Selasa, 19 Agustus 2008

Pita Merah

A Rodhi Murtadho

Pita merah melekat erat di kepang rambut. Tertali rapi disengaja. Menambah kesan hati. Tertarik, imut merayap. Menitip segala yang mengguncang hati. Adat meratap tak bertuan. Hanya menyalahkan. Tak tertahan degup jantung. Mencuat menadakan rasa dari pandang. Menggeliatkan seluruh asa yang memekakkan. Hanya harap bertambah cemas terus melayang. Tak juga mengguncang karena dia belum juga datang. Hanya bisa menjadi selayang pandang berdendang. Pada setiap kehidupan.

Daya menitihkan peluh Rani yang terjerambab dalam udara yang pekat dengan panas. Menari-nari di atas kulitnya yang mulus. Bersabar menunggu dia datang. Meski pandang terus malang melintang meresap ke segala pojok rindang. Siang tak pernah merasa kasihan. Hanya angin yang merayap menyapu halus menyejukkan hati.

”Selamat siang, Rani! Kau sudah menunggu lama?” tanya dia.
”Baru sebentar, hanya saja daun-daun itu sudah terlihat capek melambai. Semut-semut sudah enggan menitipkan pandang padaku. Mungkin sudah terlalu bosan.”
”Maafkan saya!”

Seperti biasa. Hanya diam membimbang menggelayut. Tak ada tutur menyanjung. Keromantisan dongeng cinta tak pernah ada. Kisah Romeo dan Juliet atau Laila dan Majnun atau Sampek dan Ingtek tak pernah memirip. Mereka menjadi kisah sendiri. Kisah yang tak pernah diceritakan menggema dalam dunia dongeng. Mungkin anggapan bahwa kisah seperti mereka tak enak untuk diceritakan. Menghalalkan segala macam norma.

Nasib semata yang menjadi arah penentu utama. Menjalani kisah dari ketidakwajaran. Pita merah melambai menghibur. Mencairkan suasana beku di antara panas menganga. Hanya ada degup jantung dan nafas yang teratur. Pandang sudah tak menyematkan kasihan. Amarah terpendam. Nyalang mata tersapu kelu. Rindu bertemu berubah semu. Setahu angin berhembus meyiratkan dengus. Hangus dan menghilang. Kebutuhan tetaplah menjadi kebutuhan. Hanya kaki jenjang penentu tujuan.
***

Rani sering bertemu dan bercengkrama dengan Anton. Dulu. Pemuda yang mengikrarkan rasa hati padanya. Rasa tertarik. Bukan sebagai teman. Sebagai seorang yang patut dirindu tentunya. Kekasih.
”Ran, bagaimana aku akan mengungkapkan isi hati lagi. Semua isi hatiku sudah kau ketahui. Kau sudah mengenal aku. Tapi mengapa kau tidak memberikan pasti padaku yang terus berharap padamu.”
”Maaf!”

Rani hanya melintas acuh. Membiarkan kecamuk terus bergelora dalam diri Anton. Namun bagaimanapun kharismanya membuat Anton tak bisa untuk sedetik pun melupakan. Mungkin juga rasa yang sudah melekat membuat bayang Rani terus tersenyum.

Tak ada kepercayaan dalam diri Rani. Membias maya dalam senyawa yang mudah terurai. Memudar. Bagi Rani, tak ada tempat bersandar selain dirinya dan kepercayaan. Menggantungkannya pada orang lain tanpa kepercayaan. Fatal. Menjadi budak yang mampu mengumpat diri sendiri. Tak bisa berlaku semestinya meski sekadar menghela nafas.
***

Rani bertemu dengan dia tanpa sengaja. Saling bercerita kehidupan. Saling menceritakan keluarga. Menguak diri dan derita hati. Memberedel segala uneg-uneg yang bersarang di hati. Tak ada sepakat. Hanya benang merah pengikat saling terikat. Membenamkan diri dalam kasih.

