Minggu, 11 Januari 2009

Pagar Emas

A Rodhi Murtadho
http://forum-sastra-lamongan.blogspot.com/

Pagar di depan rumah mulai berkarat. Entah sejak kapan karatan itu mulai menyelimuti besi pagar. Daun yang ada di atasnya selalu saja bergerak. Sejak kapan daun itu berada di sana. Aku tak tahu pasti. Setahun yang lalu, seingatku, belum ada daun yang berada di atas pagar. Selalu saja aku bertanya dalam hati. Daun itukah yang menyebabkan pagar berkarat? Aku semakin bingung dengan pertanyaan yang muncul dalam benakku.

Aku mulai menyentuh pagar. Megingat kembali pemasangan pagar. Besi yang berkilat dan terbaluri cat warna hitam. Dan semua itu aku kerjakan sendiri.

“Pak sedang apa?” Tanya istriku sambil menggendong Rani, anak kami.

Aku mau menjawab. Apa yang sebenarnya kulakukan dan kupikirkan saat itu. Tapi aku ingat Rani, anak perempuanku, yang berada dalam gendongannya. Ingat kebutuhan susunya yang akhir bulan ini belum terpenuhi. Paling tidak, akhir bulan ini, aku harus membeli susunya.

“Tidak apa-apa, hanya menikmati udara segar.” Jawabku.

Terlihat mimik makin bertanya-tanya pada raut istriku. Ia mengalihkan pandangan pada Rani. Mungkin ia tahu kesedihanku. Seorang suami yang tidak bisa bekerja penuh untuk memenuhi segala kebutuhan keluarga. Mungkin hanya kebutuhan untuk sehari-hari saja. Untuk makan, bayar air, dan bayar listrik sebagai kewajiban masyarakat kota.

Aku makin tertekan akhir-akhir ini. Kebutuhan keluarga makin bertambah. Gaji yang aku terima tetap. Rani hadir sebagai anugerah sekaligus idaman bagi kami. Aku sebagai kepala keluarga merasa tak mampu dan kadang juga rendah diri. Namun tekad yang aku genggam, bahwa kebutuhan anakku, Rani, mengenai gizinya harus terpenuhi. Namun bagaimana caranya. Aku semakin bingung memikirkannya.

“Ayo masuk pak, mulai dingin di luar. Hari mulai malam soalnya.”

“Ya, bu. Sebentar lagi. Kamu saja duluan, nanti aku menyusul.” Elakku.

“Sudahlah pak, ayo masuk!”

Entah apa yang ada dalam benak istriku. Seakan ia tahu kepedihan yang aku rasakan. Mengerti tentang keadaanku yang mulai tua. Hanya menggantungkan diri pada perusahaan yang hanya menggajiku tetap meski telah bekerja puluhan tahun di sana.

“Baiklah bu.” Aku mulai menurut.

Entah apa yang terjadi ketika aku melangkahkan kaki menuju rumah, aku selalu memikirkan pagar yang aku lihat, yang aku sentuh, dan memang karatan.

“Kapan aku bisa menggantinya?” tanyaku lirih pada diriku sendiri.

Terdengar tangis Rani yang baru saja dibaringkan istriku di ranjang. Suaranya amat keras. Tak seperti biasanya ia menangis begitu keras. Kalau ia ngompol atau lapar suara tangisnya tak sekeras ini. Aku hafal tangisnya. Kami mulai dilanda rasa kecemasan.

“Pak, badan Rani kok panas ya?” kata istriku sambil menyentuh jidat dan tubuh Rani. “Padahal tadi, ketika saya gendong badannya tak sepanas ini.”

Entah apalagi ini. Kecemasanku sebagai kepala rumah tangga semakin meningkat. Aku terus saja merasakannya bahkan mimik mukaku mulai berubah.

“Apa perlu kita bawa Rani ke dokter pak?” Tanya istriku.

