Penyair Asal Ende Luncurkan Buku Puisi 'Sepanjang Kayuh' di Warung Mbah Cokro

Reporter: Ribut Wijoto
beritajatim.com

Ratusan orang baik pegiat seni, sastrawan, pelukis, penari, aktivis, komunitas-komunitas serta masyarakat umum memenuhi area Warung Mabh Cokro, semalam (17/02). Mereka berkumpul untuk menyaksikan seorang pria berjambang dan bertubuh besar yang tengah membacakan pusisnya.

Pemuda pria asal Ende-Flores, Syarif Wadja Bae telah melahirkan buah karyanya sehimpun jalan puisi yang bertajuk Sepanjang Kayuh. Buku yang berisi 55 puisi karya Syarif ini diterbitkan oleh Pagan Press.

Dalam biografinya, pria yang akrab disapa Tebo ini, telah menggemari deklamasi sejak mengenyam pendidikan sekolah dasar. Syarif juga aktif di bidang seperti, Fotografi, Film, Teater, dan diskusi – diskusi publik. Saat kuliah di Stikosa – AWS, bergabung dengan Himpunan Mahasiswa Penggemar Fotografi (HIMMARFI), Komunitas Film KOPI production, dan Teater Lingkar.

Di luar kampus, lelaki ini sempat bergabung dengan Teater Api Indonesia (TAI), dan juga JENDELA (Paguyuban Teater Kampus se-Surabaya). Selain aktif dalam berkesenian, Syarif juga sempat menggeluti dunia jurnalistik. Ia pernah menjalani profesi sebagai penyiar berita dan produser radio bisnis PAS FM Surabaya, siaran dan menjadi koordinator liputan di radio Elshinta Surabaya-Jawa Timur. Terakhir sempat bergabung menjadi penyiar berita di SBO TV Surabaya.

Selain pernah menggelar beberapa pameran foto bersama Kawan – kawan di HIMMARFI, Syarif juga menyutradarai dan menjadi aktor di beberapa pementasan teater bersama Teater Lingkar Surabaya, juga di beberapa film bersama KOPI production. Dalam beberapa tahun turut membantu Bunga Langit Production, One Production, dan Nusa Broadcsting School. Baginya, Surabaya adalah Kota yang membuatnya betah.

Menurut penuturan Indra Tjahyadi (Penyair juga dosen sastra di Beberapa Kampus di Jawa Timur), “Sebagai seorang penyair, Bung Syarif tidaklah memiliki pengetahuan formal. Ia bukanlah penyair yang memperdalam pengetahuan sastranya dalam lingkup akademik sastra. Dapat dikatakan, ia merupakan penyair otodidak. Pengetahuan kesastraannya didapatkan dari pergaulannya dengan para sastrawan dan seniman, khususnya sastrawan dan seniman Jawa Timur.”

Puisi – puisi Syarif Wadja Bae sering dibacakan di sejumlah Kampus, juga Komunitas - komunitas di Surabaya, di beberapa kegiatan diskusi – diskusi kebangsaan/ diskusi publik di Warung Mbah Cokro, Kedai Kreasi, Balai Pemuda, serta tempat lainnya dan beberapa di luar Surabaya.

Pada 2008 Panitia Pesta Penyair Nusantara di Kediri tertarik dan memilih beberapa puisinya kemudian diundang dalam acara tersebut. Semenjak itu pergaulannya dengan beberapa Penyair dan Penulis semakin baik.

Juli 2014 Komite sastra Dewan Kesenian Jawa Timur (DKJT) memilih dan memasukan puisi - puisinya ke dalam buku kumpulan puisi bersama Beberapa Penyair muda Jawa Timur lainnya yang bertajuk Tenung Tujulayar.

Selanjutnya puisi-puisinya kembali hadir di buku antologi puisi bersama puluhan Penyair, Kamus Kecil Tentang Cinta, yang diterbitkan Kedai Kreasi dan Padma Publishing Surabaya pada tahun 2016. Di tahun yang sama, puisi – puisinya masuk dalam Bienale Sastra Jatim, dan juga Jatim Art Forum (JAF).

