Awalludin GD Mualif
Sebagai salah satu negara dengan penduduk Islam terbesar di dunia, Indonesia sarat dengan berbagai persoalan. Salah satunya dari dulu hingga sekarang belum tertangani secara baik yaitu toleransi menjalankan sebuah keyakinan beragama (Islam).
Hampir setiap saat, terutama di berbagai daerah terpencil, penganut keyakinan ajaran agama (Islam) yang mengakomodir nilai-nilai adat istiadat dan budaya lokal tidak pernah merasa tenang dalam menjalankan ajaran keyakinannya. Ketakutan selalu menghantui mereka. Tindakan kekerasan senantiasa menjelma bayang-bayang meskipun ia tidak pernah diundang. Bagi masyarakat Indonesia, yang selama ini hidup dalam realitas keberagaman suku, adat istiadat, serta budaya, masalah tersebut sangat meresahkan.
Secara umum, penyebab ketidakharmonisan dalam menjalalankan sebuah keyakinan beragama antara lain disebabkan oleh kurang tegasnya pemerintah mengambil satu tindakan hukum kepada pelaku tindak anarkis, kondisi pemahaman umat yang mengalami disorientasi dalam memaknai sebuah hukum agama (merasa yang paling benar), dan lupa akan sejarah perjalanan bangsa. Apakah agama mengajarkan kekerasan? Pantaskah sekuntum keyakinan yang bersifat intagible dipaksakan? Siapakah yang harus bertanggung jawab dalam hal ini? Pertanyaan-pertanyaan di atas menunjukan betapa memprihatinkan sekaligus memilukan akibat dari pembiaran tindak anarkis yang mengatasnamakan agama dalam konteks ubudiyah (ibadah) dan muammalah (kemasyarakatan). Tindakan kekerasan dalam beragama tidak dapat dibenarkan melalui kacamata apapun, tanda cermin kurangnya kedewasaan dalam mengapresiasi ajaran agama.
Dalam ajaran Islam terdapat satu kaidah yang mewadahi adat istiadat dan budaya masyarakat setempat Al uruf “adat yang baik bisa dijadikan hukum” Istilah adat berasal dari bahasa Arab, yang apabila diterjemahkan lewat Bahasa Indonesia berarti “kebiasaan”. Adat, atau kebiasaan, telah meresap ke dalam Bahasa Indonesia, sehingga hampir semua bahasa daerah di Indonesia telah mengenal juga menggunakan istilah tersebut.
Sebagai Dasar kaidah ini Hadist Mauquf (riwayat Imam ahmad dari Ibnu mas’ud): “Apa yang dipandang baik oleh orang Islam, maka baik pula di sisi Allah” sebagian ulama berpendapat bahwa dasar kaidah di atas adalah Firman Allah, Surat Al-A’raf: 199). “Berikanlah maaf (wahai Muhammad) dan perintahkanlah dengan sesuatu yang baik, dan berpalinglah dari orang-orang bodoh” (QS. Al-A’raf: 199). Setelah memperhatikan kaidah serta ayat-ayat dan hadist yang menjadi dasar kaidah, perlu kiranya dijelaskan lebih dahulu tentang Ta’rif dari Al-Adaah dan Al-Uruf serta hubungannya dengan hadist. Menurut Al-Jurjani: “Al-Adaah ialah sesuatu (Perbuatan atau Perkataan) yang terus menerus dilakukan manusia, karena dapat diterima oleh akal, dan manusia mengulang terus menerus” Sedangkan Al-Uruf, kebanyakan ulama Fiqih mengartikan sebagai kebiasaan yang dilakukan banyak orang (kelompok) dan timbul dari kreativitas-imajinatif manusia dalam membangun nilai-nilai budaya. Sedangkan Al-Uruf, dalam bahasa arab terbentuk dari akar kata Al-Muta’araf, yang mempunyai makna “saling mengetahui”. Adapun “Uruf” menurut ulama Ushul Fiqih sebagai: “Kebiasaan mayoritas kaum baik dalam perkataan atau perbuatan”
Dari pengertian di atas, juga ta’rif (penjelasan) yang diberikan ulama-ulama lain, dapat dipahami bahwa Al-Uruf dan Al-Adah adalah searti, yang mungkin maknanya perbuatan atau perkataan. Keduanya harus benar-benar berulang-ulang dikerjakan oleh manusia, sehingga melekat di jiwa, diterima dan dibenarkan akal dengan pertimbangan sehat serta tabiat yang sejahtera. Hal demikian tentu merupakan perihal yang bermanfaat dan tidak bertentangan syara’ (alqur’an dan hadist), dan yang dimaksud hadist di atas, yaitu apa yang dipandang baik oleh kaum muslimin. Dengan sendirinya di sini tidak termasuk dalam pengertian “adaah dan uruf, hal-hal yang membawa kerusakan, kedurhakaan, tidak ada faedahnya (manfaat) sama sekali. Misalnya: Muamallah dengan nganakno duit (riba), judi, saling daya memperdayai, menyabung ayam, dan sebagainya, meskipun perbuatan-perbuatan itu telah menjadi kebiasaan, dan bahkan tidak dirasa lagi keburukannya.
