A Rodhi Murtadho
Pita merah melekat erat di kepang rambut. Tertali rapi disengaja. Menambah kesan hati. Tertarik, imut merayap. Menitip segala yang mengguncang hati. Adat meratap tak bertuan. Hanya menyalahkan. Tak tertahan degup jantung. Mencuat menadakan rasa dari pandang. Menggeliatkan seluruh asa yang memekakkan. Hanya harap bertambah cemas terus melayang. Tak juga mengguncang karena dia belum juga datang. Hanya bisa menjadi selayang pandang berdendang. Pada setiap kehidupan.
Daya menitihkan peluh Rani yang terjerambab dalam udara yang pekat dengan panas. Menari-nari di atas kulitnya yang mulus. Bersabar menunggu dia datang. Meski pandang terus malang melintang meresap ke segala pojok rindang. Siang tak pernah merasa kasihan. Hanya angin yang merayap menyapu halus menyejukkan hati.
”Selamat siang, Rani! Kau sudah menunggu lama?” tanya dia.
”Baru sebentar, hanya saja daun-daun itu sudah terlihat capek melambai. Semut-semut sudah enggan menitipkan pandang padaku. Mungkin sudah terlalu bosan.”
”Maafkan saya!”
Seperti biasa. Hanya diam membimbang menggelayut. Tak ada tutur menyanjung. Keromantisan dongeng cinta tak pernah ada. Kisah Romeo dan Juliet atau Laila dan Majnun atau Sampek dan Ingtek tak pernah memirip. Mereka menjadi kisah sendiri. Kisah yang tak pernah diceritakan menggema dalam dunia dongeng. Mungkin anggapan bahwa kisah seperti mereka tak enak untuk diceritakan. Menghalalkan segala macam norma.
Nasib semata yang menjadi arah penentu utama. Menjalani kisah dari ketidakwajaran. Pita merah melambai menghibur. Mencairkan suasana beku di antara panas menganga. Hanya ada degup jantung dan nafas yang teratur. Pandang sudah tak menyematkan kasihan. Amarah terpendam. Nyalang mata tersapu kelu. Rindu bertemu berubah semu. Setahu angin berhembus meyiratkan dengus. Hangus dan menghilang. Kebutuhan tetaplah menjadi kebutuhan. Hanya kaki jenjang penentu tujuan.
***
Rani sering bertemu dan bercengkrama dengan Anton. Dulu. Pemuda yang mengikrarkan rasa hati padanya. Rasa tertarik. Bukan sebagai teman. Sebagai seorang yang patut dirindu tentunya. Kekasih.
”Ran, bagaimana aku akan mengungkapkan isi hati lagi. Semua isi hatiku sudah kau ketahui. Kau sudah mengenal aku. Tapi mengapa kau tidak memberikan pasti padaku yang terus berharap padamu.”
”Maaf!”
Rani hanya melintas acuh. Membiarkan kecamuk terus bergelora dalam diri Anton. Namun bagaimanapun kharismanya membuat Anton tak bisa untuk sedetik pun melupakan. Mungkin juga rasa yang sudah melekat membuat bayang Rani terus tersenyum.
Tak ada kepercayaan dalam diri Rani. Membias maya dalam senyawa yang mudah terurai. Memudar. Bagi Rani, tak ada tempat bersandar selain dirinya dan kepercayaan. Menggantungkannya pada orang lain tanpa kepercayaan. Fatal. Menjadi budak yang mampu mengumpat diri sendiri. Tak bisa berlaku semestinya meski sekadar menghela nafas.
***
Rani bertemu dengan dia tanpa sengaja. Saling bercerita kehidupan. Saling menceritakan keluarga. Menguak diri dan derita hati. Memberedel segala uneg-uneg yang bersarang di hati. Tak ada sepakat. Hanya benang merah pengikat saling terikat. Membenamkan diri dalam kasih.
Rani menghampiri dia. Seperti biasa. Hanya tersenyum. Membuka sebagian mulutnya untuk sekadar menampakkan giginya yang runcing dan putih. Jembatan senyum yang tulus mengakrabkan mereka dalam binar kasih yang indah. belum ada atau bahkan tak ada yang mampu mengerti mereka. Hanya keikhlasan yang menyibakkan rasa. Kebutuhan yang menyatukan. Tak ada ikatan tentunya karena tak berizin.
