti
Halim HD
Halimi Zuhdy
Hamberan Syahbana
Han Gagas
Hanibal W. Y. Wijayanta
Hardi
Haris del Hakim
Haris Saputra
Harri Ash Shiddiqie
Hartono Harimurti
Hary B Kori’un
Hasan Aspahani
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
HE. Benyamine
Hendra Junaedi
Hendra Makmur
Heri CS
Heri Latief
Heri Listianto
Herman RN
Herry Lamongan
Heru CN
Heru Nugroho
Hikmat Gumelar
HL Renjis Magalah
Hudan Nur
Hujuala Rika Ayu
Huminca Sinaga
IBM. Dharma Palguna
Ibnu Wahyudi
Ida Farida
Idris Pasaribu
Ignas Kleden
Ignatius Haryanto
Iksan Basoeky
Ilham Khoiri
Imam Cahyono
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Ira Puspitaningsih
Irfan Budiman
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Iskandar Zulkarnain
Ismail Marzuki
Iva Titin Shovia
Iwan Kurniawan
Jabbar Abdullah
Jafar Fakhrurozi
Jalan Raya Simo Sungelebak
Jamal D. Rahman
Jamal T. Suryanata
Javed Paul Syatha
Jayaning S.A
JILFest 2008
Jody Setiawan
Johan Edy Raharjo
Johannes Sugianto
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Jual Buku
Jual Buku Paket Hemat
Juan Kromen
Julika Hasanah
Jurnalisme Sastrawi
Jusuf AN
Juwairiyah Mawardy
Ka’bati
Karanggeneng
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Keith Foulcher
Kemah Budaya Panturan (KBP)
Khansa Arifah Adila
Khoirul Inayah
Khoirul Rosyadi
Khudori Husnan
Ki Ompong Sudarsono
Kirana Kejora
Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia
Korrie Layun Rampan
Kostela
Kritik Sastra
Kukuh S Wibowo
Kurnia Effendi
Kurniawan
Kuswaidi Syafi'ie
L.N. Idayanie
Laili Rahmawati
Lamongan
Lan Fang
Langgeng Widodo
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Lely Yuana
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember
Liestyo Ambarwati Khohar
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liza Wahyuninto
Lucia Idayanie
Lukman A Sya
Lutfiah
Lynglieastrid Isabellita
M Arman AZ
M Ismail
M Thobroni
M. Afifuddin
M. Arwan Hamidi
M. Lukluk Atsmara Anjaina
M. Lutfi
M. Luthfi Aziz
M. Nurdin
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.S. Nugroho
Mahendra Cipta
Mahmud Jauhari Ali
Mahmud Syaltut Usfa
Mahmudi Arif Dahlan
Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Martin Aleida
Maruli Tobing
Mas Ruscita
Mashuri
Masuki M. Astro
Matroni
Matroni Muserang
Media: Crayon on Paper
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Mia Arista
Mia El Zahra
Mikael Johani
Misbahus Surur
Misran
Mohamad Ali Hisyam
Mohammad Eri Irawan
Much. Khoiri
Muh. Muhlisin
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Aris
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Rain
Muhammad Taufiqurrohman
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun
Muhammadun AS
Muhidin M Dahlan
Mujtahid
Mujtahidin Billah
Mukti Sutarman Espe
Mulyadi SA
Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik
Munawir Aziz
Musfarayani
Musfi Efrizal
Nafisatul Husniah
Nandang Darana
Naskah Teater
Nelson Alwi
Ni Made Purnamasari
Nikmatus Sholikhah
Nina Herlina Lubis
Nina Susilo
Ning Elia
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel-novel berbahasa Jawa
Novelet
Nunuy Nurhayati
Nur Azizah
Nur Hamzah
Nur Kholiq
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurul Aini
Nurul Anam
Nurul Komariyah
Nuryana Asmaudi SA
Nyoman Tusthi Eddy
Obrolan
Okty Budiati
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Otto Sukatno CR
Oyos Saroso H.N.
Pagan Press
Pagelaran Musim Tandur
Palupi Panca Astuti
Parimono V / 40 Plandi Jombang
Pawang Surya Kencana
PDS H.B. Jassin
Petrus Nandi
Politik
Politik Sastra
Pradana Boy ZTF
Pramoedya Ananta Toer
Pramono
Pringadi AS
Prof Dr Fabiola D. Kurnia
Prosa
Puisi
Puji Santosa
Puji Tyasari
Puput Amiranti N
Purnawan Andra
Purnawan Kristanto
Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin
Pustaka Ilalang Group
PUstaka puJAngga
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R. Ng. Ronggowarsito
Rachmad Djoko Pradopo
Radhar Panca Dahana
Rahmat Kemat Hidayatullah
Rahmat Sularso Nh
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rasanrasan Boengaketji
Raudal Tanjung Banua
Redland Movie
Reiny Dwinanda
Resensi
Rialita Fithra Asmara
Ribut Wijoto
Riki Dhamparan Putra
Riki Utomi
Ririe Rengganis
Risang Anom Pujayanto
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Roso Titi Sarkoro
Rozi Kembara
Rukardi
Rumah Budaya Pantura (RBP)
Rusmanadi
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saiful Amin Ghofur
Saiful Anam
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Salman S. Yoga
Samsudin Adlawi
Samsul Anam
Sanggar Lukis Alam
Sanggar Pasir
Sanggar Rumah Ilalang KSII
Santi Puji Rahayu
Sapardi Djoko Damono
Saroni Asikin
Sartika Dian Nuraini
Sastra dan Kuasa Simbolik
Sastra Jawa Timur
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sayyid Fahmi Alathas
SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang
SelaSastra Boenga Ketjil
SelaSastra Boenga Ketjil #33
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Setia Naka Andrian
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sinopsis
Siti Khoeriyah
Siti Muyassarotul Hafidzoh
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputra
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Slamet Rahardjo Rais
Soegiharto
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Spectrum Center Press
Sri Weni
Sri Wintala Achmad
Suci Ayu Latifah
Sucipto Hadi Purnomo
Sudirman
Sugi Lanus
Sukron Ma’mun
Sulaiman Djaya
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Supriyadi
Surya Lesmana
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyanto
Syaf Anton Wr
Syaifuddin Gani
Syaiful Amin
Syarif Wadja Bae
Sylvianita Widyawati
TanahmeraH ArtSpace
Tarmuzie (1961-2019)
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Presetyo
Teguh Setiawan
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Tia Setiadi
Tirto Suwondo
Tita Tjindarbumi
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan
Tosa Poetra
Tri Nurdianingsih
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Ulul Azmiyati
Umar Fauzi
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Usman Arrumy
Utari Tri Prestianti
Viddy AD Daery
Virdika Rizky Utama
W Haryanto
W.S. Rendra
Wahyu Prasetya
Wan Anwar
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wina Bojonegoro
Wita Lestari
Wong Wing King
Wowok Hesti Prabowo
Xu Xi (Sussy Komala)
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yanusa Nugroho
Yasraf Amir Piliang
Yayat R. Cipasang
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yopi Setia Umbara
Yudhi Herwibowo
Yudi Latif
Yusri Fajar
Yusuf Ariel Hakim
Yuval Noah Harari
Zacky Khairul Uman
Zainuddin Sugendal
Zamakhsyari Abrar
Zawawi Se
Zed Abidien
Zehan Zareez
Zhaenal Fanani
Zubaidi Khan
Zuniest
Tidak ada komentar:
Posting Komentar