Rani menghampiri dia. Seperti biasa. Hanya tersenyum. Membuka sebagian mulutnya untuk sekadar menampakkan giginya yang runcing dan putih. Jembatan senyum yang tulus mengakrabkan mereka dalam binar kasih yang indah. belum ada atau bahkan tak ada yang mampu mengerti mereka. Hanya keikhlasan yang menyibakkan rasa. Kebutuhan yang menyatukan. Tak ada ikatan tentunya karena tak berizin.

Debaran jantung mendetakkan tangan mereka untuk memuaskan hasrat sejenak. Menggerayang mampir di segala lekukan dan pori yang menganga. Memainkan segala kelu yang tertahan. Hanya aliran-aliran nafas panas menghanyutkan. Pandang sudah melenggang. Mengikuti yang terasa. Tak terpejam dan tak juga memandang.
***

Dia keluar rumah dengan muka masam. Rambut berkepang dua. Bedak tipis sepertinya mampir sejenak. Bibir merekah berlip gloss. Pakaian yang ala kadarnya menutup. Tak peduli. Meski banyak bagian terawang dan merangsang pandang. Hanya keinginannya untuk bertemu dengan kekasih hati yang didamba. Terfokus segala arah mata melihat, curahan pikiran, tumpahan perasaan, mata hati.

Siang teramat megah dengan sinar matahari yang berbisa. Melumpuhkan keinginan dan harap yang tak kuat. Dia berjalan dan terus berjalan. Dia ingin sampai tujuan tepat waktu. Hambatan-hambatan ditepis. Segala upaya dilakukan dengan lihai. Menghindar secepat mungkin dari masalah yang terlihat. Acuh tak acuh.

”Hei, mau ke mana?”
Suara yang tiba-tiba menghenyakkan konsentrasi. Suara yang pernah dia kenal. Suara yang beberapa tahun lalu menemani. Suara yang selalu berkata mesra. Suara yang menghanyutkan dalam buaian mimpi. Melengking begitu keras. Mungkin sengaja untuk diteriakkan. Tergopoh-gopoh sosok kurus, tinggi semampai, dan tak atletis. Menghampiri.

Dia hanya menatap. Tak bisa berkata atau meratap. Tubuh kaku terpaku. Siang menghilang. Terang menggantinya dengan muram dan hitam. Kecewa dan tangis sedih berdatangan mengingatkan. Dia sejenak lupa dengan janji. Masa lalu membinarkan perasaan.

”Eeeh...”
”Kau terlihat tergopoh-gopoh. Pasti mau bertemu dengan pacarmu yang baru, ya? Tak usah bingung. Santai sajalah. Kekasihmu itu pasti menunggu.”
”Bu…bu…b…buk…i..iya. Aku mau bertemu dengannya sekarang.”

Sikap manis yang ditunjukkan Doni membuat jantung dia berdegup cepat. Menggetarkan semua bagian tubuh. Menggugupkan ucap. Memberatkan nafas. Malas untuk sekadar berkedip. Demam kangen sebagai manusia biasa membuatnya tak bisa berkutik. Berbuat sekehendak pikir. Hanya getaran-getaran yang membimbing dengan segala keraguan.

”Ya sudah. Tapi aku minta waktu sejenak. Kita makan es krim dulu di seberang jalan itu. Aku ingin ngobrol sebentar denganmu. Soalnya sudah sangat lama kita tidak bertemu. Sudah hampir…berapa ya? Setahun lebih…”
”Satu tahun empat bulan empat belas hari.”
”Mari kita ke sana sambil makan es krim.”

Pikir tak selamanya menyatu dengan hati. Apalagi laku yang ditunjukkan. Jarang untuk dipikirkan. Hanya perasaan menuntun. Meski segala protes menerjang dari segala sisi diri. Tak berpengaruh banyak ketika rasa ditindik dan diseret perasaan sendiri.

Meski hanya sekadar es penopang gemetar tangan. Namun tetap juga meleleh dan menampakkan keaslian. Jerambab ratap dalam binar pandang melayang pada kenangan. Pikiran kadang berpikir lain. Gerakan-gerakan masih dalam kewajaran bisa dikontrol. Hati tetap saja menggetarkan degup jantung cepat. Rasa kelam kembali datang. Meski sudah sepakat namun tak pernah bisa ingkari diri.