Debaran jantung mendetakkan tangan mereka untuk memuaskan hasrat sejenak. Menggerayang mampir di segala lekukan dan pori yang menganga. Memainkan segala kelu yang tertahan. Hanya aliran-aliran nafas panas menghanyutkan. Pandang sudah melenggang. Mengikuti yang terasa. Tak terpejam dan tak juga memandang.
***
Dia keluar rumah dengan muka masam. Rambut berkepang dua. Bedak tipis sepertinya mampir sejenak. Bibir merekah berlip gloss. Pakaian yang ala kadarnya menutup. Tak peduli. Meski banyak bagian terawang dan merangsang pandang. Hanya keinginannya untuk bertemu dengan kekasih hati yang didamba. Terfokus segala arah mata melihat, curahan pikiran, tumpahan perasaan, mata hati.
Siang teramat megah dengan sinar matahari yang berbisa. Melumpuhkan keinginan dan harap yang tak kuat. Dia berjalan dan terus berjalan. Dia ingin sampai tujuan tepat waktu. Hambatan-hambatan ditepis. Segala upaya dilakukan dengan lihai. Menghindar secepat mungkin dari masalah yang terlihat. Acuh tak acuh.
”Hei, mau ke mana?”
Suara yang tiba-tiba menghenyakkan konsentrasi. Suara yang pernah dia kenal. Suara yang beberapa tahun lalu menemani. Suara yang selalu berkata mesra. Suara yang menghanyutkan dalam buaian mimpi. Melengking begitu keras. Mungkin sengaja untuk diteriakkan. Tergopoh-gopoh sosok kurus, tinggi semampai, dan tak atletis. Menghampiri.
Dia hanya menatap. Tak bisa berkata atau meratap. Tubuh kaku terpaku. Siang menghilang. Terang menggantinya dengan muram dan hitam. Kecewa dan tangis sedih berdatangan mengingatkan. Dia sejenak lupa dengan janji. Masa lalu membinarkan perasaan.
”Eeeh...”
”Kau terlihat tergopoh-gopoh. Pasti mau bertemu dengan pacarmu yang baru, ya? Tak usah bingung. Santai sajalah. Kekasihmu itu pasti menunggu.”
”Bu…bu…b…buk…i..iya. Aku mau bertemu dengannya sekarang.”
Sikap manis yang ditunjukkan Doni membuat jantung dia berdegup cepat. Menggetarkan semua bagian tubuh. Menggugupkan ucap. Memberatkan nafas. Malas untuk sekadar berkedip. Demam kangen sebagai manusia biasa membuatnya tak bisa berkutik. Berbuat sekehendak pikir. Hanya getaran-getaran yang membimbing dengan segala keraguan.
”Ya sudah. Tapi aku minta waktu sejenak. Kita makan es krim dulu di seberang jalan itu. Aku ingin ngobrol sebentar denganmu. Soalnya sudah sangat lama kita tidak bertemu. Sudah hampir…berapa ya? Setahun lebih…”
”Satu tahun empat bulan empat belas hari.”
”Mari kita ke sana sambil makan es krim.”
Pikir tak selamanya menyatu dengan hati. Apalagi laku yang ditunjukkan. Jarang untuk dipikirkan. Hanya perasaan menuntun. Meski segala protes menerjang dari segala sisi diri. Tak berpengaruh banyak ketika rasa ditindik dan diseret perasaan sendiri.
Meski hanya sekadar es penopang gemetar tangan. Namun tetap juga meleleh dan menampakkan keaslian. Jerambab ratap dalam binar pandang melayang pada kenangan. Pikiran kadang berpikir lain. Gerakan-gerakan masih dalam kewajaran bisa dikontrol. Hati tetap saja menggetarkan degup jantung cepat. Rasa kelam kembali datang. Meski sudah sepakat namun tak pernah bisa ingkari diri.
Sepi sendiri hanya dalam dunia sendiri. Otak berputar ingin segera menghindar. Menjalankan komitmen yang pernah diruntuhkan. Sekadar menepati janji hati. Bergegas pergi.