Mimik mukaku makin tak dapat disembunyikan lagi. Istriku mulai menyadari hal itu. Ia pun kelihatan ikut cemas merasakan apa yang aku rasakan.

“Dikompres saja dulu. Mungkin besok suhu panasnya kembali normal.”

“Ya, Pak.” Kata istriku yang selama ini menurut kepadaku.

Kompres ternyata tak mampu menurunkan panas Rani. Bahkan suara tangsisnya tampak semakin keras. Padahal hari sudah mulai malam. Kami mulai kebingungan dan semakin cemas.

“Pak, Rani mencret!” kata istriku.

Tengah malam yang gulita membuat aku semakin merasa khawatir kepada anugerah yang Tuhan berikan kepada kami. Namun aku tak bisa mengelak lagi pada tanggung jawabku sebagai kepala keluarga.

“Istriku, kamu sudah tahu keadaanku, keadaan uang kita. Menurutmu apa yang harus kita lakukan? Tak ada sanak famili di sini. Dan tetangga di sini sangat individual. Apa yang harus kita lakukan pada Rani?”

“Kita bawa saja ke dokter pak. Meski kita seminggu atau bahkan sebulan kalau perlu kita puasa demi kesembuhan Rani.”

“Baiklah kalau begitu. Kita bawa Rani ke dokter sekarang.”

“Ya pak. Tapi aku bersihkan dulu kotoran ini.” Sambil menunjuk pada pantat Rani yang memang blepotan dengan mencretnya.

Tapi istriku lama sekali di kamar mandi. Ia seperti bermain air di dalam kamar mandi. Begitu juga dengan Rani yang tak henti-hentinya menangis dan semakin menggaung suaranya di kamar mandi. Membuat suara tangisnya semakin keras.

“Ada apa istriku?”

“Rani tidak bisa berhenti mencretnya.”

Kepanikan yang muncul dari tadi bertambah dalam diri ini. Degup jantung mulai cepat. Berdendang tak beraturan. Semakin cepat.

“Lho kok berhenti ya pak.”

“Coba kau bawa dia ke kamar tidur, aku panggilkan saja dokternya ke sini.”

Aku mulai melangkahkan kaki keluar rumah. Sampai di pintu depan kubuka pintu. Istriku berteriak. Detak jantung seperti ada yang menukul. Berdentang. Layaknya gong yang dipukul.

“Pak ke sini, cepat!” Teriak istriku.

Aku langsung saja mempercepat langkah. Kecemasan semakin terasa bahkan terasa akan mencabut nyawa ini. Namun yang kulihat dalam kamar, istriku tersenyum. Hal inilah yang membuatku kaget dan sekaligus heran. Hal ini juga yang memicuku untuk marah.

“Pak, Rani mencret Emas.”

“Apa?”

“Ya, pak. Rani mencret emas. Coba bapak lihat sendiri.”

Aku mulai melangkah mendekatkan diriku pada mereka. Kulihat pantat Rani yang penuh dengan warna kuning bercahaya memantulkan sinar lampu kamar.

“Ya, bu. Lantas apa yang harus kita lakukan. Bagaimana kita harus memeriksakan Rani ke dokter.”

“Tak usah pak. Jangan-jangan dokter mendiagnosa dan menyatakan Rani sakit. Kemudian menyuruh Rani harus rawat inap. Terus nanti emas yang dikeluarkan Rani pasti diambil dokter atau suster yang merawatnya dan membaginya dengan teman-temanya. Kita bagaimana? Kita harus membayar ongkos rumah sakit terus kita juga tidak kebagian emas yang dikeluarkan Rani.”

Benar juga apa yang dikatakan istriku. Hal inilah yang membuatku untuk sependapat dengannya. Kebutuhan keluarga yang makin hari makin naik seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan Rani.

