Ahmad Rofiq
Batam Pos, 1 Nov 2009 dan Sumut Pos
Dugaan macam apa yang bercokol di benakmu, bila orang yang kau cintai minta sesuatu yang ganjil, musykil dan irasional? Mungkin engkau akan menganggap orang terkasihmu itu hanya berkubang dalam canda. Atau paling jauh engkau berasumsi, dia mulai mengalami sedikit kelainan psikologis. Itulah yang kini menimpa diriku. Istriku hampir membuatku linglung dengan permintaannya.
Celakanya, untuk saat ini istriku bisa berdalih. Permintaan itu dilatar-belakangi kehamilannya yang masih muda. Mungkin janin yang ada dalam perutnya memang mununtut itu. Meski menurut kita permintaan itu janggal dan aneh. Teramat janggal meski terlontar dari mulut seorang perempuan hamil. Namun istriku pintar bermain kata. Dia mengatakan bahwa ‘aneh’ dan ‘janggal’ itu menurut sudut pandang kita. Sudut pandang orang yang telah melalui proses kelahiran ke dunia. Tapi bagi janin dalam perut, yang belum melewati tahap kelahiran, siapa tahu itu permintaan normal. Sama sekali tak ada unsur aneh di dalamnya. Seperti ketika kita menganggap aneh fakta Jin yang makan bau, tulang, tahi atau darah. Begitu istriku menjelaskan.
Sempat terpikir juga olehku, jangan-jangan aku terlambat menyadari jika istriku memang sejak dulu mengidap benih kelainan psikologis. Kecacatan psikis yang terselip dalam gen warisan. Dari salah satu nenek moyangnya. Dan benih itu mulai mencuat sebab seringnya terjadi kegunjangan jiwa. Secuil benih yang mulai subur sebab terpupuk banyaknya beban yang menghimpit hati dan perasaannya. Tapi seingatku, sejak aku mengawininya, belum pernah kudengar informasi adanya bibit kegilaan pada dirinya yang bersifat genetis. Aku yakin itu. Sebab sebelum aku benar-benar menikahinya, telah kuselidiki silsilahnya hingga tujuh turunan ke atas.
Ataukah seiring semakin bertambahnya usia kehamilan, dia mulai merasa terabaikan. Meragukan cintaku sebab sadar fisiknya tak sesempurna dulu. Mulai terkikis rasa percaya dirinya serta merasa diri kurang menarik. Sebab daya tarik serta pesona tubuhnya mulai terganggu oleh perut membuncit. Ah, bisa juga seperti itu. Mungkin dengan permintaan ganjil itu, dia sedang menguji sebesar apa kecintaanku padanya. Dia mungkin mengimitasi cara yang digunakan Tuhan saat menguji cinta Ibrahim. Dengan menyuruhnya menyembelih leher putra tercinta.
Namun, kalau Tuhan dalam sekejap mampu mengirim seekor binatang sebagai pengganti putra Ibrahim ketika mau disembelih. Sejenis Domba yang konon milik Habil putra Adam. Domba pilihan yang tersambar lidah api saat ditaruh di puncak sebuah bukit. Bersebelahan dengan sekarung gandum kualitas terendah milik si Kabil. Lalu karena sambaran lidah api, Domba lenyap dari pandangan. Konon terangkat serta dirawat di surga. Dan setelah sekian ratus tahun diturunkan kembali ke dunia. Lalu, jika Tuhan mampu, apakah istriku juga mampu melakukannya? Jika aku benar-benar bersedia memenuhi permintaannya, apa dia sanggup menyuruh seekor burung yang melintas untuk turun ke bawah?
Suatu hari, saat suasana santai, aku bertanya pada istriku Terkait alasan tuntutannya agar aku melakukan sesuatu. Kalau memang logis dan dapat dipertanggung-jawabkan, kenapa tidak? Pikirku.
“Ma, Sebenarnya apa tujuanmu memintaku melakukan itu. Apakah kamu hanya main-main saja. Tanpa itupun, aku jamin aku tidak akan menjalin perselingkuhan dengan perempuan lain. Kamu jangan terlalu berprasangka buruk dong, Ma. Itu jelas over protektif dan tidak pada tempatnya.” ucapku saat itu.
