KRT. Suryanto Sastroatmodjo
Mari kita silakan para tamu memasuki baluwarti ini, saudaraku – ketika barisan yang kita nanti-nantikan sudah mulai memperlihatkan langkahnya yang tegap dan tegas. Marilah kita persilahkan para sanak-kadang yang sudah semalaman berkuyup-embun di luar pager-banon sana, dan biarkanlah mereka pagi ini ikut menikmati selamat datang ini.
“Tiada yang lebih membesarkan hati daripada keluwesan yang berbicara, lantaran dorongan jiwa yang sepatutnya. Tiada yang lebih mewakili kelugasan sejati katimbang pertimbangan yang diambil pada awal kelahiran sebuah hari – lantaran itulah titiwanci utama untuk menunjukkan harga kewibawaan,” demikian rantunan kalimat anda, pada kesempatan untuk membeberkan, seberapa jauhnya Anak Manusia berperang dengan Ayahbundanya dari seberang, buat menemukan wujud gairah yang tak – tertebak. Maka, aku mungkin harus menerimanya untuk sementara, sebagai satu bagian dari tiarapku sendiri, sebelum pada saatnya mengepalkan tinju ke hadapan.
Jangan hendaknya kita berpikir, bahwa jikalau salah seorang keluarga dekat kita takut pulang ke rumah, dengan sendirinya dia berusaha untuk menjauhkan diri dari salam-selawat dan rangkul-rungkus. Dan jika ada orang lain yang kepingin menelusurinya, dia siap mengelak. Akan lengkap kiranya kedirian kita yang laif-dhaif seperti ini, seandainya tiada perewang lain yang menganggap ketelodoran adalah warna lain. Dan pada hakikatnya, orang belum pernah menemukan ‘wangkot-celupan’-nya.
“Salawat-salawat kesentausaan,” desismu kala itu. “Karena kehidupan menagih kesan dengan begitu kuat dan kerasnya, sehingga apa yang berlangsung terkemudian adalah suatu gaya-ucap yang kurang lebih sebagai tudingan, sesalan, susulan dan bahkan juga umpatan. Kita belum juga tumbuh sebagai pribadi yang memiliki corak nan gumathok.”
“Walaupun, yang kaumaksudkan itu masih dalam batas gambaran suatu kurun waktu tertentu, dan belum berarti sepanjang masa?” demikian desakanku lebih jauh. Maka dikau mengernyitkan kening, kemudian balik berdetus: “Sahabat, mustahil kita tak menganggapnya sebagai Peristiwa yang selamanya. Bukankah kita sepaham untuk mengatakan, bahwa kebebasan wujud sama harganya dengan kebebasan isi? Dan bahwa tatanan yang digariskan oleh pakem-pakem keluruhan itu diantebi oleh suatu sosok berpengaruh yang diterima secara bulat oleh kelompok besar orang seikhwan? Aku yakin, faham-faham yang kita buat serta kemudian dibingkiskan kepada dunia, adalah juga berasal dari pandangan yang telah purba, bukan sesuatu yang masih dalam babak penyesuaian-diri yang nyamut-nyamut. Dan aku percaya, masyarakat kita masih dapat diajak bertoleransi sebatas meng-ugemi ihwal-ihwal maujudnya Rasa dan Nalarwening – sebelum dua hal yang kita ucapkan tadi mengabur di halimun dingin…”
Sahabatku Dina!
Berpikir adalah suatu arah-tanggon pada poros kreatif yang jelas. Karenanya, dengan berpikir itu, kita menuju kepada pewedaran gagasan yang hendak ditekankan, dan bukan sebagai ancangan semata. Dalam hal-hal yang besar resikonya untuk mewujudkan pikiran yang terpendam, maka seorang filosof mesti bersikap yang lebih demokratik, dalam arti bisa meng-emong situasi, meng-emong lingkungan yang majemuk.
Dina yang setiawan dan senantiasa tanggap.