“Lantas apa yang akan kita lakukan dengan emas yang dikeluarkan Rani? Apa harus kita jual? Jual kemana? orang pasti mencurigai kita.” Kataku.

“Ya ke tukang emas yang ada di pasar. Aku pernah melihat mereka membeli emas berupa anting walau hanya sebelah. Mereka pasti mau kalau membeli emas yang dikeluarkan Rani, pak”

Emas yang dikeluarkan Rani akhirnya kami jual ke penjual emas yang ada di pasar. Walau membeli dengan harga separuh dari harga emas pasaran, kami merelakan begitu saja. Yang ada dalam pikiran kami, emas itu tidak kami cari hanya menunggu dari pantat Rani. Yang tentu saja tanpa susah payah mendapatkannya.

Ekonomi keluarga semakin membaik dari hari ke hari. Kewajiban sebagai masyarakat kota terpenuhi dengan baik. Susu Rani juga tercukupi dengan baik dan tidak telat. Semua dihasilkan dari mencret Rani. Aku mulai melirik pagar yang sebulan lalu aku lihat dan memang berkarat di bawah daun mangga. Ada pemandangan ganjil di sana. Daun yang berada di atasnya ternyata hilang. Entah terbang ke mana? Atau jatuh di mana? Di bawah pohon itu tidak ada satu pun daun yang gugur. Aku semakin bingung lagi ketika aku mendekatkan diriku ke pagar.

“Kemana juga karatannya?” tanyaku lirih dalam hati.

Aku mulai menyentuh pagar yang aku yakini memang berkarat. Sekarang tidak lagi berkarat. Kemana lunturnya karatan itu? Sementara di bawah juga bersih. Tak ada bekas karatan yang jatuh. Aku mulai bingung.

“Pak sedang apa?” Istriku memanggil.

Bagaimana aku mengutarakan keganjilan yang aku dapatkan ini. Sementara sebulan lalu saja aku tidak mengutarakan kalau ada daun di atas pagar dan pagarnya berkarat. Aku tidak bisa menyembunyikan kegelisahan dalam hatiku. Mimik muka yang terpasang juga mudah sekali dianalisa oleh istriku.

“Tidak bu.” Jawabku.

“Kok kelihatannya bingung, ada apa?”

Sore yang semakin dingin. Angin yang berhembus juga semakin tak kenal kompromi. Walau begitu tak ada daun mangga yang jatuh satu pun. Aku menjadi semakin bingung. Pagar yang berwarna kusam pun mulai mengkilat lagi diterpa angin.

Suara tangis Rani yang semakin keras. Biasanya dia akan mencret emas. Dan memang itulah yang kami tunggu. Kami segera berlari ke dalam kamar dimana Rani dibaringkan. Dan seperti yang kami sangka. Segumpal emas yang bekilau ada di sana. Tepat di bawah pantatnya. Namun yang membuat kami terheran. Mengapa suhu badannya tak kunjung turun. Apa ini sebagai akibat Rani mencret emas.

“Cepat kau simpan bu, besok saja kita jual ke pasar.”

“Ya, pak.”

Istriku mulai mengambil segumpal emas yang ada di pantat Rani. Menyimpan dengan baik di tas plastik warna hitam. ia nampak begitu gembira dengan apa yang ia dapat kali ini. Segumpal emas, mungkin setengah kilo. Tak seperti biasanya mungkin hanya sekitar satu ons saja.

“Kita bisa kaya pak!”

“Ya, bu.”

“Kita bisa ganti rumah, dan segala macam perabot.”

“Ya, bu.”

Aku tak bisa berbuat apa-apa lagi pada istriku. Memang dia adalah seorang istri. Seorang prempuan yang biasanya memang butuh kemanjaan dari harta yang melimpah. Kini ia dapat dari Rani, anak kami. Senyum dan tawa yang menghias bibir kami sebulan menjadi kelu ketika Rani menghentikan tangisnya mendadak setelah istriku mengambil segumpal emas yang ada di pantatnya. Mendadak dan sangat mendadak sekali. Dan itulah yang membuat bibir kami yang sebelumnya penuh dengan senyum dan tawa manis sekarang jadi kelu dan beku.