Sepi sendiri hanya dalam dunia sendiri. Otak berputar ingin segera menghindar. Menjalankan komitmen yang pernah diruntuhkan. Sekadar menepati janji hati. Bergegas pergi.
***

Rani jarang betah tinggal lama-lama di rumah. Perang rumah tangga sering terjadi. Menjadikan Ayahnya kalap dan bertindak kasar. Menampar, memukul, menendang Ibunya. Mengharuskan seorang Ibu yang patut dicintai selalu menangis kesakitan. Tersedu-sedu dengan muka memar dan lebam di sekujur tubuh. Air mata yang mengalir tak mengiba haru.

Derita yang melanda merasuk dalam diri Rani. Sakit yang menghiba Ibunya menjadi penderitaannya juga. Berpersepsi sendiri tentang sosok Ayah. Seorang laki-laki. Tertanam begitu dalam di benak.

Nilai tersimpan. Laki-laki berperawakan sama. Struktur tubuh sama. Keinginan sama. Kelakuan tentu akan sama juga. Penderitaan tentu akan sama dirasa. Ibu dan dirinya adalah perempuan. Tentu akan bernasib sama jika mendekati yang sama didekati oleh Ibu dan para perempuan.

Namun kadang juga Rani merasa canggung dengan yang dinilai. Derita yang dirasakan Ibu adalah bentuk kasih dari ayah. Hal itu yang pernah dikatakan Ibu kepada Rani. Tentu Ibu suka dengan derita itu. Dan jika tindakan itu disukai Ibu, tentu saja Ayah akan kalap. Terus menyiksa dengan dalih kasih.

Ayah suka melihat Ibu menderita. Ibu juga suka untuk disiksa. Apalagi melihat kepuasan Ayah. Ibu akan tersenyum di antara benjolan-benjolan hantaman. Ayah juga ikut tersenyum ketika Ibu menampakkan gigi yang kadang tanggal atau berdarah.
***

Pegkhianatan atas nama apapun tetaplah menjadi sebuah khianat. Sudah tak mampu menjalankan amanat yang terbebani sebelum dikhianati. Dia merintih tengah malam hingga pagi. Bukan sakit dari badan. Hati tertancap pisau khianat dari kekasih. Janji yang dirasa sebagai sebuah rasa manis berubah menjadi pahit dan kalut ketika dihinggapi kepalsuan.

Rasa yang menggelembung dan membumbung pecah tak bersisa. Kisah kasih suci yang terukir seakan menjadi permainan semata. Dia tahu kalau Doni yang dicintainya menjalin kisah kasih dengan banyak perempuan. Dia tak bisa melakukan apa-apa selain menangis dan selalu mengutuknya dengan berbagai macam umpatan. Dia sangat kecewa dengan Doni. Seorang laki-laki. Pengkhianat.

Janji di hati dan sumpah di mulut diucap. Meski tak didengar telinga seorang pun, dia tetap menjalani. Tak ada kasih untuk Doni dan orang semacamnya. Hanya merayu dan cumbu mengganggu. Akan dibuang seperti tebu jika sudah dikercap. Cumbu rayu akan dirindu. Mengharu biru dalam kelam petang. Tatap pandang hanya sebuah dendang penyenang.
***

Dia melangkah tertatih-tatih. Mengharapkan kekasih masih menunggu kedatangan. Dia tahu kalau dirinya tidak tepat waktu. Panas yang menyengat membuat keringat bercucuran dan terengah-engah. Dia hanya bisa berpasrah.

Lanskap cucuran perasaan menjadi melegakan ketika dia tahu kalau yang menunggunya masih setia di sana. Belahan-belahan jiwa yang tercecer dalam perjalanan seakan ditemukannya kembali. Kerinduan akan pelukan menadakan kasih yang mendalam.

”Selamat siang, Rani! Kau sudah menunggu lama?” tanya dia..
”Baru sebentar, hanya saja daun-daun itu sudah terlihat capek melambai. Semut-semut sudah enggan menitipkan pandang padaku. Mungkin sudah terlalu bosan.”
”Maafkan saya!”

