Ahmad Baso *
www.nu.or.id 20/05/2012
Sastra pesantren dalam
beragam bentuknya –hikayat, serat, kisah, cerita, puisi, roman, novel,
syiir, nazoman– adalah buah karya orang-orang pesantren dalam mengolah
cerita, menulis-ulang hikayat, hingga membuat karya-karya baru, baik
lisan maupun tulisan.
Karya-karya tersebut dibacakan dimana-mana.
Didengar oleh orang tua dan muda secara bersama-sama. Karya-karya sastra
tersebut dipandang sebagai milik mereka, diteruskan dari satu generasi
ke generasi berikutnya, sehingga memiliki karakter komunal, karena
berpadu rapat dengan kehidupan masyarakatnya.
Maka, berbicara
tentang “sastra pesantren” bukan sekedar soal kehadiran suara komunitas
pesantren dalam produksi sastra. Tapi juga sebuah perbincangan tentang
subyektifitas kreatif kalangan pesantren dalam berkebudayaan.
Dalam
sejarahnya sastra pesantren ditulis menggunakan huruf Pego, dengan
beragam bahasa Nusantara. Kandungannya bermacam-macam, mulai dari cerita
roman, ada yang mengandung sejarah dan realitas sosial, hingga
cerita-cerita yang dipenuhi tema-tema moralitas dan kepahlawanan. Meski
beragam, tapi mengandung atau melukiskan kenyataan sosial, bahkan
terkesan realis, yang melibatkan tingkah laku, norma atau nilai-nilai
sosial kehidupan bermasyarakat dan berbudaya pada umumnya.
Tampilnya
pesantren sebagai tempat persemaian tradisi kesusastraan, menunjukkan
bahwa pesantren bukan hanya tempat belajar, tapi juga lembaga kehidupan
dan kebudayaan. Pada abad 17 dan 18 pesantren menjadi tempat para
pujangga dan sastrawan menghasilkan karya-karya sastra.
Pujangga-pujangga kraton, seperti Yasadipura I, Yasadipura II, dan
Ranggawarsita, adalah santri-santri pesantren yang tekun mengembangkan
karya-karya sastra dalam berbagai bentuk seperti kakawin, serat dan
babad. Sumber inspirasi mereka bukan hanya kitab kuning, melainkan juga
pengalaman sejarah bangsa ini sendiri sebagaimana dialami oleh kerajaan
Hindu, Budha dan zaman Wali Sanga.
Yasadipura I (W 1801)
misalnya, adalah pujangga istana dari Kraton Surakarta. Ia pernah
nyantri di sebuah pesantren di Kedu-Bagelen. Kedu, saat itu dikenal
mengajarkan kesastraan Jawa maupun Arab. Dalam satu karya, Serat
Cabolek, Yasadipura menggambarkan seorang ulama dari Kudus, pesisir Jawa
Tengah, yang menunjukkan keahliannya dalam membaca dan menafsirkan
naskah-naskah Jawa kuno di hadapan para priyayi Kraton Surakarta.
Cakupan bacaannya sedemikian luas, dari naskah-naskah Jawa Kuno, Serat
Dewaruci hingga Suluk Malang Sumirang.
Karya-karya pesantren
berkisar pada cerita-cerita rakyat, dan juga cerita-cerita Timur Tengah
dan India yang sudah dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan lokal Islam
Nusantara. Seperti Tjarita Ibrahim (1859), Tjarita Nurulqamar, dan Hibat
(1881) ditulis dalam bahasa Sunda dengan aksara Arab dalam bentuk
puisi. Karya-karya Raden Mohammad Moesa (kepala penghulu Garut dan
pernah nyantri di satu pesantren di Purwakarta) berjumlah 17 naskah
berbahsa Sunda pada 1860-an. Yang terkenal di antaranya adalah Wawacan
Panji Wulung. Bahan-bahannya diperoleh dari pusat-pusat pesantren di
sekitar daerah Priangan, Jawa Barat.