“Keluasan pergaulan sastra dan seni Bung Syarif tersebut berpengaruh pada tindak kreatif yang dilakukannya. Adapun pengaruh tersebut tampak pada kevariatifan tema dan langgam puitik yang hadir dalam kumpulan puisinya yang pertama ini. Oleh karena itu dalam puisi ini, pembaca akan disuguhi puisi-puisi dari tema – tema personal sampai tema – tema sosial, dan langgam puitik yang penuh jargon sampai langgam puitik puisi perenungan,” lanjut Indra Tjahyadi yang juga menjabat sebagai Komite Sastra Dewan Kesenian Jawa Timur (DKJT).

Walau secara pribadi, sebenarnya masih merasa sangat belum apa – apa dalam berpuisi, namun bagi M. Zurqoni, Mantan Wartawan yang juga Pemilik Warung Mbah Cokro, selain menulis puisi, Syarif memiliki anugerah pada suara yang baik dan keunikan tersendiri yang cukup memikat pada saat membaca puisi-puisinya maupun puisi-puisi karya penyair lainnya. Selain itu Syarif cukup peka dengan persoalan – persoalan di sekitarnya.

Dari sudut pandang lain, Fahmi Faqih, Penyair yang kini menetap di Bandung, menyatakan, “Ada seribu satu alasan untuk tidak menjadi penyair. Untungnya, kitab suci bukanlah traktak buatan manusia yang seringkali manupulatif bahkan kadang semena-mena. Walaupun ia memberikan cap kepada penyair sebagai orang yang pergi ke lembah hayal dan mengatakan sesuatu yang tidak mereka kerjakan, ia juga memberikan pengecualian. Dan semoga pengecualian yang dikatakan sebagai ‘kecuali mereka yang percaya dan mengerjakan kebaikan’ itu, Syarif termasuk salah satunya.”

Alasannya, Fahmi Faqih melanjutkan “Dikarenakan, hal itu bisa dilihat betapa dalam teks-teks yang diproduksinya, upaya serius untuk sampai kepada apa yang dinamakan sebagai ‘puisi’ terlihat dengan jelas.”

Perhelatan peluncuran buku Sepanjang Kayuh di Warung Mbah Cokro, juga diramaikan oleh penampilan dari Teater Lingkar Surabaya dan Halaman Pengelana, serta pembacaan puisi dari beberapa penonton yang hadir sebagai bentuk apresiasi puisi Syarif.

Selain itu, juga terpajang beberapa karya drawing oleh X-Go bunuh diri, dan Cak Su, serta pameran foto karya Zulfikar Firdaus yang merespon puisi Syarif.

Sebagai bentuk dari rasa terimakasih pada tempat atau “rumah-rumah” yang pernah menjadi bagian penting proses kreatifnya, Syarif juga mengajak Kawan-kawan dari Organisasi atau Unit Kegiatan Mahasiswa, sewaktu ia kuliah, diantaranya HIMMARFI, KOPI Production, dan Teater Lingkar.

Mereka yang tergabung dalam Seduluran #sepanjangkayuhproject (sebutan untuk Panitia, Fotografer, dan Seniman yang berkontribusi dalam peluncuran buku puisi sepanjang kayuh). Bahkan Sayrif mengaku tidak mengeluarkan banyak budget untuk acara tersebut.

"Ketika negara tidak bisa memberikan apa-apa ke kita, tenyata kita masih punya para sahabat. Terimakasih tak terhingga untuk semua pihak yang telah membantu dan mensukseskan acara peluncuran Sepanjang Kayuh," tutur Syarif WB dengan mata berbinar terharu. [but]

http://m.beritajatim.com/gaya_hidup/290389/penyair_asal_ende_luncurkan_buku_puisi_%27sepanjang_kayuh%27_di_warung_mbah_cokro.html