Kebimbangan dalam perjalanan menghantuinya. Namun tekad yang sudah dibangun tak bisa begitu saja dia tinggalkan. Kasih sayang kepada laki-laki sudah habis terbuang. Dia hanya mau tahu kalau Rani adalah orang yang tepat untuk dirinya. Tempat berkasih. Dia terdiam tak berucap.

Rajuk suasana melantunkan senang. Gairah nyalang tumbuh dan terbakar. Ciuman umpatan. Saling meremaskan dada mendempetkan tubuh. Tangan tak berhenti saling mengelus dan menyingkirkan rambut yang terurai menghalangi. Panas matahari atau orang menaruh jijik tak mendera. Tak mengganggu. Kenikmatan memberi segala. Lupa. Pinggir jalan menjadi saksi. Penjaja roti, penjual minuman, dan orang-orang berlalu lalang bersaksi. Dia dan Rani meloncat ke kali.

Lamongan, 19 Agustus 2006

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Ginandjar Wiludjeng A. Junianto A. Kurnia A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.S Laksana A’yat Khalili Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Razak Abdul Rosyid Abdul Wahab Abdurrahman Wahid Abu Salman Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adam Chiefni Ade P. Nasution Adhitia Armitriant Adi Prasetyo Adrizas AF. Tuasikal Afriza Hanifa Afrizal Malna Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunyoto Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Baso Ahmad Faishal Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Naufel Ahmad Rofiq Ahmad S. Zahari Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ainul Fiah Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akhudiat Akmal Nasery Basral Alam Terkembang Alang Khoiruddin Alex R. Nainggolan Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Almania Rohmah Ami Herman Amien Wangsitalaja Aminah Aminullah HA.Noor Amir Sutaarga Anam Rahus Anata Siregar Andari Karina Anom Andina Dwifatma Andong Buku #3 Andre Mediansyah Andri Awan Anett Tapai Anggie Melianna Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Bae Anton Kurnia Anton Wahyudi Anwar Nuris Ardi Bramantyo Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arie Yani Arief Joko Wicaksono Arief Junianto Ariera Arif Bagus Prasetyo Aris Kurniawan Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Asmaul Fauziyah Asti Musman Atafras Awalludin GD Mualif Ayu Wulan Sari Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Bagus Takwin Bahrul Ulum A. Malik Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Beno Siang Pamungkas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Bernando J Sujibto Berthold Damshauser BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Camelia Mafaza Catatan Cerbung Cerpen Chairul Akhmad Chamim Kohari Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Zaini Ahmad D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Daisuke Miyoshi Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Danusantoso Dareen Tatour Darju Prasetya David Kuncara Denny Mizhar Denza Perdana Desi Sommalia Gustina Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewi Indah Sari Dewi Susme Dian Sukarno Didik Harianto Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jawa Timur Dipo Handoko Diyah Errita Damayanti Djoko Pitono Djoko Saryono Doddy Wisnu Pribadi Dody Kristianto Dody Yan Masfa Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi SS MHum Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Wiyana Dyah Ratna Meta Novia Dyah Sulistyorini Ecep Heryadi Eddy Pranata PNP Edeng Syamsul Ma’arif Eep Saefulloh Fatah EH Kartanegara Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendrawan Sofyan Eko Hendri Saiful Eko Windarto Elnisya Mahendra Elva Lestary Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Sulwesi Endo Suanda Eppril Wulaningtyas R Esai Evan Ys F. Moses F. Rahardi Fadlillah Malin Sutan Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fanny Chotimah Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Febby Fortinella Rusmoyo Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Gabriel Garcia Marquez Galang Ari P. Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gandra Gupta Ganug Nugroho Adi Gerson Poyk Ghassan Kanafani Gita Nuari Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunoto Saparie H.B. Jassin Habibullah Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Hardi Haris del Hakim Haris Saputra Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Aspahani Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana HE. Benyamine Hendra Junaedi Hendra Makmur Heri CS Heri Latief Heri Listianto Herman RN Herry Lamongan Heru CN Heru Nugroho Hikmat Gumelar HL Renjis Magalah Hudan Nur Hujuala Rika Ayu Huminca Sinaga IBM. Dharma Palguna Ibnu Wahyudi Ida Farida Idris Pasaribu Ignas Kleden Ignatius Haryanto Iksan Basoeky Ilham Khoiri Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Ira Puspitaningsih Irfan Budiman Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Zulkarnain Ismail Marzuki Iva Titin Shovia Iwan Kurniawan Jabbar Abdullah Jafar Fakhrurozi Jalan Raya Simo Sungelebak Jamal D. Rahman Jamal T. Suryanata Javed Paul