Demikian pula karya-karya
Penghulu Haji Hassan Musthafa (1852-1930). Dari sekitar 49 buah
karyanya, kebanyakan diperoleh dari tradisi kesastraan pesantren. Ciri
khas kesastraan pengulu-kepala ini ada pada bentuk-bentuk bahasa yang
berbentuk puisi, tapi penuh lelucon, plastis tapi orisinil. Selain itu,
ia juga mengintegrasikan khazanah fiqih dan sufisme pesantren ke dalam
adat kebiasaan orang Sunda dalam bentuk simbol-simbol pemaknaan yang
akrab.
Pada karya modern yang sudah menggunakan huruf Latin, ada
Pahlawan ti Pesantren (Pahlawan dari Pesantren). Ini adalah sebuah roman
dalam bahasa Sunda, yang menceritakan perjuangan para santri menghadapi
kolonialisme Belanda karya Ki Umbara (Wiredja Ranusulaksana)
(1914-2004) dan S.A. Hikmat (Soeboer Abdoerrachman) (1918-1971).
Dalam
bahasa Jawa, Serat Jatiswara, Serat Centhini, dan Serat Cabolek adalah
contoh-contoh karya-karya pesantren dari wilayah pesisir utara Jawa. Ini
adalah teks-teks sastra kaum santri sejak abad 17 dan 18, yang
diproduksi di lingkungan kaum santri dan beredar di kalangan kaum
santri, terutama di lingkungan masyarakat pesisir, yang kemudian
dibakukan menjadi “milik kraton” oleh Yasadipura II pada pertengahan
abad 19. Kisah perjalanan kaum santri pengembara (santri lelana)
menuntut ilmu di berbagai pondok dan tempat keramat mendominasi
karya-karya ini. Kekayaan tradisi keillmuan pesantren juga ditunjukkan
dalam Hikayat Pocut Muhammad dan Hikayat Indrapura dalam beberapa versi
lokalnya.
Serat Jatiswara misalnya dalam versi yang beredar dari
abad 18 di pesisir utara Jawa dan Lombok, menunjukkan satu fungsi sosial
bagi komunitasnya. Para pemilik manuskrip kesastraan ini yang
kebanyakan berpendidikan pesantren, menegaskan kepemilikannya dengan
menambahkan kolofon, catatan dan tanda tangan pada dua halaman terakhir.
Di daerah pesisir dan dalam suasana pesantren yang relatif demokratis,
pembuatan buku dan penyalinan teks nampaknya lebih merupakan urusan
orang-orang kecil dan masyarakat bawah, ketimbang dalam kalangan kraton
Jawa Tengah. Dalam lingkungan kraton, manuskrip hanya menjadi miliki
segelintir orang.
Fungsi sosial sastra pesantren ini ditunjukkan
dari cara kaum santri melakukan penggubahan, tulis-ulang, atau
penambahan dan penyisipan, untuk disesuaikan dengan cita-cita
sosial-keagamaan kaum pesantren. Seperti dalam Hikayat Malem Diwa, suatu
hikayat berbahasa Melayu dengan huruf Arab pegon yang sepenuhnya hampir
diwarnai oleh kosmologi Hindu. Dalam naskah tersebut disisipkan satu
predikat “guru ngaji di meunasah” kepada tokoh protagonis. Meski sangat
kecil, sisipan tersebut mengandung arti yang signifikan. Karena
keseluruhan konstruksi bercerita berubah total, dimana pesantren
memainkan peran baru dalam memberi spirit dan corak kesastraan lama.
Meski dalam karya tersebut sang tokoh tidak disebut terang-terangan
memeluk agama Islam.
Demikian pula cerita epos I La Galigo,
dengan tokoh protagonisnya, Sawerigading. Karya sastra berbahasa Bugis
ini sepenuhnya berasal dari masa sebelum Islam. Namun, disisipkan satu
versi cerita –lisan dan tertulis– dimana Sawerigading nyantri ke Mekkah,
naik haji, bertemu dengan Nabi Muhammad SAW, dan kembali ke kampungnya
mendirikan “masigi”, mesjid plus pondok. Versi “Sawerigading santri”
baik lisan maupun tulisan ini masih terpelihara di beberapa pesantren
Bugis-Makassar.