Dewasa ini umat Islam digegerkan dengan perusakan sebuah makam cucu Sri Sultan HB VI yang meninggal pada tahun 1933, yaitu Eyang Kyai Ageng Prawiropurbo, yang dimakamkan di Pesarean Karang kabolotan, di jalan Kusumanegara, Yogyakarta. Seperti yang dituliskan di Harian Kedaulatan Rakyat (17/9/2013), perusakan tersebut terjadi pada hari Senin, 16 september 2013, dilakukan oleh 15 orang memakai cadar. Makam Eyang Kyai Ageng Prawiropurbo merupakan situs sejarah. Ironinya kejadian ini terjadi di kota yang mempunyai nilai toleransi tinggi (Yogyakarta).
Ziarah, ngalap berkah, merupakan laku budaya yang sudah dilakukan masyarakat Jawa, jauh sebelum keyakinan agama Islam itu sendiri masuk ke Indonesia. Dan dalam ajaran Islam kebisaan seperti tersebut tidak bertentangan nilai-nilai yang di ajarkan oleh Rasullullah Muhammad SAW. Dari Abu Bakr bin Abi Syaibah dan Zuhair bin Harb, mereka berdua berkata: Muhammad Bin ‘Ubaid menuturkan kepada kami: Dari Yaziid bin Kasyaan, ia berkata: Dari Abu Haazim, ia berkata: Dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam berziarah kepada makam Ibunya, lalu beliau menangis, kemudian menangis pulalah orang-orang di sekitar beliau. Beliau lalu bersabda: “Berziarah-kuburlah, karena ia dapat mengingatkan engkau akan kematian” (HR. Muslim no.108, 2/671).
Lupa akan sejarah merupakan istilah tepat bagi mereka yang telah merusak makam, karena tanpa adanya para pendahulu bisa jadi kita semua tidak akan mengenal keyakinan yang kita anut saat ini (Islam). Jika kita menengok jauh ke kebelakang, para wali yang mensyiarkan ajaran Islam di Nusantara tidak meninggalkan nilai-nilai lokalitas yang sudah lestari dan menjadi keyakinan budaya masyarakat setempat. Bahkan sebaliknya para penyiar agama Islam terdahulu mengakomodir adat dan budaya setempat sebagai media dakwah mereka. Contohnya, yang dilakukan kangeng Sunan kalijaga, dimana beliau menggunakan media wayang dan gamelan untuk mensyiarkan sebuah nilai-nilai keagamaan yang di jaman nabi hal semacam itu belum ada. Maka sangat tidak beralasan dan berdasar serta dibenarkan sama sekali dalam konteks hukum Islam maupun hukum Negara dari apa yang mereka lakukan terhadap makam Gusti Purbo di atas.
Selain lupa akan akar sejarah perkembangan Islam di Indonesia, disorientasi ajaran agama dalam sebuah aliran kelompok keyakinan sangat terlihat di kejadian ini. Merasa apa yang diyakininya paling “benar” tanpa dasar yang benar. Bagaimana tidak, sebuah tempat ibadah sekaligus situs sejarah yang di hari-hari tertentu ramai dikunjungi para peziarah, untuk mendoakan beliau (Gusti Purbo), sekaligus ngalap berkah, serta menjadi tempat bersosialisasi masyarakat, dirusak keberadaannya. Yang lebih miris, di area makam cucu Sri sultan hb VI ditulisi “syirik” dan “musryik” hingga di mushola (tempat orang melakuan aktivitas ibadah).
