KRT. Suryanto Sastroatmodjo
Andaikata bapak benar, siapakah yang rela disekap di balik jeruji, karena membisikkan hasil-lamunan yang seronok? Oh, aku banyak sekali menyandang kemualan, kendatipun yang kukejar adalah kemuliaan. Aku banyak sekali tertikam runtuk-lantak, walaupun sedari muda, selalu berkeinginan untuk merangkum pesan nan khusus.
Sriatun ananda sayang.
Sekali lagi, bapaklah yang paling pantas dituding dalam peristiwa ini, nak. Andaikata bapak tidak terlalu lancang mengucapkan kata-kata demikian, mustahil lagu duka itu singgah di sukmamu. Aku masih juga kurang menyadari, dikau telah berangkat remaja, nak. Sewajarnya, bapak merengkuh lebih hati-hati lagi. Orang Jawa bilang, mengasuh seorang gadis lebih pelik dan sukar, ibaratnya mengawasi lelatu dalam tungku. Dibiarkan api menyala, akan hangus tanpa manfaat. Kalau api ditunggu dan ditiup tanpa menggunakannya untuk merebus ataupun memasak, sama artinya dengan percuma menggantang asap dalam ketidak-pedulian. Akan tetapi, tatkala seorang tua bicara tentang anak-anaknya, dia sering meluncurkan gagasan, betapa bahagia jika anak-anak cepat menjadi dewasa, mandiri, dan punya penghasilan.
Tetapi bapak justru masih bertanya: apakah pendidikan dan pengajaran juga memadai sebagai pengantar suksesnya menapaki jaladeri hayati? Ayahbunda manakah yang secara sepihak mengundang orang lain untuk ikut mendandani sisiran rambut putra-putrinya, kalau saja ia berpikir sehat: anakku mampu berdiri sebagai ‘Si Polan’.
Waktu Masmu Handoyo pulang, Nduk – bapak tak mengira, bahwa dia ternyata sangat kangen kepada kita seisi rumah. Sungguh, aku luar biasa girang, dan demikian juga ibumu. Karena di Proyek Irigasi Sumanding yang baru setahun diresmikan oleh Kepala Negara itu, Abangmu beruntung bisa diterima sebagai pekerja. Ya, walaupun sekolahnya terhenti hingga STM, dan bapak memang kurang mampu untuk melanjutkan sekolahnya hingga perguruan tinggi. Dua tiga kali ia mengirimkan lamaran ke beberapa instansi, nol besar. Maka tatkala proyek itu bisa memperkerjakannya secara layak, kami bersyukur sekali. Kini tiba pikiran kami, agar sekolahmu yang sudah sampai di kelas dua SMTA itu jangan sampai terhenti di tengah jalan. Pensiun bapak sebagai purnawirawan Letnan Satu terlampau sedikit, untuk menopang impian masa depanmu, Nduk. Tapi bapak yakin, kalau ujian akhirmu nanti sarat dengan nilai-nilai terbaik, maka beasiswa pasti akan kauraih, dan bangku universitas dapat juga kaucapai. Kalau itu tiba, alangkah bahagia kami. Di lingkungan keluarga bapak dan ibumu, belum ada seorang pun yang beruntung menikmati pendidikan tinggi, apalagi memiliki gelar ilmiah. Maka siang-malam Ayahbundamu berdoa, semoga di antara anak-anakku ada yang membuka langgam sejarah baru, mempunyai seorang sarjana, apalagi sarjana wanita. Kuharap kau bisa memahami, mengapa bapak sering tirakat, demi gegayuhan yang luhur itu, Nak. Suatu perbendaharaan yang sulit dilukiskan, yang bisa dipantau dari sebuah rumpun keluarga penuh bara-juang!
Sriatun yang sering bertafakur.
