Selasa, 05 Desember 2017

Sastra dan Kuliner

Yusri Fajar *
KOMPAS, 27 Okt 2013

Sastra dan kuliner berhubungan tidak hanya dalam hal yang bersifat material dan fisikal, seperti bagaimana tokoh-tokoh dalam karya sastra mengonsumsi dan menikmati makanan, tetapi juga bersifat sosial kultural, yaitu bagaimana tokoh-tokoh tersebut mengonstruksi identitas budaya dan prinsip hidup mereka melalui makanan. Khazanah kuliner lokal, tradisional hingga modern, membangun citra tokoh dan lanskap kultural dalam karya sastra.

Dalam kajian sastra dan kuliner (literary and culinary studies), makanan dapat dilihat sebagai medium untuk membangun karakterisasi tokoh. Identitas lokal dan nasional dari tokoh bisa digambarkan melalui kecenderungan melestarikan makanan berakar lokal dan nasional dengan cara memasak, menghidangkan, hingga menikmatinya. Namun, dalam karya sastra bertema urban dan metropolitan, berbagai jenis makananfast food bisa menggambarkan gaya hidup tokoh-tokohnya sehingga citra tokoh menjadi modern dan kosmopolitan. Dalam sastra Indonesia, kajian sastra kuliner akan menarik karena kalau ditelisik beberapa karya mengandung isu-isu kuliner yang menyatu dengan tema yang digarap pengarang.

Dalam novel Pulang (KPG, Desember, 2012) karya Leila S Chudori, misalnya, dunia kuliner memainkan peran penting karena novel ini berkisah tentang kehidupan para eksil politik Indonesia di Eropa, khususnya Paris, Perancis, yang tidak bisa dilepaskan dari tradisi dan budaya tanah air mereka, Indonesia. Untuk membangun relasi antara tanah kelahiran dan negeri tempat pengasingan serta menghidupkan memori dan nostalgia di kampung halaman, kuliner khas Indonesia digambarkan dengan dipadu unsur budaya lain, kesenian tradisional Indonesia, seperti wayang dan musik/lagu tradisional.

Kecintaan dan kerinduan tokoh eksil seperti Dhimas Suryo (dalam novel Pulang), yang menikah dengan perempuan Perancis bernama Vivienne, terhadap Indonesia dijembatani dengan deskripsi kebiasaan Dhimas untuk mengonsumsi dan memasak makanan-makanan khas Indonesia.

Kuliner dan identitas budaya

Pada konteks konstruksi identitas budaya, eksil Indonesia berupaya mempertahankan identitas dan selera kulinernya dengan membuka restoran Indonesia ”Tanah Air” di Paris yang menyajikan makanan-makanan khas Indonesia, seperti nasi kuning, tempe kering, ayam goreng kuning, kentang iris pedas, rendang padang, gulai pakis, dan gulai anam. Di tengah dominasi makanan khas Eropa dan kehidupan Barat yang harus dihadapi serta diadaptasi, tokoh-tokoh eksil yang digambarkan Leila S Khudori memiliki militansi untuk menunjukkan budaya Indonesia dan tetap mempraktikkannya. Perjuangan berat para eksil politik 1965 dalam menghadapi tekanan dan teror Pemerintah Orba terasa makin berat di Paris karena untuk mengobati kerinduan melalui makanan mereka harus mengeluarkan biaya lebih mahal demi membeli bumbu-bumbu semacam cabai merah, bawang merah, kunyit, jahe, daun jeruk, daun salam, dan bawang putih. Apalagi, tidak mudah mendapatkan bahan-bahan untuk bumbu tersebut.