***
Rani jarang betah tinggal lama-lama di rumah. Perang rumah tangga sering terjadi. Menjadikan Ayahnya kalap dan bertindak kasar. Menampar, memukul, menendang Ibunya. Mengharuskan seorang Ibu yang patut dicintai selalu menangis kesakitan. Tersedu-sedu dengan muka memar dan lebam di sekujur tubuh. Air mata yang mengalir tak mengiba haru.
Derita yang melanda merasuk dalam diri Rani. Sakit yang menghiba Ibunya menjadi penderitaannya juga. Berpersepsi sendiri tentang sosok Ayah. Seorang laki-laki. Tertanam begitu dalam di benak.
Nilai tersimpan. Laki-laki berperawakan sama. Struktur tubuh sama. Keinginan sama. Kelakuan tentu akan sama juga. Penderitaan tentu akan sama dirasa. Ibu dan dirinya adalah perempuan. Tentu akan bernasib sama jika mendekati yang sama didekati oleh Ibu dan para perempuan.
Namun kadang juga Rani merasa canggung dengan yang dinilai. Derita yang dirasakan Ibu adalah bentuk kasih dari ayah. Hal itu yang pernah dikatakan Ibu kepada Rani. Tentu Ibu suka dengan derita itu. Dan jika tindakan itu disukai Ibu, tentu saja Ayah akan kalap. Terus menyiksa dengan dalih kasih.
Ayah suka melihat Ibu menderita. Ibu juga suka untuk disiksa. Apalagi melihat kepuasan Ayah. Ibu akan tersenyum di antara benjolan-benjolan hantaman. Ayah juga ikut tersenyum ketika Ibu menampakkan gigi yang kadang tanggal atau berdarah.
***
Pegkhianatan atas nama apapun tetaplah menjadi sebuah khianat. Sudah tak mampu menjalankan amanat yang terbebani sebelum dikhianati. Dia merintih tengah malam hingga pagi. Bukan sakit dari badan. Hati tertancap pisau khianat dari kekasih. Janji yang dirasa sebagai sebuah rasa manis berubah menjadi pahit dan kalut ketika dihinggapi kepalsuan.
Rasa yang menggelembung dan membumbung pecah tak bersisa. Kisah kasih suci yang terukir seakan menjadi permainan semata. Dia tahu kalau Doni yang dicintainya menjalin kisah kasih dengan banyak perempuan. Dia tak bisa melakukan apa-apa selain menangis dan selalu mengutuknya dengan berbagai macam umpatan. Dia sangat kecewa dengan Doni. Seorang laki-laki. Pengkhianat.
Janji di hati dan sumpah di mulut diucap. Meski tak didengar telinga seorang pun, dia tetap menjalani. Tak ada kasih untuk Doni dan orang semacamnya. Hanya merayu dan cumbu mengganggu. Akan dibuang seperti tebu jika sudah dikercap. Cumbu rayu akan dirindu. Mengharu biru dalam kelam petang. Tatap pandang hanya sebuah dendang penyenang.
***
Dia melangkah tertatih-tatih. Mengharapkan kekasih masih menunggu kedatangan. Dia tahu kalau dirinya tidak tepat waktu. Panas yang menyengat membuat keringat bercucuran dan terengah-engah. Dia hanya bisa berpasrah.
Lanskap cucuran perasaan menjadi melegakan ketika dia tahu kalau yang menunggunya masih setia di sana. Belahan-belahan jiwa yang tercecer dalam perjalanan seakan ditemukannya kembali. Kerinduan akan pelukan menadakan kasih yang mendalam.
”Selamat siang, Rani! Kau sudah menunggu lama?” tanya dia..
”Baru sebentar, hanya saja daun-daun itu sudah terlihat capek melambai. Semut-semut sudah enggan menitipkan pandang padaku. Mungkin sudah terlalu bosan.”
”Maafkan saya!”
Kebimbangan dalam perjalanan menghantuinya. Namun tekad yang sudah dibangun tak bisa begitu saja dia tinggalkan. Kasih sayang kepada laki-laki sudah habis terbuang. Dia hanya mau tahu kalau Rani adalah orang yang tepat untuk dirinya. Tempat berkasih. Dia terdiam tak berucap.