Kalaupun bapak terpaksa ‘ngalang-alang’ dalam warkah ini, hendaknya dirimu mafhum, betapa sedih hati Bapak, bahwa dirimu harus begitu saja pergi dari rumah, dan (kemarin Simbah Putri melayangkan surat dari Yosowilangun, bahwasanya Nduk Sriatun lari dari rumah, karena mengalami perbenturan pendapat dengan Ayahbunda!) – dan hal inilah yang tak pernah bapak duga sebelumnya. Bapak tak mengira, hatimu begitu keras, Nduk. Persis dengan apa yang bapak tempuh semasa muda. Tatkala Simbah Kakung melarang diriku untuk menjalin asmara dengan gadis pilihan hati. Bapakmu ini nekad minggat selama beberapa bulan di rumah seorang kerabat di Jakarta. Padahal, larangan itu semata-mata demi kebaikan diriku dan demi keberuntungan di hari tua. Karena gadis itu, bukan keluarga terpandang, lagipula dikenal sering berganti-ganti pacar. Aku kemudian insyaf, Nak. Syukur, sebelum terlambat. Bagaimanapun luka hatiku, karena cinta pertama itu retak. Toh, dari kalangan kerabat pada akhirnya bisa memilihkan diriku seorang calon isteri yang ayu, sederhana, lepasan Sekolah Kepandaian Putri, yang setia. Bapak merasa berterima kasih kepada Tuhan Maha Pengasih, bahwa pilihan masaremaja tak bisa terwujud, tepat di kala mataku sudah di-celik-kan, dan tiada nabras-nubrus. Maka bapak berharap, semoga putra-putri bapak nantinya tak seorang pun yang salah pilih. Tiada seorang pun yang kesasar…!
Sriatun yang baik.
Cuti pendek yang ditempuh Masmu Handoyo ternyata ada dampaknya nan tiada terduga. Kalau di atas kukatakan, kami gembira lantaran Handoyo telah mapan di sebuah medan-tugas terhormat, maka kini Ayahbundamu juga diliputi kerisauan, kenapa justru pada saat bersamaan itu pula kami punya firasat, bahwa “bahaya” ada mengintai dan oleh sebab itu kami harus hati-hati dalam bertindak, terlebih dalam menentukan sikap. Senyampang masih dinihari, dan senyampang kami belum usah mereguk kegetiran yang menyaput lidah.
Dikau dapat merasakan, bukan? Ibumu mengatakan begini: “Umur tujuh belas adalah masa taufan dan badai. Masa, tatkala kita hanya menyergap hal-hal yang indah-indah. Padahal, ada sesuatu di balik itu, yang kudu dinalar dan dirasakan sebaik-baiknya, hingga matabatin kita tak tertipu.” Demikianlah kiranya, petuah yang dapat kauserap, Nak. Tatkala Masmu Handoyo mengajak sahabatnya, teman sekerja di proyek, Dicky yang tampan itu, bapak samasekali tak punya dugaan lebih jauh. Artinya, sahabat Masmu itu juga masih pantas duduk di bangku kuliah, karena usianya barulah jalan dua puluh tahun. Dia anak seorang juragan kayu Kalimantan yang terpandang. Tapi sepanjang penglihatan Bapak, selama dia menjadi tamu kita, terasa dia belum memperlihatkan sikap-dewasa yang terpuji. Ia masih sering goyah dan terbata. Ada terasa kemanjaan pada beberapa wataknya. Gagasan-gagasan yang disampaikan pada bapak sewaktu berdiskusi, belum memancarkan kemandirian sejati.
Ananda sayang.
Ayahbunda bukanlah kolot jika berpendapat semacam itu. Cobalah kaupikirkan, Nak. Bagaimana mungkin dalam pergaulan dengan dirimu yang baru berlangsung kurang dari sepekan, dia telah berani menulis surat cinta berbunga-bunga buatmu. Malahan ada kalimat-kalimat (yang ketika itu diperlihatkan Abangmu padaku), dia membangga-banggakan kekayaan orang tuanya, sebagai suatu hal yang dijanjikan padamu, setelah membangun rumahtangga. Nak, itulah yang bagiku teramat naif. Kalau seorang jejaka yang punya tekad baja untuk melangkah, dan berani bekerja, dia sebetulnya tak usah menoleh ke belakang atau meletakkan kepalanya di pangkuan bapaknya lagi. Sandaran cita dan cintanya adalah hari esok yang musti diwujudkan secara cermat, namun pasti. Bapak bukan berbicara tentang kejayaan harinanti untuk kalian berdua. Bukan zamannya lagi. Bapak hanya mengatakan belum datang masanya, Nak.
Ananda yang penyabar!