Negosiasi identitas melalui kuliner digambarkan oleh Leila melalui tokoh gadis keturunan Indonesia-Perancis bernama Lintang (anak Dhimas Suryo dan Vivienne) yang berkata, ”Un très bon plat, Ayah!” (”enak sekali, Ayah!”) (hal 101) ketika dia menikmati masakan khas Indonesia yang dibuat Dhimas Suryo. Superioritas Barat yang dalam tradisi post-kolonial masih sering melekat dalam diri orang-orang Barat dan inferioritas budaya yang sering distereotipkan untuk orient dengan sendirinya terdekonstruksi dalam hal ini. Lebih jauh, Dhimas Suryo menunjukkan superioritasnya dalam urusan meracik bumbu (resep makanan Indonesia/oriental) dengan melarang Vivienne mengotak-atik urusan bumbu.

Identitas Indonesia yang ingin ditunjukkan tokoh eksil Indonesia melalui urusan bumbu ini memberikan kesan bahwa praktik budaya membutuhkan pengetahuan dan kebiasaan dari pelaku budaya yang membawa akar budaya Indonesia. Bahkan dikisahkan, untuk menggerus bumbu tersebut, Dhimas menggunakan ulekan batu yang dikirim dari Indonesia. Begitu penting representasi kuliner di negeri orang hingga Leila S Chudori memberikan narasi dalam novel Pulang bahwa ”Restoran Tanah Air adalah duta kebudayaan di Paris yang sesungguhnya.” (hal 122).

Metafora kuliner

Jika novel Pulang lebih menekankan bagaimana kuliner mengonstruksi identitas kultural tokoh-tokoh di dalamnya, cerpen karya Damhuri Muhammad yang bertajuk Lelaki Ragi dan Perempuan Santan (Kompas, 29 September 2013) bisa digunakan sebagai contoh karya yang menggunakan khazanah kuliner sebagai metafora yang menjiwai cerita. Cerpen Damhuri berkisah tentang dinamika cinta dua anak manusia yang termetaforakan melalui makanan khas Sumatera Barat bernama lemang-tapai yang harus disantap secara berpasangan. Filosofi ”lemang” berhubungan dengan kesementaraan.
Sementara ”tapai” mewakili keabadian yang jika keduanya dipadukan akan saling melengkapi. Si pemuda dalam cerpen ini memilih bersetia menanti gadis pujaannya yang selalu mengirimkan lemang-tapai.

Pilihan yang melambangkan kesetiaan atas penantian dan keabadian cinta. Sang pemuda tak menghiraukan kiriman gulai kentang yang melambangkan pinangan dari gadis-gadis lain sebagaimana ditegaskan Damhuri dalam cerpen ini, ”Kuah yang kental, kentang yang kempuh sempurna, bagai mencerminkan kesungguhan niat dan ketulusan perasaan keluarga yang hendak beroleh menantu.” Penggalian makna kuliner berakar lokal yang dilakukan Damhuri makin memperkuat aspek estetis cerpen.

Metafora ”lelaki ragi” dan ”perempuan santan” mencapai kulminasi metaforisnya ketika tapai dan santan dikaitkan dengan perkembangan hubungan kedua anak manusia dari satu daerah itu yang mengalami keretakan. Si gadis pergi setelah mendapatkan godaan pekerjaan, yang masih ada kaitannya dengan dunia makanan, yaitu sebagai kasir restoran dan akhirnya menikah dengan induk semang tanpa memberitahu si pemuda yang setia menantinya. Lemang yang ditanak dengan santan digunakan Damhuri untuk menggambarkan ketidakabadian, bahkan pengkhianatan yang dilakukan oleh si gadis.

Dan, ragi yang menjadi bahan wajib untuk membuat tapai (yang makin diperam makin manis rasanya) menjadi metafora jati diri dan kesetiaan si pemuda dalam mencintai si gadis. Si pemuda bahkan hingga di akhir cerita memilih untuk tidak menikah sehingga ibunya sampai memiliki asumsi bahwa anaknya itu masih memendam rasa cinta dan ingin menunggu si gadis pujaannya yang telah menikah.