“Bukan karena takut engkau meninggalkanku. Bukan karena khawatir kamu jatuh dalam pelukan wanita lain sehingga aku meminta papa melakukan itu.”
“Lalu? setiap permintaan ada alasan yang menjadi pijakan?”
“Ah, sudahlah, Pa. hari ini aku malas berdebat. Apalagi sampai terjadi pertengkaran. Kata dokter, tak baik akibatnya bila janin mendengar kedua orang tuanya bertengkar. Pokoknya aku minta kamu lakukan itu. Bawa barang yang kuminta ke hadapanku.”
“Kalau aku tak mau melakukannya? Apa yang akan kau perbuat?” aku mencoba mengukur keseriusannya.
“Aku pastikan aku akan mendaftarkan gugat cerai ke pengadilan. Atau malah aku akan bunuh diri dengan membakar diri. Hangus bersama janin dalam kandungan ini.” kata istriku dengan mimik steril dari kesan main-main. Dan kata-kata itu, bagiku adalah satu bentuk ancaman kelewat ganas. Biasanya perempuan hamil muda dan ‘Ngidam’ hanya akan bilang “Kalau tidak kamu turuti permintaanku, nanti anak kita akan ‘ngiler’ terus. Kita juga yang akan malu pada tetangga yang datang menjenguk.” Atau paling parah permintaan itu disertai linangan airmata.
“Jangan ngawur kalau bicara, Ma. Ingat kamu sedang hamil. Setiap ucapan dan prilaku haruslah dipertimbangkan agar tidak mempengaruhi kondisi janin. Mau jadi apa dia kelak, kalau selama ini dia selalu mendengar kita ribut-ribut seperti ini. Ah, pakai mengancam gugat cerai dan bunuh diri segala.” Aku menurunkan intonasi suaraku. Berharap suasana mendinginkan kembali.
“Aku ini serius, Pa !” Suaranya malah meninggi.
Aku menoleh ke arahnya. Meyakinkan diri bahwa kata-kata yang baru saja keluar bukan sekedar gertak sambal. Dan aku membaca pandangan matanya memancarkan kilau keseriusan. Padahal mata sama sekali tidak bisa menyimpan kebohongan.
Aku menambahkan. Dengan harapan istriku mau mengerti.
“Ma, kamu kira perceraian itu menyelesaikan masalah? Perceraian bukan solusi, Ma. Tapi satu bentuk permasalahan baru yang kita tambahkan. Kalau kantor pegadaian punya slogan ‘Mengatasi masalah tanpa masalah’, perceraian justru sebaliknya. ‘Mengatasi masalah dengan masalah baru.’ Selain itu, apa mendaftarkan gugatan tak butuh biaya?. Ah, sudahlah. Jangan meniru-niru gaya hidup para selebritis.” Kukatakan itu sebab sejauh pengamatanku saat dia hamil sebagian besar waktu luangnya tersita oleh acara TV.
“Para artis itu” aku melanjutkan “uangnya banyak. Hidupnya juga mapan secara finansial. Biaya perceraian jelas tak berpengaruh pada kantong mereka. Sedangkan kita? Untuk biaya sekolah anak-anak masih tak mencukupi. Kadang kita harus rela ‘gali lobang tutup lobang’ untuk sekedar bisa survive. Apalagi kalau harus ditambah biaya perceraian.”
“Ah, sudahlah ! Aku tak butuh khotbahmu, Pa. Biar apapun terjadi, pokoknya kamu harus menuruti permintaanku. Biar banyak pejabat baku-hantam sesamanya karena berebut tunjangan, I don`t care. Aku minta itu. Titik !.”
Gila dia tak bergeming dari tuntutannya. Juga dia sisipkan kata ‘Pokoknya’ di sela kalimat yang terucap. Aku mati langkah di hadapan cadas hatinya.
Oh Tuhan, ! sebenarnya dosa apa yang telah aku perbuat selama ini? Dan akan menjadi apa janin yang ada di perut istriku itu. Kini aku mulai dirambati ketakutan. Bila dia benar-benar serius dengan ancaman gugat-cerai dan bunuh diri. Sebagai suami yang baik, mau tak mau aku harus berusaha memenuhi permintaannya. Tapi, aku juga belum gila dengan langsung mengeksekusi salah satu organ pentingku demi menuruti tuntutan itu. Mau tak mau aku harus menemukan solusi. Mencari cara agar gugat-cerai tak sampai terjadi. Juga dia yang sedang mengandung tak sampai membunuh diri. Aku ingat betul kata-kata ustadz Mardikun, perceraian memang diperbolehkan. Tapi perkara itu adalah satu-satunya tindakan berpredikat ‘boleh’ yang sangat dibenci Tuhan.