Tentunya kau masih dalam kemarahan yang memuncak, di kala menerima suratku ini. Ibumu bilang: “Jangan keras dalam ucap kemarahanmu pada Sriatun. Ia harus dibimbing, diarahkan dan diberitahu mana yang tepat dan mana pula yang agak kelewatan.” Bapakmu ini juga menempuh cara yang sebijaksana mungkin, Nak. Karena bapak bukan melarang Dicky menyatakan cinta kepadamu. Bapak juga bukan melarang seandainya ananda Sriatun jatuh cinta pula kepada anak muda yang tampan itu. Namun sekali lagi, haraplah diingat: jangan terlalu cepat jatuh cinta. Apalagi jika alasannya hanya lantaran terpesona akan ketampanan dan kecantikan lahiriah. Bapak agak heran, bahwa pertemuan sependek itu, telah membuatnya menggebu dan merasa ‘diliputi perasaan kasih-mesra berkelimpahan’. Sungguh, Nak, usia muda terkadang kendala utama buat satu keutuhan perkawinan. Apalagi jika didambakan keharmonisan, dan bukan perayaan nikah sepasar bubar. Kelak, jika sekolahmu makin tinggi (ingat cita-cita Ayah agar dikau menjadi seorang sarjana wanita berpengetahuan luas, penuh kepedulian kepada negerinya!) – dan Bapak tak ingin, kalau kau menikah pada usia semuda ini.
Ananda Sriatun tersayang.
Masmu Handoyo juga bilang: Dicky luas pergaulannya, tetapi sering kurang memilih-memilah lingkungan mana yang dimasukinya. Ia sering terperosok dalam brandalan semasa remaja, dan sering berkonflik dengan Ayahbundanya. Bapak punya gambaran, dia menyamaratakan perempuan manapun yang ditemui. Kudengar, pada suatu sore, dia menyelinap masuk ke dalam kamarmu. Dari suara yang kutangkap, dia secara paksa menyatakan niatnya untuk tidur di situ bila malam tiba. Kau menolak dengan suara tangis yang sedih. Handoyo segera melaporkan hal itu kepada kami. Ia khawatir sekali, kalau terjadi sesuatu yang tak diinginkan atas diri adiknya. Dia pun bilang, semula dia tak mengajak Dicky dolan ke rumah kita. Ia sendiri yang memaksa untuk itu, dan Abangmu tak berdaya!
Bapak masih menahan hati untuk tidak melontarkan kata-kata kasar, mengingat Dicky masih menjadi tamu kita, yang harus kita hormati. Tetapi, tatkala dia benar-benar bersikap brutal dengan menarik tanganmu sewaktu kau hendak mandi, maka kemarahan bapak tak tertahankan lagi. Ia segera kulabrak dan aku ancam dengan keras. Kalau Masmu Handoyo tak segera melerai, mungkin ia telah merasakan akibat lebih jauh, bagaimana bapak mempertahankan rumah-tangga ini di ruas-ruas tajam; dan kita perlu mempertahankan harga diri. Handoyo lebih sabar, dan keesokan harinya segera mengajak Dicky kembali ke Sumanding. Lega perasaan bapak dan ibumu. Ibumu menyalahkan Handoyo, kenapa tak menjaga perasaan keluarga. Adik wanita satu-satunya harus dijaga kehormatannya.
Sriatun yang penyabar.
Salahkanlah Bapak, kalau semua kemarahan itu terjadi. Ibarat lelatu dalam tungku, demikian bapak menentukan sikap dalam menanggulangi segala cobaan tatkala merengkuh anak gadisnya. Mengapa dirimu salah-tampa, Nak? Mengapa paginya segera pergi tanpa pamit ke rumah Simbah di Yosowilangun? Kuharap, lebih jernihlah pemikiran serta olah-rasamu, dalam suasana keremajaan ini. Selain bapak sudah menekankan dambaan-hasrat terhadap anak-anaknya, haridepannya, juga landasan kebahagiaan esok hari. Anakku, bukan bapak melarang dirimu bergaul dengan pemuda yang dapat menyelami ihwal-ihwal yang ada dalam lingkar hayatmu, tapi bapak samasekali tak bisa membiarkan seorang Dicky (yang bapak masih meragukan asal-usulnya, ataukah benar-benar dari keluarga baik-baik ataukah justru dari rumahtangga yang berantakan) yang datang dengan ‘sikap budaya modern’ yang dia banggakan itu. Malah, Handoyo sendiri juga belum lagi jelas, apakah Dicky masih seorang bujangan ataukah sudah berumahtangga. Yakinlah, Nduk, bahwa cakrawala hidupmu masih luas, masih leluasa, selebar benua, sebentang angkasa. Suatu saat nanti, kau akan menemukan sahabat pria sejati, yang bisa kauharapkan menjadi calon pendamping yang tepat, dan memenuhi gambaran ideal – seperti apa yang orang tuamu harapkan juga.