Syatha Jayaning S.A JILFest 2008 Jody Setiawan Johan Edy Raharjo Johannes Sugianto Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Juan Kromen Julika Hasanah Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Ka’bati Karanggeneng Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Keith Foulcher Kemah Budaya Panturan (KBP) Khansa Arifah Adila Khoirul Inayah Khoirul Rosyadi Khudori Husnan Ki Ompong Sudarsono Kirana Kejora Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kukuh S Wibowo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie L.N. Idayanie Laili Rahmawati Lamongan Lan Fang Langgeng Widodo Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lely Yuana Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Liestyo Ambarwati Khohar Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lucia Idayanie Lukman A Sya Lutfiah Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Ismail M Thobroni M. Afifuddin M. Arwan Hamidi M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Luthfi Aziz M. Nurdin M. Yoesoef M.D. Atmaja M.S. Nugroho Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahmud Syaltut Usfa Mahmudi Arif Dahlan Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Martin Aleida Maruli Tobing Mas Ruscita Mashuri Masuki M. Astro Matroni Matroni Muserang Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mia Arista Mia El Zahra Mikael Johani Misbahus Surur Misran Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan Much. Khoiri Muh. Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Aris Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun Muhammadun AS Muhidin M Dahlan Mujtahid Mujtahidin Billah Mukti Sutarman Espe Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik Munawir Aziz Musfarayani Musfi Efrizal Nafisatul Husniah Nandang Darana Naskah Teater Nelson Alwi Ni Made Purnamasari Nikmatus Sholikhah Nina Herlina Lubis Nina Susilo Ning Elia Noor H. Dee Noval Jubbek Novel-novel berbahasa Jawa Novelet Nunuy Nurhayati Nur Azizah Nur Hamzah Nur Kholiq Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Aini Nurul Anam Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Okty Budiati Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Otto Sukatno CR Oyos Saroso H.N. Pagan Press Pagelaran Musim Tandur Palupi Panca Astuti Parimono V / 40 Plandi Jombang Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Petrus Nandi Politik Politik Sastra Pradana Boy ZTF Pramoedya Ananta Toer Pramono Pringadi AS Prof Dr Fabiola D. Kurnia Prosa Puisi Puji Santosa Puji Tyasari Puput Amiranti N Purnawan Andra Purnawan Kristanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang Group PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Ng. Ronggowarsito Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Rahmat Kemat Hidayatullah Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rasanrasan Boengaketji Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Resensi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Ririe Rengganis Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rusmanadi S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saiful Amin Ghofur Saiful Anam Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman S. Yoga Samsudin Adlawi Samsul Anam Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang KSII Santi Puji Rahayu Sapardi Djoko Damono Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra dan Kuasa Simbolik Sastra Jawa Timur Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra Boenga Ketjil #33 Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Khoeriyah Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputra Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soegiharto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sri Weni Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudirman Sugi Lanus Sukron Ma’mun Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaf Anton Wr Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syarif Wadja Bae Sylvianita Widyawati TanahmeraH ArtSpace Tarmuzie (1961-2019) Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tia Setiadi Tirto Suwondo Tita Tjindarbumi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tosa Poetra Tri Nurdianingsih Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulul Azmiyati Umar Fauzi Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Usman Arrumy Utari Tri Prestianti Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W Haryanto W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wan Anwar Wawan Eko Yulianto Wawancara Wina Bojonegoro Wita Lestari Wong Wing King Wowok Hesti Prabowo Xu Xi (Sussy Komala) Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanusa Nugroho Yasraf Amir Piliang Yayat R. Cipasang Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopi Setia Umbara Yudhi Herwibowo Yudi Latif Yusri Fajar Yusuf Ariel Hakim Yuval Noah Harari Zacky Khairul Uman Zainuddin Sugendal Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zed Abidien Zehan Zareez Zhaenal Fanani Zubaidi Khan Zuniest