Rajuk suasana melantunkan senang. Gairah nyalang tumbuh dan terbakar. Ciuman umpatan. Saling meremaskan dada mendempetkan tubuh. Tangan tak berhenti saling mengelus dan menyingkirkan rambut yang terurai menghalangi. Panas matahari atau orang menaruh jijik tak mendera. Tak mengganggu. Kenikmatan memberi segala. Lupa. Pinggir jalan menjadi saksi. Penjaja roti, penjual minuman, dan orang-orang berlalu lalang bersaksi. Dia dan Rani meloncat ke kali.
Lamongan, 19 Agustus 2006
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Selasa, 19 Agustus 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Ginandjar Wiludjeng
A. Junianto
A. Kurnia
A. Qorib Hidayatullah
A. Yusrianto Elga
A.S Laksana
A’yat Khalili
Aang Fatihul Islam
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi WM
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Malik
Abdul Razak
Abdul Rosyid
Abdul Wahab
Abdurrahman Wahid
Abu Salman
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Adam Chiefni
Ade P. Nasution
Adhitia Armitriant
Adi Prasetyo
Adrizas
AF. Tuasikal
Afriza Hanifa
Afrizal Malna
Agama Para Bajingan
Agnes Rita Sulistyawaty
Aguk Irawan M.N.
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Ahda Imran
Ahid Hidayat
Ahmad Baso
Ahmad Faishal
Ahmad Fatoni
Ahmad Hasan MS
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Khotim Muzakka
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Naufel
Ahmad Rofiq
Ahmad S. Zahari
Ahmad Syauqi Sumbawi
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ahsanu Nadia
Aini Aviena Violeta
Ainul Fiah
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Akhmad Sofyan Hadi
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Akmal Nasery Basral
Alam Terkembang
Alang Khoiruddin
Alex R. Nainggolan
Alfian Dippahatang
Ali Audah
Ali Mahmudi CH
Ali Rif’an
Almania Rohmah
Ami Herman
Amien Wangsitalaja
Aminah
Aminullah HA.Noor
Amir Sutaarga
Anam Rahus
Anata Siregar
Andari Karina Anom
Andina Dwifatma
Andong Buku #3
Andre Mediansyah
Andri Awan
Anett Tapai
Anggie Melianna
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anjrah Lelono Broto
Anton Bae
Anton Kurnia
Anton Wahyudi
Anwar Nuris
Ardi Bramantyo
Ardus M Sawega
Arie MP Tamba
Arie Yani
Arief Joko Wicaksono
Arief Junianto
Ariera
Arif Bagus Prasetyo
Aris Kurniawan
Arman A.Z.
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Sambodja
Asmaul Fauziyah
Asti Musman
Atafras
Awalludin GD Mualif
Ayu Wulan Sari
Aziz Abdul Gofar
Azizah Hefni
Bagus Takwin
Bahrul Ulum A. Malik
Balada
Bale Aksara
Balok Sf
Bambang Kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Beni Setia
Benny Arnas
Benny Benke
Beno Siang Pamungkas
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Berita Duka
Berita Koran
Bernando J Sujibto
Berthold Damshauser
BI Purwantari
Binhad Nurrohmat
Bobby Gunawan
Bonari Nabonenar
Brunel University London
Budaya
Budi Darma
Budi P. Hatees
Budiman S. Hartoyo
Burhanuddin Bella
Camelia Mafaza
Catatan
Cerbung
Cerpen
Chairul Akhmad
Chamim Kohari
Chavchay Syaifullah
Cover Buku
Cucuk Espe
D. Zaini Ahmad
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Dahta Gautama
Daisuke Miyoshi
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Danusantoso
Dareen Tatour
Darju Prasetya
David Kuncara
Denny Mizhar
Denza Perdana
Desi Sommalia Gustina
Desiana Medya A.L
Dewan Kesenian Lamongan (DKL)
Dewi Indah Sari
Dewi Susme
Dian Sukarno
Didik Harianto
Didik Kusbiantoro
Dina Jerphanion
Dina Oktaviani
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jawa Timur
Dipo Handoko
Diyah Errita Damayanti
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddy Wisnu Pribadi
Dody Kristianto
Dody Yan Masfa
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dr Junaidi SS MHum
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi Wiyana
Dyah Ratna Meta Novia
Dyah Sulistyorini
Ecep Heryadi
Eddy Pranata PNP
Edeng Syamsul Ma’arif
Eep Saefulloh Fatah
EH Kartanegara
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Hendrawan Sofyan
Eko Hendri Saiful
Eko Windarto
Elnisya Mahendra
Elva Lestary
Emha Ainun Nadjib
Emil WE
Endah Sulwesi
Endo Suanda
Eppril Wulaningtyas R
Esai
Evan Ys
F. Moses
F. Rahardi
Fadlillah Malin Sutan
Fahmi Faqih
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fajar Kurnianto
Fanani Rahman
Fanny Chotimah
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Febby Fortinella Rusmoyo
Felix K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Gabriel Garcia Marquez
Galang Ari P.