Sriatun ananda sayang.
Segeralah dikau pulang, Nak. Lumrah, bahwa terdapat silang-selisih dalam hubungan perkerabatan, di mana pun. Ayahbunda berdoa, semoga Allah memberikan taufik dan hidayatNya atas dirimu. Jangan lupa, mohonlah sukma nan cerah, kalbu nan tinarbuka. Kalaulah ada prahara yang bertiup pada suatu masa, jangan kaukira dia akan jadi angin puting-beliung yang merontokkan segalanya. Kuyakin setelah angin-ribut, maka semilir bakal mengusap pipi, membisikkan kerelaan jiwa. Sesudah gelapmalam, cahaya fajar sidik bakal hadir, menganugerahkan rahmat nan nikmat. Usaplah airmatamu, Nak. Putri bapak nan tabah ini tumbuh bagai Srikandi perwira!
---
*) Tanggung jawab penulisan pada PuJa
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Rabu, 03 September 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Ginandjar Wiludjeng
A. Junianto
A. Kurnia
A. Qorib Hidayatullah
A. Yusrianto Elga
A.S Laksana
A’yat Khalili
Aang Fatihul Islam
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi WM
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Malik
Abdul Razak
Abdul Rosyid
Abdul Wahab
Abdurrahman Wahid
Abu Salman
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Adam Chiefni
Ade P. Nasution
Adhitia Armitriant
Adi Prasetyo
Adrizas
AF. Tuasikal
Afriza Hanifa
Afrizal Malna
Agama Para Bajingan
Agnes Rita Sulistyawaty
Aguk Irawan M.N.
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Ahda Imran
Ahid Hidayat
Ahmad Baso
Ahmad Faishal
Ahmad Fatoni
Ahmad Hasan MS
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Khotim Muzakka
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Naufel
Ahmad Rofiq
Ahmad S. Zahari
Ahmad Syauqi Sumbawi
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ahsanu Nadia
Aini Aviena Violeta
Ainul Fiah
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Akhmad Sofyan Hadi
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Akmal Nasery Basral
Alam Terkembang
Alang Khoiruddin
Alex R. Nainggolan
Alfian Dippahatang
Ali Audah
Ali Mahmudi CH
Ali Rif’an
Almania Rohmah
Ami Herman
Amien Wangsitalaja
Aminah
Aminullah HA.Noor
Amir Sutaarga
Anam Rahus
Anata Siregar
Andari Karina Anom
Andina Dwifatma
Andong Buku #3
Andre Mediansyah
Andri Awan
Anett Tapai
Anggie Melianna
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anjrah Lelono Broto
Anton Bae
Anton Kurnia
Anton Wahyudi
Anwar Nuris
Ardi Bramantyo
Ardus M Sawega
Arie MP Tamba
Arie Yani
Arief Joko Wicaksono
Arief Junianto
Ariera
Arif Bagus Prasetyo
Aris Kurniawan
Arman A.Z.
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Sambodja
Asmaul Fauziyah
Asti Musman
Atafras
Awalludin GD Mualif
Ayu Wulan Sari
Aziz Abdul Gofar
Azizah Hefni
Bagus Takwin
Bahrul Ulum A. Malik
Balada
Bale Aksara
Balok Sf
Bambang Kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Beni Setia
Benny Arnas
Benny Benke
Beno Siang Pamungkas
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Berita Duka
Berita Koran
Bernando J Sujibto
Berthold Damshauser
BI Purwantari
Binhad Nurrohmat
Bobby Gunawan
Bonari Nabonenar
Brunel University London
Budaya
Budi Darma
Budi P. Hatees
Budiman S. Hartoyo
Burhanuddin Bella
Camelia Mafaza
Catatan
Cerbung
Cerpen
Chairul Akhmad
Chamim Kohari
Chavchay Syaifullah
Cover Buku
Cucuk Espe
D. Zaini Ahmad
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Dahta Gautama
Daisuke Miyoshi
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Danusantoso
Dareen Tatour
Darju Prasetya
David Kuncara
Denny Mizhar
Denza Perdana
Desi Sommalia Gustina
Desiana Medya A.L
Dewan Kesenian Lamongan (DKL)
Dewi Indah Sari
Dewi Susme
Dian Sukarno
Didik Harianto
Didik Kusbiantoro
Dina Jerphanion
Dina Oktaviani
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jawa Timur
Dipo Handoko
Diyah Errita Damayanti
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddy Wisnu Pribadi
Dody Kristianto
Dody Yan Masfa
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dr Junaidi SS MHum
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi Wiyana
Dyah Ratna Meta Novia
Dyah Sulistyorini
Ecep Heryadi
Eddy Pranata PNP
Edeng Syamsul Ma’arif
Eep Saefulloh Fatah
EH Kartanegara
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Hendrawan Sofyan
Eko Hendri Saiful
Eko Windarto
Elnisya Mahendra
Elva Lestary
Emha Ainun Nadjib
Emil WE
Endah Sulwesi
Endo Suanda
Eppril Wulaningtyas R
Esai
Evan Ys
F. Moses
F. Rahardi
Fadlillah Malin Sutan
Fahmi Faqih
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fajar Kurnianto
Fanani Rahman
Fanny Chotimah
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Febby Fortinella Rusmoyo
Felix K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Gabriel Garcia Marquez
Galang Ari P.