Selain berfungsi pedagogis, yakni sebagai
pengajaran etika atau akhlak, sastra pesantren juga mengintegrasikan
tradisi ke-syuyukhiyah-an (jejer pandita) sebagai bagian penting dari
lakon dalam karya-karya sastra klasik. Seperti penulisan kembali Hikayat
Iskandar Dzulqarnain dari Timur Tengah ke dalam berbagai versi bahasa
Nusantara, Melayu, Jawa, dan bahasa-bahasa lokal Nusantara lainnya,
dengan memasukkan figur Nabi Khaidir sebagai guru. Ia membimbing,
mengarahkan, dan membawa kesuksesan bagi Iskandar yang juga ditunjukkan
taat kepada gurunya tersebut. Berbagai versi hikayat ini, dengan
penekanan pada relasi guru-santri ini, muncul misalnya dalam Sejarah
Melayu, Hikayat Aceh, dan Tambo Minangkabau (dalam satu versi disalin
oleh Pakih Sagir, ulama fiqih asal Minangkabau dari akhir abad 18).
Sastra
pesantren juga mengungkapkan diri dalam karya-karya
etnografis-kesejarahan atau kisah-kisah perjalanan yang merekam
tradisi-tradisi masyarakat setempat dalam bentuk sastra. Seperti dalam
Poerwa Tjarita Bali, ditulis pada 1875 dalam bahasa Jawa, oleh seorang
santri di Pondok Sepanjang, Malang, bernama Raden Sasrawijaya, asal
Yogyakarta. Pengetahuan tentang “kota-kota, adat-istiadat pembesar dan
orang kebanyakan yang tinggal di desa-desa” ini kemudian dituangkan
sebagai bagian dari kegiatan bersastra (maguru ing sastra) orang-orang
pesantren.
Sastra pesantren juga berkontribusi dalam memperkaya
bahasa-bahasa Nusantara dengan khazanah kosa-kata dan peristilahan
berkosmologi pesantren. Bahkan, kekayaan tersebut membantu penerjemahan
karya-karya sastra dari luar. Penerjemah-penerjemah Tionghoa misalnya
menggunakan kosa-kata “santri”, “ngaji”, “koran”, “langgar”, untuk
menerjemahkan satu karya sastra klasik Cina Daratan, Serat Ang Dok, ke
dalam bahasa Jawa dari abad 19. Demikian pula di awal abad 20.
Perhatikan bait terakhir Boekoe Sair Tiong Hwa Hwe Kwan koetika Boekanja
Passar Derma (1905):
Sekalian Hwe Kwan poenja alamat
Terpandang Kwi-khi sebagi djimat
Nabi Kong Hoe-tjoe jang kita hormat
Allah poedjiken dengan slamat
Terasa
kuat sekali pengaruh kesastraan pesantren – bahasa plus pandangan dunia
mereka – dalam kesadaran orang-orang Tionghoa yang waktu itu sedang
menyambut era kebangkitan kebangsaan mereka.
Kini muncul
nama-nama penulis dan sastrawan asal pesantren yang sangat kuat
menonjolkan peradaban dan kejiwaan kaum santri, seperti pada karya-karya
D. Zawawi Imron, Acep Zamzam Noor atau karya-karya novelis Ahmad
Tohari, Kiai Mustofa Bisri (Gus Mus).
Namun, di tengah serbuan
sastra Indonesia modern dan kekuatan sastra koran yang didominasi selera
estetika sastra perkotaan, karya-karya kaum santri masih marjinal.
Keberadaan mereka, terutama penulis-penulis muda, menjadi resmi setelah
mendapatkan legitimasi pula baik dari segi tema, alur cerita hingga
bahasa yang digunakan dalam arus sastra kanonik. Karya-karya Abidah
el-Khaliqiy misalnya, meski menampilkan latar pesantren, tapi masih kuat
dorongan ke arah tema utama, individualisasi maupun modernisasi
kosmologi pesantren.
Kreativitas jadi menurun karena bergesernya
di satu sisi fungsi dan peran pesantren, serta situasi yang
melingkupinya. Sementara di sisi lain, menjadi korban diskriminasi oleh
standar-standar umum kesusastraan baik standar tema dan bahasa. Maka
tentu saja pengembangan sastra pesantren setidaknya harus mampu
melepaskan diri dari belenggu tersebut. Di sisi lain kehadiran sastra
pesantren sangat dibutuhkan, seperti yang diperankan di masa lalu, untuk
memberikan warna lain pada sastra dan seni budaya Indonesia pada
umumnya, yang selama ini cenderung satu warna, satu alur dan satu
selera, sehingga kelihatan monoton. Watak moral-religius sastra
pesantren sangat dibutuhkan untuk memberikan spirit baru bagi bangsa ini
untuk berpegang teguh pada nilai-nilai kebenaran, keadilan dan
kejujuran.