Galuh Tulus Utama
Gampang Prawoto
Gandra Gupta
Ganug Nugroho Adi
Gerson Poyk
Ghassan Kanafani
Gita Nuari
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunoto Saparie
H.B. Jassin
Habibullah
Hadi Napster
Hadriani Pudjiarti
Halim HD
Halimi Zuhdy
Hamberan Syahbana
Han Gagas
Hanibal W. Y. Wijayanta
Hardi
Haris del Hakim
Haris Saputra
Harri Ash Shiddiqie
Hartono Harimurti
Hary B Kori’un
Hasan Aspahani
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
HE. Benyamine
Hendra Junaedi
Hendra Makmur
Heri CS
Heri Latief
Heri Listianto
Herman RN
Herry Lamongan
Heru CN
Heru Nugroho
Hikmat Gumelar
HL Renjis Magalah
Hudan Nur
Hujuala Rika Ayu
Huminca Sinaga
IBM. Dharma Palguna
Ibnu Wahyudi
Ida Farida
Idris Pasaribu
Ignas Kleden
Ignatius Haryanto
Iksan Basoeky
Ilham Khoiri
Imam Cahyono
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Ira Puspitaningsih
Irfan Budiman
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Iskandar Zulkarnain
Ismail Marzuki
Iva Titin Shovia
Iwan Kurniawan
Jabbar Abdullah
Jafar Fakhrurozi
Jalan Raya Simo Sungelebak
Jamal D. Rahman
Jamal T. Suryanata
Javed Paul Syatha
Jayaning S.A
JILFest 2008
Jody Setiawan
Johan Edy Raharjo
Johannes Sugianto
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Jual Buku
Jual Buku Paket Hemat
Juan Kromen
Julika Hasanah
Jurnalisme Sastrawi
Jusuf AN
Juwairiyah Mawardy
Ka’bati
Karanggeneng
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Keith Foulcher
Kemah Budaya Panturan (KBP)
Khansa Arifah Adila
Khoirul Inayah
Khoirul Rosyadi
Khudori Husnan
Ki Ompong Sudarsono
Kirana Kejora
Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia
Korrie Layun Rampan
Kostela
Kritik Sastra
Kukuh S Wibowo
Kurnia Effendi
Kurniawan
Kuswaidi Syafi'ie
L.N. Idayanie
Laili Rahmawati
Lamongan
Lan Fang
Langgeng Widodo
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Lely Yuana
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember
Liestyo Ambarwati Khohar
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liza Wahyuninto
Lucia Idayanie
Lukman A Sya
Lutfiah
Lynglieastrid Isabellita
M Arman AZ
M Ismail
M Thobroni
M. Afifuddin
M. Arwan Hamidi
M. Lukluk Atsmara Anjaina
M. Lutfi
M. Luthfi Aziz
M. Nurdin
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.S. Nugroho
Mahendra Cipta
Mahmud Jauhari Ali
Mahmud Syaltut Usfa
Mahmudi Arif Dahlan
Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Martin Aleida
Maruli Tobing
Mas Ruscita
Mashuri
Masuki M. Astro
Matroni
Matroni Muserang
Media: Crayon on Paper
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Mia Arista
Mia El Zahra
Mikael Johani
Misbahus Surur
Misran
Mohamad Ali Hisyam
Mohammad Eri Irawan
Much. Khoiri
Muh. Muhlisin
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Aris
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Rain
Muhammad Taufiqurrohman
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun
Muhammadun AS
Muhidin M Dahlan
Mujtahid
Mujtahidin Billah
Mukti Sutarman Espe
Mulyadi SA
Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik
Munawir Aziz
Musfarayani
Musfi Efrizal
Nafisatul Husniah
Nandang Darana
Naskah Teater
Nelson Alwi
Ni Made Purnamasari
Nikmatus Sholikhah
Nina Herlina Lubis
Nina Susilo
Ning Elia
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel-novel berbahasa Jawa
Novelet
Nunuy Nurhayati
Nur Azizah
Nur Hamzah
Nur Kholiq
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurul Aini
Nurul Anam
Nurul Komariyah
Nuryana Asmaudi SA
Nyoman Tusthi Eddy
Obrolan
Okty Budiati
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Otto Sukatno CR
Oyos Saroso H.N.