Galuh Tulus Utama
Gampang Prawoto
Gandra Gupta
Ganug Nugroho Adi
Gerson Poyk
Ghassan Kanafani
Gita Nuari
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunoto Saparie
H.B. Jassin
Habibullah
Hadi Napster
Hadriani Pudjiarti
Halim HD
Halimi Zuhdy
Hamberan Syahbana
Han Gagas
Hanibal W. Y. Wijayanta
Hardi
Haris del Hakim
Haris Saputra
Harri Ash Shiddiqie
Hartono Harimurti
Hary B Kori’un
Hasan Aspahani
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
HE. Benyamine
Hendra Junaedi
Hendra Makmur
Heri CS
Heri Latief
Heri Listianto
Herman RN
Herry Lamongan
Heru CN
Heru Nugroho
Hikmat Gumelar
HL Renjis Magalah
Hudan Nur
Hujuala Rika Ayu
Huminca Sinaga
IBM. Dharma Palguna
Ibnu Wahyudi
Ida Farida
Idris Pasaribu
Ignas Kleden
Ignatius Haryanto
Iksan Basoeky
Ilham Khoiri
Imam Cahyono
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Ira Puspitaningsih
Irfan Budiman
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Iskandar Zulkarnain
Ismail Marzuki
Iva Titin Shovia
Iwan Kurniawan
Jabbar Abdullah
Jafar Fakhrurozi
Jalan Raya Simo Sungelebak
Jamal D. Rahman
Jamal T. Suryanata
Javed Paul Syatha
Jayaning S.A
JILFest 2008
Jody Setiawan
Johan Edy Raharjo
Johannes Sugianto
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Jual Buku
Jual Buku Paket Hemat
Juan Kromen
Julika Hasanah
Jurnalisme Sastrawi
Jusuf AN
Juwairiyah Mawardy
Ka’bati
Karanggeneng
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Keith Foulcher
Kemah Budaya Panturan (KBP)
Khansa Arifah Adila
Khoirul Inayah
Khoirul Rosyadi
Khudori Husnan
Ki Ompong Sudarsono
Kirana Kejora
Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia
Korrie Layun Rampan
Kostela
Kritik Sastra
Kukuh S Wibowo
Kurnia Effendi
Kurniawan
Kuswaidi Syafi'ie
L.N. Idayanie
Laili Rahmawati
Lamongan
Lan Fang
Langgeng Widodo
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Lely Yuana
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember
Liestyo Ambarwati Khohar
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liza Wahyuninto
Lucia Idayanie
Lukman A Sya
Lutfiah
Lynglieastrid Isabellita
M Arman AZ
M Ismail
M Thobroni
M. Afifuddin
M. Arwan Hamidi
M. Lukluk Atsmara Anjaina
M. Lutfi
M. Luthfi Aziz
M. Nurdin
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.S. Nugroho
Mahendra Cipta
Mahmud Jauhari Ali
Mahmud Syaltut Usfa
Mahmudi Arif Dahlan
Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Martin Aleida
Maruli Tobing
Mas Ruscita
Mashuri
Masuki M. Astro
Matroni
Matroni Muserang
Media: Crayon on Paper
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Mia Arista
Mia El Zahra
Mikael Johani
Misbahus Surur
Misran
Mohamad Ali Hisyam
Mohammad Eri Irawan
Much. Khoiri
Muh. Muhlisin
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Aris
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Rain
Muhammad Taufiqurrohman
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun
Muhammadun AS
Muhidin M Dahlan
Mujtahid
Mujtahidin Billah
Mukti Sutarman Espe
Mulyadi SA
Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik
Munawir Aziz
Musfarayani
Musfi Efrizal
Nafisatul Husniah
Nandang Darana
Naskah Teater
Nelson Alwi
Ni Made Purnamasari
Nikmatus Sholikhah
Nina Herlina Lubis
Nina Susilo
Ning Elia
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel-novel berbahasa Jawa
Novelet
Nunuy Nurhayati
Nur Azizah
Nur Hamzah
Nur Kholiq
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurul Aini
Nurul Anam
Nurul Komariyah
Nuryana Asmaudi SA
Nyoman Tusthi Eddy
Obrolan
Okty Budiati
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Otto Sukatno CR
Oyos Saroso H.N.