Hari ini adalah hari kesebelas dari perjalananku ke daerah Orang Badui di Banten Kidul. Suatu upaya untuk meneliti, sejauh mana manusia yakin akan makna kemerdekaan batin, dan bagaimana hal itu bisa dirungkebi sebagai hak milik langgeng. Warga Badui Dalam di Cibeo misalnya punya anggapan, bahwasanya Jagat Ageng (dunia besar, makrokosmos) ini bukan sesuatu yang berdiri sendiri, tanpa pasak-pasak yang melekatkannya dengan anasir-anansir semesta lainnya. Perekat-utamanya adalah jagat alit, yang terdiri dari manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan, yang kesemuanya berhubungan secara kekeluargaan, dan punya peranan berbeda-beda, namun diemban bersama dalam satu ritme-kerja yang berirama, saling-dorong serta saling-resapkan. Jagat alit bisa terkoyak, bisa retak, manakala salah satu anasirnya meninggalkan kedisiplinan nan luhur, dan memperturutkan “karsane dhewe” (kehendak sendiri), membelot dari irama-hayati yang telah tersusun jelas, selaras dengan firman Pemangku Jagat Akbar ini.
Maka keseimbangan alam tak bisa lain diartikan sebagai keseimbangan agama, yang menggugah setiap jasad dan roh untuk melaksanakan tugas-tugas kebaikan. Bila satu sama lain tidak menempati tugas nan rapi, cermat, berdisiplin tinggi, maka pasak-pasak bakal retak, dan bumi pun terbengkalai. Perekat paling utama adalah wasiat leluhur (karuhun, poyang), yang tertulis dalam lontar-lontar tua yang diguratkan sedari mulakala. Tiap warga setia Badui pada dasarnya adalah pekerja, yang takkan istirah, bila bukan pada saatnya yang telah ditentukan menurut pathokan yang keramat. Pekerja adalah pusat greget-grengseng-nya tindak positif, yang mendorong tubuh, tangan-tangan dan urat-urat ini menggeliat dan berkeringat, lantaran melakukan karya kemanusiaan nan tangguh. Adalah tolol untuk melakukan hambatan, pengangguran ataupun juga kemalasan, bila dalam nuraninya sudah tumbuh kepercayaan: tanpa karya, seseorang adalah si mati, si mayat, yang tanpa faedah apapun. Pekerjaan yang berdayaguna bagi sesama hidup, merupakan sumbangsih nyata dari warga di sana, yang diamanatkan oleh nenek-moyang, dan dipegang teguh.
Sahabatku Dina!
Aku memang bersemangat untuk menekankan hal-hal yang begini berderap. Di kala orang di mana-mana sibuk berseminar tentang tenaga kerja dan peranan angkatan muda, aku menahan nafas. Terasa, teramat banyak orang menghamburkan potensinya untuk berbincang serta berdebat tentang kiblat ketenagakerjaan pada zaman gemuruh dan penuh keluh ini. Siratan gagasan yang berasal dari suasana masa lampau sering luput dari sentuhan. Kita lantas sibuk bikin dalih-dalih dan rumusan selangit tanpa teringat, bahwa rumusan purbawi telah pernah digenggam orang, seraya masa pun pernah menggodok dalih yang bagaimana pun rumitnya, melalui gaung sejarah. Kalau teringat akan hal ini, maka saya berpesan, sebaiknya kita terus menggali karyasastra lokal, yang tertulis dalam pelbagai bahasa daerah di pedalaman Nusantara, untuk mencari rujukan nan tepat. Hanya dengan cara begini, teruji kemampuan kesarjaan menurut kadar semestinya – bukan hanya berdasar fakta kelulusan di atas kertas!
Sahabatku Dina!