Dijumput dari: http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,50-id,38018-lang,id-c,esai-t,Membaca+Sastra+Pesantren-.phpx
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Ginandjar Wiludjeng
A. Junianto
A. Kurnia
A. Qorib Hidayatullah
A. Yusrianto Elga
A.S Laksana
A’yat Khalili
Aang Fatihul Islam
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi WM
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Malik
Abdul Razak
Abdul Rosyid
Abdul Wahab
Abdurrahman Wahid
Abu Salman
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Adam Chiefni
Ade P. Nasution
Adhitia Armitriant
Adi Prasetyo
Adrizas
AF. Tuasikal
Afriza Hanifa
Afrizal Malna
Agama Para Bajingan
Agnes Rita Sulistyawaty
Aguk Irawan M.N.
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Ahda Imran
Ahid Hidayat
Ahmad Baso
Ahmad Faishal
Ahmad Fatoni
Ahmad Hasan MS
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Khotim Muzakka
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Naufel
Ahmad Rofiq
Ahmad S. Zahari
Ahmad Syauqi Sumbawi
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ahsanu Nadia
Aini Aviena Violeta
Ainul Fiah
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Akhmad Sofyan Hadi
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Akmal Nasery Basral
Alam Terkembang
Alang Khoiruddin
Alex R. Nainggolan
Alfian Dippahatang
Ali Audah
Ali Mahmudi CH
Ali Rif’an
Almania Rohmah
Ami Herman
Amien Wangsitalaja
Aminah
Aminullah HA.Noor
Amir Sutaarga
Anam Rahus
Anata Siregar
Andari Karina Anom
Andina Dwifatma
Andong Buku #3
Andre Mediansyah
Andri Awan
Anett Tapai
Anggie Melianna
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anjrah Lelono Broto
Anton Bae
Anton Kurnia
Anton Wahyudi
Anwar Nuris
Ardi Bramantyo
Ardus M Sawega
Arie MP Tamba
Arie Yani
Arief Joko Wicaksono
Arief Junianto
Ariera
Arif Bagus Prasetyo
Aris Kurniawan
Arman A.Z.
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Sambodja
Asmaul Fauziyah
Asti Musman
Atafras
Awalludin GD Mualif
Ayu Wulan Sari
Aziz Abdul Gofar
Azizah Hefni
Bagus Takwin
Bahrul Ulum A. Malik
Balada
Bale Aksara
Balok Sf
Bambang Kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Beni Setia
Benny Arnas
Benny Benke
Beno Siang Pamungkas
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Berita Duka
Berita Koran
Bernando J Sujibto
Berthold Damshauser
BI Purwantari
Binhad Nurrohmat
Bobby Gunawan
Bonari Nabonenar
Brunel University London
Budaya
Budi Darma
Budi P. Hatees
Budiman S. Hartoyo
Burhanuddin Bella
Camelia Mafaza
Catatan
Cerbung
Cerpen
Chairul Akhmad
Chamim Kohari
Chavchay Syaifullah
Cover Buku
Cucuk Espe
D. Zaini Ahmad
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Dahta Gautama
Daisuke Miyoshi
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Danusantoso
Dareen Tatour
Darju Prasetya
David Kuncara
Denny Mizhar
Denza Perdana
Desi Sommalia Gustina
Desiana Medya A.L
Dewan Kesenian Lamongan (DKL)
Dewi Indah Sari
Dewi Susme
Dian Sukarno
Didik Harianto
Didik Kusbiantoro
Dina Jerphanion
Dina Oktaviani
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jawa Timur
Dipo Handoko
Diyah Errita Damayanti
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddy Wisnu Pribadi
Dody Kristianto
Dody Yan Masfa
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dr Junaidi SS MHum
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi Wiyana
Dyah Ratna Meta Novia
Dyah Sulistyorini
Ecep Heryadi
Eddy Pranata PNP
Edeng Syamsul Ma’arif
Eep Saefulloh Fatah
EH Kartanegara
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Hendrawan Sofyan
Eko Hendri Saiful
Eko Windarto
Elnisya Mahendra
Elva Lestary
Emha Ainun Nadjib
Emil WE
Endah Sulwesi
Endo Suanda
Eppril Wulaningtyas R
Esai
Evan Ys
F. Moses
F. Rahardi
Fadlillah Malin Sutan
Fahmi Faqih
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fajar Kurnianto
Fanani Rahman
Fanny Chotimah
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Febby Fortinella Rusmoyo
Felix K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Gabriel Garcia Marquez
Galang Ari P.