Sidoarjo, 20 Januari 2006

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Ginandjar Wiludjeng A. Junianto A. Kurnia A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.S Laksana A’yat Khalili Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Razak Abdul Rosyid Abdul Wahab Abdurrahman Wahid Abu Salman Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adam Chiefni Ade P. Nasution Adhitia Armitriant Adi Prasetyo Adrizas AF. Tuasikal Afriza Hanifa Afrizal Malna Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunyoto Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Baso Ahmad Faishal Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Naufel Ahmad Rofiq Ahmad S. Zahari Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ainul Fiah Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akhudiat Akmal Nasery Basral Alam Terkembang Alang Khoiruddin Alex R. Nainggolan Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Almania Rohmah Ami Herman Amien Wangsitalaja Aminah Aminullah HA.Noor Amir Sutaarga Anam Rahus Anata Siregar Andari Karina Anom Andina Dwifatma Andong Buku #3 Andre Mediansyah Andri Awan Anett Tapai Anggie Melianna Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Bae Anton Kurnia Anton Wahyudi Anwar Nuris Ardi Bramantyo Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arie Yani Arief Joko Wicaksono Arief Junianto Ariera Arif Bagus Prasetyo Aris Kurniawan Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Asmaul Fauziyah Asti Musman Atafras Awalludin GD Mualif Ayu Wulan Sari Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Bagus Takwin Bahrul Ulum A. Malik Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Beno Siang Pamungkas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Bernando J Sujibto Berthold Damshauser BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Camelia Mafaza Catatan Cerbung Cerpen Chairul Akhmad Chamim Kohari Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Zaini Ahmad D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Daisuke Miyoshi Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Danusantoso Dareen Tatour Darju Prasetya David Kuncara Denny Mizhar Denza Perdana Desi Sommalia Gustina Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewi Indah Sari Dewi Susme Dian Sukarno Didik Harianto Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jawa Timur Dipo Handoko Diyah Errita Damayanti Djoko Pitono Djoko Saryono Doddy Wisnu Pribadi Dody Kristianto Dody Yan Masfa Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi SS MHum Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Wiyana Dyah Ratna Meta Novia Dyah Sulistyorini Ecep Heryadi Eddy Pranata PNP Edeng Syamsul Ma’arif Eep Saefulloh Fatah EH Kartanegara Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendrawan Sofyan Eko Hendri Saiful Eko Windarto Elnisya Mahendra Elva Lestary Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Sulwesi Endo Suanda Eppril Wulaningtyas R Esai Evan Ys F. Moses F. Rahardi Fadlillah Malin Sutan Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fanny Chotimah Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Febby Fortinella Rusmoyo Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Gabriel Garcia Marquez Galang Ari P. Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gandra Gupta Ganug Nugroho Adi Gerson Poyk Ghassan Kanafani Gita Nuari Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunoto Saparie H.B. Jassin Habibullah Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Hardi Haris del Hakim Haris Saputra Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Aspahani Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana HE. Benyamine Hendra Junaedi Hendra Makmur Heri CS Heri Latief Heri Listianto Herman RN Herry Lamongan Heru CN Heru Nugroho Hikmat Gumelar HL Renjis Magalah Hudan Nur Hujuala Rika Ayu Huminca Sinaga IBM. Dharma Palguna Ibnu Wahyudi Ida Farida Idris Pasaribu Ignas Kleden Ignatius Haryanto Iksan Basoeky Ilham Khoiri Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Ira Puspitaningsih Irfan Budiman Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Zulkarnain Ismail Marzuki Iva Titin Shovia Iwan Kurniawan Jabbar Abdullah Jafar Fakhrurozi Jalan Raya Simo Sungelebak Jamal D. Rahman Jamal T. Suryanata Javed Paul Syatha Jayaning S.A JILFest 2008 Jody Setiawan Johan Edy Raharjo Johannes Sugianto Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Juan Kromen Julika Hasanah Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Ka’bati Karanggeneng Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Keith Foulcher Kemah Budaya Panturan (KBP) Khansa Arifah Adila Khoirul Inayah