Ucapanmu setahun lewat masih kuingat: “Pur, hendaknya gaya hidup dewasa kini bisa lebih kita benahi, agar kita bukan cuma berlenggak-lenggok sebagai boneka berbusana apik. Tapi yang penting, bagaimana orang pun tahu, busana apik itu dipintal dari benang, dan benang dicari bahannya dari tanaman kapas. Dan upaya menanam mengingatkan orang kepada kerja berluluk lumpur, mandi keringat, melambuk tanah. Sama sibuk dan gemuruhnya dengan karya gemilang para pekerja pabrik tekstil yang tak kenal siang dan malam buat memenuhi kecenderungan masyarakat untuk berbusana rapi dan apik. Bila kita hanya terpancang pada boneka berjalan yang memperagakan gaun-gaun mahal semata, niscaya pikiran akan terhenti pada lipatan ketiak. Angan-angan pun terwatasi dambaan cethek, Pur.”
“Lumrah, masyarakat yang tengah berkembang tak menyiasati lingkungan, sebagaimana yang dikehendaki oleh bangsa yang telah mapan. Gelaran yang hadir mungkin hanya terbit karena desakan situasi, Dien.
“Itu bukan penilaian sehat, Pur. Hanya sinyalemen kurang sehat dari dirimu. Karena aku tahu, setiap kita bicara tentang pakem-pakem kebijakan yang diunggulkan oleh sukubangsa di Nusantara, kau selalu terhenti pada sebut-sebutan semata, nama-nama ajektif dan penjudulan karya sastra yang ditinggalkan oleh suku tersebut pada hari lampaunya. Kau tak mengejar tentang betapa gerangan pokal-pokal yang ditampilkan Guru Besar, sosok andalan. Cara begini akan mengatasi pikiran tentang gambaran superlatif mahakarya satu zaman, yang keberadaannya bisa mungkin hanya pajangan. Ia diboyong oleh tahap nan ada, namun tak berperekat maknawi.”
“Dan sastra yang diboyong oleh warganya, diberi tandatangan oleh keturunannya, tapi tanpa bayang ‘tantangan terpendam’ serta ‘tuntutan-tuntutan nan semakin meningkat’, rasanya sulit dilestarikan.”
“Tadi, itulah yang hendak kukatakan, Pur. Seandainya perlawatanmu ke daerah Badui itu membawa juga hasil ekskavasi budaya yang lebih komplit, misalnya buah pikiran Manusia Utamanya, telaah-telaah di berbagai situasi, dan upaya penyelamatan diri suku tersebut dalam melawan campur-tangan pihak luar, … nah, niscaya kau bakal lebih menggenggam makna kerja berjaya yang pada orang-orang modern pun masih diributkan.”
Aku unjal-nafas. Pagi telah merambat kepada siang lembut. Kubuka jendela kecil di ruang tenaga pengajar di Universitas Kotapraja yang telah empat dasawarsa membekaskan jejak-juang tergamblang di negeriku. Angin semilir mengantar kembang melati sedhompol yang tumbuh liar berbanjar di bawah cepuri putih, agak ke dalam. Sebelahnya, rumpun alamanda kemalas-malasan bergoyang, dalam hijau-pupusnya nan nyaris pucat. Seekor burung pipit, yang nampaknya terbang kesasar dari pesawahan di arah seberang-sana, hinggap di ranting kecil kembang srengenge yang agak layu, lantaran jarang disirami oleh tukang kebun. Burung itu menelengkan kepalanya, seperti menatapku, yang iseng melepas kesumukan ini.
Sahabatku Dina!
Pabilakah lagi kita bisa beromong-omong bebas seperti di saat usai mengajar, atau mengambil sela-sela yang makin langka ini? Para mahasiswa sekarang seperti kurang bergairah dalam menempa dan menampi bulir-bulir ilmu yang dilisankan; terlebih-lebih bila bibir kita yang serasa pecah-pecah untuk melisankan kerisauan hari esok nan penuh deru!