Islam mempunyai konsep dasar Rahmatan lilalamin (menjadi rahmat untuk seluruh alam) dan musyawarah mufakat guna mediskusikan berbagai macam perbedaan dalam menafsiri ajaran agama, duduk bersama dan membicarakan segala sesuatunya secara arif. Jika hal ini dapat dilakukan maka tindak kekerasan, atau dalam hal ini perusakan, akan dapat diminimalisir, bahkan tidak ada. Merupakan tindakan di luar ajaran Islam bahwa kekerasan berbentuk apapun tidaklah diperkenankan. Jika perbuatan semacam ini tidak mendapatkan tindak lanjut yang tegas dari aparat penegak hukum (yang diberi kuasa oleh rakyat melalui undang-undang), akan muncul banyak keresahan di masyarakat. Jangan sampai masyarakat mengambil langkah hukum sendiri, karena setiap tindakan kekerasan tidak akan pernah rampung jika diselesaikan dengan cara yang sama.
Jogjakarta 2013.
http://sastra-indonesia.com/2013/10/islam-bukan-arena-baku-hantam/
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Ginandjar Wiludjeng
A. Junianto
A. Kurnia
A. Qorib Hidayatullah
A. Yusrianto Elga
A.S Laksana
A’yat Khalili
Aang Fatihul Islam
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi WM
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Malik
Abdul Razak
Abdul Rosyid
Abdul Wahab
Abdurrahman Wahid
Abu Salman
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Adam Chiefni
Ade P. Nasution
Adhitia Armitriant
Adi Prasetyo
Adrizas
AF. Tuasikal
Afriza Hanifa
Afrizal Malna
Agama Para Bajingan
Agnes Rita Sulistyawaty
Aguk Irawan M.N.
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Ahda Imran
Ahid Hidayat
Ahmad Baso
Ahmad Faishal
Ahmad Fatoni
Ahmad Hasan MS
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Khotim Muzakka
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Naufel
Ahmad Rofiq
Ahmad S. Zahari
Ahmad Syauqi Sumbawi
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ahsanu Nadia
Aini Aviena Violeta
Ainul Fiah
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Akhmad Sofyan Hadi
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Akmal Nasery Basral
Alam Terkembang
Alang Khoiruddin
Alex R. Nainggolan
Alfian Dippahatang
Ali Audah
Ali Mahmudi CH
Ali Rif’an
Almania Rohmah
Ami Herman
Amien Wangsitalaja
Aminah
Aminullah HA.Noor
Amir Sutaarga
Anam Rahus
Anata Siregar
Andari Karina Anom
Andina Dwifatma
Andong Buku #3
Andre Mediansyah
Andri Awan
Anett Tapai
Anggie Melianna
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anjrah Lelono Broto
Anton Bae
Anton Kurnia
Anton Wahyudi
Anwar Nuris
Ardi Bramantyo
Ardus M Sawega
Arie MP Tamba
Arie Yani
Arief Joko Wicaksono
Arief Junianto
Ariera
Arif Bagus Prasetyo
Aris Kurniawan
Arman A.Z.
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Sambodja
Asmaul Fauziyah
Asti Musman
Atafras
Awalludin GD Mualif
Ayu Wulan Sari
Aziz Abdul Gofar
Azizah Hefni
Bagus Takwin
Bahrul Ulum A. Malik
Balada
Bale Aksara
Balok Sf
Bambang Kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Beni Setia
Benny Arnas
Benny Benke
Beno Siang Pamungkas
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Berita Duka
Berita Koran
Bernando J Sujibto
Berthold Damshauser
BI Purwantari
Binhad Nurrohmat
Bobby Gunawan
Bonari Nabonenar
Brunel University London
Budaya
Budi Darma
Budi P. Hatees
Budiman S. Hartoyo
Burhanuddin Bella
Camelia Mafaza
Catatan
Cerbung
Cerpen
Chairul Akhmad
Chamim Kohari
Chavchay Syaifullah
Cover Buku
Cucuk Espe
D. Zaini Ahmad
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Dahta Gautama
Daisuke Miyoshi
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Danusantoso
Dareen Tatour
Darju Prasetya
David Kuncara
Denny Mizhar
Denza Perdana
Desi Sommalia Gustina
Desiana Medya A.L
Dewan Kesenian Lamongan (DKL)
Dewi Indah Sari
Dewi Susme
Dian Sukarno
Didik Harianto
Didik Kusbiantoro
Dina Jerphanion
Dina Oktaviani
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jawa Timur
Dipo Handoko
Diyah Errita Damayanti
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddy Wisnu Pribadi
Dody Kristianto
Dody Yan Masfa
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dr Junaidi SS MHum
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi Wiyana
Dyah Ratna Meta Novia
Dyah Sulistyorini
Ecep Heryadi
Eddy Pranata PNP
Edeng Syamsul Ma’arif
Eep Saefulloh Fatah
EH Kartanegara
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Hendrawan Sofyan
Eko Hendri Saiful
Eko Windarto
Elnisya Mahendra
Elva Lestary
Emha Ainun Nadjib
Emil WE
Endah Sulwesi
Endo Suanda
Eppril Wulaningtyas R
Esai
Evan Ys
F. Moses
F. Rahardi
Fadlillah Malin Sutan
Fahmi Faqih
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fajar Kurnianto
Fanani Rahman
Fanny Chotimah
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Febby Fortinella Rusmoyo
Felix K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Gabriel Garcia Marquez
Galang Ari P.