Khoirul Rosyadi Khudori Husnan Ki Ompong Sudarsono Kirana Kejora Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kukuh S Wibowo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie L.N. Idayanie Laili Rahmawati Lamongan Lan Fang Langgeng Widodo Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lely Yuana Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Liestyo Ambarwati Khohar Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lucia Idayanie Lukman A Sya Lutfiah Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Ismail M Thobroni M. Afifuddin M. Arwan Hamidi M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Luthfi Aziz M. Nurdin M. Yoesoef M.D. Atmaja M.S. Nugroho Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahmud Syaltut Usfa Mahmudi Arif Dahlan Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Martin Aleida Maruli Tobing Mas Ruscita Mashuri Masuki M. Astro Matroni Matroni Muserang Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mia Arista Mia El Zahra Mikael Johani Misbahus Surur Misran Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan Much. Khoiri Muh. Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Aris Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun Muhammadun AS Muhidin M Dahlan Mujtahid Mujtahidin Billah Mukti Sutarman Espe Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik Munawir Aziz Musfarayani Musfi Efrizal Nafisatul Husniah Nandang Darana Naskah Teater Nelson Alwi Ni Made Purnamasari Nikmatus Sholikhah Nina Herlina Lubis Nina Susilo Ning Elia Noor H. Dee Noval Jubbek Novel-novel berbahasa Jawa Novelet Nunuy Nurhayati Nur Azizah Nur Hamzah Nur Kholiq Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Aini Nurul Anam Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Okty Budiati Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Otto Sukatno CR Oyos Saroso H.N. Pagan Press Pagelaran Musim Tandur Palupi Panca Astuti Parimono V / 40 Plandi Jombang Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Petrus Nandi Politik Politik Sastra Pradana Boy ZTF Pramoedya Ananta Toer Pramono Pringadi AS Prof Dr Fabiola D. Kurnia Prosa Puisi Puji Santosa Puji Tyasari Puput Amiranti N Purnawan Andra Purnawan Kristanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang Group PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Ng. Ronggowarsito Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Rahmat Kemat Hidayatullah Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rasanrasan Boengaketji Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Resensi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Ririe Rengganis Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rusmanadi S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saiful Amin Ghofur Saiful Anam Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman S. Yoga Samsudin Adlawi Samsul Anam Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang KSII Santi Puji Rahayu Sapardi Djoko Damono Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra dan Kuasa Simbolik Sastra Jawa Timur Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra Boenga Ketjil #33 Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Khoeriyah Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputra Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soegiharto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sri Weni Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudirman Sugi Lanus Sukron Ma’mun Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaf Anton Wr Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syarif Wadja Bae Sylvianita Widyawati TanahmeraH ArtSpace Tarmuzie (1961-2019) Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tia Setiadi Tirto Suwondo Tita Tjindarbumi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tosa Poetra Tri Nurdianingsih Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulul Azmiyati Umar Fauzi Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Usman Arrumy Utari Tri Prestianti Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W Haryanto W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wan Anwar Wawan Eko Yulianto Wawancara Wina Bojonegoro Wita Lestari Wong Wing King Wowok Hesti Prabowo Xu Xi (Sussy Komala) Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanusa Nugroho Yasraf Amir Piliang Yayat R. Cipasang Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopi Setia Umbara Yudhi Herwibowo Yudi Latif Yusri Fajar Yusuf Ariel Hakim Yuval Noah Harari Zacky Khairul Uman Zainuddin Sugendal Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zed Abidien Zehan Zareez Zhaenal Fanani Zubaidi Khan Zuniest