---
*) Tanggung jawab penulisan pada PuJa
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Rabu, 10 September 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Ginandjar Wiludjeng
A. Junianto
A. Kurnia
A. Qorib Hidayatullah
A. Yusrianto Elga
A.S Laksana
A’yat Khalili
Aang Fatihul Islam
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi WM
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Malik
Abdul Razak
Abdul Rosyid
Abdul Wahab
Abdurrahman Wahid
Abu Salman
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Adam Chiefni
Ade P. Nasution
Adhitia Armitriant
Adi Prasetyo
Adrizas
AF. Tuasikal
Afriza Hanifa
Afrizal Malna
Agama Para Bajingan
Agnes Rita Sulistyawaty
Aguk Irawan M.N.
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Ahda Imran
Ahid Hidayat
Ahmad Baso
Ahmad Faishal
Ahmad Fatoni
Ahmad Hasan MS
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Khotim Muzakka
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Naufel
Ahmad Rofiq
Ahmad S. Zahari
Ahmad Syauqi Sumbawi
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ahsanu Nadia
Aini Aviena Violeta
Ainul Fiah
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Akhmad Sofyan Hadi
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Akmal Nasery Basral
Alam Terkembang
Alang Khoiruddin
Alex R. Nainggolan
Alfian Dippahatang
Ali Audah
Ali Mahmudi CH
Ali Rif’an
Almania Rohmah
Ami Herman
Amien Wangsitalaja
Aminah
Aminullah HA.Noor
Amir Sutaarga
Anam Rahus
Anata Siregar
Andari Karina Anom
Andina Dwifatma
Andong Buku #3
Andre Mediansyah
Andri Awan
Anett Tapai
Anggie Melianna
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anjrah Lelono Broto
Anton Bae
Anton Kurnia
Anton Wahyudi
Anwar Nuris
Ardi Bramantyo
Ardus M Sawega
Arie MP Tamba
Arie Yani
Arief Joko Wicaksono
Arief Junianto
Ariera
Arif Bagus Prasetyo
Aris Kurniawan
Arman A.Z.
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Sambodja
Asmaul Fauziyah
Asti Musman
Atafras
Awalludin GD Mualif
Ayu Wulan Sari
Aziz Abdul Gofar
Azizah Hefni
Bagus Takwin
Bahrul Ulum A. Malik
Balada
Bale Aksara
Balok Sf
Bambang Kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Beni Setia
Benny Arnas
Benny Benke
Beno Siang Pamungkas
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Berita Duka
Berita Koran
Bernando J Sujibto
Berthold Damshauser
BI Purwantari
Binhad Nurrohmat
Bobby Gunawan
Bonari Nabonenar
Brunel University London
Budaya
Budi Darma
Budi P. Hatees
Budiman S. Hartoyo
Burhanuddin Bella
Camelia Mafaza
Catatan
Cerbung
Cerpen
Chairul Akhmad
Chamim Kohari
Chavchay Syaifullah
Cover Buku
Cucuk Espe
D. Zaini Ahmad
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Dahta Gautama
Daisuke Miyoshi
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Danusantoso
Dareen Tatour
Darju Prasetya
David Kuncara
Denny Mizhar
Denza Perdana
Desi Sommalia Gustina
Desiana Medya A.L
Dewan Kesenian Lamongan (DKL)
Dewi Indah Sari
Dewi Susme
Dian Sukarno
Didik Harianto
Didik Kusbiantoro
Dina Jerphanion
Dina Oktaviani
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jawa Timur
Dipo Handoko
Diyah Errita Damayanti
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddy Wisnu Pribadi
Dody Kristianto
Dody Yan Masfa
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dr Junaidi SS MHum
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi Wiyana
Dyah Ratna Meta Novia
Dyah Sulistyorini
Ecep Heryadi
Eddy Pranata PNP
Edeng Syamsul Ma’arif
Eep Saefulloh Fatah
EH Kartanegara
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Hendrawan Sofyan
Eko Hendri Saiful
Eko Windarto
Elnisya Mahendra
Elva Lestary
Emha Ainun Nadjib
Emil WE
Endah Sulwesi
Endo Suanda
Eppril Wulaningtyas R
Esai
Evan Ys
F. Moses
F. Rahardi
Fadlillah Malin Sutan
Fahmi Faqih
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fajar Kurnianto
Fanani Rahman
Fanny Chotimah
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Febby Fortinella Rusmoyo
Felix K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Gabriel Garcia Marquez
Galang Ari P.