Galuh Tulus Utama
Gampang Prawoto
Gandra Gupta
Ganug Nugroho Adi
Gerson Poyk
Ghassan Kanafani
Gita Nuari
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunoto Saparie
H.B. Jassin
Habibullah
Hadi Napster
Hadriani Pudjiarti
Halim HD
Halimi Zuhdy
Hamberan Syahbana
Han Gagas
Hanibal W. Y. Wijayanta
Hardi
Haris del Hakim
Haris Saputra
Harri Ash Shiddiqie
Hartono Harimurti
Hary B Kori’un
Hasan Aspahani
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
HE. Benyamine
Hendra Junaedi
Hendra Makmur
Heri CS
Heri Latief
Heri Listianto
Herman RN
Herry Lamongan
Heru CN
Heru Nugroho
Hikmat Gumelar
HL Renjis Magalah
Hudan Nur
Hujuala Rika Ayu
Huminca Sinaga
IBM. Dharma Palguna
Ibnu Wahyudi
Ida Farida
Idris Pasaribu
Ignas Kleden
Ignatius Haryanto
Iksan Basoeky
Ilham Khoiri
Imam Cahyono
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Ira Puspitaningsih
Irfan Budiman
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Iskandar Zulkarnain
Ismail Marzuki
Iva Titin Shovia
Iwan Kurniawan
Jabbar Abdullah
Jafar Fakhrurozi
Jalan Raya Simo Sungelebak
Jamal D. Rahman
Jamal T. Suryanata
Javed Paul Syatha
Jayaning S.A
JILFest 2008
Jody Setiawan
Johan Edy Raharjo
Johannes Sugianto
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Jual Buku
Jual Buku Paket Hemat
Juan Kromen
Julika Hasanah
Jurnalisme Sastrawi
Jusuf AN
Juwairiyah Mawardy
Ka’bati
Karanggeneng
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Keith Foulcher
Kemah Budaya Panturan (KBP)
Khansa Arifah Adila
Khoirul Inayah
Khoirul Rosyadi
Khudori Husnan
Ki Ompong Sudarsono
Kirana Kejora
Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia
Korrie Layun Rampan
Kostela
Kritik Sastra
Kukuh S Wibowo
Kurnia Effendi
Kurniawan
Kuswaidi Syafi'ie
L.N. Idayanie
Laili Rahmawati
Lamongan
Lan Fang
Langgeng Widodo
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Lely Yuana
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember
Liestyo Ambarwati Khohar
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liza Wahyuninto
Lucia Idayanie
Lukman A Sya
Lutfiah
Lynglieastrid Isabellita
M Arman AZ
M Ismail
M Thobroni
M. Afifuddin
M. Arwan Hamidi
M. Lukluk Atsmara Anjaina
M. Lutfi
M. Luthfi Aziz
M. Nurdin
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.S. Nugroho
Mahendra Cipta
Mahmud Jauhari Ali
Mahmud Syaltut Usfa
Mahmudi Arif Dahlan
Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Martin Aleida
Maruli Tobing
Mas Ruscita
Mashuri
Masuki M. Astro
Matroni
Matroni Muserang
Media: Crayon on Paper
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Mia Arista
Mia El Zahra
Mikael Johani
Misbahus Surur
Misran
Mohamad Ali Hisyam
Mohammad Eri Irawan
Much. Khoiri
Muh. Muhlisin
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Aris
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Rain
Muhammad Taufiqurrohman
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun
Muhammadun AS
Muhidin M Dahlan
Mujtahid
Mujtahidin Billah
Mukti Sutarman Espe
Mulyadi SA
Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik
Munawir Aziz
Musfarayani
Musfi Efrizal
Nafisatul Husniah
Nandang Darana
Naskah Teater
Nelson Alwi
Ni Made Purnamasari
Nikmatus Sholikhah
Nina Herlina Lubis
Nina Susilo
Ning Elia
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel-novel berbahasa Jawa
Novelet
Nunuy Nurhayati
Nur Azizah
Nur Hamzah
Nur Kholiq
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurul Aini
Nurul Anam
Nurul Komariyah
Nuryana Asmaudi SA
Nyoman Tusthi Eddy
Obrolan
Okty Budiati
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Otto Sukatno CR
Oyos Saroso H.N.