“Baiklah, Ma, tapi bukan sekarang.” Kataku akhirnya
“Ya, tidak apa-apa. Lalu kapan kamu akan melakukannya, Pa?” pandangan matanya berbinar oleh harapan.
“Nanti malam. Sekarang aku ingin keluar mencari udara segar.”
“Well, It`s doesn`t matter, Pa. Namun ingat. Jika hingga pukul sembilan papa tidak kembali, besok pagi papa hanya akan bertemu dengan mayatku.” Ucap istriku. Mendadak buluku merinding.
***
Senja meremang. Aku menyusuri jalanan berkelok-kelok. Gerak pikiranku melesat-lesat bagai cahaya blitz. Dalam beberapa jam aku harus menemukan pemecahan problem beratku. Mendapatkan cara agar bangunan rumah tanggaku tidak ambruk. Juga agar istri dan bakal anakku selamat.
“Oh Tuhan ! berilah aku pemecahan masalah saat ini juga !” do`aku serasa mengawang.
Mendadak indra pendengarku menangkap sesuatu. Seperti suara desisan berlokasi dekat selokan. Aku arahkan pandangan ke tempat itu. Di situ, pandanganku menatap seekor ular sebesar tangan anak usia Balita. Binatang itu sedang mendesis-desis. Layaknya sibuk mengintai mangsa. Atau kekenyangan sebab baru saja menelan daging tikus. Paling tidak daging kodok, cindil, bedindang, atau curut.
Saat itu juga, sekelebat ide cemerlang berhasil kutangkap. Satu rencana cerdas mencuat di otakku. Sungguh, saat itu aku ingin sekali berteriak ‘Eureeka!’.
Aku bergerak mendekati bibir parit. Hati-hati agar tidak menimbulkan suara berisik. Aku berusaha agar suara langkahku tidak terdeteksi binatang bergigi mirip gergaji itu. Andai kau tahu, gerak-gerikku saat itu seperti lelaki hidung belang akan meniduri istri orang. Tanganku memegang sebuah balok kayu. Dan dengan sekali ayun, tubuh ular itu menggeliat. Berkelojot sebentar lalu limbung. Aku pastikan ular itu tak mampu lagi menyakitiku. Baru aku masukkan binatang bertubuh panjang itu dalam plastik kresek. Setelah kupisahkan kepala dari tubuhnya. Tuhan mengirim seekor ular padaku. Seperti ratusan tahun silam Tuhan mengirim seekor domba.
***
Jam delapan tiga puluh, aku pulang dengan langkah gagah. Kebingunganku pada permintaan ganjil istriku lenyap. Bagai pidato kosong tanpa makna. Aku berjalan laksana seorang pemburu berhasil menenteng kepala binatang buruan.
“Permintaanmu sudah kulakukan, Ma. Ini lihatlah !” aku meletakkan bungkusan plastik kresek di hadapannya.
Tanpa rasa jijik, dia segera memungut benda dalam bungkusan. Benda mirip corong pengeras suara. Bercak-bercak darah masih lekat di beberapa bagian.
“Ini benar-benar benda yang aku minta, Pa?”
“Ya, itulah. Memangnya kenapa, apa kamu meragukannya?”
Anehnya, saat mendengar ucapanku yang meyakinkan, istriku mengangguk-angguk. Seperti baru saja berhasil menyibak satu misteri.
“Kok ada matanya dua, Pa?”
Sungguh aku gugup karena menghadapi pertanyaan tak terduga sebelumnya. Maka aku terpaksa harus merancang satu kebohongan. Kukatakan, benda yang dia minta itu memang mempunyai mata.
“Oh, pantas saja kalau begitu.” Ucapnya lagi “Meski dalam gelap dia selalu tahu jalan. Dan ini, kok ada giginya. Kelihatan kecil tapi teramat tajam.” jemari tangannya mengelus deretan gigi potongan kepala itu.