Galuh Tulus Utama
Gampang Prawoto
Gandra Gupta
Ganug Nugroho Adi
Gerson Poyk
Ghassan Kanafani
Gita Nuari
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunoto Saparie
H.B. Jassin
Habibullah
Hadi Napster
Hadriani Pudjiarti
Halim HD
Halimi Zuhdy
Hamberan Syahbana
Han Gagas
Hanibal W. Y. Wijayanta
Hardi
Haris del Hakim
Haris Saputra
Harri Ash Shiddiqie
Hartono Harimurti
Hary B Kori’un
Hasan Aspahani
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
HE. Benyamine
Hendra Junaedi
Hendra Makmur
Heri CS
Heri Latief
Heri Listianto
Herman RN
Herry Lamongan
Heru CN
Heru Nugroho
Hikmat Gumelar
HL Renjis Magalah
Hudan Nur
Hujuala Rika Ayu
Huminca Sinaga
IBM. Dharma Palguna
Ibnu Wahyudi
Ida Farida
Idris Pasaribu
Ignas Kleden
Ignatius Haryanto
Iksan Basoeky
Ilham Khoiri
Imam Cahyono
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Ira Puspitaningsih
Irfan Budiman
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Iskandar Zulkarnain
Ismail Marzuki
Iva Titin Shovia
Iwan Kurniawan
Jabbar Abdullah
Jafar Fakhrurozi
Jalan Raya Simo Sungelebak
Jamal D. Rahman
Jamal T. Suryanata
Javed Paul Syatha
Jayaning S.A
JILFest 2008
Jody Setiawan
Johan Edy Raharjo
Johannes Sugianto
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Jual Buku
Jual Buku Paket Hemat
Juan Kromen
Julika Hasanah
Jurnalisme Sastrawi
Jusuf AN
Juwairiyah Mawardy
Ka’bati
Karanggeneng
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Keith Foulcher
Kemah Budaya Panturan (KBP)
Khansa Arifah Adila
Khoirul Inayah
Khoirul Rosyadi
Khudori Husnan
Ki Ompong Sudarsono
Kirana Kejora
Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia
Korrie Layun Rampan
Kostela
Kritik Sastra
Kukuh S Wibowo
Kurnia Effendi
Kurniawan
Kuswaidi Syafi'ie
L.N. Idayanie
Laili Rahmawati
Lamongan
Lan Fang
Langgeng Widodo
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Lely Yuana
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember
Liestyo Ambarwati Khohar
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liza Wahyuninto
Lucia Idayanie
Lukman A Sya
Lutfiah
Lynglieastrid Isabellita
M Arman AZ
M Ismail
M Thobroni
M. Afifuddin
M. Arwan Hamidi
M. Lukluk Atsmara Anjaina
M. Lutfi
M. Luthfi Aziz
M. Nurdin
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.S. Nugroho
Mahendra Cipta
Mahmud Jauhari Ali
Mahmud Syaltut Usfa
Mahmudi Arif Dahlan
Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Martin Aleida
Maruli Tobing
Mas Ruscita
Mashuri
Masuki M. Astro
Matroni
Matroni Muserang
Media: Crayon on Paper
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Mia Arista
Mia El Zahra
Mikael Johani
Misbahus Surur
Misran
Mohamad Ali Hisyam
Mohammad Eri Irawan
Much. Khoiri
Muh. Muhlisin
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Aris
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Rain
Muhammad Taufiqurrohman
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun
Muhammadun AS
Muhidin M Dahlan
Mujtahid
Mujtahidin Billah
Mukti Sutarman Espe
Mulyadi SA
Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik
Munawir Aziz
Musfarayani
Musfi Efrizal
Nafisatul Husniah
Nandang Darana
Naskah Teater
Nelson Alwi
Ni Made Purnamasari
Nikmatus Sholikhah
Nina Herlina Lubis
Nina Susilo
Ning Elia
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel-novel berbahasa Jawa
Novelet
Nunuy Nurhayati
Nur Azizah
Nur Hamzah
Nur Kholiq
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurul Aini
Nurul Anam
Nurul Komariyah
Nuryana Asmaudi SA
Nyoman Tusthi Eddy
Obrolan
Okty Budiati
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Otto Sukatno CR
Oyos Saroso H.N.