Pagan Press
Pagelaran Musim Tandur
Palupi Panca Astuti
Parimono V / 40 Plandi Jombang
Pawang Surya Kencana
PDS H.B. Jassin
Petrus Nandi
Politik
Politik Sastra
Pradana Boy ZTF
Pramoedya Ananta Toer
Pramono
Pringadi AS
Prof Dr Fabiola D. Kurnia
Prosa
Puisi
Puji Santosa
Puji Tyasari
Puput Amiranti N
Purnawan Andra
Purnawan Kristanto
Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin
Pustaka Ilalang Group
PUstaka puJAngga
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R. Ng. Ronggowarsito
Rachmad Djoko Pradopo
Radhar Panca Dahana
Rahmat Kemat Hidayatullah
Rahmat Sularso Nh
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rasanrasan Boengaketji
Raudal Tanjung Banua
Redland Movie
Reiny Dwinanda
Resensi
Rialita Fithra Asmara
Ribut Wijoto
Riki Dhamparan Putra
Riki Utomi
Ririe Rengganis
Risang Anom Pujayanto
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Roso Titi Sarkoro
Rozi Kembara
Rukardi
Rumah Budaya Pantura (RBP)
Rusmanadi
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saiful Amin Ghofur
Saiful Anam
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Salman S. Yoga
Samsudin Adlawi
Samsul Anam
Sanggar Lukis Alam
Sanggar Pasir
Sanggar Rumah Ilalang KSII
Santi Puji Rahayu
Sapardi Djoko Damono
Saroni Asikin
Sartika Dian Nuraini
Sastra dan Kuasa Simbolik
Sastra Jawa Timur
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sayyid Fahmi Alathas
SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang
SelaSastra Boenga Ketjil
SelaSastra Boenga Ketjil #33
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Setia Naka Andrian
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sinopsis
Siti Khoeriyah
Siti Muyassarotul Hafidzoh
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputra
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Slamet Rahardjo Rais
Soegiharto
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Spectrum Center Press
Sri Weni
Sri Wintala Achmad
Suci Ayu Latifah
Sucipto Hadi Purnomo
Sudirman
Sugi Lanus
Sukron Ma’mun
Sulaiman Djaya
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Supriyadi
Surya Lesmana
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyanto
Syaf Anton Wr
Syaifuddin Gani
Syaiful Amin
Syarif Wadja Bae
Sylvianita Widyawati
TanahmeraH ArtSpace
Tarmuzie (1961-2019)
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Presetyo
Teguh Setiawan
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Tia Setiadi
Tirto Suwondo
Tita Tjindarbumi
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan
Tosa Poetra
Tri Nurdianingsih
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Ulul Azmiyati
Umar Fauzi
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Usman Arrumy
Utari Tri Prestianti
Viddy AD Daery
Virdika Rizky Utama
W Haryanto
W.S. Rendra
Wahyu Prasetya
Wan Anwar
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wina Bojonegoro
Wita Lestari
Wong Wing King
Wowok Hesti Prabowo
Xu Xi (Sussy Komala)
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yanusa Nugroho
Yasraf Amir Piliang
Yayat R. Cipasang
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yopi Setia Umbara
Yudhi Herwibowo
Yudi Latif
Yusri Fajar
Yusuf Ariel Hakim
Yuval Noah Harari
Zacky Khairul Uman
Zainuddin Sugendal
Zamakhsyari Abrar
Zawawi Se
Zed Abidien
Zehan Zareez
Zhaenal Fanani
Zubaidi Khan
Zuniest
Tidak ada komentar:
Posting Komentar