Galuh Tulus Utama
Gampang Prawoto
Gandra Gupta
Ganug Nugroho Adi
Gerson Poyk
Ghassan Kanafani
Gita Nuari
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunoto Saparie
H.B. Jassin
Habibullah
Hadi Napster
Hadriani Pudjiarti
Halim HD
Halimi Zuhdy
Hamberan Syahbana
Han Gagas
Hanibal W. Y. Wijayanta
Hardi
Haris del Hakim
Haris Saputra
Harri Ash Shiddiqie
Hartono Harimurti
Hary B Kori’un
Hasan Aspahani
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
HE. Benyamine
Hendra Junaedi
Hendra Makmur
Heri CS
Heri Latief
Heri Listianto
Herman RN
Herry Lamongan
Heru CN
Heru Nugroho
Hikmat Gumelar
HL Renjis Magalah
Hudan Nur
Hujuala Rika Ayu
Huminca Sinaga
IBM. Dharma Palguna
Ibnu Wahyudi
Ida Farida
Idris Pasaribu
Ignas Kleden
Ignatius Haryanto
Iksan Basoeky
Ilham Khoiri
Imam Cahyono
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Ira Puspitaningsih
Irfan Budiman
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Iskandar Zulkarnain
Ismail Marzuki
Iva Titin Shovia
Iwan Kurniawan
Jabbar Abdullah
Jafar Fakhrurozi
Jalan Raya Simo Sungelebak
Jamal D. Rahman
Jamal T. Suryanata
Javed Paul Syatha
Jayaning S.A
JILFest 2008
Jody Setiawan
Johan Edy Raharjo
Johannes Sugianto
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Jual Buku
Jual Buku Paket Hemat
Juan Kromen
Julika Hasanah
Jurnalisme Sastrawi
Jusuf AN
Juwairiyah Mawardy
Ka’bati
Karanggeneng
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Keith Foulcher
Kemah Budaya Panturan (KBP)
Khansa Arifah Adila
Khoirul Inayah
Khoirul Rosyadi
Khudori Husnan
Ki Ompong Sudarsono
Kirana Kejora
Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia
Korrie Layun Rampan
Kostela
Kritik Sastra
Kukuh S Wibowo
Kurnia Effendi
Kurniawan
Kuswaidi Syafi'ie
L.N. Idayanie
Laili Rahmawati
Lamongan
Lan Fang
Langgeng Widodo
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Lely Yuana
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember
Liestyo Ambarwati Khohar
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liza Wahyuninto
Lucia Idayanie
Lukman A Sya
Lutfiah
Lynglieastrid Isabellita
M Arman AZ
M Ismail
M Thobroni
M. Afifuddin
M. Arwan Hamidi
M. Lukluk Atsmara Anjaina
M. Lutfi
M. Luthfi Aziz
M. Nurdin
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.S. Nugroho
Mahendra Cipta
Mahmud Jauhari Ali
Mahmud Syaltut Usfa
Mahmudi Arif Dahlan
Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Martin Aleida
Maruli Tobing
Mas Ruscita
Mashuri
Masuki M. Astro
Matroni
Matroni Muserang
Media: Crayon on Paper
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Mia Arista
Mia El Zahra
Mikael Johani
Misbahus Surur
Misran
Mohamad Ali Hisyam
Mohammad Eri Irawan
Much. Khoiri
Muh. Muhlisin
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Aris
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Rain
Muhammad Taufiqurrohman
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun
Muhammadun AS
Muhidin M Dahlan
Mujtahid
Mujtahidin Billah
Mukti Sutarman Espe
Mulyadi SA
Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik
Munawir Aziz
Musfarayani
Musfi Efrizal
Nafisatul Husniah
Nandang Darana
Naskah Teater
Nelson Alwi
Ni Made Purnamasari
Nikmatus Sholikhah
Nina Herlina Lubis
Nina Susilo
Ning Elia
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel-novel berbahasa Jawa
Novelet
Nunuy Nurhayati
Nur Azizah
Nur Hamzah
Nur Kholiq
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurul Aini
Nurul Anam
Nurul Komariyah
Nuryana Asmaudi SA
Nyoman Tusthi Eddy
Obrolan
Okty Budiati
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Otto Sukatno CR
Oyos Saroso H.N.