Metafora kuliner dalam cerpen Damhuri dengan demikian memiliki peran penting, tidak hanya berkaitan dengan bagaimana meracik estetika dan teknik penceritaan melalui metafora makanan yang dikaitkan dengan karakterisasi tokoh, tetapi juga untuk menggerakkan plot dan menghadirkan ketegangan serta konflik dalam cerpen. Sebagai bagian dari fenomena kebudayaan yang telah lama mengakar di bumi Nusantara, tentunya kuliner Nusantara bisa menjadi bahan kreatif penulisan yang makin memperkaya identitas sastra Indonesia. ●

*) YUSRI FAJAR, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya.
https://jiwasusastra.wordpress.com/2015/08/05/sastra-dan-kuliner/

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Ginandjar Wiludjeng A. Junianto A. Kurnia A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.S Laksana A’yat Khalili Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Razak Abdul Rosyid Abdul Wahab Abdurrahman Wahid Abu Salman Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adam Chiefni Ade P. Nasution Adhitia Armitriant Adi Prasetyo Adrizas AF. Tuasikal Afriza Hanifa Afrizal Malna Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunyoto Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Baso Ahmad Faishal Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Naufel Ahmad Rofiq Ahmad S. Zahari Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ainul Fiah Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akhudiat Akmal Nasery Basral Alam Terkembang Alang Khoiruddin Alex R. Nainggolan Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Almania Rohmah Ami Herman Amien Wangsitalaja Aminah Aminullah HA.Noor Amir Sutaarga Anam Rahus Anata Siregar Andari Karina Anom Andina Dwifatma Andong Buku #3 Andre Mediansyah Andri Awan Anett Tapai Anggie Melianna Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Bae Anton Kurnia Anton Wahyudi Anwar Nuris Ardi Bramantyo Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arie Yani Arief Joko Wicaksono Arief Junianto Ariera Arif Bagus Prasetyo Aris Kurniawan Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Asmaul Fauziyah Asti Musman Atafras Awalludin GD Mualif Ayu Wulan Sari Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Bagus Takwin Bahrul Ulum A. Malik Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Beno Siang Pamungkas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Bernando J Sujibto Berthold Damshauser BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Camelia Mafaza Catatan Cerbung Cerpen Chairul Akhmad Chamim Kohari Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Zaini Ahmad D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Daisuke Miyoshi Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Danusantoso Dareen Tatour Darju Prasetya David Kuncara Denny Mizhar Denza Perdana Desi Sommalia Gustina Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewi Indah Sari Dewi Susme Dian Sukarno Didik Harianto Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jawa Timur Dipo Handoko Diyah Errita Damayanti Djoko Pitono Djoko Saryono Doddy Wisnu Pribadi Dody Kristianto Dody Yan Masfa Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi SS MHum Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Wiyana Dyah Ratna Meta Novia Dyah Sulistyorini Ecep Heryadi Eddy Pranata PNP Edeng Syamsul Ma’arif Eep Saefulloh Fatah EH Kartanegara Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendrawan Sofyan Eko Hendri Saiful Eko Windarto Elnisya Mahendra Elva Lestary Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Sulwesi Endo Suanda Eppril Wulaningtyas R Esai Evan Ys F. Moses F. Rahardi Fadlillah Malin Sutan Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fanny Chotimah Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Febby Fortinella Rusmoyo Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Gabriel Garcia Marquez Galang Ari P. Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gandra Gupta Ganug Nugroho Adi Gerson Poyk Ghassan Kanafani Gita Nuari Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunoto Saparie H.B. Jassin Habibullah Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Hardi Haris del Hakim Haris Saputra Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Aspahani Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana HE. Benyamine Hendra Junaedi Hendra Makmur Heri CS Heri Latief Heri Listianto Herman RN Herry Lamongan Heru CN Heru Nugroho Hikmat Gumelar HL Renjis Magalah Hudan Nur Hujuala Rika Ayu Huminca Sinaga IBM. Dharma Palguna Ibnu Wahyudi Ida Farida Idris Pasaribu Ignas Kleden Ignatius Haryanto Iksan Basoeky Ilham Khoiri Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Ira Puspitaningsih Irfan Budiman Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Zulkarnain Ismail Marzuki Iva Titin Shovia Iwan Kurniawan Jabbar Abdullah Jafar Fakhrurozi Jalan Raya Simo Sungelebak Jamal D. Rahman Jamal T. Suryanata Javed Paul Syatha Jayaning S.A JILFest 2008 Jody Setiawan