Pagan Press
Pagelaran Musim Tandur
Palupi Panca Astuti
Parimono V / 40 Plandi Jombang
Pawang Surya Kencana
PDS H.B. Jassin
Petrus Nandi
Politik
Politik Sastra
Pradana Boy ZTF
Pramoedya Ananta Toer
Pramono
Pringadi AS
Prof Dr Fabiola D. Kurnia
Prosa
Puisi
Puji Santosa
Puji Tyasari
Puput Amiranti N
Purnawan Andra
Purnawan Kristanto
Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin
Pustaka Ilalang Group
PUstaka puJAngga
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R. Ng. Ronggowarsito
Rachmad Djoko Pradopo
Radhar Panca Dahana
Rahmat Kemat Hidayatullah
Rahmat Sularso Nh
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rasanrasan Boengaketji
Raudal Tanjung Banua
Redland Movie
Reiny Dwinanda
Resensi
Rialita Fithra Asmara
Ribut Wijoto
Riki Dhamparan Putra
Riki Utomi
Ririe Rengganis
Risang Anom Pujayanto
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Roso Titi Sarkoro
Rozi Kembara
Rukardi
Rumah Budaya Pantura (RBP)
Rusmanadi
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saiful Amin Ghofur
Saiful Anam
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Salman S. Yoga
Samsudin Adlawi
Samsul Anam
Sanggar Lukis Alam
Sanggar Pasir
Sanggar Rumah Ilalang KSII
Santi Puji Rahayu
Sapardi Djoko Damono
Saroni Asikin
Sartika Dian Nuraini
Sastra dan Kuasa Simbolik
Sastra Jawa Timur
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sayyid Fahmi Alathas
SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang
SelaSastra Boenga Ketjil
SelaSastra Boenga Ketjil #33
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Setia Naka Andrian
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sinopsis
Siti Khoeriyah
Siti Muyassarotul Hafidzoh
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputra
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Slamet Rahardjo Rais
Soegiharto
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Spectrum Center Press
Sri Weni
Sri Wintala Achmad
Suci Ayu Latifah
Sucipto Hadi Purnomo
Sudirman
Sugi Lanus
Sukron Ma’mun
Sulaiman Djaya
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Supriyadi
Surya Lesmana
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyanto
Syaf Anton Wr
Syaifuddin Gani
Syaiful Amin
Syarif Wadja Bae
Sylvianita Widyawati
TanahmeraH ArtSpace
Tarmuzie (1961-2019)
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Presetyo
Teguh Setiawan
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Tia Setiadi
Tirto Suwondo
Tita Tjindarbumi
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan
Tosa Poetra
Tri Nurdianingsih
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Ulul Azmiyati
Umar Fauzi
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Usman Arrumy
Utari Tri Prestianti
Viddy AD Daery
Virdika Rizky Utama
W Haryanto
W.S. Rendra
Wahyu Prasetya
Wan Anwar
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wina Bojonegoro
Wita Lestari
Wong Wing King
Wowok Hesti Prabowo
Xu Xi (Sussy Komala)
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yanusa Nugroho
Yasraf Amir Piliang
Yayat R. Cipasang
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yopi Setia Umbara
Yudhi Herwibowo
Yudi Latif
Yusri Fajar
Yusuf Ariel Hakim
Yuval Noah Harari
Zacky Khairul Uman
Zainuddin Sugendal
Zamakhsyari Abrar
Zawawi Se
Zed Abidien
Zehan Zareez
Zhaenal Fanani
Zubaidi Khan
Zuniest
Tidak ada komentar:
Posting Komentar