Aku hanya mengangguk membenarkan. Dia lalu kembali berkomentar
“Pantas saja kalau menggigit nyeri sekali.”
Aku melangkah ke belakang meninggalkannya. Dia yang sungguh aku cinta yang begitu asyik dengan mainan barunya. Potongan kepala ular yang dia yakini sebagai organ penting kelelakianku.
Gresik, Oktober 2009
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Selasa, 15 Januari 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Ginandjar Wiludjeng
A. Junianto
A. Kurnia
A. Qorib Hidayatullah
A. Yusrianto Elga
A.S Laksana
A’yat Khalili
Aang Fatihul Islam
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi WM
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Malik
Abdul Razak
Abdul Rosyid
Abdul Wahab
Abdurrahman Wahid
Abu Salman
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Adam Chiefni
Ade P. Nasution
Adhitia Armitriant
Adi Prasetyo
Adrizas
AF. Tuasikal
Afriza Hanifa
Afrizal Malna
Agama Para Bajingan
Agnes Rita Sulistyawaty
Aguk Irawan M.N.
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Ahda Imran
Ahid Hidayat
Ahmad Baso
Ahmad Faishal
Ahmad Fatoni
Ahmad Hasan MS
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Khotim Muzakka
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Naufel
Ahmad Rofiq
Ahmad S. Zahari
Ahmad Syauqi Sumbawi
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ahsanu Nadia
Aini Aviena Violeta
Ainul Fiah
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Akhmad Sofyan Hadi
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Akmal Nasery Basral
Alam Terkembang
Alang Khoiruddin
Alex R. Nainggolan
Alfian Dippahatang
Ali Audah
Ali Mahmudi CH
Ali Rif’an
Almania Rohmah
Ami Herman
Amien Wangsitalaja
Aminah
Aminullah HA.Noor
Amir Sutaarga
Anam Rahus
Anata Siregar
Andari Karina Anom
Andina Dwifatma
Andong Buku #3
Andre Mediansyah
Andri Awan
Anett Tapai
Anggie Melianna
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anjrah Lelono Broto
Anton Bae
Anton Kurnia
Anton Wahyudi
Anwar Nuris
Ardi Bramantyo
Ardus M Sawega
Arie MP Tamba
Arie Yani
Arief Joko Wicaksono
Arief Junianto
Ariera
Arif Bagus Prasetyo
Aris Kurniawan
Arman A.Z.
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Sambodja
Asmaul Fauziyah
Asti Musman
Atafras
Awalludin GD Mualif
Ayu Wulan Sari
Aziz Abdul Gofar
Azizah Hefni
Bagus Takwin
Bahrul Ulum A. Malik
Balada
Bale Aksara
Balok Sf
Bambang Kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Beni Setia
Benny Arnas
Benny Benke
Beno Siang Pamungkas
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Berita Duka
Berita Koran
Bernando J Sujibto
Berthold Damshauser
BI Purwantari
Binhad Nurrohmat
Bobby Gunawan
Bonari Nabonenar
Brunel University London
Budaya
Budi Darma
Budi P. Hatees
Budiman S. Hartoyo
Burhanuddin Bella
Camelia Mafaza
Catatan
Cerbung
Cerpen
Chairul Akhmad
Chamim Kohari
Chavchay Syaifullah
Cover Buku
Cucuk Espe
D. Zaini Ahmad
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Dahta Gautama
Daisuke Miyoshi
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Danusantoso
Dareen Tatour
Darju Prasetya
David Kuncara
Denny Mizhar
Denza Perdana
Desi Sommalia Gustina
Desiana Medya A.L
Dewan Kesenian Lamongan (DKL)
Dewi Indah Sari
Dewi Susme
Dian Sukarno
Didik Harianto
Didik Kusbiantoro
Dina Jerphanion
Dina Oktaviani
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jawa Timur
Dipo Handoko
Diyah Errita Damayanti
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddy Wisnu Pribadi
Dody Kristianto
Dody Yan Masfa
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dr Junaidi SS MHum
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi Wiyana
Dyah Ratna Meta Novia
Dyah Sulistyorini
Ecep Heryadi
Eddy Pranata PNP
Edeng Syamsul Ma’arif
Eep Saefulloh Fatah
EH Kartanegara
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Hendrawan Sofyan
Eko Hendri Saiful
Eko Windarto
Elnisya Mahendra
Elva Lestary
Emha Ainun Nadjib
Emil WE
Endah Sulwesi
Endo Suanda
Eppril Wulaningtyas R
Esai
Evan Ys
F. Moses
F. Rahardi
Fadlillah Malin Sutan
Fahmi Faqih
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fajar Kurnianto
Fanani Rahman
Fanny Chotimah
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Febby Fortinella Rusmoyo
Felix K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Gabriel Garcia Marquez
Galang Ari P.