Pagan Press
Pagelaran Musim Tandur
Palupi Panca Astuti
Parimono V / 40 Plandi Jombang
Pawang Surya Kencana
PDS H.B. Jassin
Petrus Nandi
Politik
Politik Sastra
Pradana Boy ZTF
Pramoedya Ananta Toer
Pramono
Pringadi AS
Prof Dr Fabiola D. Kurnia
Prosa
Puisi
Puji Santosa
Puji Tyasari
Puput Amiranti N
Purnawan Andra
Purnawan Kristanto
Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin
Pustaka Ilalang Group
PUstaka puJAngga
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R. Ng. Ronggowarsito
Rachmad Djoko Pradopo
Radhar Panca Dahana
Rahmat Kemat Hidayatullah
Rahmat Sularso Nh
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rasanrasan Boengaketji
Raudal Tanjung Banua
Redland Movie
Reiny Dwinanda
Resensi
Rialita Fithra Asmara
Ribut Wijoto
Riki Dhamparan Putra
Riki Utomi
Ririe Rengganis
Risang Anom Pujayanto
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Roso Titi Sarkoro
Rozi Kembara
Rukardi
Rumah Budaya Pantura (RBP)
Rusmanadi
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saiful Amin Ghofur
Saiful Anam
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Salman S. Yoga
Samsudin Adlawi
Samsul Anam
Sanggar Lukis Alam
Sanggar Pasir
Sanggar Rumah Ilalang KSII
Santi Puji Rahayu
Sapardi Djoko Damono
Saroni Asikin
Sartika Dian Nuraini
Sastra dan Kuasa Simbolik
Sastra Jawa Timur
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sayyid Fahmi Alathas
SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang
SelaSastra Boenga Ketjil
SelaSastra Boenga Ketjil #33
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Setia Naka Andrian
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sinopsis
Siti Khoeriyah
Siti Muyassarotul Hafidzoh
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputra
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Slamet Rahardjo Rais
Soegiharto
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Spectrum Center Press
Sri Weni
Sri Wintala Achmad
Suci Ayu Latifah
Sucipto Hadi Purnomo
Sudirman
Sugi Lanus
Sukron Ma’mun
Sulaiman Djaya
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Supriyadi
Surya Lesmana
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyanto
Syaf Anton Wr
Syaifuddin Gani
Syaiful Amin
Syarif Wadja Bae
Sylvianita Widyawati
TanahmeraH ArtSpace
Tarmuzie (1961-2019)
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Presetyo
Teguh Setiawan
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Tia Setiadi
Tirto Suwondo
Tita Tjindarbumi
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan
Tosa Poetra
Tri Nurdianingsih
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Ulul Azmiyati
Umar Fauzi
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Usman Arrumy
Utari Tri Prestianti
Viddy AD Daery
Virdika Rizky Utama
W Haryanto
W.S. Rendra
Wahyu Prasetya
Wan Anwar
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wina Bojonegoro
Wita Lestari
Wong Wing King
Wowok Hesti Prabowo
Xu Xi (Sussy Komala)
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yanusa Nugroho
Yasraf Amir Piliang
Yayat R. Cipasang
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yopi Setia Umbara
Yudhi Herwibowo
Yudi Latif
Yusri Fajar
Yusuf Ariel Hakim
Yuval Noah Harari
Zacky Khairul Uman
Zainuddin Sugendal
Zamakhsyari Abrar
Zawawi Se
Zed Abidien
Zehan Zareez
Zhaenal Fanani
Zubaidi Khan
Zuniest
Tidak ada komentar:
Posting Komentar