Pagan Press
Pagelaran Musim Tandur
Palupi Panca Astuti
Parimono V / 40 Plandi Jombang
Pawang Surya Kencana
PDS H.B. Jassin
Petrus Nandi
Politik
Politik Sastra
Pradana Boy ZTF
Pramoedya Ananta Toer
Pramono
Pringadi AS
Prof Dr Fabiola D. Kurnia
Prosa
Puisi
Puji Santosa
Puji Tyasari
Puput Amiranti N
Purnawan Andra
Purnawan Kristanto
Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin
Pustaka Ilalang Group
PUstaka puJAngga
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R. Ng. Ronggowarsito
Rachmad Djoko Pradopo
Radhar Panca Dahana
Rahmat Kemat Hidayatullah
Rahmat Sularso Nh
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rasanrasan Boengaketji
Raudal Tanjung Banua
Redland Movie
Reiny Dwinanda
Resensi
Rialita Fithra Asmara
Ribut Wijoto
Riki Dhamparan Putra
Riki Utomi
Ririe Rengganis
Risang Anom Pujayanto
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Roso Titi Sarkoro
Rozi Kembara
Rukardi
Rumah Budaya Pantura (RBP)
Rusmanadi
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saiful Amin Ghofur
Saiful Anam
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Salman S. Yoga
Samsudin Adlawi
Samsul Anam
Sanggar Lukis Alam
Sanggar Pasir
Sanggar Rumah Ilalang KSII
Santi Puji Rahayu
Sapardi Djoko Damono
Saroni Asikin
Sartika Dian Nuraini
Sastra dan Kuasa Simbolik
Sastra Jawa Timur
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sayyid Fahmi Alathas
SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang
SelaSastra Boenga Ketjil
SelaSastra Boenga Ketjil #33
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Setia Naka Andrian
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sinopsis
Siti Khoeriyah
Siti Muyassarotul Hafidzoh
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputra
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Slamet Rahardjo Rais
Soegiharto
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Spectrum Center Press
Sri Weni
Sri Wintala Achmad
Suci Ayu Latifah
Sucipto Hadi Purnomo
Sudirman
Sugi Lanus
Sukron Ma’mun
Sulaiman Djaya
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Supriyadi
Surya Lesmana
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyanto
Syaf Anton Wr
Syaifuddin Gani
Syaiful Amin
Syarif Wadja Bae
Sylvianita Widyawati
TanahmeraH ArtSpace
Tarmuzie (1961-2019)
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Presetyo
Teguh Setiawan
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Tia Setiadi
Tirto Suwondo
Tita Tjindarbumi
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan
Tosa Poetra
Tri Nurdianingsih
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Ulul Azmiyati
Umar Fauzi
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Usman Arrumy
Utari Tri Prestianti
Viddy AD Daery
Virdika Rizky Utama
W Haryanto
W.S. Rendra
Wahyu Prasetya
Wan Anwar
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wina Bojonegoro
Wita Lestari
Wong Wing King
Wowok Hesti Prabowo
Xu Xi (Sussy Komala)
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yanusa Nugroho
Yasraf Amir Piliang
Yayat R. Cipasang
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yopi Setia Umbara
Yudhi Herwibowo
Yudi Latif
Yusri Fajar
Yusuf Ariel Hakim
Yuval Noah Harari
Zacky Khairul Uman
Zainuddin Sugendal
Zamakhsyari Abrar
Zawawi Se
Zed Abidien
Zehan Zareez
Zhaenal Fanani
Zubaidi Khan
Zuniest
Tidak ada komentar:
Posting Komentar