Galuh Tulus Utama
Gampang Prawoto
Gandra Gupta
Ganug Nugroho Adi
Gerson Poyk
Ghassan Kanafani
Gita Nuari
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunoto Saparie
H.B. Jassin
Habibullah
Hadi Napster
Hadriani Pudjiarti
Halim HD
Halimi Zuhdy
Hamberan Syahbana
Han Gagas
Hanibal W. Y. Wijayanta
Hardi
Haris del Hakim
Haris Saputra
Harri Ash Shiddiqie
Hartono Harimurti
Hary B Kori’un
Hasan Aspahani
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
HE. Benyamine
Hendra Junaedi
Hendra Makmur
Heri CS
Heri Latief
Heri Listianto
Herman RN
Herry Lamongan
Heru CN
Heru Nugroho
Hikmat Gumelar
HL Renjis Magalah
Hudan Nur
Hujuala Rika Ayu
Huminca Sinaga
IBM. Dharma Palguna
Ibnu Wahyudi
Ida Farida
Idris Pasaribu
Ignas Kleden
Ignatius Haryanto
Iksan Basoeky
Ilham Khoiri
Imam Cahyono
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Ira Puspitaningsih
Irfan Budiman
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Iskandar Zulkarnain
Ismail Marzuki
Iva Titin Shovia
Iwan Kurniawan
Jabbar Abdullah
Jafar Fakhrurozi
Jalan Raya Simo Sungelebak
Jamal D. Rahman
Jamal T. Suryanata
Javed Paul Syatha
Jayaning S.A
JILFest 2008
Jody Setiawan
Johan Edy Raharjo
Johannes Sugianto
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Jual Buku
Jual Buku Paket Hemat
Juan Kromen
Julika Hasanah
Jurnalisme Sastrawi
Jusuf AN
Juwairiyah Mawardy
Ka’bati
Karanggeneng
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Keith Foulcher
Kemah Budaya Panturan (KBP)
Khansa Arifah Adila
Khoirul Inayah
Khoirul Rosyadi
Khudori Husnan
Ki Ompong Sudarsono
Kirana Kejora
Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia
Korrie Layun Rampan
Kostela
Kritik Sastra
Kukuh S Wibowo
Kurnia Effendi
Kurniawan
Kuswaidi Syafi'ie
L.N. Idayanie
Laili Rahmawati
Lamongan
Lan Fang
Langgeng Widodo
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Lely Yuana
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember
Liestyo Ambarwati Khohar
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liza Wahyuninto
Lucia Idayanie
Lukman A Sya
Lutfiah
Lynglieastrid Isabellita
M Arman AZ
M Ismail
M Thobroni
M. Afifuddin
M. Arwan Hamidi
M. Lukluk Atsmara Anjaina
M. Lutfi
M. Luthfi Aziz
M. Nurdin
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.S. Nugroho
Mahendra Cipta
Mahmud Jauhari Ali
Mahmud Syaltut Usfa
Mahmudi Arif Dahlan
Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Martin Aleida
Maruli Tobing
Mas Ruscita
Mashuri
Masuki M. Astro
Matroni
Matroni Muserang
Media: Crayon on Paper
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Mia Arista
Mia El Zahra
Mikael Johani
Misbahus Surur
Misran
Mohamad Ali Hisyam
Mohammad Eri Irawan
Much. Khoiri
Muh. Muhlisin
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Aris
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Rain
Muhammad Taufiqurrohman
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun
Muhammadun AS
Muhidin M Dahlan
Mujtahid
Mujtahidin Billah
Mukti Sutarman Espe
Mulyadi SA
Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik
Munawir Aziz
Musfarayani
Musfi Efrizal
Nafisatul Husniah
Nandang Darana
Naskah Teater
Nelson Alwi
Ni Made Purnamasari
Nikmatus Sholikhah
Nina Herlina Lubis
Nina Susilo
Ning Elia
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel-novel berbahasa Jawa
Novelet
Nunuy Nurhayati
Nur Azizah
Nur Hamzah
Nur Kholiq
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurul Aini
Nurul Anam
Nurul Komariyah
Nuryana Asmaudi SA
Nyoman Tusthi Eddy
Obrolan
Okty Budiati
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Otto Sukatno CR
Oyos Saroso H.N.