Johan Edy Raharjo Johannes Sugianto Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Juan Kromen Julika Hasanah Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Ka’bati Karanggeneng Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Keith Foulcher Kemah Budaya Panturan (KBP) Khansa Arifah Adila Khoirul Inayah Khoirul Rosyadi Khudori Husnan Ki Ompong Sudarsono Kirana Kejora Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kukuh S Wibowo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie L.N. Idayanie Laili Rahmawati Lamongan Lan Fang Langgeng Widodo Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lely Yuana Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Liestyo Ambarwati Khohar Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lucia Idayanie Lukman A Sya Lutfiah Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Ismail M Thobroni M. Afifuddin M. Arwan Hamidi M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Luthfi Aziz M. Nurdin M. Yoesoef M.D. Atmaja M.S. Nugroho Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahmud Syaltut Usfa Mahmudi Arif Dahlan Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Martin Aleida Maruli Tobing Mas Ruscita Mashuri Masuki M. Astro Matroni Matroni Muserang Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mia Arista Mia El Zahra Mikael Johani Misbahus Surur Misran Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan Much. Khoiri Muh. Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Aris Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun Muhammadun AS Muhidin M Dahlan Mujtahid Mujtahidin Billah Mukti Sutarman Espe Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik Munawir Aziz Musfarayani Musfi Efrizal Nafisatul Husniah Nandang Darana Naskah Teater Nelson Alwi Ni Made Purnamasari Nikmatus Sholikhah Nina Herlina Lubis Nina Susilo Ning Elia Noor H. Dee Noval Jubbek Novel-novel berbahasa Jawa Novelet Nunuy Nurhayati Nur Azizah Nur Hamzah Nur Kholiq Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Aini Nurul Anam Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Okty Budiati Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Otto Sukatno CR Oyos Saroso H.N. Pagan Press Pagelaran Musim Tandur Palupi Panca Astuti Parimono V / 40 Plandi Jombang Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Petrus Nandi Politik Politik Sastra Pradana Boy ZTF Pramoedya Ananta Toer Pramono Pringadi AS Prof Dr Fabiola D. Kurnia Prosa Puisi Puji Santosa Puji Tyasari Puput Amiranti N Purnawan Andra Purnawan Kristanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang Group PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Ng. Ronggowarsito Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Rahmat Kemat Hidayatullah Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rasanrasan Boengaketji Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Resensi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Ririe Rengganis Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rusmanadi S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saiful Amin Ghofur Saiful Anam Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman S. Yoga Samsudin Adlawi Samsul Anam Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang KSII Santi Puji Rahayu Sapardi Djoko Damono Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra dan Kuasa Simbolik Sastra Jawa Timur Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra Boenga Ketjil #33 Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Khoeriyah Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputra Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soegiharto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sri Weni Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudirman Sugi Lanus Sukron Ma’mun Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaf Anton Wr Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syarif Wadja Bae Sylvianita Widyawati TanahmeraH ArtSpace Tarmuzie (1961-2019) Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tia Setiadi Tirto Suwondo Tita Tjindarbumi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tosa Poetra Tri Nurdianingsih Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulul Azmiyati Umar Fauzi Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Usman Arrumy Utari Tri Prestianti Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W Haryanto W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wan Anwar Wawan Eko Yulianto Wawancara Wina Bojonegoro Wita Lestari Wong Wing King Wowok Hesti Prabowo Xu Xi (Sussy Komala) Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanusa Nugroho Yasraf Amir Piliang Yayat R. Cipasang Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopi Setia Umbara Yudhi Herwibowo Yudi Latif Yusri Fajar Yusuf Ariel Hakim Yuval Noah Harari Zacky Khairul Uman Zainuddin Sugendal Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zed Abidien Zehan Zareez Zhaenal Fanani Zubaidi Khan Zuniest