Pagan Press
Pagelaran Musim Tandur
Palupi Panca Astuti
Parimono V / 40 Plandi Jombang
Pawang Surya Kencana
PDS H.B. Jassin
Petrus Nandi
Politik
Politik Sastra
Pradana Boy ZTF
Pramoedya Ananta Toer
Pramono
Pringadi AS
Prof Dr Fabiola D. Kurnia
Prosa
Puisi
Puji Santosa
Puji Tyasari
Puput Amiranti N
Purnawan Andra
Purnawan Kristanto
Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin
Pustaka Ilalang Group
PUstaka puJAngga
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R. Ng. Ronggowarsito
Rachmad Djoko Pradopo
Radhar Panca Dahana
Rahmat Kemat Hidayatullah
Rahmat Sularso Nh
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rasanrasan Boengaketji
Raudal Tanjung Banua
Redland Movie
Reiny Dwinanda
Resensi
Rialita Fithra Asmara
Ribut Wijoto
Riki Dhamparan Putra
Riki Utomi
Ririe Rengganis
Risang Anom Pujayanto
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Roso Titi Sarkoro
Rozi Kembara
Rukardi
Rumah Budaya Pantura (RBP)
Rusmanadi
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saiful Amin Ghofur
Saiful Anam
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Salman S. Yoga
Samsudin Adlawi
Samsul Anam
Sanggar Lukis Alam
Sanggar Pasir
Sanggar Rumah Ilalang KSII
Santi Puji Rahayu
Sapardi Djoko Damono
Saroni Asikin
Sartika Dian Nuraini
Sastra dan Kuasa Simbolik
Sastra Jawa Timur
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sayyid Fahmi Alathas
SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang
SelaSastra Boenga Ketjil
SelaSastra Boenga Ketjil #33
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Setia Naka Andrian
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sinopsis
Siti Khoeriyah
Siti Muyassarotul Hafidzoh
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputra
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Slamet Rahardjo Rais
Soegiharto
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Spectrum Center Press
Sri Weni
Sri Wintala Achmad
Suci Ayu Latifah
Sucipto Hadi Purnomo
Sudirman
Sugi Lanus
Sukron Ma’mun
Sulaiman Djaya
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Supriyadi
Surya Lesmana
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyanto
Syaf Anton Wr
Syaifuddin Gani
Syaiful Amin
Syarif Wadja Bae
Sylvianita Widyawati
TanahmeraH ArtSpace
Tarmuzie (1961-2019)
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Presetyo
Teguh Setiawan
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Tia Setiadi
Tirto Suwondo
Tita Tjindarbumi
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan
Tosa Poetra
Tri Nurdianingsih
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Ulul Azmiyati
Umar Fauzi
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Usman Arrumy
Utari Tri Prestianti
Viddy AD Daery
Virdika Rizky Utama
W Haryanto
W.S. Rendra
Wahyu Prasetya
Wan Anwar
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wina Bojonegoro
Wita Lestari
Wong Wing King
Wowok Hesti Prabowo
Xu Xi (Sussy Komala)
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yanusa Nugroho
Yasraf Amir Piliang
Yayat R. Cipasang
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yopi Setia Umbara
Yudhi Herwibowo
Yudi Latif
Yusri Fajar
Yusuf Ariel Hakim
Yuval Noah Harari
Zacky Khairul Uman
Zainuddin Sugendal
Zamakhsyari Abrar
Zawawi Se
Zed Abidien
Zehan Zareez
Zhaenal Fanani
Zubaidi Khan
Zuniest
Tidak ada komentar:
Posting Komentar