Pagan Press
Pagelaran Musim Tandur
Palupi Panca Astuti
Parimono V / 40 Plandi Jombang
Pawang Surya Kencana
PDS H.B. Jassin
Petrus Nandi
Politik
Politik Sastra
Pradana Boy ZTF
Pramoedya Ananta Toer
Pramono
Pringadi AS
Prof Dr Fabiola D. Kurnia
Prosa
Puisi
Puji Santosa
Puji Tyasari
Puput Amiranti N
Purnawan Andra
Purnawan Kristanto
Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin
Pustaka Ilalang Group
PUstaka puJAngga
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R. Ng. Ronggowarsito
Rachmad Djoko Pradopo
Radhar Panca Dahana
Rahmat Kemat Hidayatullah
Rahmat Sularso Nh
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rasanrasan Boengaketji
Raudal Tanjung Banua
Redland Movie
Reiny Dwinanda
Resensi
Rialita Fithra Asmara
Ribut Wijoto
Riki Dhamparan Putra
Riki Utomi
Ririe Rengganis
Risang Anom Pujayanto
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Roso Titi Sarkoro
Rozi Kembara
Rukardi
Rumah Budaya Pantura (RBP)
Rusmanadi
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saiful Amin Ghofur
Saiful Anam
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Salman S. Yoga
Samsudin Adlawi
Samsul Anam
Sanggar Lukis Alam
Sanggar Pasir
Sanggar Rumah Ilalang KSII
Santi Puji Rahayu
Sapardi Djoko Damono
Saroni Asikin
Sartika Dian Nuraini
Sastra dan Kuasa Simbolik
Sastra Jawa Timur
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sayyid Fahmi Alathas
SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang
SelaSastra Boenga Ketjil
SelaSastra Boenga Ketjil #33
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Setia Naka Andrian
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sinopsis
Siti Khoeriyah
Siti Muyassarotul Hafidzoh
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputra
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Slamet Rahardjo Rais
Soegiharto
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Spectrum Center Press
Sri Weni
Sri Wintala Achmad
Suci Ayu Latifah
Sucipto Hadi Purnomo
Sudirman
Sugi Lanus
Sukron Ma’mun
Sulaiman Djaya
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Supriyadi
Surya Lesmana
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyanto
Syaf Anton Wr
Syaifuddin Gani
Syaiful Amin
Syarif Wadja Bae
Sylvianita Widyawati
TanahmeraH ArtSpace
Tarmuzie (1961-2019)
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Presetyo
Teguh Setiawan
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Tia Setiadi
Tirto Suwondo
Tita Tjindarbumi
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan
Tosa Poetra
Tri Nurdianingsih
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Ulul Azmiyati
Umar Fauzi
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Usman Arrumy
Utari Tri Prestianti
Viddy AD Daery
Virdika Rizky Utama
W Haryanto
W.S. Rendra
Wahyu Prasetya
Wan Anwar
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wina Bojonegoro
Wita Lestari
Wong Wing King
Wowok Hesti Prabowo
Xu Xi (Sussy Komala)
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yanusa Nugroho
Yasraf Amir Piliang
Yayat R. Cipasang
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yopi Setia Umbara
Yudhi Herwibowo
Yudi Latif
Yusri Fajar
Yusuf Ariel Hakim
Yuval Noah Harari
Zacky Khairul Uman
Zainuddin Sugendal
Zamakhsyari Abrar
Zawawi Se
Zed Abidien
Zehan Zareez
Zhaenal Fanani
Zubaidi Khan
Zuniest
Tidak ada komentar:
Posting Komentar